Dua Hati Biru: Sebuah Sekuel yang Lebih Dewasa dan Mendidik (Cocok Ditonton Pasangan yang Ingin Menikah)

Identitas Film Judul : Dua Hati Biru Sutradara : Dinna Jasanti, Gina S. Noer Produser : Chand Parwez Servia, Gina S. Noer, Riza, Sigit Pratama Tanggal rilis : 17 April 2024 Rumah produksi : Starvision, Wahana Kreator Penulis naskah : Gina S. Noer Durasi tayang : 1 jam 46 menit Pemeran : Angga Yunanda, Aisha Nurra Datau, Farrell Rafisqy, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Lulu Tobing, Keanu AGL, Maisha Kanna Genre : Drama keluarga, romantis   Sinopsis Setelah empat tahun berkuliah dan bekerja di Korea, Dara (Aisha Nurra Datau) kembali ke Indonesia demi bisa tinggal bersama suaminya, Bima (Angga Yunanda), dan putranya yang masih kecil, Adam (Farrell Rafisqy). Namun, kedatang

The Whispering Skull: Lebih Penuh Aksi, Lebih Menyeramkan, dan Lebih Mendebarkan—Sekuel yang Melampaui Buku Pendahulunya

Identitas Buku

Judul

:

Lockwood & Co. #2: The Whispering Skull (Tengkorak Berbisik)

Penulis

:

Jonathan Stroud

Penerjemah

:

Poppy D. Chusfani

Penerbit

:

PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit

:

2015 (versi orisinal bahasa Inggrisnya terbit pada 2014)

Cetakan

:

I

Tebal

:

488 halaman

Harga

:

Rp86.000

ISBN

:

9786020310121

Genre

:

Horor supranatural, detektif okultisme, drama prosedural, action, petualangan, young adult

 

Tentang Penulis

Jonathan Anthony Stroud lahir di Bedford, Inggris pada pada 27 Oktober 1970, dan tumbuh besar di St. Albans. Sejak kecil, Jonathan Stroud senang membaca, menggambar, dan menulis cerita. Di usia 7–9 tahun dia sering sakit sehingga dia banyak menghabiskan waktu di rumah sakit atau di tempat tidurnya. Untuk menghilangkan kebosanan, dia menenggelamkan diri dalam buku-buku dan cerita-cerita.

Setelah lulus kuliah sastra Inggris di Unviesitas York, Jonathan Stroud bekerja sebagai editor di toko buku The Walker. Kemudian, dia mulai menulis karyanya sendiri dan menerbitkannya, dan langsung menjadi populer. Di awal karier menulisnya, Jonathan Stroud banyak menulis cerita anak-anak. Kemudian, dia pun mulai proyek buku trilogi Bartimeus-nya, yang menjadi karyanya yang paling laris.

Pada tahun 2012, Jonathan Stroud mengumumkan proyek teraburnya, yaitu serial Lockwood & co. Buku pertama dalam serial tersebut, The Screaming Staircase langsung mendapatkan pujian dari pembaca. Bahkan, Rick Riordan, penulis serial Percy Jackson & the Olympians, menyebutnya jenius. Kini, Jonathan Stroud tinggal di St. Albans bersama istri dan kedua anaknya.

 

Sinopsis

Sampul versi Amerika

Sejak mendapati dirinya bisa berbicara dengan hantu tengkorak yang terkurung di wadah-hantu yang tersimpan di kantornya, Lucy Carlyle bersama George Cubbins melakukan berbagai eksperimen untuk menguak rahasia tentang si hantu. Itu adalah hal luar biasa, yang berarti mereka memiliki hantu jenis langka dan Lucy adalah seorang cenayang dengan bakat yang sama langkanya.

Di sisi lain, Lockwood & Co. kedatangan klien baru yang menginginkan mereka untuk mengawasi proses penggalian sebuah makam tua misterius. Proses penggalian tersebut memang berlangsung (nyaris) lancar, tetapi terjadi insiden serius setelahnya. Artefak misterius yang ditemukan di makam tersebut dicuri, dan sepertinya si pencuri ingin menjualnya di pasar gelap.

DEPRAC (Department of Psychical Research and Control atau Departemen Riset dan Kendali Cenayang)[1] menugasi agensi Lockwood & Co. dan tim Quill Kipps dari agensi Fittes untuk menemukan artefak berbahaya tersebut. Mereka harus cepat karena jika artefak tersebut jatuh ke tangan yang salah, seluruh London akan jatuh dalam bahaya serius.

 

Kelebihan

Buku kedua dari pentalogi Lockwood & Co. ini sudah diadaptasi ke serial TV di Netflix (silakan baca reviunya di sini), seperti buku pertamanya, The Screaming Staircase (silakan baca reviunya di sini). Oleh karena itu, aku akan membandingkan antara versi buku dan versi serial TV-nya. Sejujurnya, baik versi buku dan versi serial TV memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang membuat keduanya menyenangkan dengan cara yang berbeda.

Dibandingkan dengan buku pertamanya, misi tim Lockwood & Co. kali ini terasa lebih thrilling dan berbahaya. Suasana berbahaya tersebut terasa sejak awal buku, sejak mereka bertemu dengan klien baru dari Sweet Dreams Excavation and Clearance, sebuah perusahaan jasa penggalian dan pemindahan makam. Aku sudah bisa menduga akan ada misteri yang berbahaya dari penjelasan klien tersebut. Betul saja—cerita ini berkembang menjadi sajian misteri dan supranatural yang action-packed, agak jauh berbeda daripada buku pertamanya.

(Spoiler alert) pada buku pertamanya, setidaknya ada dua kasus yang saling berhubungan: misteri kematian Annie Ward dan kasus Combe Carey Hall; tetapi pada buku The Whispering Skull, hanya ada satu kasus utama: misteri kaca-tulang dari makam misterius Edmund Bickerstaff. Oleh karena itu, cerita terfokus pada kasus tersebut sejak awal sampai akhir. Itu membuat alurnya menjadi lebih menarik serta terfokus dan misterinya pun membuatku menjadi semakin penasaran.

Akan tetapi, jika dibandingkan dengan versi serial TV-nya, ada banyak perbedaan pada detail serta sekuensnya. Meskipun begitu, bagiku keduanya sama-sama menyenangkan—malah, dengan perbedaan tersebut, aku jadi tetap bisa merasakan sensasi penasaran terhadap kelanjutan ceritanya ketika membaca yang versi buku. Hanya saja, yang versi buku diceritakan dengan lebih detail dan bertahap, sementara yang versi serial TV terkesan lebih cepat dan mendesak. Tak hanya itu, pada dasarnya jalan ceritanya sendiri memang tak tertebak karena ketika kalian berpikir cerita cukup sampai sini, akan ada perubahan besar mengejutkan yang mengubah seluruh situasi. Pokoknya, mau baca versi buku dulu atau menonton versi serial TV dulu, kalian sama-sama akan dibuat terkejut dengan alurnya.

Kemudian, salah satu keunggulan serial Lockwood & Co. adalah cara Jonathan Stroud menggambarkan Masalah (The Problem)—wabah hantu yang menyerang Inggris—yang telah mengubah tatanan sosial masyarakat Inggris selama puluhan tahun. Dalam buku ini, Jonathan Stroud memperluas dampak Masalah tersebut dengan menyinggung hal-hal gelap di masyarakat, seperti tentang perdagangan ilegal, kultus-kultus baru penyembah hantu, eksperimen gila yang melibatkan pencurian mayat, dan lain sebagainya. Menurutku, ini sangat menarik, apalagi cara Jonathan Stroud menjabarkannya sangat smooth. Serius deh, Jonathan Stroud sangat pintar untuk membuat Masalah tampak nyata.

(Spoiler alert) selain itu, elemen horor pada buku kedua ini jauh lebih mengerikan daripada buku pertamanya. Mulai dari misteri dan riwayat Edmund Bickerstaff sampai kasus hilangnya kaca-tulang itu sendiri, semua terasa lebih menyeramkan. Aku merinding saat tim Lockwood & Co. menemukan jenazah salah satu pencuri yang mati setelah melihat kaca-tulang. Aku juga merasa pusing membaca tentang eksperimen-eksperimen Edmund Bickerstaff. Yang paling mengerikan menurutku adalah ketika di rumah Edmund Bickerstaff—penggambaran suasananya sangat mencekam. Mungkin, sebaiknya kalian tidak membacanya di tengah malam, terutama jika kalian mudah takut. Oh, selain menghadapi hantu jahat dan artefak berbahaya, tim Lockwood & Co. juga menghadapi para pedagang gelap yang sadis—yang bagiku, manusia bisa jadi lebih menyeramkan daripada hantu.

Berikutnya, sudahkah kubilang buku satu ini lebih penuh aksi? Ya, The Whispering Skull memiliki cerita yang lebih penuh aksi daripada buku pertamanya. Dalam buku ini, (spoiler alert) Lucy dan Lockwood menyusup ke tempat lelang pasar gelap. Itu bagian yang seru banget dan mendebarkan. Ada juga pertarungan di pekuburan yang epik. Pokoknya, seru banget!

Kemudian, hal menyenangkan lainnya dari buku ini adalah dinamika antartokohnya, yang makin kacau saja, hahaha. Pertama, aku suka dengan persaingan antara Lockwood dan Quill. Di sini, karkater Quill dieksplorasi lebih banyak dan sejujurnya, dia tidak seburuk itu rupanya. Kompetesi di antara keduanya juga mampu memberi bumbu pada jalan cerita. Kedua, pada buku ini, karkater George dieksplorasi lebih dalam daripada karakter Quill. Buku ini menggambarkan bagaimana George merasa terasingkan di antara Lucy dan Lockwood yang bersinar. Perasaan insecure dan tercampakkan yang dialami George terasa sekali bagiku.

Selain tim Quill Kipps, ada beberapa tokoh pendukung lain dalam buku ini. (Spoiler alert) pertama, ada Flo Bones, seorang pedagang relik kenalan Lockwood. Walau dia hanya tokoh pendukung, karakternya sangat berkesan. Aku harap akan ada lebih banyak kemunculan Flo pada buku-buku selanjutnya. Kedua, ada si Tengkorak Berbisik yang terkurung di wadah-hantu. Sejauh ini, tidak jelas apakah dia jahat atau baik, tetapi yang pasti dia penuh dengan misteri.

 

Kelemahan

Kalau dibandingkan dengan versi serial TV-nya, aku lebih suka penyelesaian masalah George yang di serial TV. Menurutku, itu lebih emosional dan menyentuh, sementara di buku ini tidak. Lagi-lagi, cara Lucy mendeskripsikan George sangat timpang dengan caranya mendeskripsikan Lockwood (kinda have to blame Jonathan Stroud for that). Akibatnya, sekalipun George sedang dalam situasi genting, ada kesan jenaka yang sejujurnya merusak suasana.

Sekali lagi, jika dibandingkan dengan versi serial TV-nya, bagian penyusupan ke acara lelang dalam buku ini terasa terlalu mudah, padahal mereka menyusup ke acara pedagang gelap paling berbahaya di London. Mungkin Jonathan Stroud ingin menyederhanakan itu agar cerita tidak menjadi terlalu panjang, tetapi malah menjadi terlalu disederhanakan sehingga terasa kurang gereget.

Berikutnya, pertarungan di pekuburan dalam versi buku tidak diceritakan, hanya disebutkan. Sementara di versi serial TV, itu adalah salah satu adegan paling kusuka karena terasa jenaka sekaligus epik. Wajar saja, karena buku ini menggunakan sudut pandang Lucy sebagai narator dan Lucy tidak ambil bagian dalam pertarungan tersebut, maka tidak ada detail apa-apa yang menceritakan tentang peristiwa tersebut. Ya, seperti yang kukatakan: versi buku dan versi serial TV memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing yang membuat keduanya sama-sama menyenangkan.

 

Kesimpulan

The Whispering Skull merupakan sekuel yang berhasil melampaui buku pendahuluya. Buku kedua dari pentalogi Lockwood & Co. ini memiliki elemen horor yang lebih seram, misteri yang lebih menakutkan, dan dinamika antartokoh yang lebih berwarna. Dengan itu semua, alur cerita buku ini sangat menyenangkan untuk dibaca. Meskipun pada beberapa hal versi serial TV-nya tampak lebih unggul, buku ini tetaplah dapat dinikmati. Walaupun sudah menonton versi serial TV-nya, aku yakin kalian tetap akan tersihir dengan alur ceritanya karena ada beberapa perubahan pada saat itu.

Kemudian, ada dua tokoh baru yang sangat menarik—aku ingin melihat mereka lagi di buku-buku selanjutnya. Selain itu, Jonathan Stroud juga memperluas penggambaran worldbuilding-nya sampai mencakup perdagangan gelap, kultus misterius, dan lain-lain. Maka dari itu, aku memberikan skor 8,5/10 untuk buku ini. Terakhir, kusarankan sekali lagi agar tidak membaca buku ini ketika gelap, hahaha.

Sebelumnya (The Screaming Staircase)

Selanjutnya (The Hollow Boy)

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 


[1] Lembaga pemerintah yang mengurusi urusan supranatural dan mengawasi agensi-agensi investigasi psikis. 

Komentar