A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Serial TV Terfavorit 2022 (part 4)

Serial TV Terfavorit 2022 

***
Daftar isi:
***

Defending Jacob

(2020)

Judul

:

Defending Jacob

Sutradara

:

Morten Tyldum

Pencipta

:

Mark Bomback

Penulis

:

Mark Bomback

Produser eksekutif

:

Mark Bomback, Chris Evans, Morten Tyldum, Rosalie Swedlin, Adam Shulman

Musim/Episode

:

1 Musim/8 episode

Pemeran

:

Chris Evans, Michelle Dockery, Jaeden Martell, Cherry Jones, Pablo Scheiber, Betty Gabriel, Sakina Jaffrey

Genre

:

Crime drama, tragedi

 

Defending Jacob (disingkat menjadi DJ) adalah sebuah miniserial yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya William Landay, yang terbit pada tahun 2012. Serial ini telah mendulang pujian terutama berkat penampilan mengagumkan dari tiga pemeran utamanya, yaitu Chris Evans, Michelle Dockery, dan Jaeden Martell; tetapi mendapat kritik terhadap pace, panjang durasi, dan akhir ceritanya. Kalian bisa menonton DJ di Apple TV+.

Andrew “Andy” Stephen Barber (Chris Evans) adalah seorang ayah dan suami yang bertanggung jawab dan sangat menyayangi keluarganya. Dia memiliki seorang istri cantik bernama Laurie Barber (Michelle Dockery) dan putra bernama Jacob “Jake” Barber (Jaeden Martell). Andy bekerja sebagai asisten jaksa wilayah di kotanya dan merupakan seorang yang sangat profesional di bidangnya. Dengan memiliki keluarga kecil yang bahagia dan pekerjaan yang terhormat, hidup Andy bisa dibilang sempurna.

Namun, segalanya berubah ketika mayat seorang anak bernama Ben Rifkin (Liam Kilbreth), teman sekolah Jacob, ditemukan. Berdasarkan olah TKP dan pemeriksaan jenazah, petunjuk yang telah didapatkan mengarah ke Jacob. Setelah Jacob ditetapkan sebagai tersangka, kehidupan keluarga kecilnya berubah drastis.

Sebagai seorang ayah, Andy melakukan segala yang dia bisa demi melindungi keluarganya dan agar Jacob dinyatakan tak bersalah. Namun, pertanyaan selalu menghantui pikiran Laurie—apakah putranya mampu membunuh seseorang?

Kalau menurutku, ini adalah serial yang underrated dalam hal popularitas. DJ memiliki alur cerita yang mendebarkan sejak episode pertama hingga akhir. Penonton pasti akan merasa tegang dan terus bertanya-tanya siapa pembunuh Ben. Tidak ada jeda ataupun selingan komedinya sehingga suasana tegangnya terus terjaga. Ditambah dengan color grading-nya, serial ini akan menguras otak dan emosi penonton sampai akhir.

Kemudian, akting dari Jaeden Martell sebagai Jacob Barber sangat mengagumkan. Dia mampu memerankan Jacob sehingga menimbulkan kesan ambigu. Karakter Jacob berhasil membuat penonton kebingungan dan terus bertanya apakah mungkin dia pembunuhnya. Apalagi, (spoiler alert) ketika keluar hasil diagnosis psikolog mengenai kecenderungan genetik Jacob yang memang kurang berempati, itu makin membuat penonton berpikir bisa jadi dia memang pembunuhnya. Opini penonton akan terus diombang-ambing sepanjang cerita berjalan hingga tidak bisa menebak Jacob bersalah atau tidak.

Selain Jacob, tokoh Andy Barber dan Laurie Barber yang diperankan Chris Evans dan Michelle Dockery juga mengagumkan. Ini pertama kalinya aku melihat Chris Evans berperan sebagai seorang ayah sekaligus bermain di genre crime drama. Rupanya, dia berhasil melakukannya dengan baik sehingga emosi dan stres yang dialami Andy dapat tersampaikan dengan baik ke penonton. Andy tampak punya banyak sekali beban pikiran demi melindungi keluarganya. Namun, yang aku kagum adalah dia bisa percaya pada putranya sampai akhir.

Sementara itu, untuk karkater Laurie Barber, perkembangan karakternya dibawakan dengan begitu rapih. Berbeda dengan Andy, Laurie menghadapi situasi keluarga mereka dengan lebih buruk. Dia kehilangan pekerjaannya, hanya diam di rumah tak bisa banyak membantu seperti Andy. Ditambah lagi, Andy dan Jacob menyimpan rahasia darinya yang membuatnya makin stres. Perkembangan karakternya tersebut terlihat dengan jelas dari episode ke episode. Dan ternyata, itu menjadi kunci ke akhir cerita serial ini.

Berikutnya, aku suka dengan storyline-nya. Sesuai judulnya, cerita serial ini lebih fokus pada keluarga Barber dan upaya mereka agar Jacob tidak dinyatakan bersalah, bukan pada kasus pembunuhan Ben. Tentu pembunuhan Ben itu penting, tetapi karena itu bukan fokusnya, maka tidak ada banyak adegan investigasi polisi di sini. Cerita lebih fokus pada perubahan kehidupan keluarga Barber yang dari keluarga kecil bahagia menjadi keluarga yang penuh masalah.

Selama menonton ini, aku terus merasa kasihan pada keluarga tersebut. Di episode pertama, keluarga mereka merupakan potret keluarga kecil bahagia khas Amerika. Namun, setelah tragedi itu terjadi, semua berubah drastis. Di tempat umum, semua orang menatap mereka. Jacob tidak lagi bisa bersekolah. Bahkan, untuk pergi ke pasar swalayan saja, mereka harus pergi pagi-pagi sekali agar tidak bertemu orang-orang. Ketika persidangan makin dekat, kondisi keluarga mereka makin buruk. Hal tersebut disajikan dengan pace perlahan dan suasana yang mendebarkan, sehingga penonton dapat merasakan perubahannya dengan lebih baik.

Akan tetapi, akhir ceritanya yang masih menyisakan pertanyaan membuat penonton kecewa. Sampai akhir, (spoiler alert) penonton terus dibuat penasaran soal pembunuh Ben—meski itu bukan poin utama serial ini, tetap saja penonton butuh jawaban. Di samping itu, aku merasa serial ini terlalu panjang. Ada beberapa adegan yang mungkin bisa dipangkas agar cerita menjadi lebih padat dan singkat. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Bad Buddy

(2021—2022)

Judul

:

Bad Buddy

Sutradara

:

Aof Noppharnach Chaiwimol

Musim/Episode

:

1 Musim/12 episode

Pemeran

:

Nanon Korapat Kirdpan, Ohm Pawat Chittsawangdee, Love Pattranite Limpatiyakorn, Milk Pansa Vosbein, Jimmy Jitaraphol Potiwihok, Drake Sattabut Laedeke

Genre

:

Boys’ love, komedi romantis, coming of age

 

Bad Buddy (disingkat menjadi BB) adalah serial dengan judul orisinal Khae Phuean Khrap Phuean (Just a Friend, Friend). Serial ini diadaptasi dari novel berjudul Behind The Scenes karya Afterday dan -West-. Kalian dapat menonton BB di kanal Youtube GMM TV dan di WeTV.

BB bercerita tentang dua anak laki-laki yang selalu bersaing seumur hidup mereka, yakni Pran (Nanon Korapat Kirdpan) dan Pat (Ohm Pawat Chittsawangdee). Keluarga mereka tidak pernah akur, selalu bersaing, meski bertetangga. Oleh karena itu, sejak kecil mereka dididik orang tua mereka untuk bersaing juga. Kini, di kampus pun, fakultas mereka juga terkenal selalu berkelahi, tidak pernah akur. Padahal, sebenarnya mereka lelah bersaing dan berkelahi dengan satu sama lain.

Mereka telah saling kenal sejak kecil. Tahun berganti tahun, perasaan mereka berdua juga berubah. Dua orang yang seharusnya tidak berteman menjadi dua orang yang tidak cukup hanya berteman. Dapatkah Pran dan Pat menjalin hubungan di tengah perseteruan antara keluarga dan fakultas mereka?

Ini adalah drama Thailand pertama yang kutonton. Sejujurnya, aku ragu dengan serial BL (boys’ love) Thailand karena kupikir ceritanya akan cringe (bukan karena aku homofobik ya). Namun, BB berhasil mematahkan persepsiku. Serial ini menjadi salah satu serial romcom yang paling recommended versiku.

BB bisa dibilang seperti kisah Romie dan Juliet versi BL Thailand. Meskipun premis ceritanya simple, BB berhasil dikemas sedemikian rupa sehingga cerita ini menjadi begitu menarik. Perkembangan hubungan serta karakter Pat dan Pran disusun menjadi serangkaian sekuens yang rapih dalam 12 episode. Penyajiannya juga sangat baik sehingga terkesan apa adanya, sehingga emosi dari tiap adegan bisa tersampaikan dengan baik ke penonton. Ditambah lagi, tokoh-tokoh pendampingnya juga tidak lupa untuk diberi porsi cerita mereka sendiri-sendiri, sehingga tidak sekadar sebagai pendukung tokoh utama.

Sepanjang cerita, ada banyak momen lucu Pat dan Pran beserta tokoh-tokoh lainnya. Penonton tidak akan dibuat bosan dengan ceritanya sebab ada banyak kelucuan yang terjadi. Adegan-adegan komedinya terasa natural, tidak dipaksakan. Apalagi ketika Pat dan Pran saling meledek, itu ngakak banget, juga gemas.

Berikutnya, akting kedua pemeran utamanya, Nanon Korapat Kirdpan sebagai Pran dan Ohm Pawat Chittsawangdee sebagai Pat, harus diacungi jempol. Akting mereka bagus sekali—ubelieveably believeable. Mereka telah sukses menghidupkan karakter Pran dan Pat sehingga penonton merasa terikat pada keduanya. Penonton pun dapat turut merasakan emosi yang sedang dirasakan kedua tokoh tersebut, entah itu bahagia, galau, cemburu, maupun sedih.

Selain itu, chemistry yang dibangun Nanon dan Ohm juga terasa sangat nyata. Ketika mereka bertatapan mata saja, aku jadi senyum-senyum sendiri. Mereka berdua berhasil membuat penonton baper. Chemistry yang mereka tampilkan tampak sangat bisa dipercaya, seperti sungguhan. Pokoknya, ketika mereka sedang bermesraan, aku ikut gemas sendiri; ketika hubungan mereka dilanda masalah, aku ikut meneteskan air mata. Iya, aku juga tidak menyangka serial BL bisa membuatku seperti itu.

Kemudian, dialog-dialog dalam serial ini terasa begitu sederhana, jujur dan apa adanya, juga puitis. Percakapan para tokohnya terasa alami, tidak dibumbui dialog yang sok berbobot. Kemudian, ketika Pat dan Pran sedang berbicara serius mengenai hubungan mereka, dialognya itu puitis tapi tidak cringe, malah terdengar manis dan comforting.

Di samping memiliki cerita yang menarik, serial ini memberikan insight soal hubungan yang sehat ke penonton. Ketika terjadi masalah dalam hubungan mereka, Pat dan Pran tidak membesar-besarkan masalah tersebut dan cepat-cepat menyelesaikannya. Mereka bisa mengalahkan ego dan membicarakan masalah mereka dengan baik-baik—memberikan contoh komunikasi yang baik sebagai kunci hubungan. Mereka dapat membicarakan masalah tersebut dengan dewasa dan jujur demi keberlangsungan hubungan mereka.

Selain itu, aku sangat suka insight yang disampaikan serial ini melalui sosok Paman Tong (Kongkiat Khomsiri). Paman Tong adalah tokoh pendukung yang berfungsi sebagai pemandu desa wisata hijau. Aku suka karakternya yang (spoiler alert) konsisten dan gigih dalam menjalani gaya hidup ramah lingkungan. Kemudian, dia bilang bahwa meskipun dia seorang tidak bisa mengubah dunia, gaya hidupnya itu mengubah caranya bersikap pada dunia; dan perlu diingat bahwa dunia pun tidak bisa mengubah dia. Itu inspiratif banget dan bagus karena isu lingkungan adalah perhatian banyak orang. Aku bertima kasih sekali kepada BB karena telah menyuarakan hal tersebut.

Berikutnya, momen paling aku suka dari serial ini ada di episode 5: adegan di rooftop. Adegan itu adalah adegan penuh emosi yang campur aduk. Aku bahkan ikut menangis waktu menontonnya. Selain itu, aku juga suka episode 7 ketika Pat muncul di tempat latihan pentas drama untuk menolong Pran dan teman-temannya. Senyum mereka berdua begitu cerah di adegan itu—aku turut bahagia, hahaha.

Selain itu, soundtrack-nya juga enak didengar. Aku suka lagu Just Friend?  dan Our Song oleh Nanon Korapat Kirdpan (pemerannya Pran). Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Partner Track
Season 1

(2022—on going)

Judul

:

Partner Track

Pengembang

:

Georgina Lee

Produser eksekutif

:

Georgia Lee, Sarah Goldfinger, Kim Shumway, Kristen Campo, Tony Hernandez, Julie Anne Robinson

Produser

:

John Skidmore, Molly McMillen, Antoine Douaihy

Musim/Episode

:

1 Musim/10 episode (on going)

Pemeran

:

Arden Cho, Alexandra Turshen, Bradley Gibson, Dominic Sherwood, Rob Heaps, Nolan Gerard Funk, Matthew Rauch, Roby Attal

Genre

:

Drama hukum, drama kantor, romantis, fiksi ilmiah feminis

 

Partner Track (disingkat menjadi PT) merupakan sebuah serial TV yang diadaptasi dari novel karya Helen Wan yang berjudul The Partner Track yang terbit pada tahun 2013. Serial ini dapat kalian tonton di platform streaming Netflix.

PT menceritakan perjalanan karir dan kehidupan pribadi seorang pengacara perdata perempuan bernama Ingrid Yun (Arden Cho). Ingrid merupakan seorang pengacara di bidang merger dan akuisisi (merger and acquisition, MnA) di firma hukum ternama di New York. Dia begitu profesional dan kompeten di bidangnya, salah satu yang terbaik. Dia juga begitu berdedikasi bagi firma hukum tempatnya bekerja.

Sudah enam tahun lamanya Ingrid meniti karir agar mendapatkan promosi menjadi partner, dan tahun ini adalah saatnya. Beberapa pengacara akan dipilih untuk menjadi partner, tetapi persaingan sangat ketat, apalagi Ingrid adalah seorang perempuan Asia-Amerika yang harus bersaing dengan banyak pria berkulit putih. Oh, tidak lupa juga, dia juga harus bersaing dengan Jeff Murphy (Dominic Sherwood), yang menyebalkan dan menawan, yang juga adalam kencan satu malamnya dulu. Berhasilkah Ingrid mendapatkan promosi dan menjadi pengacara perempuan Asia-Amerika pertama yang menjadi partner di tempat kerjanya?

PT sudah memukau sejak adegan intronya, ketika (spoiler alert) Ingrid dengan setelan jas merah mudanya berjalan di tengah kerumunan pekerja laki-laki berkulit putih, yang diiringi narasi monolognya. Adegan intro tersebut memang sederhana, tetapi menarik karena langsung memberikan gambaran mengenai ceritanya—bahwa perempuan memiliki tantangannya sendiri dalam persaingan karir dengan laki-laki.

Akan tetapi, di beberapa episode pertama, aku kesulitan mengerti ceritanya karena terlalu banyak istilah hukum dalam dialog-dialognya. Aku yakin banyak juga yang akan kebingungan, apalagi mereka yang tidak biasa menonton genre drama hukum. Setelah tiga episode, baru aku bisa menangkap isi ceritanya. Namun, mungkin beberapa penonton malah berhenti duluan menonton serial ini.

Meskipun begitu, serial ini tetaplah menarik karena Ingrid mencerminkan realitas banyak pekerja perempuan yang ambisius. Dia mengingatkanku pada Emily Cooper dari serial Emily in Paris. Karakternya mengagumkan, terutama karena kompetensi dan loyalitasnya kepada tempat kerjanya. Namun, dia seorang workaholic[1] dan people-pleaser.[2] Akibatnya, dia selalu bekerja lebih keras daripada rekan-rekannya sampai mengorbankan kehidupan pribadinya, seperti waktu istirahatnya dan hari liburnya. Namun sedihnya, setelah bekerja banting tulang, tetap saja Ingrid tidak memperoleh reward yang pantas.

Serial ini menunjukkan realitas dan menjadi sindiran bagi tempat kerja yang masih patriarkis. Well, tentu masih banyak tempat kerja yang seperti itu, yang masih mendiskriminasi pekerja perempuan dan laki-laki. Di dalam serial ini misalnya, diperlihatkan bahwa pekerja laki-laki lebih diunggulkan dan disukai, sekalipun mereka bersikap konyol dan kurang kompeten. Hal tersebut terlihat dari karakter Dan Fallon (Nolan Gerard Funk), yang amat menyebalkan.

Ketidakadilan gender[3] dalam serial ini terlihat ketika orang lain yang diapresiasi atas pekejaan yang dilakukan Ingrid. Ingrid sudah susah payah bekerja, bahkan lembur dan mengorbankan waktu liburnya, tetapi rekannya yang laki-laki yang mendapatkan apresiasi dari bos mereka. Itu satu contoh dari berbagai bentuk ketidakadilan gender di tempat kerja.

PT tidak hanya membahas ketidakadilan gender di tempat kerja; serial ini pun menyinggung sikap rasis di tempat kerja. Hal tersebut terlihat ketika (spoiler alert) Dan Fallon mengatakan kepada Tyler Robinson (Bradley Gibson), salah satu sahabat baik Ingrid, bahwa karirnya sudah terjamin karena dia seorang Afrika-Amerika dan gay sehingga tidak perlu bekerja terlalu giat. Itu sebuah komentar yang sangat ignorant, tetapi mungkin kerap kali dianggap candaan biasa oleh sebagian orang.

Apalagi, setelah mengucapkannya, Dan merasa tidak bersalah—sikap yang sangat tidak sensitif. Mungkin dalam konteks Indonesia, perilaku seperti itu tidak sering kita jumpai; tetapi dalam konteks Amerika Serikat, hal semacam itu betulan terjadi. Pekerja berkulit putih sering tidak menyadari privilese kulit putihnya dan bersikap ignorant serta tidak etis kepada rekannya yang berkulit berwarna. Akan tetapi, yang lebih buruk ialah (spoiler alert) ketika pihak manajerial firma hukum tempat mereka bekerja menindaklanjutinya dengan tidak adil—sebuah cerminan tempat kerja yang rasis, seksis, dan diskriminatif.

Akan tetapi, PT tidak sekadar menjadi sindiran; ia juga memberi motivasi untuk mengejar impian dan passion. Hal tersebut terutama terlihat dari perkembangan karakter Rachel Friedman (Alexandra Turshen). Konflik yang dialaminya selalu tentang mempertanyakan passion. Karakternya memberikan pembelajaran bahwa tidak ada kata terlambat untuk mengejar cita-cita. Di usia 30 sekalipun, kita masih bisa memulai, mengambil langkah pertama dari titik start untuk mengejar cita-cita.

Sementara itu, untuk unsur romance-nya, aku pribadi lebih setuju Ingrid dengan Nick Laren (Rob Heaps) daripada dengan Jeff. Namun, dinamika percintaan Ingrid bukanlah pusat cerita sehingga aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Justru, aku senang karena unsur romance-nya tipis saja.

Selain itu, serial ini juga menyinggung masalah persahabatan, keluarga, dan lingkunan hidup. Persahabatan mengagumkan Ingrid, Rachel, dan Tyler pada akhirnya mendapatkan ujiannya. Hubungan Ingrid dengan saudarinya, Lina Yun (Lena Ahn) yang agak menyebalkan, begitu relatable dan mampu menghadirkan momen haru. Perlakuan orang tua Ingrid kepada dirinya juga relatable—perasaan terbebani ketika orang tua selalu menuntut lebih dari anak. Kemudian, ada sedikit isu lingkungan hidup tentang energi bersih yang disinggung dalam konteks pekerjaan Ingrid. Hal-hal tersebut bukan poin utama serial ini, tetapi aku ingin mengapresiasinya.

Serial ini masih akan berlanjut, walaupun belum ada kejelasan mengenai musim keduanya. Maka dari itu, kita perlu bersabar dulu. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.
***

If You Wish Upon Me

(2022)

Judul

:

If You Wish Upon Me

Sutradara

:

Kim Yong Wan

Penulis

:

Jo Ryeong Soo

Produser eksekutif

:

Park Ki Ho, Yoo Yu Jin

Produser

:

Kim Hae Jeong, Byun Seung Min

Musim/Episode

:

1 Musim/16 episode

Pemeran

:

Ji Chang Wook, Sung Dong Il, Choi Soo Young

Genre

:

Drama, fiksi humanisme

 

If You Wish Upon Me (disingkat IYWUM) merupakan drama Korea yang dibintangi oleh tiga aktor papan atas Korea Selatan: Ji Chang Wook, Sung Dong Il, dan Choi Soo Young. Judul alternatif dari serial ini adalah If You Say Your Wish dan Tell Me Your Wish. IYWUM bisa kalian tonton di Viu.

IYWUM bercerta tentang seorang mantan narapidana yang baru saja keluar dari penjara, Yoon Gyeo Ree (Ji Chang Wook). Karena tak memiliki siapa-siapa, kecuali Sony, anjing peliharaannya yang sudah seperti anaknya sendiri, Gyeo Ree tak punya tempat tujuan setelah keluar penjara. Alih-alih, dia harus sembunyi dari kejaran gengnya dulu karena Gyeo Ree menyembunyikan uang mereka.

Ketika dia sedang kabur dari kejaran geng tersebut, Gyeo Ree menimbulkan kecelakaan lalu lintas sehingga mendapatkan sanksi untuk melakukan pekerjaan relawan (volunteer work) di sebuah rumah sakit hospice, rumah sakit khusus yang menangani pasien yang sekarat dengan tujuan bukan untuk menyembuhkan mereka, tetapi meredakan rasa sakit dan memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual mereka.

Di rumah sakit tersebut, ada sekumpulan relawan yang menyebut diri mereka Tim Jin yang selalu berusaha mengabulkan permohonan terakhir pasien-pasien di sana sebelum ajal menjemput, seperti jin pengabul permohonan. Tim Jin tersebut dipimpin oleh Kang Tae Sik (Sung Dong Il) atau biasa dipanggil Kang banjang (Chief Kang). Meski aksi mereka ditentang oleh beberapa orang di rumah sakit, Tim Jin senantiasa menolong mereka yang ingin permintaan terakhirnya terwujud.

Tentu saja Gyeo Ree yang berlagak preman pada awalnya sulit beradaptasi di tempat tersebut. Apalagi dia harus bergabung bersama Tim Jin, termasuk dalam hal mengabulkan permohonan—baginya itu merepotkan banget. Namun, ada alasan tersendiri mengapa Kang banjang ingin agar Gyeo Ree bergabung dalam Tim Jin. Sebuah alasan rahasia yang tersangkut paut dengan masa lalu Gyeo Ree.

Sewaktu menonton drakor ini, aku jadi teringat drakor Move to Heaven (2021), salah satu drakor kesukaanku (kalian dapat membaca reviunya di sini). Kedua drakor ini punya tema yang berkaitan dengan kematian tapi dengan pendekatan yang comforting. Bedanya, IYWUM bukan tipe cerita yang satu kasus per episode. Namun, itu menjadikannya berdusari panjang dan pada beberapa bagian diisi dengan konflik dan adegan yang kurang penting.

Walau begitu, semua kasus permohonan terakhir yang dikerjakan Tim Jin selalu membuatku terharu. Aku tidak bisa menahan air mataku karena momen-momen itu sungguh menyedihkan sekaligus menghangatkan. Ada kesedihan akibat kepergian orang tersayang, sekaligus perasaan bahagia karena tahu mereka telah memenuhi keinginan mereka sehingga dapat pergi tanpa penyesalan. Dari semua kasus yang ada, kesukaanku adalah kasusnya Im Se Mee (Park Jin Joo) yang ingin tampil di drama musikal—aku sedih banget waktu melihat dia pergi.

Berikutnya, aku sungguh suka perkembangan karakter Yoon Gyeo Ree. Di episode pertama, dia terlihat seperti orang yang ingin menyerah pada kehidupan. Tidak memiliki apa-apa, tidak punya tujuan—Gyeo Ree pikir hidup sangat menakutkan. Aku masih ingat salah satu dialognya, “Masalahnya adalah kehidupan membuatku takut.” Dia bahkan mengklaim dirinya tak pernah merasa bahagia seumur hidup dan keinginannya hanyalah agar bisa merasakan bahagia meski hanya sekali dalam hidupnya.

Namun, sejak bergabung dengan Tim Jin, ia perlahan bisa mengerti keindahan dalam kehidupan. Dia bisa tersenyum, tertawa, dan bahkan jatuh cinta. Dia menemukan keluarga di rumah sakit tempatnya bekerja sebagai relawan. Setelah menonton sampai episode 10, lalu melihat kembali Gyeo Ree di episode 1, dia telah mengalami banyak sekali perubahan. Perkembangan karakternya mengajari bahwa kehidupan menjadi indah berkat kebersamaan dan kasih sayang.

Oh iya, di drakor ini, female lead role-nya adalah Seo Yeon Joo (Choi Soo Young) alias Suster Seo. Agak antimainstream dari kebanyakan tokoh perempuan, Suster Seo bukanlah perempuan feminin, dia hobi berolah raga. Karakternya itu keren—sosok girl crush para perempuan banget. Namun, yang menarik ialah lapisan-lapisan karakternya juga dibahas, seperti tentang alasan dia suka berolah raga—dan itu sedih sekali. Oh iya, salah satu dialognya yang paling kusuka ialah, “Kamu harus memberi tahu orang lain rasa sakitmu, jangan disimpan sendiri.”    

Selain Suster Seo, anggota-anggota Tim Jin lain pun memiliki konfliknya sendiri-sendiri. Akan tetapi, beberapa dari mereka tidak mendapatkan porsi penyelesaian masalah yang cukup. Drakor ini terlalu sibuk pada dramanya Gyeo Ree dan gengnya. Padahal, aku lebih tertarik dengan masalah personalnya anggota-anggota Tim Jin.

Berikutnya, terkait masalah Gyeo Ree dan gengnya, sejak beberapa episode awal, aku penasaran sekali soal itu, juga masalah Gyeo Ree dengan adiknya, Ha Joon Kyung (Won Ji An), serta masa lalu Kang banjang dengan Gyeo Ree. Ada banyak masalah di masa lalu Gyeo Ree. Pada akhirnya, semua itu terungkap perlahan mulai dari episode 10. Akan tetapi, ketika semua masalah mulai diungkap, rasanya semua itu terlalu ruwet, seperti sinetron saja. Penyelesaiannya pun terlalu lebay. Walaupun begitu, aku senang dengan perkembangan karakter Ha Joon Kyung si adiknya Gyeo Ree serta dengan perkembangan hubungan Gyeo Ree dan Kang banjang yang bagaikan anak dan ayah.

Dan terakhir, tentu bagian akhir drakor ini memuaskan. Meski sempat terasa seperti sinetron di beberapa episode, tetap saja mengharukan melihat akhir kisah drakor ini. IYWUM ditutup dengan sebuah perpisahan, sebuah kematian yang menyakitkan. Di sisi lain, penonton justru akan melihat bahwa kematian mereka yang pergi juga mempertemukan orang-orang baik dengan orang-orang baik lainnya. Ada perpisahan, juga ada pertemuan. Terasa sangat heart-warming melihat Tim Jin dapat berkumpul dengan beberapa tokoh pendamping dari episode-episode sebelumnya yang telah mereka tolong.

Beberapa soundtrack drakor ini juga enak didengar, seperti Loner oleh Kim Sung Kyu dan To My Star oleh Sooyoung. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Drama Ratu Drama

(2022)

Judul

:

Drama Ratu Drama

Sutradara

:

Aco Tenriyagelli

Penulis

:

Aco Tenriyagelli, Hanan Novianti, Indriani Agustina, Dinda A. F. Suratman

Produser eksekutif

:

Shanty Harmayn, Tanya Yuson, Aoura Lovenson Chandra, Monika Rudijono

Produser

:

Sari Mochtan, Florence Giovani, Joshua Dwi, Tia Hendani

Musim/Episode

:

1 Musim/8 episode

Pemeran

:

Enzy Storia, Rachel Amanda, Ibrahim Rasyid, Randy Danistha, Yayu Unru

Genre

:

Drama komedi, satir, mokumenter

 

Drama Ratu Drama (yang selanjutnya disebut DRD) adalah sebuah serial orisinal dari Vidio.com Indonesia. Serial ini diadaptasi dari novel berjudul Sweetheart of Nobody karya Santi Susilowati yang dapat dibaca di Storial.co. Kalian bisa menonton DRD di Vidio.com.

DRD bercerita tentang seorang perempuan, bernama Julieta “Ijul” Navara (Enzy Storia), yang merupakan seorang aktris pemula di dunia sinetron. Akan tetapi, selama dia berkarir sebagai aktris, dia selalu mendapat peran antagonis. Akibatnya, banyak masyarakat yang sungguhan membenci dia karena terbawa perasaan akibat perannya di sinetron. Padahal, Ijul yang sesungguhnya itu sangat baik, positif, dan ramah—jauh berbeda dengan perannya di sinetron.

Setelah sinetronnya yang terakhir selesai, Ijul sedang mencari tawaran syuting baru dengan harapan bisa mendapat peran protagonis. Namun, lagi-lagi dia mendapat peran antagonis di sinetron terbarunya. Padahal, Ijul ingin bisa mengubah citranya di mata masyarakat. Akankah Ijul bisa meyakinkan orang-orang bahwa dia itu orang baik, juga aktris yang berbakat?

DRD adalah salah satu serial Indonesia yang bagus sekali. Salah satu poin utama serial ini adalah sindiran satirnya kepada industri sinetron Indonesia yang menggunakan sistem produksi stripping atau kejar tayang. DRD mengkritik bahwa cara produksi sinteron seperti itu seringkali tidak manusiawi di lapangan. Para kru tidak dapat istirahat, libur, apalagi kesempatan untuk pulang bertemu keluarga mereka karena harus segera syuting untuk episode berikutnya setiap hari.

Selain itu, cara produksi seperti itu menghasilkan cerita yang asal-asalan. Misal, (spoiler alert) ketika Amelie (Rachel Amanda) mendadak keluar dari proyek sinetron tersebut, Yoda (Randy Danistha) sebagai sutradara mengatasinya dengan membuat cerita di mana tokoh yang diperankan Amelie menjalani operasi plastik sehingga berganti wajah. Bahkan, pihak produser eksekutif pun juga hanya mementingkan rating alih-alih kualitas cerita. Ya, itu adalah sindiran keras untuk sinteron-sinteron Indonesia yang ceritanya itu-itu saja dengan alur yang buruk.

Selanjutnya, aku suka sekali dengan karakter Ijul. Tapi omong-omong, aku tidak menyangka Enzy Storia yang biasa aku lihat di TV sebagai presenter kocak, ternyata bisa berakting sebagus ini! Enzy tampil memukau sebagai Ijul, sosok perempuan yang keren banget karena mampu bertahan menjadi orang baik ketika orang-orang menganggapnya sebaliknya. Dia selalu sabar dan bersikap ramah kepada semua orang, seperti dengan membawakan kue cupcake untuk dibagi-bagi di lokasi syuting. Itu membuat karakternya tidak sulit untuk disukai.

Di sisi lain, ada sifat Ijul yang sangat menyebalkan, yakni dia seorang people pleaser yang ingin menyenangkan hati semua orang. Tentu itu bisa dipahami, dia bersikap ramah kepada siapapun demi memperbaiki citranya di mata publik. Namun, pada situasi-situasi tertentu, demi tidak menyakiti siapapun, Ijul justru bersikap netral dan diam meski dia sadar bahwa diamnya malah melukai orang lain. Pada situasi-situasi tertentu, Ijul seharusnya tahu bahwa dia harus melawan, bukan senyum. Sepertinya, itu kendala yang dialami para people pleaser.

Namun, jangan salah sangka dulu. Pada akhirnya, Ijul mengalami perkembangan karakter yang luar biasa. Perlahan-lahan, penonton akan melihat lelahnya Ijul menjadi people pleaser hingga akhirnya semua kekesalan yang dia simpan pun meledak. Enzy Storia melakukan monolog selama 10 menit dengan penuh emosi yang membara—itu momen paling membanggakan untuk Ijul. Kalau kata Yoda, “Ijul menang atas dirinya.”

Walau genre serial ini adalah drama komedi, penonton tetap akan disuguhi momen-momen yang memancing air mata keluar. Salah satunya adalah (spoiler alert) waktu Kak Romli (Teuku Rifnu Wikana) harus pamit karena dipecat dari proyek sinteron tersebut. (Spoiler alert) momen ketika Ijul kabur dari acara penghargaan, lalu berkhayal ketemu mendiang ibunya juga terasa sedih—Ijul menangis di pangkuan ibunya, mengadu bahwa dia lelah melalui tangisan tersebut. Kemudian, dinamika Ijul dan ayahnya, Om Yuliardi (Yayu Unru) juga cukup mengharukan. Ekspektasi sang ayah kepada Ijul membuatnya tertekan, tetapi pada akhirnya, mereka bisa berdamai dan mengerti satu sama lain.

Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

She-Hulk: Attorney at Law

(2022)

Judul

:

She-Hulk: Attorney at Law

Pencipta

:

Jessica Gao

Sutradara

:

Kat Coiro, Anu Valia

Produser eksekutif

:

Kevin Feige, Loius D’Esposito, Victoria Alonso, Brad Winderbaum, Kat Coiro, Jessica Gao, Wendy Jacobson

Produser

:

Melissa Hunter

Musim/Episode

:

1 Musim/9 episode

Pemeran

:

Tatiana Maslany, Jameela Jamil, Ginger Gonzaga, Mark Ruffalo, Josh Segarra, Tim Roth

Genre

:

Superhero, drama hukum, petualangan, aksi, komedi, fiksi ilmiah, fiksi ilmiah feminis

 

She-Hulk: Attorney at Law (selanjutnya disebut She-Hulk) adalah serial kedelapan dari Marvel Cinematic Universe (MCU) sekaligus serial terakhir dari fase 4 MCU. She-Hulk mendapat respons positif secara umum dari kritikus, meski banyak penonton yang memberi respons negatif. Kalian bisa menontonnya di Disney+ Hotstar.

Setelah pertempuran besar para Avengers melawan Thanos (tonton Avengers: Endgame), Bruce Banner alias Hulk (Mark Ruffalo) pergi bersama sepupunya, Jennifer “Jen” Walters (Tatiana Maslany) untuk berlibur. Namun, di tengah perjalanan mereka, muncul kapal luar angkasa yang menyebabkan mobil keduanya kecelakaan. Dalam insiden tersebut, darah Bruce tak sengaja terkena luka Jen sehingga “menularkan” gen Hulk-nya.

Jen pun kini dapat berubah menjadi sosok Hulk perempuan, yang berarti hidupnya tak akan pernah sama lagi. Pekerjaannya sebagai pengacara, kehidupan pribadinya di usia 30-an, dan hal-hal lain dalam hidupnya berubah drastis sejak dia menjadi pahlawan super bernama She-Hulk. Padahal, dia hanya ingin menjadi pengacara biasa. Dapatkah Jen menyesuaikan diri dengan perubahan “besar” dalam hidupnya tersebut?

She-Hulk adalah serial superhero yang memiliki konsep sangat berbeda dari kebanyakan tontonan segenrenya. Maka, kalau kalian berekspektasi melihat cerita seorang pahlawan yang bangkit dari nol, lalu mengalahkan penjahat super dengan berbagai aksi ciamik hingga berhasil menyelamatkan dunia, She-Hulk bukanlah tontonan yang tepat. Alih-alih, kalau kalian mencari tontonan lucu, ringan, dan menghibur bergenre drama hukum dengan sentuhan feminisme dan perkembangan karakter yang baik, She-Hulk adalah tontonan yang tepat.

Harus diakui, alur cerita She-Hulk memang meberikan kesan yang bercampur. Pada beberapa episode pertama, ketika Jen baru mendapat kekuatan She-Hulk-nya, cerita terasa menarik dan menyenangkan untuk diikuti. Namun kemudian, cerita tampak tidak berarah, tidak jelas akan ke mana sehingga tidak bisa memikat beberapa penonton. Meski di beberapa episode terakhirnya (tiga episode tarakhir), alur ceritanya kembali menarik, pertengahan cerita tersebut tetaplah sebuah kelemahan bagi serial ini.

Meski begitu, aku masih dapat menikmatinya dan menemukan beberapa hal menarik dari serial ini. Salah satunya ialah bahwa serial ini cukup relevan dan akurat menggambarkan sikap patriarkis[4] orang-orang di media sosial. Di She-Hulk, Jen kerap mendapat hate comment di media sosial akibat popularitasnya. Banyak yang bilang dia tak pantas mendapatkan kekuatan Hulk dan mempermasalahkan gendernya sebagai perempuan. Orang-orang yang tergabung sebagai haters-nya tersebut adalah laki-laki—sungguh tipikal.

Menariknya, selama penayangan She-Hulk, banyak warganet yang mengomentari berbagai elemen feminisme dalam serial ini. Banyak warganet yang mempermasalah kelakuan konyol She-Hulk dan mengatakan bahwa itu merendahkan nama MCU. Padahal pada film-film sebelumnya, banyak superhero laki-laki yang berbuat konyol, tetapi tak pernah mendapat komentar seperti itu. Itu mirip dengan yang ada dalam cerita, yakni perempuan cenderung dihujat di media sosial, sedangkan laki-laki tidak. Maka dari itu, bisa dibilang, musuhnya Jen adalah warganet dengan berbagai sikap seksis dan patriarkis mereka.

Yang menarik lagi ialah cara Jen menanggapi komentar-komentar haters tersebut. Dia hanya cuek, tak mau risau, seperti kata pepatah saja, anjing menggong-gong, kafilah berlalu. Dia sangat chill dalam menghadapinya, dan itu menjadikan karakternya asyik. Bahkan, sejak episode pertama pun, penonton dapat melihat bahwa Jen lebih bisa mengendalikan emosinya sehingga dia dapat mengendalikan kekuatan Hulk-nya lebih baik dan cepat dariapda Bruce yang butuh waktu bertahun-tahun. Itu seakan-akan ingin mengatakan bahwa perempuan yang biasa dianggap emosional ternyata lebih bisa mengendalikan emosi daripada laki-laki.

Selain tentang feminisme dan sindiran terhadap budaya patriarkis, She-Hulk juga tentang perkembangan karkater Jen. Konflik utamanya adalah tentang bagaimana Jen menyeimbangkan kehidupan barunya sebagai Jen si pengacara biasa dan sebagai She-Hulk si superhero selebriti dan pengacara urusan manusia super. Di sepanjang serial, dia tampak kesulitan untuk menerima dirinya sebagai She-Hulk dan merasa dirinya sebagai Jen itu tidak dicintai dan diinginkan. Aku dapat bersimpati padanya.

Oleh karena itu, tiga episode terakhir She-Hulk sangat menarik bagiku. Pada episode 7, Jen belajar untuk menerima dirinya. Pada episode 8, dia bertemu seseorang yang memberinya insight berharga, “Jennifer Walters bisa menolong orang-orang ketika masyarakat gagal, tapi She-Hulk bisa menolong orang-orang ketika hukum yang gagal.”

Akan tetapi sayangnya, sebagai serial yang juga bergenre drama hukum, elemen drama hukum serial ini malah kurang menarik. She-Hulk menggunakan konsep satu kasus per episode. Namun, mungkin karena durasi yang singkat dan vibes santai yang agak berlebihan, kasus-kasus tersebut seperti aksesoris bagi cerita ini, tidak terlalu mengikat bagi penonton.

Kemudian, untuk yang belum tahu, She-Hulk ini adalah tipe tontonan yang menggunakan konsep break the 4th wall. Aku suka sekali dengan unsur tersebut yang ada di serial ini karena interaksi Jen dengan penonton tidak berlebihan dan terkesan asyik. Apalagi episode terakhirnya! Itu adalah sebuah akhir cerita yang sangat tidak terduga, gokil banget. Sebuah tontonan break the 4th wall yang next level. Terima kasih Jen karena sudah menyuarakan keinginan-keinginan penonton!

Oh iya, hampir di tiap episode She-Hulk ada cameo atau penampilan istimewa dari tokoh-tokoh MCU, seperti Bruce Banner dan Wong. Terkadang, ada juga cameo dari tokoh yang sama sekali tak terduga loh! Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.

***

Black Clover (season 1-4)
Season 1-4

(2017—on going)

Judul

:

Black Clover

Sutradara

:

Yoshihara Tatsuya, Tanemura Ayataka (episode 153–170)

Penulis

:

Fudeyasu Kazuyuki (episode 1–152), Katou Kanichi (episode 153–170)

Produser

:

Isotani Maiko, Komatsu Naomi, Sugasawa Masahiro (episode 1–128), Nara Hatsuo (episode 129–170)

Musim/Episode

:

4 Musim/170 episode (on going)

Pengisi suara

:

Kajiwara Gakuto, Shimazaki Nobunaga, Yūki Kana, Suwabe Junichi, Fukuyama Jun, Muro Genki, Murase Ayumu, Hino Satoshi, Yasuno Kiyono, Mizuki Nana, Takahashi Minami, Matsuda Kenichiro, Midorikawa Hikaru, Saiga Mitsuki, Sakura Ayane, Terashima Takuma, Nishi Asuka

Genre

:

High fantasy, petualangan, shounen

 

Black Clover (disingkat BC) adalah sebuah serial anime yang diadaptasi dari manga dengan judul yang sama karya Tabata Yūki. Manga Black Clover terbit sebagai serial sejak Februari 2015 dan sampai November 2022, sudah ada 33 volume. Adaptasi anime pertama dari manga Black Clover berupa OVA (original animated video) pada 2017, lalu dijadikan sebuah serial anime pada tahun yang sama. Kalian dapat menonton seluruh episode lengkap BC di Viu dan Bilibili.TV. Oh iya, film anime BC, bertajuk Black Clover: Sword of the Wizard King direncanakan tayang pada tahun 2023 nanti di bioskop dan Netflix.

BC mengambil latar di sebuah dunia tempat semua orang terlahir dengan kekuatan sihir. Namun, ada seorang anak bernama Asta (Kajiwara Gakuto) yang malah terlahir tanpa kekautan sihir sama sekali. Sewaktu bayi, Asta dibuang di sebuah gereja yang berada di kampung terpencil. Pada hari yang sama, ada bayi lain yang juga dibuang di gereja tersebut, namanya Yuno (Shimazaki Nobunaga).

Keduanya tumbuh menjadi pemuda yang hebat, tetapi sangat berbeda. Yuno memiliki sihir angin yang menakjubkan—dirinya seorang penyihir berbakat. Sementara itu, Asta tak memiliki sihir apapun dan sebagai gantinya, dia melatih kekuatan fisiknya. Keduanya bercita-cita menjadi Raja Penyihir (Wizard King), pimpinan tertinggi dari Kesatria Sihir (semacam pasukan tentara kerajaan) di Kerajaan Semanggi.  Mereka ingin membuktikan bahwa walaupun mereka miskin dan berasal dari kampung terpencil, mereka juga bisa menjadi luar biasa.

Petualangan keduanya pun dimulai sejak mereka bergabung ke Kesatria Sihir. Yuno menjadi anggota regu Golden Dawn, regu terbaik di Kesatria Sihir; sedangkan Asta menjadi anggota regu Black Bull, regu terburuk di Kesatria Sihir. Keduanya menghadapi berbagai petualangan bersama teman-teman mereka demi menjadi Raja Penyihir.

Bagi kalian yang suka dengan anime/manga Fairy Tail, kalian pasti akan suka dengan BC. Ini adalah sebuah anime dengan vibes fantasi yang begitu kuat—penuh dengan petualangan dan sihir, serta aksi pertarungan yang seru. Salah satu hal yang paling kusuka adalah teknik sihirnya. Di dunia BC, orang terlahir dengan satu atribut sihir. Atribut-atribut sihir yang ada di BC itu unik, tidak hanya sihir-sihir elemen yang mainstream, seperti angin, air, dan api, tetapi ada juga sihir kapas, cermin, dan racun. Teknik sihirnya pun kreatif banget, seperti teknik creation magic, yakni teknik untuk membentuk suatu benda atau entitas dari atribut sihir, seperti membentuk naga dari air, elang dari angin, atau domba dari kapas. Pokoknya, untuk urusan sihir yang imajinatif, BC sangat unggul.

Kemudian, tokoh utamanya, yakni Asta juga menarik. Ketika semua orang memiliki kekuatan sihir, sekalipun itu sangat kecil, Asta justru tak memiliki kekuatan sihir sama sekali. Namun, sebagai gantinya, Asta memiliki kekuatan yang disebut anti-sihir, yakni energi unik yang dapat menihilkan sihir apapun. Unik banget bukan? Selain karena kekuatannya, karakter Asta juga menarik karena semangatnya dan sikap pantang menyerahnya. Bisa dibilang, sebagai orang yang tak punya kekuatan sihir sama sekali, Asta adalah orang paling diremehkan di Kerajaan Semanggi, tetapi dia tak pernah menyerah dan berkecil hati. Semangatnya itu menginspirasi teman-teman di regunya.

Omong-omong soal teman-teman regu Asta, masing-masing dari mereka pun punya karkater yang menarik. Regu Black Bull, walau menjadi yang terburuk, mereka bukanlah orang-orang lemah. Anggota-anggota Black Bull sangat kuat, hanya saja mereka sulit diatur, hahaha. Tiap-tiap dari mereka punya kekuatan sihir yang unik, (spoiler alert) seperti Vanessa Enoteca (Mizuki Nana) yang dapat memanipulasi nasib, Charmy Pappitson (Yasuno Kiyono) yang memiliki dua atribut sihir, dan Grey (Takahashi Minami) yang mampu menggunakan teknik transmutasi.

Lebih dari itu, yang lebih menarik dari anggota-anggota Black Bull adalah perkembangan karakternya. Masing-masing anggota regu Black Bull memiliki masa lalu yang cukup suram. Mereka adalah orang-orang yang biasanya diremehkan, dijauhi, dipinggirkan, dan tak diharapkan. Berkat Asta, mereka semua terinspirasi dan tergerak untuk menjadi lebih kuat. Di antara mereka, yang perkembangan karakternya paling keren menurutku adalah Asta sendiri dan Noelle Silva (Yūki Kana).

Akan tetapi, sementara Asta dan tokoh-tokoh lain di Black Bull memiliki perkembangan karakter yang menarik, Yuno yang juga tokoh utama anime ini malah sebaliknya. Yuno memang penyihir yang menakjubkan, tetapi sejak musim kedua, dia jarang muncul. Sekalinya muncul, (spoiler alert) Yuno sudah menguasai sihir roh angin dengan sangat baik. Dia telah menjadi begitu kuat, tanpa diperlihatkan perkembangannya, yang padahal dapat menjadi sesuatu yang menarik.

Walaupun begitu, aku tetap suka karakter Yuno, apalagi soal persahabatannya dengan Asta. Yuno satu-satunya orang yang tidak pernah meremehkan Asta. Walau dia punya kekuatan sihir yang luar biasa, dia tak pernah memandang rendah Asta yang tak punya kekuatan sihir. Justru, Yuno-lah yang pertama yakin Asta mampu menjadi Raja Penyihir, sehingga dia mengakui Asta sebagai rivalnya. Persahabatan mereka itu mengagumkan.

Kemudian, hal yang paling aku suka dari anime ini adalah pertarungannya. BC penuh dengan pertarungan-pertarungan sengit yang seru. Akan tetapi, agak berbeda dari kebanyakan anime yang menampilkan pertarungan satu lawan satu, BC lebih sering menunjukkan pertarungan antara satu musuh melawan beberapa anggota Black Bull, hahaha. Itulah salah satu alasan banyak orang yang kurang suka anime ini—tipikal anime persahabatan yang klise.

Namun, bagiku pribadi, itu bukan masalah selama dapat dieksekusi dengan baik. Dan itulah yang dilakukan BC—ia mampu menghadirkan pertarungan yang epik sekali. Bahkan, itu menunjukkan bahwa seseorang tidak harus selalu menghadapi kesulitan sendirian, ada teman-teman yang bisa membantu. Selain itu, dengan bertarung bersama teman-temannya, Asta tidak menjadi kuat sendirian—seperti kebanyakan protagonis anime shounen yang terus bertambah kuat sendiri lalu menjadi si paling melindungi atau si paling menyelamatkan. Ketika Asta makin bertambah kuat, teman-temannya juga bertambah kuat.

Oh iya, BC itu tidak hanya soal pertarungan dan petualangan loh. Setidaknya, ada kritik sosial yang ingin disampaikan, yakni tentang strata sosial dan diskriminasi. Di Kerajaan Semanggi yang menjadi latar utama anime ini, terdapat pembagian strata sosial yang ditentukan dari status sosial seseorang: bangsawan (royal), orang biasa (commoner), dan orang kampung (peasant). Status sosial tersebut juga menentukan kekuatan sihir yang dimiliki seseorang—para bangsawan punya kekuatan sihir yang besar, sedangkan orang kampung punya kekuatan sihir yang kecil.

Akibatnya, terdapat diskriminasi yang mengakibatkan perilaku semena-mena kaum bangsawan terhadap orang biasa dan orang kampung, seperti yang dialami Asta dan Yuno saat pertama kali bergabung dengan Kesatria Sihir. Akan tetapi, sebagai orang kampung, Asta dan Yuno berhasil menunjukkan kepada orang-orang bahwa siapapun dapat menjadi hebat dengan usaha keras. Bahwa keberhasilan tak semata ditentukan oleh status sosial dan bakat, melainkan juga oleh kerja keras dan determinasi.

Sementara itu, untuk soundtrack-nya, berikut adalah beberapa lagu yang kusuka: Haruka Mirai oleh Kankaku Piero, Guess Who is Back oleh Koda Kumi, Gamushara oleh Miyuna, Black Catcher oleh Vickeblanka, dan Stories oleh Snow Man. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

[1] Workaholic (pecandu kerja) adalah suatu kondisi dari seseorang yang mementingkan pekerjaan secara berlebihan dan melalaikan aspek kehidupan yang lain (sumber: Wikipedia).

[2] People-pleaser adalah orang-orang yang memprioritaskan orang lain dibanding dirinya sendiri, bahkan jika itu merugikan dia pun tidak masalah (sumber: parapuan.co).

[3] Ketidakadilan gender adalah berbagai tindak tidak adil atau diskriminatif yang berdasarkan pada keyakinan tertentu atas gender (sumber: blog.unnes.ac.id).

[4] Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan property (sumber: Wikipedia).

Komentar