13 Bom di Jakarta: Apa Benar Film Action Indonesia Terbesar di Tahun 2023?

Identitas Film Judul : 13 Bom di Jakarta Sutradara : Angga Dwimas Sangsoko Produser : Taufan Adryan Tanggal rilis : 2 Desember 2023 (JAFF), 28 Desember 2023 (Indonesia) Rumah produksi : Visinema Pictures, Indodax, Legacy Pictures, Volix Pictures, Folkative, INFIA, Barunson E&A Penulis naskah : Angga Dwimas Sasongko, Mohammad Irfan Ramly Durasi tayang : 2 jam 23 menit Pemeran : Chicco Kurniawan, Ardhito Pramono, Rio Dewanto, Putri Ayudya, Ganindra Bimo, Lutesha, Muhammad Khan, Rukman Rosadi, Niken Anjani, Andri Mashadi Genre : Crime , thriller , action   Sinopsis Jakarta diserang kelompok teroris. Siang itu, ada serangan terhadap sebuah truk yang sedang membawa uang tunai, tetapi para pen

Dua Garis Biru: Film Luar Biasa sebagai Kritik untuk para Orang Tua




Identitas Film

Judul                            : Dua Garis Biru
Sutradara                     : Ginatri S. Noer
Tanggal rilis                  : 11 Juli 2019
Rumah produksi           : Starvision Plus
Penulis naskah             : Ginatri S. Noer
Durasi tayang               : 113 menit
Pemeran                       : Angga Yunanda, Zara JKT48, Lulu Tobing, Cut Mini, Dwi Sasano

Sinopsis

Bima dan Dara adalah remaja biasa yang saling menyukai dan senang bersama. Namun, kedekatan mereka berujung pada sebuah kesalahan karena mereka nekat melakukan seks di luar nikah. Belum cukup sial, Dara pun hamil dari hubungan mereka itu. Tentu kehamilan Dara akan membawa masalah besar bagi Bima dan Dara. Masa depan mereka dipertaruhkan, nama baik keluarga mereka akan tercoreng, dan nasib bayi dalam kandungan Dara tidak jelas. Kenekatan kecil mereka berujung menjadi petaka bagi keluarga mereka. Tetapi, di balik semua masalah, kelahiran suatu kehidupan selalu merupakan berkah.

Kelebihan

Film Dua Garis Biru betul-betul film yang sangat bagus. To be honest, belum perah aku menemukan film drama remaja Indonesia yang seperti ini. Mulai dari ide cerita, detil, pengambilan gambar, sampai dialog, semuanya pas dan tidak asal, semuanya memberikan pesan-pesan tersurat dan tersirat untuk kita para penonton. Kita dibuat terbawa dengan alur cerita dan konflik yang dialami para karakter karena konfliknya sangat relate bagi remaja dan orang tua.

Kedua, film ini membawa konflik yang menurut aku sangat berani, yaitu sex education. Sex education adalah permasalahan yang sangat penting bagi remaja dan orang tua, tetapi topik tersebut selalu menjadi tabu dalam pembicaraan. Pandangan orang-orang adalah membicarakan sex education sama saja dengan membicarakan porno. Dan Dua Garis Biru memperlihatkan akibat dari tabu tersebut, bahwa kurangnya dialog antara orang tua dan anak mengenai sex education lah yang menjadi faktor risiko gagalnya orang tua dalam mendidik anak. Di dalam film pun sudah di-state dengan sangat baik di saat Bima dan ibunya sedang mengobrol sehabis sholat. Ibunya bilang, “Seharusnya kita sering ngobrol kayak gini.” Itu merupakan sebuah tamparan bagi orang tua yang jarang punya waktu untuk mengobrol dengan anaknya.



Ketiga, sudah aku singgung juga sebelumnya, bahwa ide utama ceritanya selain sex education adalah parenting. Banyak sekali kritik yang disampaikan film ini untuk orang tua. Yang pertama adalah gagalnya orang tua ketika anak mereka hamil di luar nikah atau menghamili anak orang. Risiko kegagalan tersebut, sudah aku katakan, disebabkan oleh kurangnya dialog antara orang tua dan anak terutama mengenai sex education. Orang tua melulu melarang anak mereka untuk berpacaran atau apa, tetapi tidak pernah memberi penjelasan. Kemudian, kritik yang disampaikan melalui dialog Dara dan ibunya mengenai tanggung jawab orang tua terhadap anaknya sebagai tanggung jawab seumur hidup. Kritik yang sangat menampol sikap para orang tua yang lalai terhadap tanggung jawab itu benar-benar tepat sasaran. Orang tua disadarkan bahwa tanggung jawab mereka tetap ada sekalipun mereka telah gagal mendidik anak mereka. Terakhir, adalah kritik yang diperlihatkan melalui pertengkaran Dara dengan ayahnya karena Dara selalu meninggikan suaranya saat berbicara dengan ibunya. Ayahnya Dara mengatakan bahwa dia ingin Dara menjadi lebih baik dari kedua orang tuanya, tetapi kemudian Dara mengatakan bahwa orang tuanya tidak pernah memberi contoh tersebut. Mereka meminta agar Dara menyerahkan bayinya ke orang lain, lalu dari mana perbuatan itu bisa membuat Dara menjadi orang tua yang lebih baik daripada kedua orang tuanya sendiri?

Keempat, detil-detil dalam film yang luar biasa. Banyak metafora di dalam film tersebut yang menjadi hint untuk para penonton. Ada adegan di mana Dara, Bima dan teman-teman mereka makan seafood lalu Dara memisahkan kerang-kerang yang masih segar dan yang tidak. Itu merupakan metafora mengenai perawan dan tidak perawan. Ada pula adegan tentang stroberi yang mana janin di usia sepuluh bulan itu sebesar stroberi. Kemudian, saat Bima dan Dara tiba di tempat aborsi, Bima membeli jus stroberi untuk menemani mereka menunggu. Hal tersebut mengingatkan Dara bahwa kandungannya itu hidup. Selanjutnya ada detil berupa poster-poster tentang alat reproduksi dan perkembangan janin di dalam kandungan yang ditempel di dinding ruang UKS sekolah Bima dan Dara. Poster tersebut terlihat jelas di adegan UKS dan membawa pesan tersirat bahwa sex education itu sudah ada, tetapi hanya sebatas tempelan saja, tidak sebagai dialog sehari-hari.

Kelima, berbicara soal adegan UKS, scene tersebut adalah scene paling luar biasa dalam film ini. Adegan tersebut menampakkan berbagai emosi, dialog, dan perdebatan, betul-betul membuat jantung berdebar. Adegan tersebut sangat sulit dideskripsikan karena memang sangat kompleks dan penuh emosi. Kemudian, ditutup dengan tamparan dari ibunya Bima. Scene tersebut adalah scene terbaik yang patut diapresiasi.

Kelemahan

Seluarbiasa apapun film ini, bagi aku masih ada kekurangannya. Salah satunya adalah acting dari Zara yang di beberapa scene kurang matang. Terutama pada scene melahirkan. Padahal, melahirkan adalah sesuatu yang mendebarkan karena menyangkut hidup-mati ibu dan bayinya. Namun, Zara tidak memperlihatkan ekspresi tersebut. Bagi beberapa orang, mungkin adegan tersebut dapat merusak keseluruhan cerita, meskipun bagi aku scene tersebut tidak begitu berarti.

Kemudian, adegan di mana Mba Dewi, kakaknya Bima, pertama kali muncul. Mba Dewi memarahi Bima di situ dan menyinggung Bima bahwa dia bego karena tidak memakai kondom. Scene tersebut seharusnya menjadi cukup serius karena membawa pesan mengenai kondom yang adalah kontrasepsi paling sederhana. Namun, sayangnya scene tersebut malah dibuat jenaka seakan-akan kondom itu lucu.

Kesimpulan

Film Dua Garis Biru adalah salah satu film lokal yang patut diapresiasi dengan tepuk tangan meriah. Film ini tidak hanya berani, tetapi juga memberi kritik terhadap para orang tua yang selama ini merasa tabu untuk membahas sex education dengan anak mereka. Film ini tidak hanya memberi pelajaran tentang risiko-risiko seks di luar nikah, tetapi juga mengenai parenting. Walaupun Dua Garis Biru adalah debutnya Ginatri S. Noer, Gina berhasil menyajikan film yang sangat bagus. Film ini sangat cocok ditonton semua orang, terutama remaja dan orang tua, terlepas dari semua kritik sosial dari masyarakat tentang film ini. Aku memberi skor 8.8/10 untuk Dua Garis Biru. Jangan sampai ketinggalan filmnya di bioskop!

Supaya makin penasaran, lihat dulu yuk trailer-nya!



***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

Komentar