Identitas
Buku
Judul
|
:
|
Lockwood
& Co. #1: The Screaming Staircase (Undakan Menjerit)
|
Penulis
|
:
|
Jonathan
Stroud
|
Penerjemah
|
:
|
Poppy
D. Chusfani
|
Penerbit
|
:
|
PT
Gramedia Pustaka Utama
|
Tahun
terbit
|
:
|
2014
(versi orisinal bahasa Inggrisnya terbit pada 2013)
|
Cetakan
|
:
|
I
|
Tebal
|
:
|
424
halaman
|
Harga
|
:
|
Rp70.000
|
ISBN
|
:
|
9786020301365
|
Genre
|
:
|
Horor
supranatural, detektif okultisme, drama prosedural,
action, petualangan, young adult
|
Tentang
Penulis
Jonathan Anthony Stroud lahir di Bedford, Inggris
pada pada 27 Oktober 1970, dan tumbuh besar di St. Albans. Sejak kecil,
Jonathan Stroud senang membaca, menggambar, dan menulis cerita. Di usia 7–9
tahun dia sering sakit sehingga dia banyak menghabiskan waktu di rumah sakit
atau di tempat tidurnya. Untuk menghilangkan kebosanan, dia menenggelamkan diri
dalam buku-buku dan cerita-cerita.
Setelah lulus kuliah sastra Inggris di Unviesitas
York, Jonathan Stroud bekerja sebagai editor di toko buku The Walker. Kemudian,
dia mulai menulis karyanya sendiri dan menerbitkannya, dan langsung menjadi
populer. Di awal karier menulisnya, Jonathan Stroud banyak menulis cerita
anak-anak. Kemudian, dia pun mulai proyek buku trilogi Bartimeus-nya, yang menjadi karyanya yang paling laris.
Pada tahun 2012, Jonathan Stroud mengumumkan proyek
teraburnya, yaitu serial Lockwood & Co.
Buku pertama dalam serial tersebut, The
Screaming Staircase langsung mendapatkan pujian dari pembaca. Bahkan, Rick
Riordan, penulis serial Percy Jackson
& the Olympians, menyebutnya jenius. Kini, Jonathan Stroud tinggal di
St. Albans bersama istri dan kedua anaknya. Karya terbarunya adalah serial novel Scarlett and Browne yang saat ini sudah
terdiri atas dua buku.
Sinopsis
 |
Sampul versi Amerika |
Wabah hantu telah menyerang Inggris selama lima
puluh tahun. Hantu-hantu bergentayangan di tiap sudut kota, membunuh
orang-orang hidup dengan sentuhan mematikan mereka. Untuk melawan wabah tersebut,
bermunculanlah agensi-agensi investigasi psikis yang menyelidiki fenomena
supranatural dan membasmi hantu.
Lucy Carlyle yang muda dan brilian datang ke
London dengan harapan bisa menanjaki tangga karier yang cemerlang, tetapi dia
malah berakhir di agensi paling kecil dan paling payah di London: Lockwood
& Co. Agensi itu hanya beranggotakan dua anak cowok, yaitu Anthony Lockwood
yang karismatik sebagai pemimpin agensi serta George Cubbins yang memiliki rasa
ingin tahu dan rasa lapar yang terlalu besar.
Ketika salah satu kasus yang mereka tangani
berakhir kacau balau, mereka dihadapkan pada opsi membayar denda yang sangat
besar atau menutup agensi. Hanya ada satu kesempatan untuk menyelamatkan agensi
mereka, tetapi itu berarti mereka harus mengungkap misteri kematian yang sudah
terjadi berdekade-dekade lalu serta menyelidiki fenomena psikis di rumah paling
angker di London.
Kelebihan
Baiklah, sebenarnya aku tertarik membaca serial
novel Lockwood &Cco. karena aku
menyukai serial TV-nya yang tayang di Netflix (silakan baca reviunya di sini).
Akan tetapi, rupanya Netflix me-cancel serial
tersebut dan aku terlalu penasaran dengan kelanjutan ceritanya, maka aku
putuskan untuk membaca saja novelnya. Sekadar informasi, novel pertama ini, The Screaming Staircase, termasuk ke
dalam bagian yang diadaptasi di serial TV. Maka dari itu, aku akan sedikit
membandingkan versi novelnya dan versi serial TV-nya.
Dibandingkan dengan versi serial TV-nya, cerita The Screaming Staircase ini memiliki worldbuilding
yang jauh lebih oke. Mungkin karena ini novel, segala detail tentang worldbuilding-nya dapat dijelaskan
dengan lebih baik daripada di serial TV. Ketika aku menonton serial TV-nya, aku
sempat kebingungan dengan berbagai istilah yang ada, tetapi di bukunya,
istilah-istilah itu dijelaskan dengan perlahan dan mudah dipahami.
Aku terus terang saja terpukau dengan worldbuilding-nya semesta Lockwood & Co. Jonathan Stroud
selaku penulisnya telah sangat berhasil menggambarkan wabah hantu—yang dikenal
dengan istilah Masalah (The Problem)—sebagai
sebuah fenomena nasional yang mengubah tatanan sosial budaya masyarakat. Worldbuilding-nya sangat dalam, sampai
menjelaskan berbagai konsekuensi dari Masalah terhadap kehidupan masyarkat
Inggris. Semua dijelaskan dengan perlahan, tetapi dengan cara yang smooth. Jika kalian kebingungan dengan
istilah-istilahnya, ada glosarium di belakang buku yang dapat membantu kalian.
Berikutnya, narasi deskriptif Jonathan Stroud
sangat memukau. Sepertinya itu adalah ciri khas narasinya Jonathan
Stroud—mendeskripsikan latar tempat, latar suasana, serta objek penting dalam
cerita dengan sangat detail. Di awal, narasi yang terlalu detail itu membuatku
bosan (akan kubahas lebih lanjut nanti), tetapi rupanya gaya narasi seperti itu
ada fungsinya.
Jadi, ketika tim agensi Lockwood & Co.
menyelediki suatu penampakan hantu di suatu rumah, Jonathan Stroud akan
mendeskripsikan rumah tempat kejadian kasus tersebut dengan sangat detail—model
rumahnya, warna catnya, bentuk tangganya, gaya lantainya, jumlah kamarnya, dan
lain sebagainya. Kemudian, begitu penampakan hantunya muncul, kita jadi
memiliki gambaran jelas tentang situasi mereka. Kita tahu hantunya muncul di
ruangan mana dan mereka sedang ada di mana. Di benak kita sebagai pembaca ada
gambaran yang jelas tentang adegannya sehingga membantu kita untuk terbawa
suasana. Ini terutama sangat terasa ketika memasuki babak akhir buku, (spoiler alert) ketika tim Lockwood &
Co. menyelidiki rumah Combe Carey Hall yang terkenal sebagai rumah paling
angker di London.
Deskripsi yang sangat detail tadi pun
diterjemahkan dengan sangat baik. Penerjemah buku ini, Poppy D. Chusfani, telah
melakukan pekerjaan yang luar biasa. Terjemahannya sangat nyaman dibaca dan
tidak terkesan kaku. Aku suka kalimat-kalimatnya yang menggunakan diksi yang
kurang familier, seperti “menjerang ketel”—terus terang, aku jarang mendengar
orang mengucapkan itu; orang-orang lebih sering bilang “memanaskan teko”. Kemudian,
berkat terjemahannya yang keren ini, aku belajar banyak kosakata baru, terutama
tentang bagian-bagian rumah.
Hal menarik lainnya dari novel ini adalah
penokohannya. Aku suka sekali baik penokohan yang ada di versi buku maupun
versi serial TV-nya. Bahkan, setelah membaca bukunya, aku jadi makin suka
serial TV-nya juga karena para pemerannya berhasil menghidupkan tokoh-tokoh
yang ada di buku ini dengan sangat baik. Ada Lucy Carlyle yang pintar dan
emosional, mungkin karena pengaruh Bakatnya (Talent)—kemampuan untuk melihat, mendengar, dan mendeteksi
keberadaan hantu. Ada Lockwood yang berjiwa pemimpin, tampan, tangkas, dan
karismatik—dia sangat cocok menjadi pebisnis dan pintar membawa diri. Ada
George Cubbins (kalau di serial TV namanya George Karim) yang rasa lapar
terhadap pengetahuan dan makanannya sama-sama besar, serta gemar mengutarakan sinisme.
Masing-masing memiliki karakter yang khas sehingga cerita menjadi lebih
berwarna.
Apalagi, dinamika di antara mereka bertiga juga
menyenangkan. Meskipun tidak sedrama yang ada serial TV, ketiga tokoh utama
tersebut kerap kali bertengkar. Dari awal saja, tampak Lucy dan Geroge sulit
akur—mereka kerap bercekcok sampai-sampai aku kasihan pada Lockwood harus
menengahi mereka berdua. Namun, dari perseteruan itulah selalu terjadi kelucuan
yang membuat cerita horor ini jadi tidak terlalu seram.
Oh iya, omong-omong soal horornya, walaupun
penampakan hantu adalah hal lazim dalam semesta Lockwood & Co., jangan dikira rasa seramnya menjadi berkurang.
Jonathan Stroud memastikan agar penampakan hantunya tetap mampu membuat bulu
kuduk pembaca berdiri. Bagiku, penampakan di Combe Carey Hall itu sangat seram—bahkan
versi di buku jauh lebih seram
daripada versi serial TV yang terkesan terlalu menyederhanakannya. Yang versi
buku ini akan membuatmu merinding karena sebelum bagian penampakan hantunya,
diceritakan dulu sejarah dan reputasi menyeramkan dari Combe Carey Hall
tersebut, yang berhasil memperkuat kesan seramnya.
Kelemahan
Salah satu kekurangan buku ini adalah narasi
deskriptifnya tadi. Jadi, (spoiler alert)
kasus pertama yang diselidiki agensi Lockwod & Co. adalah penampakan di
rumah milik seseorang bernama Mrs. Hopes. Baru bagian awal saja, kita sudah
disuguhkan dengan segala detail tentang rumahnya Mrs. Hopes, padahal kita belum
mengerti ceritanya tetang apa. Itu sempat membuatku bosan dan bingung sendiri.
Bahkan, setelahnya pun masih banyak narasi deskriptif yang detail tersebut dan
beberapa di antaranya pun terkesan tidak perlu. Akan tetapi, setelah terbiasa
dengan gaya narasi tersebut, aku malah menyukainya, hahaha.
Selain itu, aku kurang suka dengan karakter Lucy
yang digambarkan terlalu terpesona dengan Lockwood. Di versi serial TV, Lucy
dan Lockwood kerap bertengkar, tetapi di versi buku, Lucy seperti tersihir oleh
pesona Lockwood. Dia selalu mengiakan ucapan dan keputusan Lockwood serta
selalu memihaknya.
Kemudian, dibandingkan dengan versi serial
TV-nya, masa lalu Lucy di versi buku terasa datar. Kalau di serial TV, masa
lalu Lucy sengaja dibuat lebih dramatis, apalagi ditekankan bahwa Lucy memiliki
sahabat dekat serta tidak akur dengan ibunya. Namun, itu tidak ada di versi
bukunya. Di versi buku ini, lebih fokus menceritakan masa kecil Lucy dan
bagaimana dia menemukan Bakatnya, serta bagaimana dia berakhir di London.
Pengalaman kerjanya serta masa-masa berlatihnya di agensi lamanya tidak begitu
detail diceritakan.
Kelemahan lainnya adalah misterinya terasa kurang
menarik di awal cerita. Jadi, (spoiler
alert) demi menyelamatkan agensi mereka, mereka mencoba menaikkan
publisitas dengan bilang bahwa mereka hendak mengungkapkan kebenaran dari kasus
kematian seorang aktris muda yang meninggal beberapa dekade lalu. Karena sejak
awal motif mereka adalah bisnis, misteri dari kematian si aktris menjadi tidak
terlalu menarik. Barulah nanti ketika sampai di akhir cerita, ketika semua puzzle terpasang, misteri ini jadi lebih
menarik.
Kesimpulan
The
Screaming Staircase adalah buku pembuka dari
serial Lockwood & Co. yang begitu
memikat. Worldbuilding-nya
diceritakan dengan sangat detail dan mendalam, mampu menggambarkan tatanan
masyarkat di Inggris yang mengalami wabah hantu. Meskipun narasi deskriptifnya
sempat membuatku bosan di awal karena banyak detail yang dirasa tidak penting,
rupanya nanti itu sangat membantu untuk mengimajinasikan adegan-adegan dalam
cerita. Bahkan, itu menjadi ciri khas dari gaya penulisan Jonathan Stroud
sendiri.
Kemudian, kalian akan bertemu dengan tiga tokoh
utama yang memiliki karakter unik, yang akan menghibur kalian dengan segala
perkelahian lucu mereka. Walaupun ada beberapa aspek penokohan yang lebih aku
suka di versi serial TV-nya, ketiga tokoh utama dalam cerita ini tetap sangat
menghibur dan asyik. Dan meskipun misterinya kurang menarik, suasana horornya mampu
mengompensasinya. Maka dari itu, aku berikan skor 7,5/10 untuk buku ini. Aku
rekomendasikan buku ini kepada siapapun yang suka cerita detektif, petualangan,
dan horor.
Selanjutnya (The Whispering Skull)
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Worldbuilding adalah proses
mengonstruksi dunia imajiner, terkadang diasosiasikan dengan semesta fiksional
(sumber: Wikipedia).
Komentar
Posting Komentar