Identitas
Buku
Judul
|
:
|
The
Fire Keeper (The Storm Runner #2)
|
Penulis
|
:
|
J.
C. Cervantes
|
Penerbit
|
:
|
Disney
Hyperion
|
Tahun
terbit
|
:
|
2019
|
Cetakan
|
:
|
I
|
Tebal
|
:
|
423
halaman
|
Harga
|
:
|
Rp138.000,-
(paperback), Rp294.000,- (hardcover)
|
ISBN
|
:
|
9781368041881
|
Genre
|
:
|
High fantasy, fantasi urban,
mitologi, petualangan, coming of age,
komedi, middle grade
|
Tentang Penulis
J. C. Cervantes atau juga dikenal dengan nama Jennifer Cervantes adalah
seorang penulis New York Times best-selling. Dia
tumbuh besar di San Diego, California, dekat dengan perbatasan Tijuana. Di
sanalah dirinya menemukan kekagumannya terhadap mitologi Maya dan Aztek.
Kini dia tinggal di Land of Enchantment (alias
New Mexico) bersama suami dan ketiga anaknya. Ia mengawali karir menulisnya
dengan buku Tortilla Sun (2010),
yang terinspirasi dari putri bungsunya. Sejak saat itu, J. C. Cervantes telah
menulis banyak buku, baik buku anak-anak, young adult, dan
dewasa. Beberapa karya lainnya adalah The Storm Runner (2018),
The Fire Keeper (2019), The
Shadow Crosser (2020), Fractured Path (2022),
Flirting with Fate (2022), The
Lords of Night (2022), Always Isn't Forever (2023),
The Enchanted Hacienda (2023),
dan Dawn of the Jaguar (2023). Karya terbarunya
berjudul The Daggers of the Ire direncanakan
terbit pada tahun 2024.
Saat ini, karya-karyanya tersebut telah masuk dalam American
Booksellers Association New Voices, Barnes and Noble’s Best Young Reader Books,
and Amazon’s Best Books of the Month. Dia pun telah
mendapatkan banyak penghargaan dan pengakuan sebagai penulis.
J. C. Cervantes berharap agar anak-anak di manapun dapat melihat diri
mereka tercermin dalam halaman-halaman buku yang memberi inspirasi bagi mereka
serta belajar untuk melihat melampaui kehidupan mereka sendiri, mengenali dan
merayakan perbedaan. Ketika sedang tak menulis, dia senang menghantui toko buku
dan mencari sihir ke seluruh sudut dunia. Kalian dapat mengetahui lebih banyak
tentang J. C. Cervantes melalui https://jccervantes.com/ atau di
medsosnya, @jencerv (Twitter) dan @authorjcervantes (Instagram).
Sinopsis
 |
Zane Obispo, Putra Hurakan |
Hidup baru Zane Obispo di sebuah pulau tropis yang
telah disiapkan para dewa seharusnya menyenangkan. Dia bersama keluarga
tercintanya dan dikelilingi orang-orang yang paling dia pedulikan. Anjing
kesayangannya, Rosie, juga kembali, meski kini berwujud anjing neraka; dan
entah mengapa hubungannya dengan Rosie seperti berubah—tidak sama seperti dulu.
Ditambah lagi, Zane juga kebingungan mengenai perasaannya dengan Brooks.
Akan tetapi, setelah mendapatkan kabar bahwa
ayahnya, Hurakan sang Dewa Angin, Badai, dan Api akan dieksekusi mati karena
memiliki anak dengan manusia (dan anak itu adalah Zane sendiri), dirinya tidak
bisa diam saja. Hurakan telah menyelamatkan Zane sebelumnya, maka sekarang
gilirannya menyelamatkan Hurakan.
Namun, seakan keadaan belum cukup buruk, Zane
mendapati bahwa buku yang ditulisnya tentang petualangannya mengalahkan Ah-Puch
sang Dewa Kematian, Kegelapan, dan Kehancuran—yang di dalamnya dia tuliskan
pesan rahasia untuk anak-anak dewa
lainnya di luar sana—telah membuat keberadaan para anak dewa tersebut diketahui,
menjadikan posisi mereka rentan untuk diserang. Bahkan, Zane mendapatkan visi
bahwa para anak dewa tengah diculik oleh sosok misterius. Zane merasa
bertanggung jawab atas itu.
Banyak yang harus Zane lakukan: menyelamatkan
Hurakan sebelum dia dieksekusi dan menyelamatkan para anak dewa dari penculik
misterius yang tampaknya merencanakan sesuatu yang lebih besar dan jahat. Namun,
bagaimana Zane bisa melakukannya jika dirinya terjebak di pulau tropis yang
kini seperti kurungan baginya? Dalam petualangan kali ini, dia harus bersekutu
dengan orang tak terduga, membuat pengorbanan besar, menghadapi musuh yang
licik dan keji, serta mengungkap rahasia yang lebih kelam dari yang bisa dia
bayangkan.
Kelebihan
Dari penampilan fisiknya, aku paling suka buku satu
ini dibandingkan dua buku lainnya dalam trilogi The
Storm Runner. Menurutku, sampul The Fire Keeper adalah yang terbagus. Itu menjadi suatu kelebihan
tersendiri bagi buku ini.
Hal lain yang kusuka dari buku ini adalah
perkembangan karakter Zane. Pada buku sebelumnya, Zane terasa sekali sangat
kekanak-kanakan, egois, dan ceroboh, yang membuatku sebal pada banyak
kesempatan. Dia seperti tidak bisa melihat gambaran besar yang lebih penting.
Akan tetapi, pada buku ini sudah terasa sekali dia menjadi lebih dewasa.
Dia telah berkembang baik sebagai tokoh utama
cerita sekaligus sebagai narator. Dari cara dia bernarasi saja sudah terasa
perkembangan karakternya. Dia tidak lagi banyak menyisipkan komentar sinis
terhadap segala hal. Dia tidak lagi hanya mengutarakan kepentingannya yang
kekanak-kanakan. Dan sebagai tokoh utama, sebagai jagoan, Zane telah mampu
mengesampingkan egonya. Dia dengan sadar mengakui tanggung jawabnya dan mau
memikulnya. Hal tersebut terlihat dari caranya merasa bertanggung jawab atas
apa yang terjadi pada para anak dewa dan keinginannya untuk menyelamatkan
Hurakan.
Omong-omong terkait cara bernarasinya Zane, (spoiler alert) kalian yang telah tuntas membaca buku pertamanya
akan paham mengapa cara Zane bercerita seperti itu (kalian harus membaca bukunya dulu supaya paham
maksudku). Itu merupakan pendekatan yang menarik bagiku. Pada buku kali ini
pun, Zane seakan-akan bercerita kepada para anak dewa. Sejak prolog saja aku
sudah dibuat penasaran dengan ceritanya.
Yang lebih menarik lagi ialah gaya bercerita
tersebut menjadi modal bagi konflik di buku ini. Dengan membuat beberapa
“halaman rahasia” yang seharusnya
hanya bisa dibaca para anak dewa, Zane telah
mengekspos mereka ke dunia mitologi Maya, menjadikan keberadaan mereka
diketahui sehingga mereka menjadi sasaran. Kemudian, para anak dewa ini diculik
oleh musuh dalam buku ini. Itu ide yang brilian!
Tidak hanya itu, aku juga suka dengan misi yang
harus Zane dkk hadapi. Misi kali ini memiliki pertaruhan yang
lebih tinggi dan berat, serta lebih rumit. Ada banyak hal yang harus Zane
kerjakan di saat bersamaan, tetapi terlalu banyak yang tak dia ketahui. Musuhnya
begitu cerdik—siapapun dia, dia telah berhasil mempermainkan Zane. Itu adalah
sesuatu yang menarik sekali karena meningkatkan rasa penasaranku dan
mendorongku untuk terus membalik halaman.
Alur ceritanya juga cukup rumit. Karena ada banyak
hal yang tak diketahui Zane, dia berkali-kali harus mencari jawaban dari
sosok-sosok tak terduga. Itu membawa kita mengeksplorasi mitologi dan
kebudayaan Maya lebih jauh lagi. Akan tetapi, yang cukup mengejutkan adalah
kehadiran dewa dan makhluk mitologi dari panteon Aztek (untuk yang belum tahu,
bangsa Maya dan mitologi mereka berbeda dari Aztek; usia peradaban Maya juga
jauh lebih tua daripada Aztek). Ini menarik sekali—J. C. Cervantes telah
mengembangkan semesta The
Storm Runner ke arah yang tak
terduga. Oh, tadi kubilang bahwa petualangan Zane kali ini mengantarkannya
bertemu sosok-sosok tak terduga, ‘kan? Salah satu di antaranya adalah sang
Penjaga Api (The Fire
Keeper). Kalian tak akan menduga siapa
sosok Penjaga Api itu. Sebuah pengembangan worldbuilding
yang brilian.
 |
Ren Santiago, Bruja Bayangan |
Omong-omong, ada tokoh baru dalam timnya Zane.
Namanya adalah Ren Santiago, seorang gadis yang tertarik dengan alien. Dia
seperti Zane, seorang anak dewa (baca sendiri untuk mengetahui orang tua
dewatanya Ren). Ren adalah tokoh yang menarik karena dia memiliki potensi yang
besar. Latar belakangnya—yang berasal dari keluarga bruja (sebutan untuk penyihir dalam kebudayaan suku Mexica)—saja sudah menjadi
suatu cerita tersendiri. Dia pun memiliki kekuatan dewata yang keren
banget, serta kepribadian yang tulus. Aku ingin melihat lebih banyak hal
tentang Ren digali lebih dalam.Oh, kemudian, akan ada sekutu tak terduga! Dia
adalah kejutan besar dalam buku ini. Cerdik sekali ya J. C. Cervantes. Anyway,
kemunculan si sekutu tak terduga ini sangatlah menarik untuk plot. Bagiku, dia
mendadak menjadi sosok berbahaya yang memikat. Aku juga menyukai chemistry-nya
dengan Ren.
 |
Hurakan, Dewa Angin, Badai, dan Api |
Kemudian, adegan favoritku dalam buku ini adalah
ketika Zane bertemu Hurakan. Entah mengapa, bagiku pertemuan mereka terasa
menghangatkan hati. Hubungan Hurakan dan Zane terasa lebih intim ketimbang
Percy Jackson dengan Poseidon. Hurakan mengajari Zane tentang identitas dan
potensi Zane—itu membuatku lebih menyukainya daripada Poseidon. Apalagi di The Fire Keeper, ketika Hurakan sedang dalam masalah, aku merasa motivasi
Zane menyelamatkannya bukan sekadar balas budi atau kewajiban, sepertinya dia
memang peduli pada ayahnya tersebut.
Kelemahan
Walaupun secara umum The
Fire Keeper telah melebihi buku
sebelumnya, aku masih merasakan beberapa kelamahan dalam buku ini. Salah
satunya adalah alurnya yang agak membosankan di pertengahan. Di awal, cerita
langsung masuk ke misi menyelamatkan Hurakan. Namun, arah ceritanya baru
terlihat jelas ketika cerita sampai di halaman 190-an. Sebelum itu, ada lebih
banyak petualangan berputar-putar, yang walaupun cukup seru karena menjelajahi
Xibalba (Dunia Bawahnya mitologi Maya), tetap saja terasa agak dragging.
Selain itu, aku tidak melihat adanya motivasi yang
kuat dari salah satu antagonisnya. (Spoiler
alert), salah satu antagonis dalam buku
ini adalah sang Kelelawar Kematian (aku tidak akan membocorkan nama aslinya).
Sayangnya, ketika kucari tahu tentang dia, aku tidak menemukan kisah tentangnya
sebagai penjahat yang ingin menguasai dunia atau apa. Dia tidak seperti Kronos
yang pernah digulingkan dewa-dewi Olympus, atau
seperti si Penidur yang memang dijerumuskan takdir untuk menjadi penghancur
dunia, atau
seperti Ah-Puch yang ingin membalas dendam. Tidak
ada motivasi yang cukup jelas bagi si Kelelawar Kematian untuk berulah jahat,
baik di buku ini maupun di kisah-kisah mitologi Maya yang diketahui.
Kemudian, kelemahan satu ini sebetulnya
permasalahan selera ya. Menurutku, (spoiler
alert) adegan ketika Zane mengorbankan
tongkat kesayangannya—yang dia namakan Fuego—tidak sesedih itu. Aku cukup
bersimpati kepada Zane karena harus merelakan alat yang sudah menjadi barang
kesukaannya; rasanya pasti sesedih ketika kita kehilangan barang kesayangan
kita. Namun, aku jadi membandingkannya dengan Riptide milik Percy Jackson atau
pisau perunggu milik Annabeth Chase. Maka dari itu, ketika Zane kehilangan
Fuego, aku tidak merasa syok, tidak seperti sewaktu Annabeth kehilangan pisau
perunggunya.
Mungkin karena aku belum se-invested
itu dengan Zane dan Fuego. Mungkin kalau itu
terjadi di buku selanjutnya, perasaan yang kudapat bisa lebih intens.
Kesimpulan
The Fire Keeper merupakan sekuel yang secara umum melebihi buku
sebelumnya. Misi kali ini lebih genting dan rumit sehingga Zane harus memutar
otak. Namun, keberadaan Ren si tokoh baru dan juga sekutu yang tak terduga
membuat arah petualangan kali ini tak tertebak sama sekali. Meski alurnya
terasa membosankan di pertengahan, kejutan demi kejutan yang muncul mampu
membuat ceritanya bisa dinikmati, salah satunya berkat kemunculan sosok-sosok
tak terduganya. Selain itu, berkat gaya penceritaan Zane yang lebih dewasa,
buku ini terasa berbeda sekali dari buku sebelumnya—terasa lebih baik dan
menyenangkan. Dan meskipun antagonisnya kekurangan motivasi jahat dan aku belum
bisa se-invested itu kepada Zane dan Fuego, aku menyukai buku ini
karena pengembangan mitologi Maya yang dilakukan J. C. Cervantes amat menarik;
apalagi dia juga menambahkan mitologi Aztek ke dalam ceritanya. Skor untuk buku
satu ini adalah 8/10. Buku ini harus dibaca oleh kalian yang sudah
menyelesaikan The
Storm Runner, serta seluruh
penggemar cerita fantasi mitologi.
Sayangnya, The Fire Keeper belum dialihbahasakan ke bahasa Indonesia. Jadi, kalian yang sebelumnya membaca The Storm Runner edisi bahasa Indonesia harus bersabar dulu ya. Atau kalian bisa langsung membaca yang versi bahasa Inggrinsya saja kalau memang sepenasaran itu dengan kelanjutan petualangan Zane dan teman-temannya.
Sebelumnya (The Storm Runner)
Selanjutnya (The Shadow Crosser)
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Baca The Mark of Athena karya Rick Riordan.
Komentar
Posting Komentar