Identitas
Buku
Judul
|
:
|
Lockwood
& Co. #2: The Whispering Skull (Tengkorak Berbisik)
|
Penulis
|
:
|
Jonathan
Stroud
|
Penerjemah
|
:
|
Poppy
D. Chusfani
|
Penerbit
|
:
|
PT
Gramedia Pustaka Utama
|
Tahun
terbit
|
:
|
2015
(versi orisinal bahasa Inggrisnya terbit pada 2014)
|
Cetakan
|
:
|
I
|
Tebal
|
:
|
488
halaman
|
Harga
|
:
|
Rp86.000
|
ISBN
|
:
|
9786020310121
|
Genre
|
:
|
Horor
supranatural, detektif okultisme, drama prosedural,
action, petualangan, young adult
|
Tentang
Penulis
Jonathan Anthony Stroud lahir di Bedford, Inggris
pada pada 27 Oktober 1970, dan tumbuh besar di St. Albans. Sejak kecil,
Jonathan Stroud senang membaca, menggambar, dan menulis cerita. Di usia 7–9
tahun dia sering sakit sehingga dia banyak menghabiskan waktu di rumah sakit
atau di tempat tidurnya. Untuk menghilangkan kebosanan, dia menenggelamkan diri
dalam buku-buku dan cerita-cerita.
Setelah lulus kuliah sastra Inggris di Unviesitas
York, Jonathan Stroud bekerja sebagai editor di toko buku The Walker. Kemudian,
dia mulai menulis karyanya sendiri dan menerbitkannya, dan langsung menjadi
populer. Di awal karier menulisnya, Jonathan Stroud banyak menulis cerita
anak-anak. Kemudian, dia pun mulai proyek buku trilogi Bartimeus-nya, yang menjadi karyanya yang paling laris.
Pada tahun 2012, Jonathan Stroud mengumumkan proyek
teraburnya, yaitu serial Lockwood &
co. Buku pertama dalam serial tersebut, The
Screaming Staircase langsung mendapatkan pujian dari pembaca. Bahkan, Rick
Riordan, penulis serial Percy Jackson
& the Olympians, menyebutnya jenius. Kini, Jonathan Stroud tinggal di
St. Albans bersama istri dan kedua anaknya.
Sinopsis
 |
Sampul versi Amerika |
Sejak mendapati dirinya bisa berbicara dengan
hantu tengkorak yang terkurung di wadah-hantu yang tersimpan di kantornya, Lucy
Carlyle bersama George Cubbins melakukan berbagai eksperimen untuk menguak
rahasia tentang si hantu. Itu adalah hal luar biasa, yang berarti mereka
memiliki hantu jenis langka dan Lucy adalah seorang cenayang dengan bakat yang
sama langkanya.
Di sisi lain, Lockwood & Co. kedatangan klien
baru yang menginginkan mereka untuk mengawasi proses penggalian sebuah makam
tua misterius. Proses penggalian tersebut memang berlangsung (nyaris) lancar,
tetapi terjadi insiden serius setelahnya. Artefak misterius yang ditemukan di
makam tersebut dicuri, dan sepertinya si pencuri ingin menjualnya di pasar
gelap.
DEPRAC (Department
of Psychical Research and Control atau Departemen Riset dan Kendali
Cenayang)
menugasi agensi Lockwood & Co. dan tim Quill Kipps dari agensi Fittes untuk
menemukan artefak berbahaya tersebut. Mereka harus cepat karena jika artefak
tersebut jatuh ke tangan yang salah, seluruh London akan jatuh dalam bahaya
serius.
Kelebihan
Buku kedua dari pentalogi Lockwood & Co. ini sudah diadaptasi ke serial TV di Netflix
(silakan baca reviunya di sini), seperti buku pertamanya, The
Screaming Staircase (silakan baca reviunya di sini). Oleh karena itu, aku akan membandingkan antara versi buku dan versi
serial TV-nya. Sejujurnya, baik versi buku dan versi serial TV memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing yang membuat keduanya menyenangkan
dengan cara yang berbeda.
Dibandingkan dengan buku pertamanya, misi tim
Lockwood & Co. kali ini terasa lebih thrilling
dan berbahaya. Suasana berbahaya tersebut terasa sejak awal buku, sejak mereka
bertemu dengan klien baru dari Sweet Dreams Excavation and Clearance, sebuah
perusahaan jasa penggalian dan pemindahan makam. Aku sudah bisa menduga akan
ada misteri yang berbahaya dari penjelasan klien tersebut. Betul saja—cerita
ini berkembang menjadi sajian misteri dan supranatural yang action-packed, agak jauh berbeda
daripada buku pertamanya.
(Spoiler
alert) pada buku pertamanya, setidaknya ada dua kasus yang saling
berhubungan: misteri kematian Annie Ward dan kasus Combe Carey Hall; tetapi
pada buku The Whispering Skull, hanya
ada satu kasus utama: misteri kaca-tulang dari makam misterius Edmund
Bickerstaff. Oleh karena itu, cerita terfokus pada kasus tersebut sejak awal
sampai akhir. Itu membuat alurnya menjadi lebih menarik serta terfokus dan
misterinya pun membuatku menjadi semakin penasaran.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan versi
serial TV-nya, ada banyak perbedaan pada detail serta sekuensnya. Meskipun
begitu, bagiku keduanya sama-sama menyenangkan—malah, dengan perbedaan
tersebut, aku jadi tetap bisa merasakan sensasi penasaran terhadap kelanjutan
ceritanya ketika membaca yang versi buku. Hanya saja, yang versi buku
diceritakan dengan lebih detail dan bertahap, sementara yang versi serial TV terkesan
lebih cepat dan mendesak. Tak hanya itu, pada dasarnya jalan ceritanya sendiri memang
tak tertebak karena ketika kalian berpikir cerita cukup sampai sini, akan ada perubahan
besar mengejutkan yang mengubah seluruh situasi. Pokoknya, mau baca versi buku
dulu atau menonton versi serial TV dulu, kalian sama-sama akan dibuat terkejut
dengan alurnya.
Kemudian, salah satu keunggulan serial Lockwood & Co. adalah cara Jonathan
Stroud menggambarkan Masalah (The Problem)—wabah
hantu yang menyerang Inggris—yang telah mengubah tatanan sosial masyarakat
Inggris selama puluhan tahun. Dalam buku ini, Jonathan Stroud memperluas dampak
Masalah tersebut dengan menyinggung hal-hal gelap di masyarakat, seperti
tentang perdagangan ilegal, kultus-kultus baru penyembah hantu, eksperimen gila
yang melibatkan pencurian mayat, dan lain sebagainya. Menurutku, ini sangat
menarik, apalagi cara Jonathan Stroud menjabarkannya sangat smooth. Serius deh, Jonathan Stroud
sangat pintar untuk membuat Masalah tampak nyata.
(Spoiler
alert) selain itu, elemen horor
pada buku kedua ini jauh lebih mengerikan daripada buku pertamanya. Mulai dari
misteri dan riwayat Edmund Bickerstaff sampai kasus hilangnya kaca-tulang itu
sendiri, semua terasa lebih menyeramkan. Aku merinding saat tim Lockwood &
Co. menemukan jenazah salah satu pencuri yang mati setelah melihat kaca-tulang.
Aku juga merasa pusing membaca tentang eksperimen-eksperimen Edmund
Bickerstaff. Yang paling mengerikan menurutku adalah ketika di rumah Edmund
Bickerstaff—penggambaran suasananya sangat mencekam. Mungkin, sebaiknya kalian
tidak membacanya di tengah malam, terutama jika kalian mudah takut. Oh, selain
menghadapi hantu jahat dan artefak berbahaya, tim Lockwood & Co. juga
menghadapi para pedagang gelap yang sadis—yang bagiku, manusia bisa jadi lebih
menyeramkan daripada hantu.
Berikutnya, sudahkah kubilang buku satu ini lebih
penuh aksi? Ya, The Whispering Skull memiliki
cerita yang lebih penuh aksi daripada buku pertamanya. Dalam buku ini, (spoiler alert) Lucy dan Lockwood
menyusup ke tempat lelang pasar gelap. Itu bagian yang seru banget dan
mendebarkan. Ada juga pertarungan di pekuburan yang epik. Pokoknya, seru
banget!
Kemudian, hal menyenangkan lainnya dari buku ini
adalah dinamika antartokohnya, yang makin kacau saja, hahaha. Pertama, aku suka
dengan persaingan antara Lockwood dan Quill. Di sini, karkater Quill
dieksplorasi lebih banyak dan sejujurnya, dia tidak seburuk itu rupanya. Kompetesi
di antara keduanya juga mampu memberi bumbu pada jalan cerita. Kedua, pada buku
ini, karkater George dieksplorasi lebih dalam
daripada karakter Quill. Buku ini menggambarkan bagaimana George merasa
terasingkan di antara Lucy dan Lockwood yang bersinar. Perasaan insecure dan tercampakkan yang dialami
George terasa sekali bagiku.
Selain tim Quill Kipps, ada beberapa tokoh pendukung
lain dalam buku ini. (Spoiler alert)
pertama, ada Flo Bones, seorang pedagang relik kenalan Lockwood. Walau dia
hanya tokoh pendukung, karakternya sangat berkesan. Aku harap akan ada lebih
banyak kemunculan Flo pada buku-buku selanjutnya. Kedua, ada si Tengkorak
Berbisik yang terkurung di wadah-hantu. Sejauh ini, tidak jelas apakah dia
jahat atau baik, tetapi yang pasti dia penuh dengan misteri.
Kelemahan
Kalau dibandingkan dengan versi serial TV-nya,
aku lebih suka penyelesaian masalah George yang di serial TV. Menurutku, itu
lebih emosional dan menyentuh, sementara di buku ini tidak. Lagi-lagi, cara
Lucy mendeskripsikan George sangat timpang dengan caranya mendeskripsikan
Lockwood (kinda have to blame Jonathan
Stroud for that). Akibatnya, sekalipun George sedang dalam situasi genting,
ada kesan jenaka yang sejujurnya merusak suasana.
Sekali lagi, jika dibandingkan dengan versi
serial TV-nya, bagian penyusupan ke acara lelang dalam buku ini terasa terlalu
mudah, padahal mereka menyusup ke acara pedagang gelap paling berbahaya di
London. Mungkin Jonathan Stroud ingin menyederhanakan itu agar cerita tidak
menjadi terlalu panjang, tetapi malah menjadi terlalu disederhanakan sehingga
terasa kurang gereget.
Berikutnya, pertarungan di pekuburan dalam versi
buku tidak diceritakan, hanya disebutkan. Sementara di versi serial TV, itu
adalah salah satu adegan paling kusuka karena terasa jenaka sekaligus epik. Wajar
saja, karena buku ini menggunakan sudut pandang Lucy sebagai narator dan Lucy
tidak ambil bagian dalam pertarungan tersebut, maka tidak ada detail apa-apa
yang menceritakan tentang peristiwa tersebut. Ya, seperti yang kukatakan: versi
buku dan versi serial TV memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing yang
membuat keduanya sama-sama menyenangkan.
Kesimpulan
The
Whispering Skull merupakan sekuel yang
berhasil melampaui buku pendahuluya. Buku kedua dari pentalogi Lockwood & Co. ini memiliki elemen
horor yang lebih seram, misteri yang lebih menakutkan, dan dinamika antartokoh
yang lebih berwarna. Dengan itu semua, alur cerita buku ini sangat menyenangkan
untuk dibaca. Meskipun pada beberapa hal versi serial TV-nya tampak lebih
unggul, buku ini tetaplah dapat dinikmati. Walaupun sudah menonton versi serial
TV-nya, aku yakin kalian tetap akan tersihir dengan alur ceritanya karena ada
beberapa perubahan pada saat itu.
Kemudian, ada dua tokoh baru yang sangat
menarik—aku ingin melihat mereka lagi di buku-buku selanjutnya. Selain itu,
Jonathan Stroud juga memperluas penggambaran worldbuilding-nya sampai mencakup perdagangan gelap, kultus
misterius, dan lain-lain. Maka dari itu, aku memberikan skor 8,5/10 untuk buku
ini. Terakhir, kusarankan sekali lagi agar tidak membaca buku ini ketika gelap,
hahaha.
Sebelumnya (The Screaming Staircase)
Selanjutnya (The Hollow Boy)
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Lembaga
pemerintah yang mengurusi urusan supranatural dan mengawasi agensi-agensi
investigasi psikis.
Komentar
Posting Komentar