Dua Hati Biru: Sebuah Sekuel yang Lebih Dewasa dan Mendidik (Cocok Ditonton Pasangan yang Ingin Menikah)

Identitas Film Judul : Dua Hati Biru Sutradara : Dinna Jasanti, Gina S. Noer Produser : Chand Parwez Servia, Gina S. Noer, Riza, Sigit Pratama Tanggal rilis : 17 April 2024 Rumah produksi : Starvision, Wahana Kreator Penulis naskah : Gina S. Noer Durasi tayang : 1 jam 46 menit Pemeran : Angga Yunanda, Aisha Nurra Datau, Farrell Rafisqy, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Lulu Tobing, Keanu AGL, Maisha Kanna Genre : Drama keluarga, romantis   Sinopsis Setelah empat tahun berkuliah dan bekerja di Korea, Dara (Aisha Nurra Datau) kembali ke Indonesia demi bisa tinggal bersama suaminya, Bima (Angga Yunanda), dan putranya yang masih kecil, Adam (Farrell Rafisqy). Namun, kedatang

The Screaming Staircase: Petualangan Supranatural ala Detektif Remaja—Sebuah Bacaan yang Pas untuk Spooktober!

Identitas Buku

Judul

:

Lockwood & Co. #1: The Screaming Staircase (Undakan Menjerit)

Penulis

:

Jonathan Stroud

Penerjemah

:

Poppy D. Chusfani

Penerbit

:

PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit

:

2014 (versi orisinal bahasa Inggrisnya terbit pada 2013)

Cetakan

:

I

Tebal

:

424 halaman

Harga

:

Rp70.000

ISBN

:

9786020301365

Genre

:

Horor supranatural, detektif okultisme, drama prosedural, action, petualangan, young adult

 

Tentang Penulis

Jonathan Anthony Stroud lahir di Bedford, Inggris pada pada 27 Oktober 1970, dan tumbuh besar di St. Albans. Sejak kecil, Jonathan Stroud senang membaca, menggambar, dan menulis cerita. Di usia 7–9 tahun dia sering sakit sehingga dia banyak menghabiskan waktu di rumah sakit atau di tempat tidurnya. Untuk menghilangkan kebosanan, dia menenggelamkan diri dalam buku-buku dan cerita-cerita.

Setelah lulus kuliah sastra Inggris di Unviesitas York, Jonathan Stroud bekerja sebagai editor di toko buku The Walker. Kemudian, dia mulai menulis karyanya sendiri dan menerbitkannya, dan langsung menjadi populer. Di awal karier menulisnya, Jonathan Stroud banyak menulis cerita anak-anak. Kemudian, dia pun mulai proyek buku trilogi Bartimeus-nya, yang menjadi karyanya yang paling laris.

Pada tahun 2012, Jonathan Stroud mengumumkan proyek teraburnya, yaitu serial Lockwood & Co. Buku pertama dalam serial tersebut, The Screaming Staircase langsung mendapatkan pujian dari pembaca. Bahkan, Rick Riordan, penulis serial Percy Jackson & the Olympians, menyebutnya jenius. Kini, Jonathan Stroud tinggal di St. Albans bersama istri dan kedua anaknya. Karya terbarunya adalah serial novel Scarlett and Browne yang saat ini sudah terdiri atas dua buku.

 

Sinopsis

Sampul versi Amerika

Wabah hantu telah menyerang Inggris selama lima puluh tahun. Hantu-hantu bergentayangan di tiap sudut kota, membunuh orang-orang hidup dengan sentuhan mematikan mereka. Untuk melawan wabah tersebut, bermunculanlah agensi-agensi investigasi psikis yang menyelidiki fenomena supranatural dan membasmi hantu.

Lucy Carlyle yang muda dan brilian datang ke London dengan harapan bisa menanjaki tangga karier yang cemerlang, tetapi dia malah berakhir di agensi paling kecil dan paling payah di London: Lockwood & Co. Agensi itu hanya beranggotakan dua anak cowok, yaitu Anthony Lockwood yang karismatik sebagai pemimpin agensi serta George Cubbins yang memiliki rasa ingin tahu dan rasa lapar yang terlalu besar.

Ketika salah satu kasus yang mereka tangani berakhir kacau balau, mereka dihadapkan pada opsi membayar denda yang sangat besar atau menutup agensi. Hanya ada satu kesempatan untuk menyelamatkan agensi mereka, tetapi itu berarti mereka harus mengungkap misteri kematian yang sudah terjadi berdekade-dekade lalu serta menyelidiki fenomena psikis di rumah paling angker di London.

 

Kelebihan

Baiklah, sebenarnya aku tertarik membaca serial novel Lockwood &Cco. karena aku menyukai serial TV-nya yang tayang di Netflix (silakan baca reviunya di sini). Akan tetapi, rupanya Netflix me-cancel serial tersebut dan aku terlalu penasaran dengan kelanjutan ceritanya, maka aku putuskan untuk membaca saja novelnya. Sekadar informasi, novel pertama ini, The Screaming Staircase, termasuk ke dalam bagian yang diadaptasi di serial TV. Maka dari itu, aku akan sedikit membandingkan versi novelnya dan versi serial TV-nya.

Dibandingkan dengan versi serial TV-nya, cerita The Screaming Staircase ini memiliki worldbuilding[1] yang jauh lebih oke. Mungkin karena ini novel, segala detail tentang worldbuilding-nya dapat dijelaskan dengan lebih baik daripada di serial TV. Ketika aku menonton serial TV-nya, aku sempat kebingungan dengan berbagai istilah yang ada, tetapi di bukunya, istilah-istilah itu dijelaskan dengan perlahan dan mudah dipahami.

Aku terus terang saja terpukau dengan worldbuilding-nya semesta Lockwood & Co. Jonathan Stroud selaku penulisnya telah sangat berhasil menggambarkan wabah hantu—yang dikenal dengan istilah Masalah (The Problem)—sebagai sebuah fenomena nasional yang mengubah tatanan sosial budaya masyarakat. Worldbuilding-nya sangat dalam, sampai menjelaskan berbagai konsekuensi dari Masalah terhadap kehidupan masyarkat Inggris. Semua dijelaskan dengan perlahan, tetapi dengan cara yang smooth. Jika kalian kebingungan dengan istilah-istilahnya, ada glosarium di belakang buku yang dapat membantu kalian.

Berikutnya, narasi deskriptif Jonathan Stroud sangat memukau. Sepertinya itu adalah ciri khas narasinya Jonathan Stroud—mendeskripsikan latar tempat, latar suasana, serta objek penting dalam cerita dengan sangat detail. Di awal, narasi yang terlalu detail itu membuatku bosan (akan kubahas lebih lanjut nanti), tetapi rupanya gaya narasi seperti itu ada fungsinya.

Jadi, ketika tim agensi Lockwood & Co. menyelediki suatu penampakan hantu di suatu rumah, Jonathan Stroud akan mendeskripsikan rumah tempat kejadian kasus tersebut dengan sangat detail—model rumahnya, warna catnya, bentuk tangganya, gaya lantainya, jumlah kamarnya, dan lain sebagainya. Kemudian, begitu penampakan hantunya muncul, kita jadi memiliki gambaran jelas tentang situasi mereka. Kita tahu hantunya muncul di ruangan mana dan mereka sedang ada di mana. Di benak kita sebagai pembaca ada gambaran yang jelas tentang adegannya sehingga membantu kita untuk terbawa suasana. Ini terutama sangat terasa ketika memasuki babak akhir buku, (spoiler alert) ketika tim Lockwood & Co. menyelidiki rumah Combe Carey Hall yang terkenal sebagai rumah paling angker di London.

Deskripsi yang sangat detail tadi pun diterjemahkan dengan sangat baik. Penerjemah buku ini, Poppy D. Chusfani, telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Terjemahannya sangat nyaman dibaca dan tidak terkesan kaku. Aku suka kalimat-kalimatnya yang menggunakan diksi yang kurang familier, seperti “menjerang ketel”—terus terang, aku jarang mendengar orang mengucapkan itu; orang-orang lebih sering bilang “memanaskan teko”. Kemudian, berkat terjemahannya yang keren ini, aku belajar banyak kosakata baru, terutama tentang bagian-bagian rumah.

Hal menarik lainnya dari novel ini adalah penokohannya. Aku suka sekali baik penokohan yang ada di versi buku maupun versi serial TV-nya. Bahkan, setelah membaca bukunya, aku jadi makin suka serial TV-nya juga karena para pemerannya berhasil menghidupkan tokoh-tokoh yang ada di buku ini dengan sangat baik. Ada Lucy Carlyle yang pintar dan emosional, mungkin karena pengaruh Bakatnya (Talent)—kemampuan untuk melihat, mendengar, dan mendeteksi keberadaan hantu. Ada Lockwood yang berjiwa pemimpin, tampan, tangkas, dan karismatik—dia sangat cocok menjadi pebisnis dan pintar membawa diri. Ada George Cubbins (kalau di serial TV namanya George Karim) yang rasa lapar terhadap pengetahuan dan makanannya sama-sama besar, serta gemar mengutarakan sinisme. Masing-masing memiliki karakter yang khas sehingga cerita menjadi lebih berwarna.

Apalagi, dinamika di antara mereka bertiga juga menyenangkan. Meskipun tidak sedrama yang ada serial TV, ketiga tokoh utama tersebut kerap kali bertengkar. Dari awal saja, tampak Lucy dan Geroge sulit akur—mereka kerap bercekcok sampai-sampai aku kasihan pada Lockwood harus menengahi mereka berdua. Namun, dari perseteruan itulah selalu terjadi kelucuan yang membuat cerita horor ini jadi tidak terlalu seram.

Oh iya, omong-omong soal horornya, walaupun penampakan hantu adalah hal lazim dalam semesta Lockwood & Co., jangan dikira rasa seramnya menjadi berkurang. Jonathan Stroud memastikan agar penampakan hantunya tetap mampu membuat bulu kuduk pembaca berdiri. Bagiku, penampakan di Combe Carey Hall itu sangat seram—bahkan versi di buku jauh lebih seram daripada versi serial TV yang terkesan terlalu menyederhanakannya. Yang versi buku ini akan membuatmu merinding karena sebelum bagian penampakan hantunya, diceritakan dulu sejarah dan reputasi menyeramkan dari Combe Carey Hall tersebut, yang berhasil memperkuat kesan seramnya.

 

Kelemahan

Salah satu kekurangan buku ini adalah narasi deskriptifnya tadi. Jadi, (spoiler alert) kasus pertama yang diselidiki agensi Lockwod & Co. adalah penampakan di rumah milik seseorang bernama Mrs. Hopes. Baru bagian awal saja, kita sudah disuguhkan dengan segala detail tentang rumahnya Mrs. Hopes, padahal kita belum mengerti ceritanya tetang apa. Itu sempat membuatku bosan dan bingung sendiri. Bahkan, setelahnya pun masih banyak narasi deskriptif yang detail tersebut dan beberapa di antaranya pun terkesan tidak perlu. Akan tetapi, setelah terbiasa dengan gaya narasi tersebut, aku malah menyukainya, hahaha.

Selain itu, aku kurang suka dengan karakter Lucy yang digambarkan terlalu terpesona dengan Lockwood. Di versi serial TV, Lucy dan Lockwood kerap bertengkar, tetapi di versi buku, Lucy seperti tersihir oleh pesona Lockwood. Dia selalu mengiakan ucapan dan keputusan Lockwood serta selalu memihaknya.

Kemudian, dibandingkan dengan versi serial TV-nya, masa lalu Lucy di versi buku terasa datar. Kalau di serial TV, masa lalu Lucy sengaja dibuat lebih dramatis, apalagi ditekankan bahwa Lucy memiliki sahabat dekat serta tidak akur dengan ibunya. Namun, itu tidak ada di versi bukunya. Di versi buku ini, lebih fokus menceritakan masa kecil Lucy dan bagaimana dia menemukan Bakatnya, serta bagaimana dia berakhir di London. Pengalaman kerjanya serta masa-masa berlatihnya di agensi lamanya tidak begitu detail diceritakan.

Kelemahan lainnya adalah misterinya terasa kurang menarik di awal cerita. Jadi, (spoiler alert) demi menyelamatkan agensi mereka, mereka mencoba menaikkan publisitas dengan bilang bahwa mereka hendak mengungkapkan kebenaran dari kasus kematian seorang aktris muda yang meninggal beberapa dekade lalu. Karena sejak awal motif mereka adalah bisnis, misteri dari kematian si aktris menjadi tidak terlalu menarik. Barulah nanti ketika sampai di akhir cerita, ketika semua puzzle terpasang, misteri ini jadi lebih menarik.

 

Kesimpulan

The Screaming Staircase adalah buku pembuka dari serial Lockwood & Co. yang begitu memikat. Worldbuilding-nya diceritakan dengan sangat detail dan mendalam, mampu menggambarkan tatanan masyarkat di Inggris yang mengalami wabah hantu. Meskipun narasi deskriptifnya sempat membuatku bosan di awal karena banyak detail yang dirasa tidak penting, rupanya nanti itu sangat membantu untuk mengimajinasikan adegan-adegan dalam cerita. Bahkan, itu menjadi ciri khas dari gaya penulisan Jonathan Stroud sendiri.

Kemudian, kalian akan bertemu dengan tiga tokoh utama yang memiliki karakter unik, yang akan menghibur kalian dengan segala perkelahian lucu mereka. Walaupun ada beberapa aspek penokohan yang lebih aku suka di versi serial TV-nya, ketiga tokoh utama dalam cerita ini tetap sangat menghibur dan asyik. Dan meskipun misterinya kurang menarik, suasana horornya mampu mengompensasinya. Maka dari itu, aku berikan skor 7,5/10 untuk buku ini. Aku rekomendasikan buku ini kepada siapapun yang suka cerita detektif, petualangan, dan horor.

Selanjutnya (The Whispering Skull)

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 


[1] Worldbuilding adalah proses mengonstruksi dunia imajiner, terkadang diasosiasikan dengan semesta fiksional (sumber: Wikipedia). 

Komentar