Serial TV Terfavorit 2022
***
Daftar isi:
***
Defending
Jacob
(2020)
Judul
|
:
|
Defending Jacob
|
Sutradara
|
:
|
Morten Tyldum
|
Pencipta
|
:
|
Mark Bomback
|
Penulis
|
:
|
Mark Bomback
|
Produser eksekutif
|
:
|
Mark Bomback, Chris Evans, Morten Tyldum,
Rosalie Swedlin, Adam Shulman
|
Musim/Episode
|
:
|
1 Musim/8 episode
|
Pemeran
|
:
|
Chris Evans, Michelle Dockery, Jaeden
Martell, Cherry Jones, Pablo Scheiber, Betty Gabriel, Sakina Jaffrey
|
Genre
|
:
|
Crime drama, tragedi
|
Defending Jacob (disingkat menjadi DJ) adalah sebuah miniserial yang diadaptasi
dari novel berjudul sama karya William Landay, yang terbit pada tahun 2012.
Serial ini telah mendulang pujian terutama berkat penampilan mengagumkan dari
tiga pemeran utamanya, yaitu Chris Evans, Michelle Dockery, dan Jaeden Martell;
tetapi mendapat kritik terhadap pace,
panjang durasi, dan akhir ceritanya. Kalian bisa menonton DJ di Apple TV+.
Andrew
“Andy” Stephen Barber (Chris Evans) adalah seorang ayah dan suami yang
bertanggung jawab dan sangat menyayangi keluarganya. Dia memiliki seorang istri
cantik bernama Laurie Barber (Michelle Dockery) dan putra bernama Jacob “Jake”
Barber (Jaeden Martell). Andy bekerja sebagai asisten jaksa wilayah di kotanya
dan merupakan seorang yang sangat profesional di bidangnya. Dengan memiliki keluarga
kecil yang bahagia dan pekerjaan yang terhormat, hidup Andy bisa dibilang sempurna.
Namun,
segalanya berubah ketika mayat seorang anak bernama Ben Rifkin (Liam Kilbreth),
teman sekolah Jacob, ditemukan. Berdasarkan olah TKP dan pemeriksaan jenazah,
petunjuk yang telah didapatkan mengarah ke Jacob. Setelah Jacob ditetapkan
sebagai tersangka, kehidupan keluarga kecilnya berubah drastis.
Sebagai
seorang ayah, Andy melakukan segala yang dia bisa demi melindungi keluarganya
dan agar Jacob dinyatakan tak bersalah. Namun, pertanyaan selalu menghantui
pikiran Laurie—apakah putranya mampu membunuh seseorang?
Kalau
menurutku, ini adalah serial yang underrated
dalam hal popularitas. DJ memiliki alur cerita yang mendebarkan sejak episode
pertama hingga akhir. Penonton pasti akan merasa tegang dan terus
bertanya-tanya siapa pembunuh Ben. Tidak ada jeda ataupun selingan komedinya
sehingga suasana tegangnya terus terjaga. Ditambah dengan color grading-nya, serial ini akan menguras otak dan emosi penonton
sampai akhir.
Kemudian,
akting dari Jaeden Martell sebagai Jacob Barber sangat mengagumkan. Dia mampu
memerankan Jacob sehingga menimbulkan kesan ambigu. Karakter Jacob berhasil
membuat penonton kebingungan dan terus bertanya apakah mungkin dia pembunuhnya.
Apalagi, (spoiler alert) ketika
keluar hasil diagnosis psikolog mengenai kecenderungan genetik Jacob yang
memang kurang berempati, itu makin membuat penonton berpikir bisa jadi dia
memang pembunuhnya. Opini penonton akan terus diombang-ambing sepanjang cerita
berjalan hingga tidak bisa menebak Jacob bersalah atau tidak.
Selain
Jacob, tokoh Andy Barber dan Laurie Barber yang diperankan Chris Evans dan
Michelle Dockery juga mengagumkan. Ini pertama kalinya aku melihat Chris Evans
berperan sebagai seorang ayah sekaligus bermain di genre crime drama. Rupanya, dia berhasil melakukannya dengan baik
sehingga emosi dan stres yang dialami Andy dapat tersampaikan dengan baik ke
penonton. Andy tampak punya banyak sekali beban pikiran demi melindungi
keluarganya. Namun, yang aku kagum adalah dia bisa percaya pada putranya sampai
akhir.
Sementara
itu, untuk karkater Laurie Barber, perkembangan karakternya dibawakan dengan
begitu rapih. Berbeda dengan Andy, Laurie menghadapi situasi keluarga mereka
dengan lebih buruk. Dia kehilangan pekerjaannya, hanya diam di rumah tak bisa
banyak membantu seperti Andy. Ditambah lagi, Andy dan Jacob menyimpan rahasia
darinya yang membuatnya makin stres. Perkembangan karakternya tersebut terlihat
dengan jelas dari episode ke episode. Dan ternyata, itu menjadi kunci ke akhir
cerita serial ini.
Berikutnya,
aku suka dengan storyline-nya. Sesuai
judulnya, cerita serial ini lebih fokus pada keluarga Barber dan upaya mereka
agar Jacob tidak dinyatakan bersalah, bukan pada kasus pembunuhan Ben. Tentu
pembunuhan Ben itu penting, tetapi karena itu bukan fokusnya, maka tidak ada
banyak adegan investigasi polisi di sini. Cerita lebih fokus pada perubahan
kehidupan keluarga Barber yang dari keluarga kecil bahagia menjadi keluarga
yang penuh masalah.
Selama
menonton ini, aku terus merasa kasihan pada keluarga tersebut. Di episode
pertama, keluarga mereka merupakan potret keluarga kecil bahagia khas Amerika.
Namun, setelah tragedi itu terjadi, semua berubah drastis. Di tempat umum,
semua orang menatap mereka. Jacob tidak lagi bisa bersekolah. Bahkan, untuk
pergi ke pasar swalayan saja, mereka harus pergi pagi-pagi sekali agar tidak
bertemu orang-orang. Ketika persidangan makin dekat, kondisi keluarga mereka
makin buruk. Hal tersebut disajikan dengan pace
perlahan dan suasana yang mendebarkan, sehingga penonton dapat merasakan
perubahannya dengan lebih baik.
Akan tetapi, akhir ceritanya yang masih
menyisakan pertanyaan membuat penonton kecewa. Sampai akhir, (spoiler alert) penonton terus dibuat
penasaran soal pembunuh Ben—meski itu bukan poin utama serial ini, tetap saja penonton
butuh jawaban. Di samping itu, aku merasa serial ini terlalu panjang. Ada
beberapa adegan yang mungkin bisa dipangkas agar cerita menjadi lebih padat dan
singkat. Kalian dapat menonton trailer-nya
di sini.
***
Bad Buddy
(2021—2022)
Judul
|
:
|
Bad Buddy
|
Sutradara
|
:
|
Aof Noppharnach Chaiwimol
|
Musim/Episode
|
:
|
1 Musim/12 episode
|
Pemeran
|
:
|
Nanon Korapat Kirdpan, Ohm Pawat
Chittsawangdee, Love Pattranite Limpatiyakorn, Milk Pansa Vosbein, Jimmy
Jitaraphol Potiwihok, Drake Sattabut Laedeke
|
Genre
|
:
|
Boys’ love, komedi romantis, coming of age
|
Bad Buddy (disingkat
menjadi BB) adalah serial dengan judul orisinal Khae Phuean Khrap Phuean (Just
a Friend, Friend). Serial ini diadaptasi dari novel berjudul Behind The Scenes karya Afterday dan
-West-. Kalian dapat menonton BB di kanal Youtube GMM TV dan di WeTV.
BB
bercerita tentang dua anak laki-laki yang selalu bersaing seumur hidup mereka,
yakni Pran (Nanon Korapat Kirdpan) dan Pat (Ohm Pawat Chittsawangdee). Keluarga
mereka tidak pernah akur, selalu bersaing, meski bertetangga. Oleh karena itu,
sejak kecil mereka dididik orang tua mereka untuk bersaing juga. Kini, di
kampus pun, fakultas mereka juga terkenal selalu berkelahi, tidak pernah akur.
Padahal, sebenarnya mereka lelah bersaing dan berkelahi dengan satu sama lain.
Mereka
telah saling kenal sejak kecil. Tahun berganti tahun, perasaan mereka berdua juga
berubah. Dua orang yang seharusnya tidak berteman menjadi dua orang yang tidak
cukup hanya berteman. Dapatkah Pran dan Pat menjalin hubungan di tengah
perseteruan antara keluarga dan fakultas mereka?
Ini
adalah drama Thailand pertama yang kutonton. Sejujurnya, aku ragu dengan serial
BL (boys’ love) Thailand karena
kupikir ceritanya akan cringe (bukan
karena aku homofobik ya). Namun, BB berhasil mematahkan persepsiku. Serial ini menjadi
salah satu serial romcom yang paling recommended versiku.
BB
bisa dibilang seperti kisah Romie dan Juliet versi BL Thailand. Meskipun premis
ceritanya simple, BB berhasil dikemas
sedemikian rupa sehingga cerita ini menjadi begitu menarik. Perkembangan
hubungan serta karakter Pat dan Pran disusun menjadi serangkaian sekuens yang
rapih dalam 12 episode. Penyajiannya juga sangat baik sehingga terkesan apa
adanya, sehingga emosi dari tiap adegan bisa tersampaikan dengan baik ke
penonton. Ditambah lagi, tokoh-tokoh pendampingnya juga tidak lupa untuk diberi
porsi cerita mereka sendiri-sendiri, sehingga tidak sekadar sebagai pendukung
tokoh utama.
Sepanjang
cerita, ada banyak momen lucu Pat dan Pran beserta tokoh-tokoh lainnya.
Penonton tidak akan dibuat bosan dengan ceritanya sebab ada banyak kelucuan
yang terjadi. Adegan-adegan komedinya terasa natural, tidak dipaksakan. Apalagi
ketika Pat dan Pran saling meledek, itu ngakak banget, juga gemas.
Berikutnya,
akting kedua pemeran utamanya, Nanon Korapat Kirdpan sebagai Pran dan Ohm Pawat
Chittsawangdee sebagai Pat, harus diacungi jempol. Akting mereka bagus sekali—ubelieveably believeable. Mereka
telah sukses menghidupkan karakter Pran dan Pat sehingga penonton merasa
terikat pada keduanya. Penonton pun dapat turut merasakan emosi yang sedang
dirasakan kedua tokoh tersebut, entah itu bahagia, galau, cemburu, maupun sedih.
Selain
itu, chemistry yang dibangun Nanon
dan Ohm juga terasa sangat nyata. Ketika mereka bertatapan mata saja, aku jadi
senyum-senyum sendiri. Mereka berdua berhasil membuat penonton baper. Chemistry yang mereka tampilkan tampak sangat bisa dipercaya,
seperti sungguhan. Pokoknya, ketika mereka sedang bermesraan, aku ikut gemas
sendiri; ketika hubungan mereka dilanda masalah, aku ikut meneteskan air mata. Iya,
aku juga tidak menyangka serial BL bisa membuatku seperti itu.
Kemudian,
dialog-dialog dalam serial ini terasa begitu sederhana, jujur dan apa adanya,
juga puitis. Percakapan para tokohnya terasa alami, tidak dibumbui dialog yang
sok berbobot. Kemudian, ketika Pat dan Pran sedang berbicara serius mengenai
hubungan mereka, dialognya itu puitis tapi tidak cringe, malah terdengar manis dan comforting.
Di
samping memiliki cerita yang menarik, serial ini memberikan insight soal hubungan yang sehat ke
penonton. Ketika terjadi masalah dalam hubungan mereka, Pat dan Pran tidak
membesar-besarkan masalah tersebut dan cepat-cepat menyelesaikannya. Mereka
bisa mengalahkan ego dan membicarakan masalah mereka dengan baik-baik—memberikan
contoh komunikasi yang baik sebagai kunci hubungan. Mereka dapat membicarakan
masalah tersebut dengan dewasa dan jujur demi keberlangsungan hubungan mereka.
Selain
itu, aku sangat suka insight yang disampaikan
serial ini melalui sosok Paman Tong (Kongkiat Khomsiri). Paman Tong adalah
tokoh pendukung yang berfungsi sebagai pemandu desa wisata hijau. Aku suka
karakternya yang (spoiler alert)
konsisten dan gigih dalam menjalani gaya hidup ramah lingkungan. Kemudian, dia
bilang bahwa meskipun dia seorang tidak bisa mengubah dunia, gaya hidupnya itu
mengubah caranya bersikap pada dunia; dan perlu diingat bahwa dunia pun tidak
bisa mengubah dia. Itu inspiratif banget dan bagus karena isu lingkungan adalah
perhatian banyak orang. Aku bertima kasih sekali kepada BB karena telah
menyuarakan hal tersebut.
Berikutnya,
momen paling aku suka dari serial ini ada di episode 5: adegan di rooftop. Adegan itu adalah adegan penuh
emosi yang campur aduk. Aku bahkan ikut menangis waktu menontonnya. Selain itu,
aku juga suka episode 7 ketika Pat muncul di tempat latihan pentas drama untuk
menolong Pran dan teman-temannya. Senyum mereka berdua begitu cerah di adegan
itu—aku turut bahagia, hahaha.
Selain
itu, soundtrack-nya juga enak
didengar. Aku suka lagu Just Friend? dan
Our Song oleh Nanon Korapat Kirdpan (pemerannya
Pran). Kalian dapat menonton trailer-nya
di sini.
***
Partner
Track
Season 1
(2022—on going)
Judul
|
:
|
Partner Track
|
Pengembang
|
:
|
Georgina Lee
|
Produser eksekutif
|
:
|
Georgia Lee, Sarah Goldfinger, Kim
Shumway, Kristen Campo, Tony Hernandez, Julie Anne Robinson
|
Produser
|
:
|
John Skidmore, Molly McMillen, Antoine
Douaihy
|
Musim/Episode
|
:
|
1 Musim/10 episode (on going)
|
Pemeran
|
:
|
Arden Cho, Alexandra Turshen, Bradley
Gibson, Dominic Sherwood, Rob Heaps, Nolan Gerard Funk, Matthew Rauch, Roby
Attal
|
Genre
|
:
|
Drama hukum,
drama kantor, romantis, fiksi ilmiah feminis
|
Partner Track (disingkat menjadi PT) merupakan sebuah serial TV yang
diadaptasi dari novel karya Helen Wan yang berjudul The Partner Track yang terbit pada tahun 2013. Serial ini dapat
kalian tonton di platform streaming Netflix.
PT
menceritakan perjalanan karir dan kehidupan pribadi seorang pengacara perdata
perempuan bernama Ingrid Yun (Arden Cho). Ingrid merupakan seorang pengacara di
bidang merger dan akuisisi (merger and
acquisition, MnA) di firma hukum ternama di New York. Dia begitu
profesional dan kompeten di bidangnya, salah satu yang terbaik. Dia juga begitu
berdedikasi bagi firma hukum tempatnya bekerja.
Sudah
enam tahun lamanya Ingrid meniti karir agar mendapatkan promosi menjadi
partner, dan tahun ini adalah saatnya. Beberapa pengacara akan dipilih untuk
menjadi partner, tetapi persaingan sangat ketat, apalagi Ingrid adalah seorang
perempuan Asia-Amerika yang harus bersaing dengan banyak pria berkulit putih.
Oh, tidak lupa juga, dia juga harus bersaing dengan Jeff Murphy (Dominic
Sherwood), yang menyebalkan dan menawan, yang juga adalam kencan satu malamnya
dulu. Berhasilkah Ingrid mendapatkan promosi dan menjadi pengacara perempuan
Asia-Amerika pertama yang menjadi partner di tempat kerjanya?
PT
sudah memukau sejak adegan intronya, ketika (spoiler alert) Ingrid dengan setelan jas merah mudanya berjalan di
tengah kerumunan pekerja laki-laki berkulit putih, yang diiringi narasi
monolognya. Adegan intro tersebut memang sederhana, tetapi menarik karena
langsung memberikan gambaran mengenai ceritanya—bahwa perempuan memiliki
tantangannya sendiri dalam persaingan karir dengan laki-laki.
Akan
tetapi, di beberapa episode pertama, aku kesulitan mengerti ceritanya karena
terlalu banyak istilah hukum dalam dialog-dialognya. Aku yakin banyak juga yang
akan kebingungan, apalagi mereka yang tidak biasa menonton genre drama hukum. Setelah
tiga episode, baru aku bisa menangkap isi ceritanya. Namun, mungkin beberapa
penonton malah berhenti duluan menonton serial ini.
Meskipun
begitu, serial ini tetaplah menarik karena Ingrid mencerminkan realitas banyak
pekerja perempuan yang ambisius. Dia mengingatkanku pada Emily Cooper dari
serial Emily in Paris. Karakternya
mengagumkan, terutama karena kompetensi dan loyalitasnya kepada tempat
kerjanya. Namun, dia seorang workaholic dan people-pleaser. Akibatnya,
dia selalu bekerja lebih keras daripada rekan-rekannya sampai mengorbankan
kehidupan pribadinya, seperti waktu istirahatnya dan hari liburnya. Namun
sedihnya, setelah bekerja banting tulang, tetap saja Ingrid tidak memperoleh reward yang pantas.
Serial
ini menunjukkan realitas dan menjadi sindiran bagi tempat kerja yang masih
patriarkis. Well, tentu masih banyak
tempat kerja yang seperti itu, yang masih mendiskriminasi pekerja perempuan dan
laki-laki. Di dalam serial ini misalnya, diperlihatkan bahwa pekerja laki-laki
lebih diunggulkan dan disukai, sekalipun mereka bersikap konyol dan kurang
kompeten. Hal tersebut terlihat dari karakter Dan Fallon (Nolan Gerard Funk),
yang amat menyebalkan.
Ketidakadilan
gender
dalam serial ini terlihat ketika orang lain yang diapresiasi atas pekejaan yang
dilakukan Ingrid. Ingrid sudah susah payah bekerja, bahkan lembur dan
mengorbankan waktu liburnya, tetapi rekannya yang laki-laki yang mendapatkan
apresiasi dari bos mereka. Itu satu contoh dari berbagai bentuk ketidakadilan
gender di tempat kerja.
PT tidak
hanya membahas ketidakadilan gender di tempat kerja; serial ini pun menyinggung
sikap rasis di tempat kerja. Hal tersebut terlihat ketika (spoiler alert) Dan Fallon mengatakan kepada Tyler Robinson (Bradley
Gibson), salah satu sahabat baik Ingrid, bahwa karirnya sudah terjamin karena
dia seorang Afrika-Amerika dan gay
sehingga tidak perlu bekerja terlalu giat. Itu sebuah komentar yang sangat ignorant, tetapi mungkin kerap kali
dianggap candaan biasa oleh sebagian orang.
Apalagi,
setelah mengucapkannya, Dan merasa tidak bersalah—sikap yang sangat tidak sensitif. Mungkin dalam
konteks Indonesia, perilaku seperti itu tidak sering kita jumpai; tetapi dalam
konteks Amerika Serikat, hal semacam itu betulan terjadi. Pekerja berkulit
putih sering tidak menyadari privilese kulit putihnya dan bersikap ignorant serta tidak etis kepada
rekannya yang berkulit berwarna. Akan tetapi, yang lebih buruk ialah (spoiler alert) ketika pihak manajerial
firma hukum tempat mereka bekerja menindaklanjutinya dengan tidak adil—sebuah
cerminan tempat kerja yang rasis, seksis, dan diskriminatif.
Akan
tetapi, PT tidak sekadar menjadi sindiran; ia juga memberi motivasi untuk
mengejar impian dan passion. Hal
tersebut terutama terlihat dari perkembangan karakter Rachel Friedman (Alexandra
Turshen). Konflik yang dialaminya selalu tentang mempertanyakan passion. Karakternya memberikan
pembelajaran bahwa tidak ada kata terlambat untuk mengejar cita-cita. Di usia
30 sekalipun, kita masih bisa memulai, mengambil langkah pertama dari titik start untuk mengejar cita-cita.
Sementara
itu, untuk unsur romance-nya, aku
pribadi lebih setuju Ingrid dengan Nick Laren (Rob Heaps) daripada dengan Jeff.
Namun, dinamika percintaan Ingrid bukanlah pusat cerita sehingga aku tidak
terlalu mempermasalahkannya. Justru, aku senang karena unsur romance-nya tipis saja.
Selain
itu, serial ini juga menyinggung masalah persahabatan, keluarga, dan lingkunan
hidup. Persahabatan mengagumkan Ingrid, Rachel, dan Tyler pada akhirnya
mendapatkan ujiannya. Hubungan Ingrid dengan saudarinya, Lina Yun (Lena Ahn)
yang agak menyebalkan, begitu relatable
dan mampu menghadirkan momen haru. Perlakuan orang tua Ingrid kepada dirinya
juga relatable—perasaan terbebani
ketika orang tua selalu menuntut lebih dari anak. Kemudian, ada sedikit isu lingkungan
hidup tentang energi bersih yang disinggung dalam konteks pekerjaan Ingrid.
Hal-hal tersebut bukan poin utama serial ini, tetapi aku ingin
mengapresiasinya.
Serial
ini masih akan berlanjut, walaupun belum ada kejelasan mengenai musim keduanya.
Maka dari itu, kita perlu bersabar dulu. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini. ***
If You Wish
Upon Me
(2022)
Judul
|
:
|
If You Wish Upon Me
|
Sutradara
|
:
|
Kim Yong Wan
|
Penulis
|
:
|
Jo Ryeong Soo
|
Produser eksekutif
|
:
|
Park Ki Ho, Yoo Yu Jin
|
Produser
|
:
|
Kim Hae Jeong, Byun Seung Min
|
Musim/Episode
|
:
|
1 Musim/16 episode
|
Pemeran
|
:
|
Ji Chang Wook, Sung Dong Il, Choi Soo
Young
|
Genre
|
:
|
Drama, fiksi humanisme
|
If You Wish Upon Me (disingkat IYWUM) merupakan drama Korea yang dibintangi oleh
tiga aktor papan atas Korea Selatan: Ji Chang Wook, Sung Dong Il, dan Choi Soo
Young. Judul alternatif dari serial ini adalah If You Say Your Wish dan Tell
Me Your Wish. IYWUM bisa kalian tonton di Viu.
IYWUM bercerta tentang seorang mantan
narapidana yang baru saja keluar dari penjara, Yoon Gyeo Ree (Ji Chang Wook).
Karena tak memiliki siapa-siapa, kecuali Sony, anjing peliharaannya yang sudah
seperti anaknya sendiri, Gyeo Ree tak punya tempat tujuan setelah keluar
penjara. Alih-alih, dia harus sembunyi dari kejaran gengnya dulu karena Gyeo
Ree menyembunyikan uang mereka.
Ketika
dia sedang kabur dari kejaran geng tersebut, Gyeo Ree menimbulkan kecelakaan lalu
lintas sehingga mendapatkan sanksi untuk melakukan pekerjaan relawan (volunteer work) di sebuah rumah sakit hospice, rumah sakit khusus
yang menangani pasien yang sekarat dengan tujuan bukan untuk menyembuhkan
mereka, tetapi meredakan rasa sakit dan memenuhi kebutuhan emosional dan
spiritual mereka.
Di
rumah sakit tersebut, ada sekumpulan relawan yang menyebut diri mereka Tim Jin
yang selalu berusaha mengabulkan permohonan terakhir pasien-pasien di sana
sebelum ajal menjemput, seperti jin pengabul permohonan. Tim Jin tersebut
dipimpin oleh Kang Tae Sik (Sung Dong Il) atau biasa dipanggil Kang banjang (Chief Kang). Meski aksi mereka ditentang oleh beberapa orang di
rumah sakit, Tim Jin senantiasa menolong mereka yang ingin permintaan
terakhirnya terwujud.
Tentu
saja Gyeo Ree yang berlagak preman pada awalnya sulit beradaptasi di tempat
tersebut. Apalagi dia harus bergabung bersama Tim Jin, termasuk dalam hal
mengabulkan permohonan—baginya itu merepotkan banget. Namun, ada alasan
tersendiri mengapa Kang banjang ingin
agar Gyeo Ree bergabung dalam Tim Jin. Sebuah alasan rahasia yang tersangkut
paut dengan masa lalu Gyeo Ree.
Sewaktu
menonton drakor ini, aku jadi teringat drakor Move to Heaven (2021), salah satu drakor kesukaanku (kalian dapat
membaca reviunya di sini). Kedua drakor ini punya tema yang berkaitan dengan kematian tapi
dengan pendekatan yang comforting. Bedanya,
IYWUM bukan tipe cerita yang satu
kasus per episode. Namun, itu menjadikannya berdusari panjang dan pada beberapa
bagian diisi dengan konflik dan adegan yang kurang penting.
Walau
begitu, semua kasus permohonan terakhir yang dikerjakan Tim Jin selalu membuatku
terharu. Aku tidak bisa menahan air mataku karena momen-momen itu sungguh
menyedihkan sekaligus menghangatkan. Ada kesedihan akibat kepergian orang
tersayang, sekaligus perasaan bahagia karena tahu mereka telah memenuhi keinginan
mereka sehingga dapat pergi tanpa penyesalan. Dari semua kasus yang ada,
kesukaanku adalah kasusnya Im Se Mee (Park Jin Joo) yang ingin tampil di drama
musikal—aku sedih banget waktu melihat dia pergi.
Berikutnya,
aku sungguh suka perkembangan karakter Yoon Gyeo Ree. Di episode pertama, dia terlihat
seperti orang yang ingin menyerah pada kehidupan. Tidak memiliki apa-apa, tidak
punya tujuan—Gyeo Ree pikir hidup sangat menakutkan. Aku masih ingat salah satu
dialognya, “Masalahnya adalah kehidupan membuatku takut.” Dia bahkan mengklaim dirinya tak pernah merasa bahagia seumur
hidup dan keinginannya hanyalah agar bisa merasakan bahagia meski hanya sekali
dalam hidupnya.
Namun,
sejak bergabung dengan Tim Jin, ia perlahan bisa mengerti keindahan dalam
kehidupan. Dia bisa tersenyum, tertawa, dan bahkan jatuh cinta. Dia menemukan
keluarga di rumah sakit tempatnya bekerja sebagai relawan. Setelah menonton
sampai episode 10, lalu melihat kembali Gyeo Ree di episode 1, dia telah
mengalami banyak sekali perubahan. Perkembangan karakternya mengajari bahwa kehidupan
menjadi indah berkat kebersamaan dan kasih sayang.
Oh
iya, di drakor ini, female lead role-nya
adalah Seo Yeon Joo (Choi Soo Young) alias Suster Seo. Agak antimainstream dari kebanyakan tokoh
perempuan, Suster Seo bukanlah perempuan feminin, dia hobi berolah raga. Karakternya
itu keren—sosok girl crush para
perempuan banget. Namun, yang menarik ialah lapisan-lapisan karakternya juga
dibahas, seperti tentang alasan dia suka berolah raga—dan itu sedih sekali. Oh
iya, salah satu dialognya yang paling kusuka ialah, “Kamu harus memberi tahu
orang lain rasa sakitmu, jangan disimpan sendiri.”
Selain
Suster Seo, anggota-anggota Tim Jin lain pun memiliki konfliknya sendiri-sendiri.
Akan tetapi, beberapa dari mereka tidak mendapatkan porsi penyelesaian masalah
yang cukup. Drakor ini terlalu sibuk pada dramanya Gyeo Ree dan gengnya.
Padahal, aku lebih tertarik dengan masalah personalnya anggota-anggota Tim Jin.
Berikutnya,
terkait masalah Gyeo Ree dan gengnya, sejak beberapa episode awal, aku
penasaran sekali soal itu, juga masalah Gyeo Ree dengan adiknya, Ha Joon Kyung
(Won Ji An), serta masa lalu Kang banjang
dengan Gyeo Ree. Ada banyak masalah di masa lalu Gyeo Ree. Pada akhirnya,
semua itu terungkap perlahan mulai dari episode 10. Akan tetapi, ketika semua
masalah mulai diungkap, rasanya semua itu terlalu ruwet, seperti sinetron saja.
Penyelesaiannya pun terlalu lebay. Walaupun begitu, aku senang dengan
perkembangan karakter Ha Joon Kyung si adiknya Gyeo Ree serta dengan
perkembangan hubungan Gyeo Ree dan Kang banjang
yang bagaikan anak dan ayah.
Dan terakhir, tentu bagian akhir drakor ini memuaskan. Meski
sempat terasa seperti sinetron di beberapa episode, tetap saja mengharukan
melihat akhir kisah drakor ini. IYWUM ditutup
dengan sebuah perpisahan, sebuah kematian yang menyakitkan. Di sisi lain,
penonton justru akan melihat bahwa kematian mereka yang pergi juga
mempertemukan orang-orang baik dengan orang-orang baik lainnya. Ada perpisahan,
juga ada pertemuan. Terasa sangat heart-warming
melihat Tim Jin dapat berkumpul dengan beberapa tokoh pendamping dari episode-episode
sebelumnya yang telah mereka tolong.
Beberapa
soundtrack drakor ini juga enak
didengar, seperti Loner oleh Kim Sung Kyu dan To My Star oleh Sooyoung. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.
***
Drama Ratu
Drama
(2022)
Judul
|
:
|
Drama Ratu Drama
|
Sutradara
|
:
|
Aco Tenriyagelli
|
Penulis
|
:
|
Aco Tenriyagelli, Hanan Novianti, Indriani
Agustina, Dinda A. F. Suratman
|
Produser eksekutif
|
:
|
Shanty Harmayn, Tanya Yuson, Aoura
Lovenson Chandra, Monika Rudijono
|
Produser
|
:
|
Sari Mochtan, Florence Giovani, Joshua
Dwi, Tia Hendani
|
Musim/Episode
|
:
|
1 Musim/8 episode
|
Pemeran
|
:
|
Enzy Storia, Rachel Amanda, Ibrahim
Rasyid, Randy Danistha, Yayu Unru
|
Genre
|
:
|
Drama komedi, satir,
mokumenter
|
Drama Ratu Drama (yang selanjutnya disebut DRD) adalah sebuah serial orisinal dari Vidio.com Indonesia. Serial ini
diadaptasi dari novel berjudul Sweetheart
of Nobody karya Santi Susilowati yang dapat dibaca di Storial.co. Kalian
bisa menonton DRD di Vidio.com.
DRD
bercerita tentang seorang perempuan, bernama Julieta “Ijul” Navara (Enzy
Storia), yang merupakan seorang aktris pemula di dunia sinetron. Akan tetapi,
selama dia berkarir sebagai aktris, dia selalu mendapat peran antagonis.
Akibatnya, banyak masyarakat yang sungguhan membenci dia karena terbawa
perasaan akibat perannya di sinetron. Padahal, Ijul yang sesungguhnya itu
sangat baik, positif, dan ramah—jauh berbeda dengan perannya di sinetron.
Setelah
sinetronnya yang terakhir selesai, Ijul sedang mencari tawaran syuting baru
dengan harapan bisa mendapat peran protagonis. Namun, lagi-lagi dia mendapat
peran antagonis di sinetron terbarunya. Padahal, Ijul ingin bisa mengubah
citranya di mata masyarakat. Akankah Ijul bisa meyakinkan orang-orang bahwa dia
itu orang baik, juga aktris yang berbakat?
DRD
adalah salah satu serial Indonesia yang bagus sekali. Salah satu poin utama
serial ini adalah sindiran satirnya kepada industri sinetron Indonesia yang
menggunakan sistem produksi stripping
atau kejar tayang. DRD mengkritik bahwa cara produksi sinteron seperti itu
seringkali tidak manusiawi di lapangan. Para kru tidak dapat istirahat, libur,
apalagi kesempatan untuk pulang bertemu keluarga mereka karena harus segera
syuting untuk episode berikutnya setiap hari.
Selain
itu, cara produksi seperti itu menghasilkan cerita yang asal-asalan. Misal, (spoiler alert) ketika Amelie (Rachel
Amanda) mendadak keluar dari proyek sinetron tersebut, Yoda (Randy Danistha)
sebagai sutradara mengatasinya dengan membuat cerita di mana tokoh yang
diperankan Amelie menjalani operasi plastik sehingga berganti wajah. Bahkan,
pihak produser eksekutif pun juga hanya mementingkan rating alih-alih kualitas cerita. Ya, itu adalah sindiran keras
untuk sinteron-sinteron Indonesia yang ceritanya itu-itu saja dengan alur yang
buruk.
Selanjutnya,
aku suka sekali dengan karakter Ijul. Tapi omong-omong, aku tidak menyangka
Enzy Storia yang biasa aku lihat di TV sebagai presenter kocak, ternyata bisa
berakting sebagus ini! Enzy tampil memukau sebagai Ijul, sosok perempuan yang
keren banget karena mampu bertahan menjadi orang baik ketika orang-orang
menganggapnya sebaliknya. Dia selalu sabar dan bersikap ramah kepada semua
orang, seperti dengan membawakan kue cupcake
untuk dibagi-bagi di lokasi syuting. Itu membuat karakternya tidak sulit
untuk disukai.
Di
sisi lain, ada sifat Ijul yang sangat menyebalkan, yakni dia seorang people pleaser yang ingin menyenangkan
hati semua orang. Tentu itu bisa dipahami, dia bersikap ramah kepada siapapun
demi memperbaiki citranya di mata publik. Namun, pada situasi-situasi tertentu,
demi tidak menyakiti siapapun, Ijul justru bersikap netral dan diam meski dia
sadar bahwa diamnya malah melukai orang lain. Pada situasi-situasi tertentu,
Ijul seharusnya tahu bahwa dia harus melawan, bukan senyum. Sepertinya, itu
kendala yang dialami para people pleaser.
Namun,
jangan salah sangka dulu. Pada akhirnya, Ijul mengalami perkembangan karakter
yang luar biasa. Perlahan-lahan, penonton akan melihat lelahnya Ijul menjadi people pleaser hingga akhirnya semua kekesalan
yang dia simpan pun meledak. Enzy Storia melakukan monolog selama 10 menit
dengan penuh emosi yang membara—itu momen paling membanggakan untuk Ijul. Kalau
kata Yoda, “Ijul menang atas dirinya.”
Walau
genre serial ini adalah drama komedi, penonton tetap akan disuguhi momen-momen yang
memancing air mata keluar. Salah satunya adalah (spoiler alert) waktu Kak Romli (Teuku Rifnu Wikana) harus pamit
karena dipecat dari proyek sinteron tersebut. (Spoiler alert) momen ketika Ijul kabur dari acara penghargaan, lalu
berkhayal ketemu mendiang ibunya juga terasa sedih—Ijul menangis di pangkuan
ibunya, mengadu bahwa dia lelah melalui tangisan tersebut. Kemudian, dinamika
Ijul dan ayahnya, Om Yuliardi (Yayu Unru) juga cukup mengharukan. Ekspektasi
sang ayah kepada Ijul membuatnya tertekan, tetapi pada akhirnya, mereka bisa
berdamai dan mengerti satu sama lain.
Kalian
dapat menonton trailer-nya di sini.
***
She-Hulk:
Attorney at Law
(2022)
Judul
|
:
|
She-Hulk: Attorney at Law
|
Pencipta
|
:
|
Jessica Gao
|
Sutradara
|
:
|
Kat Coiro, Anu Valia
|
Produser eksekutif
|
:
|
Kevin Feige, Loius D’Esposito, Victoria
Alonso, Brad Winderbaum, Kat Coiro, Jessica Gao, Wendy Jacobson
|
Produser
|
:
|
Melissa Hunter
|
Musim/Episode
|
:
|
1 Musim/9 episode
|
Pemeran
|
:
|
Tatiana Maslany, Jameela Jamil, Ginger
Gonzaga, Mark Ruffalo, Josh Segarra, Tim Roth
|
Genre
|
:
|
Superhero, drama hukum, petualangan, aksi, komedi, fiksi ilmiah, fiksi ilmiah feminis
|
She-Hulk:
Attorney at Law (selanjutnya disebut She-Hulk)
adalah serial kedelapan dari Marvel Cinematic Universe (MCU) sekaligus serial
terakhir dari fase 4 MCU. She-Hulk mendapat
respons positif secara umum dari kritikus, meski banyak penonton yang memberi
respons negatif. Kalian bisa menontonnya di Disney+ Hotstar.
Setelah pertempuran besar para Avengers
melawan Thanos (tonton Avengers: Endgame),
Bruce Banner alias Hulk (Mark Ruffalo) pergi bersama sepupunya, Jennifer “Jen”
Walters (Tatiana Maslany) untuk berlibur. Namun, di tengah perjalanan mereka,
muncul kapal luar angkasa yang menyebabkan mobil keduanya kecelakaan. Dalam
insiden tersebut, darah Bruce tak sengaja terkena luka Jen sehingga
“menularkan” gen Hulk-nya.
Jen pun kini dapat berubah menjadi sosok Hulk
perempuan, yang berarti hidupnya tak akan pernah sama lagi. Pekerjaannya
sebagai pengacara, kehidupan pribadinya di usia 30-an, dan hal-hal lain dalam
hidupnya berubah drastis sejak dia menjadi pahlawan super bernama She-Hulk.
Padahal, dia hanya ingin menjadi pengacara biasa. Dapatkah Jen menyesuaikan
diri dengan perubahan “besar” dalam hidupnya tersebut?
She-Hulk adalah serial superhero yang memiliki konsep sangat
berbeda dari kebanyakan tontonan segenrenya. Maka, kalau kalian berekspektasi
melihat cerita seorang pahlawan yang bangkit dari nol, lalu mengalahkan
penjahat super dengan berbagai aksi ciamik hingga berhasil menyelamatkan dunia,
She-Hulk bukanlah tontonan yang
tepat. Alih-alih, kalau kalian mencari tontonan lucu, ringan, dan menghibur
bergenre drama hukum dengan sentuhan feminisme dan perkembangan karakter yang
baik, She-Hulk adalah tontonan yang
tepat.
Harus diakui, alur cerita She-Hulk memang meberikan kesan yang
bercampur. Pada beberapa episode pertama, ketika Jen baru mendapat kekuatan
She-Hulk-nya, cerita terasa menarik dan menyenangkan untuk diikuti. Namun
kemudian, cerita tampak tidak berarah, tidak jelas akan ke mana sehingga tidak
bisa memikat beberapa penonton. Meski di beberapa episode terakhirnya (tiga
episode tarakhir), alur ceritanya kembali menarik, pertengahan cerita tersebut
tetaplah sebuah kelemahan bagi serial ini.
Meski begitu, aku masih dapat menikmatinya dan
menemukan beberapa hal menarik dari serial ini. Salah satunya ialah bahwa
serial ini cukup relevan dan akurat menggambarkan sikap patriarkis
orang-orang di media sosial. Di She-Hulk,
Jen kerap mendapat hate comment di
media sosial akibat popularitasnya. Banyak yang bilang dia tak pantas
mendapatkan kekuatan Hulk dan mempermasalahkan gendernya sebagai perempuan. Orang-orang
yang tergabung sebagai haters-nya tersebut
adalah laki-laki—sungguh tipikal.
Menariknya, selama penayangan She-Hulk, banyak warganet yang
mengomentari berbagai elemen feminisme dalam serial ini. Banyak warganet yang
mempermasalah kelakuan konyol She-Hulk dan mengatakan bahwa itu merendahkan
nama MCU. Padahal pada film-film sebelumnya, banyak superhero laki-laki yang berbuat konyol, tetapi tak pernah mendapat
komentar seperti itu. Itu mirip dengan yang ada dalam cerita, yakni perempuan cenderung
dihujat di media sosial, sedangkan laki-laki tidak. Maka dari itu, bisa
dibilang, musuhnya Jen adalah warganet dengan berbagai sikap seksis dan
patriarkis mereka.
Yang menarik lagi ialah cara Jen menanggapi
komentar-komentar haters tersebut.
Dia hanya cuek, tak mau risau, seperti kata pepatah saja, anjing menggong-gong, kafilah berlalu. Dia sangat chill dalam menghadapinya, dan itu
menjadikan karakternya asyik. Bahkan, sejak episode pertama pun, penonton dapat
melihat bahwa Jen lebih bisa mengendalikan emosinya sehingga dia dapat
mengendalikan kekuatan Hulk-nya lebih baik dan cepat dariapda Bruce yang butuh
waktu bertahun-tahun. Itu seakan-akan ingin mengatakan bahwa perempuan yang
biasa dianggap emosional ternyata lebih bisa mengendalikan emosi daripada laki-laki.
Selain tentang feminisme dan sindiran
terhadap budaya patriarkis, She-Hulk juga
tentang perkembangan karkater Jen. Konflik utamanya adalah tentang bagaimana Jen
menyeimbangkan kehidupan barunya sebagai Jen si pengacara biasa dan sebagai
She-Hulk si superhero selebriti dan
pengacara urusan manusia super. Di sepanjang serial, dia tampak kesulitan untuk
menerima dirinya sebagai She-Hulk dan merasa dirinya sebagai Jen itu tidak
dicintai dan diinginkan. Aku dapat bersimpati padanya.
Oleh karena itu, tiga episode terakhir She-Hulk sangat menarik bagiku. Pada
episode 7, Jen belajar untuk menerima dirinya. Pada episode 8, dia bertemu
seseorang yang memberinya insight
berharga, “Jennifer Walters bisa menolong orang-orang ketika masyarakat gagal,
tapi She-Hulk bisa menolong orang-orang ketika hukum yang gagal.”
Akan tetapi sayangnya, sebagai serial yang
juga bergenre drama hukum, elemen drama hukum serial ini malah kurang menarik. She-Hulk menggunakan konsep satu kasus
per episode. Namun, mungkin karena durasi yang singkat dan vibes santai yang agak berlebihan, kasus-kasus tersebut seperti
aksesoris bagi cerita ini, tidak terlalu mengikat bagi penonton.
Kemudian, untuk yang belum tahu, She-Hulk ini adalah tipe tontonan yang
menggunakan konsep break the 4th
wall. Aku suka sekali dengan unsur tersebut yang ada di serial ini karena
interaksi Jen dengan penonton tidak berlebihan dan terkesan asyik. Apalagi
episode terakhirnya! Itu adalah sebuah akhir cerita yang sangat tidak terduga,
gokil banget. Sebuah tontonan break the 4th
wall yang next level. Terima kasih
Jen karena sudah menyuarakan keinginan-keinginan penonton!
Oh iya, hampir di tiap episode She-Hulk ada cameo atau penampilan istimewa dari tokoh-tokoh MCU, seperti Bruce
Banner dan Wong. Terkadang, ada juga cameo
dari tokoh yang sama sekali tak terduga loh! Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.
***
Black Clover (season 1-4)
Season 1-4
(2017—on
going)
Judul
|
:
|
Black Clover
|
Sutradara
|
:
|
Yoshihara Tatsuya, Tanemura Ayataka
(episode 153–170)
|
Penulis
|
:
|
Fudeyasu Kazuyuki (episode 1–152), Katou
Kanichi (episode 153–170)
|
Produser
|
:
|
Isotani Maiko, Komatsu Naomi, Sugasawa
Masahiro (episode 1–128), Nara Hatsuo (episode 129–170)
|
Musim/Episode
|
:
|
4 Musim/170 episode (on going)
|
Pengisi suara
|
:
|
Kajiwara Gakuto, Shimazaki Nobunaga, Yūki
Kana, Suwabe Junichi, Fukuyama Jun, Muro Genki, Murase Ayumu, Hino Satoshi,
Yasuno Kiyono, Mizuki Nana, Takahashi Minami, Matsuda Kenichiro, Midorikawa
Hikaru, Saiga Mitsuki, Sakura Ayane, Terashima Takuma, Nishi Asuka
|
Genre
|
:
|
High fantasy,
petualangan, shounen
|
Black
Clover (disingkat
BC) adalah sebuah serial anime yang diadaptasi dari manga dengan judul yang
sama karya Tabata Yūki. Manga Black
Clover terbit sebagai serial sejak Februari 2015 dan sampai November 2022,
sudah ada 33 volume. Adaptasi anime pertama dari manga Black Clover berupa OVA (original
animated video) pada 2017, lalu dijadikan sebuah serial anime pada tahun yang
sama. Kalian dapat menonton seluruh episode lengkap BC di Viu dan Bilibili.TV. Oh
iya, film anime BC, bertajuk Black
Clover: Sword of the Wizard King direncanakan tayang pada tahun 2023 nanti
di bioskop dan Netflix.
BC mengambil latar di sebuah dunia tempat
semua orang terlahir dengan kekuatan sihir. Namun, ada seorang anak bernama
Asta (Kajiwara Gakuto) yang malah terlahir tanpa kekautan sihir sama sekali. Sewaktu
bayi, Asta dibuang di sebuah gereja yang berada di kampung terpencil. Pada hari
yang sama, ada bayi lain yang juga dibuang di gereja tersebut, namanya Yuno
(Shimazaki Nobunaga).
Keduanya tumbuh menjadi pemuda yang hebat,
tetapi sangat berbeda. Yuno memiliki sihir angin yang menakjubkan—dirinya
seorang penyihir berbakat. Sementara itu, Asta tak memiliki sihir apapun dan
sebagai gantinya, dia melatih kekuatan fisiknya. Keduanya bercita-cita menjadi
Raja Penyihir (Wizard King), pimpinan
tertinggi dari Kesatria Sihir (semacam pasukan tentara kerajaan) di Kerajaan
Semanggi. Mereka ingin membuktikan bahwa
walaupun mereka miskin dan berasal dari kampung terpencil, mereka juga bisa
menjadi luar biasa.
Petualangan keduanya pun dimulai sejak mereka
bergabung ke Kesatria Sihir. Yuno menjadi anggota regu Golden Dawn, regu
terbaik di Kesatria Sihir; sedangkan Asta menjadi anggota regu Black Bull, regu
terburuk di Kesatria Sihir. Keduanya menghadapi berbagai petualangan bersama
teman-teman mereka demi menjadi Raja Penyihir.
Bagi kalian yang suka dengan anime/manga Fairy Tail, kalian pasti akan suka
dengan BC. Ini adalah sebuah anime dengan vibes
fantasi yang begitu kuat—penuh dengan petualangan dan sihir, serta aksi
pertarungan yang seru. Salah satu hal yang paling kusuka adalah teknik
sihirnya. Di dunia BC, orang terlahir dengan satu atribut sihir. Atribut-atribut
sihir yang ada di BC itu unik, tidak hanya sihir-sihir elemen yang mainstream, seperti angin, air, dan api,
tetapi ada juga sihir kapas, cermin, dan racun. Teknik sihirnya pun kreatif
banget, seperti teknik creation magic,
yakni teknik untuk membentuk suatu benda atau entitas dari atribut sihir,
seperti membentuk naga dari air, elang dari angin, atau domba dari kapas.
Pokoknya, untuk urusan sihir yang imajinatif, BC sangat unggul.
Kemudian, tokoh utamanya, yakni Asta juga
menarik. Ketika semua orang memiliki kekuatan sihir, sekalipun itu sangat kecil,
Asta justru tak memiliki kekuatan sihir sama sekali. Namun, sebagai gantinya,
Asta memiliki kekuatan yang disebut anti-sihir, yakni energi unik yang dapat menihilkan
sihir apapun. Unik banget bukan? Selain karena kekuatannya, karakter Asta juga
menarik karena semangatnya dan sikap pantang menyerahnya. Bisa dibilang,
sebagai orang yang tak punya kekuatan sihir sama sekali, Asta adalah orang
paling diremehkan di Kerajaan Semanggi, tetapi dia tak pernah menyerah dan
berkecil hati. Semangatnya itu menginspirasi teman-teman di regunya.
Omong-omong soal teman-teman regu Asta, masing-masing
dari mereka pun punya karkater yang menarik. Regu Black Bull, walau menjadi
yang terburuk, mereka bukanlah orang-orang lemah. Anggota-anggota Black Bull
sangat kuat, hanya saja mereka sulit diatur, hahaha. Tiap-tiap dari mereka
punya kekuatan sihir yang unik, (spoiler
alert) seperti Vanessa Enoteca (Mizuki Nana) yang dapat memanipulasi nasib,
Charmy Pappitson (Yasuno Kiyono) yang memiliki dua atribut sihir, dan Grey
(Takahashi Minami) yang mampu menggunakan teknik transmutasi.
Lebih dari itu, yang lebih menarik dari
anggota-anggota Black Bull adalah perkembangan karakternya. Masing-masing
anggota regu Black Bull memiliki masa lalu yang cukup suram. Mereka adalah
orang-orang yang biasanya diremehkan, dijauhi, dipinggirkan, dan tak diharapkan.
Berkat Asta, mereka semua terinspirasi dan tergerak untuk menjadi lebih kuat.
Di antara mereka, yang perkembangan karakternya paling keren menurutku adalah
Asta sendiri dan Noelle Silva (Yūki Kana).
Akan tetapi, sementara Asta dan tokoh-tokoh
lain di Black Bull memiliki perkembangan karakter yang menarik, Yuno yang juga
tokoh utama anime ini malah sebaliknya. Yuno memang penyihir yang menakjubkan, tetapi
sejak musim kedua, dia jarang muncul. Sekalinya muncul, (spoiler alert) Yuno sudah menguasai sihir roh angin dengan sangat
baik. Dia telah menjadi begitu kuat, tanpa diperlihatkan perkembangannya, yang
padahal dapat menjadi sesuatu yang menarik.
Walaupun begitu, aku tetap suka karakter Yuno,
apalagi soal persahabatannya dengan Asta. Yuno satu-satunya orang yang tidak
pernah meremehkan Asta. Walau dia punya kekuatan sihir yang luar biasa, dia tak
pernah memandang rendah Asta yang tak punya kekuatan sihir. Justru, Yuno-lah
yang pertama yakin Asta mampu menjadi Raja Penyihir, sehingga dia mengakui Asta
sebagai rivalnya. Persahabatan mereka itu mengagumkan.
Kemudian, hal yang paling aku suka dari anime
ini adalah pertarungannya. BC penuh dengan pertarungan-pertarungan sengit yang seru.
Akan tetapi, agak berbeda dari kebanyakan anime yang menampilkan pertarungan
satu lawan satu, BC lebih sering menunjukkan pertarungan antara satu musuh
melawan beberapa anggota Black Bull, hahaha. Itulah salah satu alasan banyak
orang yang kurang suka anime ini—tipikal anime persahabatan yang klise.
Namun, bagiku pribadi, itu bukan masalah
selama dapat dieksekusi dengan baik. Dan itulah yang dilakukan BC—ia mampu
menghadirkan pertarungan yang epik sekali. Bahkan, itu menunjukkan bahwa seseorang
tidak harus selalu menghadapi kesulitan sendirian, ada teman-teman yang bisa
membantu. Selain itu, dengan bertarung bersama teman-temannya, Asta tidak
menjadi kuat sendirian—seperti kebanyakan protagonis anime shounen yang terus bertambah kuat sendiri lalu menjadi si paling
melindungi atau si paling menyelamatkan. Ketika Asta makin bertambah kuat,
teman-temannya juga bertambah kuat.
Oh iya, BC itu tidak hanya soal pertarungan
dan petualangan loh. Setidaknya, ada kritik sosial yang ingin disampaikan,
yakni tentang strata sosial dan diskriminasi. Di Kerajaan Semanggi yang menjadi
latar utama anime ini, terdapat pembagian strata sosial yang ditentukan dari
status sosial seseorang: bangsawan (royal),
orang biasa (commoner), dan orang
kampung (peasant). Status sosial
tersebut juga menentukan kekuatan sihir yang dimiliki seseorang—para bangsawan
punya kekuatan sihir yang besar, sedangkan orang kampung punya kekuatan sihir
yang kecil.
Akibatnya, terdapat diskriminasi yang
mengakibatkan perilaku semena-mena kaum bangsawan terhadap orang biasa dan
orang kampung, seperti yang dialami Asta dan Yuno saat pertama kali bergabung
dengan Kesatria Sihir. Akan tetapi, sebagai orang kampung, Asta dan Yuno berhasil
menunjukkan kepada orang-orang bahwa siapapun dapat menjadi hebat dengan usaha
keras. Bahwa keberhasilan tak semata ditentukan oleh status sosial dan bakat,
melainkan juga oleh kerja keras dan determinasi.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar