The Mandalorian merupakan
sebuah serial TV Amerika Serikat bergenre space
western yang merupakan bagian dari franchise
Star Wars. Ini adalah serial live-action
pertama dari franchise tersebut. Latar
waktu serial ini adalah lima tahun setelah kejadian di film Return of the Jedi (1983). Walau sudah
tayang sampai musim ketiga, aku baru menonton sampai musim kedua, maka aku akan
mereviu musim pertama dan keduanya saja kali ini. Kalian dapat menontonnya di
Disney+ Hotstar.
The Mandalorian menceritakan
tentang petualangan seorang Mandalorian (Pedro Pascal) penyendiri yang bekerja
sebagai bounty hunter. Sang
Mandalorian tersebut mendapatkan misi untuk menemukan sebuah “paket” rahasia,
yang rupanya adalah seorang anak. Akan tetapi, sang Anak bukan berasal dari
sembarang spesies alien; dia berasal dari spesies istimewa yang sangat sensitif
dan mampu memanipulasi Force, kekuatan misterius yang menyelubungi seluruh
jagat raya.
Setelah menemukan sang
Anak, alih-alih menyerahkannya kepada sang klien, sang Mandalorian malah
membawanya kabur. Rupanya, klien yang menginginkan sang Anak tersebut adalah
seorang mantan panglima The Empire yang jahat. Demi melindungi sang Anak, sang
Mandalorian bertualang mengarungi galaksi dan menghadapi banyak bahaya.
Aku memberikan disclaimer terlebih dahulu sebelum
membahas serial ini lebih lanjut: aku belum pernah menonton film Star Wars apapun, kecuali The Force Awaken (2015) dan The
Last Jedi (2017). Meskipun begitu, aku tetap dapat menikmati cerita ini.
Memang aku agak kebingungan dengan konteksnya di awal, tetapi tidak sampai yang
membuatku tak mengerti keseluruhan plotnya. Sepertinya, kalau kalian sama
sekali belum pernah menonton film Star
Wars apapun, kalian tetap dapat menikmati serial ini—walau harus
pelan-pelan untuk paham, hahaha.
Ini adalah kali pertama
aku menonton cerita bergenre space
western, sebuah pengalaman yang menarik. Walaupun berlatar di planet-planet
asing dengan makhluk-makhuk alien yang aneh, vibes film koboinya sangat terasa. Mulai dari dialognya, adegannya,
serta latar tempatnya sangat khas film koboi. Akan tetapi, ada elemen fiksi
ilmiahnya juga yang membuatnya terkesan unik.
Kemudian, aku suka sekali
dengan petualangan sang Mandalorian. Di musim pertama, petualangannya dengan
sang Anak terasa tidak bertujuan, hanya kabur dari satu planet ke planet lain.
Sesekali mereka menolong warga lokal di planet-planet tersebut. Meskipun tidak
jelas arahnya ke mana, serial ini berhasil menarik perhatianku. Aku tetap saja
menontonnya dan menikmatinya. Kemudian, ketika tiba-tiba konflik memanas di
akhir musim pertama, aku jadi semakin tertarik dengan ceritanya. Menurutku,
pertempuran di akhir musim pertama itu keren sekali.
Dilanjut di musim kedua,
petualangan sang Mandalorian dan sang Anak menjadi semakin seru. Kali ini,
petualangan mereka sudah lebih terarah, yakni mengantarkan sang Anak pulang
kepada para Jedi. Di tengah petualangan tersebut, sang Mandalorian malah
bertemu dengan para Mandalorian lainnya, yang memberikan sedikit petunjuk
tentang kaum mereka. Selain itu, pada musim kedua, ada kemunculan kembali dari
tokoh-tokoh musim pertama sehingga kita bisa mengingat kembali
kejadian-kejadian pada musim pertamanya. Kemudian, penutupnya adalah misi
penyelamatan yang luar biasa epik. Singkatnya, di musim keduanya, cerita ini
makin seru!
Oh iya, Mandalorian itu
bukan nama tokohnya ya—itu adalah sebutan untuk kaum penganut sebuah aliran (creed).
Mandalorian merujuk pada prajurit dari planet Mandalore yang telah lama rusak. Para
Mandalorian mengikuti serangkaian cara hidup tertentu, seperti terus mengenakan
helm untuk menutupi wajah mereka di hadapan siapapun. Namun, karena suatu
peristiwa yang belum diceritakan di musim pertama dan kedua ini, para
Mandalorian meninggalkan planet mereka dan kini hidup tersebar di galaksi. Kalau
aku tidak salah, musim ketiganya akan lebih banyak membahas tentang ini.
Baiklah, kembali ke musim
pertama dan kedua serial The Mandalorian
ya. Yang membuat petualangan pada serial ini menarik adalah hubungan antara
sang Mandalorian dan sang Anak. Mereka berdua surely seperti ayah dan anak, menggemaskan sekali. Tingkah lucu
sang Anak tuh benar-benar mencuri perhatian. Omong-omong, nama asli mereka
berdua baru diungkap setelah lama sekali—nama asli sang Mandalorian baru
ketahuan di akhir musim pertama dan nama asli sang Anak baru ketahuan di musim
kedua.
Entah kapan aku akan
menonton musim ketiganya, jadi mohon bersabar ya untuk reviunya, hahaha. Selain
itu, sepertinya aku akan menonton serial live-action
Star Wars yang lain dulu, seperti The
Book of Boba Fett (2021–2022) dan
Andor (2022) terlebih dahulu. Kalian dapat menonton trailer The Mandalorian musim pertama di sini dan musim kedua di sini.
***
The Gifted: Graduation
(2020)
Judul
|
:
|
The
Gifted: Graduation
|
Pencipta
|
:
|
GMMTV
|
Sutradara
|
:
|
Waasuthep
Ketpetch
|
Produser
|
:
|
Kamtorn
Lorjitramnuay Puchong, Tuntisungwaragul Patha Thongpan, Watthana Rujirojsakul
|
Musim/Episode
|
:
|
1
Musim/13 episode
|
Pemeran
|
:
|
“Nanon”
Korapat Kirdpan, “Chimon” Wachirawit Ruangwiwat, “Sing” Harit Cheewagaroon,
“Jane” Ramida Jiranorraphat, “Gun” Atthaphan Phunsawat, “Fiat” Pattadon
Janngeon, “Puimek” Napasorn Weerayuttvilai, “AJ” Chayapol Jutamat, “JJ”
Chayakorn Jutamat, “Victor” Chatchawit Techarukpong, “Prim” Chanikarn
Tangabodi, “Patrick” Nattawat Finkler, Phuwin Tangsakyuen, “Bird” Wanchana
Sawasdee
|
Genre
|
:
|
Fiksi
ilmiah, suspense, coming of age, action, petualangan
|
The
Gifted: Graduation merupakan sekuel dari
serial TV Thailand The Gifted. Serial
satu ini disutradarai oleh co-director serial
pendahulunya, yang bernama Waasuthep Ketpetch. Ceritanya masih melanjutkan
peristiwa di musim pertamanya. Reviu The Gifted yang musim pertama bisa dibaca di sini ya. Kalian bisa menonton The Gifted: Graduation di kanal Youtube GMMTV.
Di SMA Rithda, murid-murid diperlakukan secara
diskriminatif. Murid-murid pintar mendapat fasilitas lebih bagus, sedangkan
murid-murid yang lain mendapatkan fasilitas buruk. Namun, ada satu kelas
istimewa, Kelas Berbakat yang mendapatkan fasilitas tertinggi di sekolah. Akan
tetapi, sejak kekacauan yang dilakukan murid-murid Kelas Berbakat angkatan XV, SMA
Rithda tidak lagi membuka Kelas Berbakat.
Sampai pada akhirnya, para murid mengajukan
petisi agar Kelas Berbakat dibuka kembali. Petisi yang diusung oleh Tharm
“Time” Thamrongsawat (“Patrick” Nattawat Finkler) tersebut berhasil dikabulkan
oleh pihak sekolah. Akan tetapi, Time tidak tahu rahasia Kelas Berbakat, bahwa
kelas tersebut adalah untuk melatih anak-anak dengan kekuatan super. Bahkan,
dia terkejut mendapati dirinya juga memiliki kekuatan super. Itu menjadi awal
dari perkenalannya dengan anak-anak Kelas Berbakat angkatan XV.
Dengan dibukanya kembali Kelas Berbakat, babak
baru pertempuran antara Pang (“Nanon” Korapat Kirdpan) dan kawan-kawan pun
dimulai. Setelah kehilangan seorang rekan, mereka harus lebih hati-hati
mengambil langkah. Di sisi lain, Direktur Supot (“Bird” Wanchana Sawasdee)
mulai menjalankan rencana gelap yang sejak lama dia rencanakan. Bersama dengan anak-anak Kelas Berbakat yang baru, Pang dan
kawan-kawan berusaha untuk menghancurkan konspirasi jahat Direktur Supot yang
dapat mengancam masa depan seluruh negeri.
Dibandingkan dengan The Gifted musim pertama, The
Gifted: Graduation memiliki suasana yang jauh berbeda. Kalau di musim keduanya ini, suasana cerita anak
SMA-nya hanya ada di episode pertama dan kedua, karena setelah itu, langsung
masuk ke bagian menegangkannya. Kali ini, tidak banyak perkenalan tokoh; cerita
lebih fokus membahas pertempuran melawan Direktur Supot yang berniat jahat.
Maka dari itu, secara jalan cerita, The
Gifted: Graduation akan menyajikan cerita yang lebih suspenseful.
Selain itu, musim kedua ini memiliki alur yang
sulit ditebak. Selalu ada rahasia baru yang terbongkar, ada pengkhianatan, dan
ada banyak sekali plot twists! Serius,
plot twist-nya itu banyak banget,
bahkan ada satu adegan yang plot twist-nya
lebih dari satu. Ya mungkin bagi pecinta plot
twist itu seru ya, tetapi aku malah jadi pusing harus percaya pada siapa.
Untungnya, fokus cerita tetap terjaga sampai akhir sehingga masih nyaman
dinikmati, walaupun penyelesaiannya agak terlalu cepat—tapi masih oke lah.
Kemudian, ada tiga tokoh utama baru di sini: Time
dengan kekuatan melacak lokasi orang atau objek, Thammarong “Third” Decharat
(Phuwin Tangsakyuen) dengan kekuatan membaca pikiran, dan Natnicha “Grace”
Wongwattana (“Prim” Chanikarn Tangkabodee) dengan kekuatan yang masih misterius.
Ketiga anak ini adalah angkatan baru dari Kelas Berbakat. Sebenarnya masih ada
anak-anak lainnya, tetapi ceritanya hanya terfokus pada mereka bertiga;
anak-anak yang lainnya di angkatan mereka cuma extras. Keberadaan mereka
bertiga tentu membawa warna baru pada cerita. Apalagi, mereka bertiga rupanya
memiliki peran krusial dalam pertempuran ini.
Di sisi lain, ketika peran mereka bertiga menjadi
dominan, peran anak-anak Kelas Berbakat angkatan XV—yang merupakan tokoh utama
musim pertama—malah semakin berkurang, kecuali Pang. Bahkan, ada satu cast dari musim pertama yang tidak ada
lagi di musim kedua ini. Awalnya memang mereka punya banyak peran, apalagi kini
mereka sudah lebih kompak dan lebih ahli menggunakan kekuatan mereka; tetapi,
peran mereka berkurang drastis di tengah-tengah dan malah terkesan tidak
diperlukan. Namun, aku cukup senang karena penyelesaian akhirnya melibatkan mereka
semua sehingga mereka tidak terlalu tersia-siakan.
Oh iya, meskipun begitu, ada satu anak Kelas
Berbakat angkatan XV yang stand out
selain Pang. Aku tidak mau spoiler siapa,
tetapi dia aktingnya outstanding dan
punya screentime yang lebih memorable dibandingkan yang lain karena dia menjadi pengkhianat
dalam kelompok mereka. Akan tetapi, kelanjutannya itu yang terasa ganjil.
Setelah dia berkhianat dan menusuk teman-temannya dari belakang seperti itu, tiba-tiba
dia sudah bergabung kembali dengan yang lain, tanpa ada rekonsiliasi dulu.
Hal menarik lain dari musim kedua ini adalah
penjelasan lebih lanjut tentang rencana Direktur Supot. Aku kaget sekali
ternyata Direktur Supot sejahat itu, pure
evil. Rupanya semua ini adalah rencananya sejak lama dan tujuan akhirnya
itu tidak kusangka-sangka. Yang menarik adalah hal ini memberikan insight mengenai bahaya pendidikan yang
diskriminatif. Pendidikan yang diskriminatif hanya akan melahirkan masyarakat
yang diskriminatif.
Kalau kalian penasaran
mana yang lebih bagus antara musim pertama dan kedua, aku akan memilih musim
pertama karena lebih santai tapi tidak kehilangan suasana mendebarkannya. Akan
tetapi, musim keduanya ini memberikan konklusi yang dibutuhkan penonton musim
pertamanya sehingga tidak boleh dilewatkan. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.
***
Business Proposal
(2022)
Judul
|
:
|
Business
Proposal
|
Pencipta
|
:
|
StudioS
|
Sutradara
|
:
|
Park
Seon Ho
|
Penulis
|
:
|
Han
Seol Hee, Hong Bo Hee
|
Musim/Episode
|
:
|
1
Musim/12 episode
|
Pemeran
|
:
|
Ahn
Hyo Seop, Kim Se Jong, Kim Kin Kyu, Seol In Ah
|
Genre
|
:
|
Komedi
romantis, romansa perkantoran
|
Business
Proposal adalah drama Korea yang
diadaptasi dari webtoon berjudul sama yang ditulis oleh HaeHwa dan dengan
ilustrasi oleh Narak. Drakor ini memiliki judul alternatif A Business Proposal dan The
Office Blind Date. Kalian bisa menonton Business
Proposal di Netflix.
Business
Proposal bercerita tentang Shin Ha Ri
(Kim Se Jong), seorang researcher di
perusahaan makanan Go Food. Dia adalah wanita yang easy-going serta memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya.
Suatu hari, sahabat karibnya, Jin Young Seo (Seol In Ah) yang merupakan putri
dari pengusaha besar di Korea, meminta tolongnya untuk menggantikan dirinya
pergi kencan buta. Karena diiming-imingi uang yang cukup banyak, Ha Ri pun
setuju.
Tidak dia sangka, ternyata teman kencan butanya
adalah Kang Tae Moo (Ahn Hyo Seop), CEO Go Food alias pimpinan tertinggi
Perusahaan tempat dia bekerja. Ha Ri berada di situasi terjepit yang
mengharuskannya berbohong kepada Tae Moo. Dia berharap Tae Moo tidak tertarik
kepadanya dan mereka tak akan pernah bertemu lagi. Namun, tanpa dia sadari
pertemuan pertama mereka pada kencan buta tersebut adalah awal kisah keduanya.
Drakor ini merupakan pilihan yang tepat untuk
hiburan. Ceritanya tidak njlimet,
suasananya santai, dan tokoh-tokohnya lucu. Bisa dibilang Business Proposal memiliki kekhasan drakor-drakor lama yang memiliki
alur sederhana tapi menghibur. Alurnya memang klise, tipikal cerita office romance, tetapi justru itulah
yang membuatnya menyenangkan. Pokoknya drakor ini bebas plot twist dan bebas tokoh jahat. Kalian tidak perlu berpikir keras
sewaktu menontonnya.
Lelucon yang dimunculkan di drakor ini tuh kocak.
Sebenarnya banyak yang cringe, tetapi
karena sengaja dibuat cringe,
hasilnya jadi lucu. Kalian akan dihibur oleh tiap episodenya. Kalian akan
tertawa melihat tingkah Ha Ri yang aneh serta kelakuan canggung Tae Moo sewaktu
menghadapi Ha Ri. Di saat yang sama, kalian akan tersipu melihat bagaimana
keduanya jatuh cinta dan menunjukkan rasa sayang terhadap satu sama lain. Dalam
kisah cinta mereka juga tidak ada konflik yang terlalu dramatis atau lebay
sehingga hubungan mereka terkesan dewasa.
Selain Ha Ri dan Tae Moo, ada pasangan kedua,
yaitu Young Seo dan Cha Sung Hoon (Kim Min Kyu). Mereka berhasil menjadi scene-stealer. Bahkan, bagiku dan
beberapa orang, kisah mereka berdua lebih bikin penasaran, hahaha. Mereka
berdua tidak kalah kocak dan seru. Bahkan, ada adegan ciuman keduanya yang
menjadi sangat memorable dan viral di kalangan pecinta drama Korea.
Yang kurang dari drakor ini adalah penyelesaian
akhirnya yang begitu cepat. Sebenarnya ini adalah hal klise pada drakor tentang
si kaya dan si miskin: hubungan yang ditentang oleh keluarga si kaya. Aku sudah
memperkirakan akan ada konflik tersebut, tetapi setidaknya aku mengharapkan
penyelesaian yang lebih baik, tetapi epilognya berlalu begitu saja tanpa ada
penyelesaian yang jelas.
Walaupun demikian, secara
keseluruhan drakor ini sangatlah menghibur. Apalagi, jumlah episodenya hanya 12
sehingga tidak terlalu panjang jika ingin di-binge-watching. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.
***
Shadow and Bone
Season 2
(2023)
Judul
|
:
|
Shadow
and Bone
|
Pengembang
|
:
|
Eric
Heisserer
|
Produser
eksekutif
|
:
|
Lee
Toland Krieger, Leigh Bardugo, Pouya Shahbazian, Josh Barry, Dan Cohen, Shawn
Levy, Shelley Meals, Dan Levine, Daegan Fryklind, Eric Heisserer
|
Produser
|
:
|
Christina
Strain, Thane Watkins, Rand Geiger, Vanya Asher, Craig Forrest, Becca Edelman
|
Musim/Episode
|
:
|
2
Musim/16 episode
|
Pemeran
|
:
|
Jessi
Mei Li, Archie Renaux, Ben Barnes, Patrick Gibson, Freddy Carter, Amita
Suman, Kit Young, Zoë Wanamaker, Daisy Head, Danielle Galligan, Calahan
Skogman, Lewis Tan, Jack Wolfe, Anna Leong Brophy
|
Genre
|
:
|
High fantasy,
drama, petualangan, misteri
|
Shadow and Bone adalah serial TV asal
Amerika Serikat yang mengadaptasi novel karya Leigh Bardugo yang termasuk ke
dalam Grishaverse. Musim pertamanya yang pertama kali tayang pada 2021 mengadaptasi
buku Leigh Bardugo yang berjudul Shadow
and Bone (2012) dan Six of Crows (2015).
Kemudian, musim keduanya ini mengadaptasi buku Siege and Storm (2013) dan Ruin
and Rising (2014) dengan sedikit tambahan elemen dari Crooked Kingdom (2016). Reviu musim pertamanya bisa dibaca di sini ya. Kalian dapat menonton serial ini di Netflix dan trailer musim
pertamanya di sini.
Semesta dari
cerita Shadow and Bone populer dengan sebutan Grishaverse. Dalam semesta
tersebut, terdapat manusia-manusia dengan kemampuan unik yang disebut small
science, yaitu kemampuan untuk memanipulasi sesuatu. Orang-orang ini
tersebar di penjuru dunia, termasuk di kerajaan Ravka. Di sana, para praktisi small
science disebut Grisha. Akan tetapi, seperti di kerajaan-kerajaan lainnya,
keberadaan Grisha tidak selalu diterima dengan baik. Ravka juga memiliki
sejarah kelamnya dengan kaum Grisha.
Dahulu, ada
seorang Grisha dengan kemampuan memanipulasi kegelapan, seorang Shadow
Summoner, yang memimpin perang dengan pihak kerajaan. Dalam perang tersebut,
sang Shadow Summoner menciptakan tembok kegelapan raksasa yang membelah Ravka
menjadi dua: Ravka Barat dan Ravka Timur—membuat negeri itu terpecah dan
melemah, di tengah-tengah perang tak berkesudahan dengan kerajaan-kerajaan
lainnya. Kegelapan tersebut dikenal dengan istilah Lekukan (The Fold),
sebuah luka di peta.
Diyakini bahwa
hanya Grisha dengan kemampuan memanipulasi cahaya, seorang Sun Summoner, yang
bisa menghancurkan Lekukan. Akan tetapi, belum pernah sepanjang sejarah ada
Grisha dengan kekuatan tersebut, hingga keberadaannya dianggap sebagai mitos
dan dongeng belaka. Sampai akhirnya muncul Alina Starkov (Jessie Mei Li),
seorang Sun Summoner sungguhan, harapan bagi seluruh negeri Ravka. Namun,
karena kepolosannya, kekuatannya hampir disalahgunakan oleh Jenderal Aleksander
Kirigan (Ben Barnes)—yang rupanya adalah sang Shadow Summoner yang dahulu
menciptakan Lekukan. Untungnya, berkat dibantu teman-temannya, Alina berhasil
mengalahkan Kirigan—setidaknya untuk saat ini.
Alina masih
harus menghancurkan Lekukan dan mempersatukan Ravka kembali, tetapi dia tidak
memiliki kekuatan yang cukup untuk itu. Bersama dengan sahabat yang kini
menjadi kekasihnya, Malyen “Mal” Oretsev (Archie Renaux), Alina mencari dua amplifier
Morozova lainnya untuk meningkatkan kekuatannya. Untuk itu, Alina dan Mal
harus berlayar bersama kelompok pelaut yang dipimpin oleh seorang kapten yang
terlalu percaya diri.
Di sisi lain,
ternyata Jenderal Kirigan belum mati. Dia kembali dengan pasukan yang tercipta
dari kegelapan, nichevo'ya—pasukan yang bertarung sesuai kehendak
tuannya dan tak bisa mati. Tidak hanya itu, Kirigan juga memperluas Lekukan,
menelan kota-kota dan orang-orang tak bersalah dalam kegelapannya. Dia juga
mengumpulkan para Grisha yang masih setia dengannya untuk melakukan
pemberontakan kepada pihak kerajaan.
Alina berpacu
dengan waktu. Dia harus mengumpulkan seluruh sekutu yang dia miliki untuk menghadapi
Kirigan. Jika dia gagal menghancurkan Lekukan dan menghentikan Kirigan, seluruh
dunia akan ditelan kegelapan.
Menurutku
pribadi, Shadow and Bone musim kedua lebih bagus daripada musim
pertamanya. Masih menggunakan treatment yang serupa dengan musim
pertamanya, Shadow and Bone menggunakan beberapa sudut pandang cerita,
yang utamanya adalah sudut pandang Alina dan sudut pandang Kaz Brekker (Freddy
Carter); lalu kedua sudut pandang nanti bertemu di akhir.
Untuk
petualangannya Alina, hal yang menarik adalah kemunculan tokoh-tokoh barunya, seperti
Sturmhond alias Nikolai Lantsov (Patrick Gibson). Dia adalah sosok pelaut yang
karismatik dan penuh percaya diri. Aku suka banget melihat semangatnya.
Solidaritasnya dengan para krunya juga menarik—mengingatkanku pada anime One
Piece, hahaha. Dia juga menyuguhkan cinta segita yang lumayan menarik di antara
hubungan Alina dan Mal.
Omong-omong
tentang hubungan Alina dan Mal, mereka berdua menghadapi ujian yang serius
sekali. Meskipun di awal aku agak risih karena hubungan mereka tiba-tiba sudah
sedekat itu padahal terakhir kali mereka masih cuma berteman, mereka berdua
cukup romantis. Mereka punya sejarah panjang dan rupanya ada rahasia besar
tentang mereka berdua. Itu adalah plot twist yang mengejutkan.
Sementara itu,
problem dari sudut pandangnya Kaz—harus aku akui—lebih menegangkan dan seru.
Aksi Kaz dan para gagaknya (sebutan bagi anggota timnya) pada musim pertama termasuk
seru, dan menjadi lebih seru lagi di musim kedua. Kali ini, Kaz
melakukan pertarungan sengit dengan Pekka Rollins (Dean Lennox Kelly), pemimpin
The Barrels. Ada masa lalu rumit antara Kaz dan Pekka Rollins. Itulah yang
menarik dari musim ini—kita mendapatkan kesempatan untuk melihat masa lalu Kaz
yang ternyata tragis sekali. Kita jadi dapat mengerti mengapa Kaz menjadi
seperti yang sekarang. Aku ingin memuji aktingnya Freddy Carter juga karena
luar biasa sekali.
Chemistry Kaz dengan para anggota
timnya juga makin oke. Dinamika tarik ulur dia dengan Inej (Amita Suman)
membuatku gemas. Kita juga akan melihat sisi lain dari Jesper (Kit Young) dan
sedikit tentang masa lalunya. Kemudian, kalau kalian tertarik dengan Nina
(Danielle Galligan) dan Matthias (Calahan Skogman) yang malu-malu kucing di
musim pertama, mereka berdua kembali dengan romansa yang lebih menyayat hati. Ada
pula tokoh baru dalam tim mereka, Wylan Hendricks (Jacke Wolfe) yang imut dan
cerdik. Aksi Kaz dengan mereka semua akan mencuri perhatian kalian. They
really stole away the whole show—they’re the thieves, indeed.
Oleh karena itu,
aku sangat senang ketika kedua sudut pandang bertemu di akhir. Pertempuran
terakhir musim ini sangat sengit dan mendebarkan dengan aksi yang memukau. Di
sisi lain, ada pengorbanan besar yang harus mereka lakukan. Sebuah klimaks yang
memuaskan sekali.
Terlepas dari itu semua, aku mengerti kalau para pembaca bukunya kurang
puas dengan serial TV-nya. Namun, sebagai yang tidak membaca buku dan sebagai
penggemar cerita fantasi-petualangan, serial Shadow and Bone telah mampu
memenuhi ekspektasiku. Oleh karena itu, aku kecewa sekali ketika tahu Netflix
tidak akan melanjutkan serial ini; tetapi sebaiknya kalian coba tonton dulu ya.
Kalian bisa menonton trailer musim keduanya di sini.
***
Island
(2022–2023)
Judul
|
:
|
Island
|
Pengembang
|
:
|
Studio
Dragon
|
Sutradara
|
:
|
Bae
Jong
|
Penulis
|
:
|
Oh
Bo Hyun
|
Produser
eksekutif
|
:
|
Jang
Jeong Do, Kim Seung Min (CP)
|
Produser
|
:
|
Baek
Chung Hwa, Mi Tae hee
|
Musim/Episode
|
:
|
1
Musim/12 episode
|
Pemeran
|
:
|
Kim
Nam Gil, Lee Da Hee, Cha Eun Woo, Jung Joon
|
Genre
|
:
|
Dark
fantasy, action, drama, misteri
|
Island adalah drama Korea yang
diadaptasi dari sebuah novel grafis yang kemudian diterbitkan sebagai komik
webtoon. Penayangan drama ini dibagi menjadi dua bagian: bagian pertamanya
tayang pada 30 Desember 2022 dan bagian keduanya tayang pada 24 Februari 2023.
Drama ini dapat ditonton secara streaming di Amazon Prime Video dan
TVING.
Di pulau Jeju,
terdapat legenda tentang seorang Juru Selamat yang memiliki kekuatan besar
untuk melindungi manusia dari para iblis nafsu yang ingin mengambil alih dunia.
Akan tetapi, sebelum dia sempat menunaikan misinya, dia tewas oleh sesosok Pria
Berbaju Hitam yang misterius. Menurut ramalan, sang Juru Selamat akan
bereinkarnasi. Setelah ratusan tahun berlalu, akhirnya reinkarnasi tersebut
terlahir sebagai seorang wanita bernama Won Mi Ho (Lee Da Hee).
Seperti yang
diramalkan, Mi Ho tiba di pulau Jeju ketika segel yang menghalangi iblis nafsu
memasuki dunia ketika melemah. Namun, Mi Ho yang tidak tahu apa-apa tak berdaya
ketika dirinya diserang iblis nafsu. Van (Kim Nam Gil), pria misterius separuh
iblis, yang diyakini sebagai sosok Pria Berbaju Hitam dalam legenda, datang
menyelamatkan Mi Ho. Demi menebus dosanya di masa lalu, dia harus melindungi Mi
Ho dan menolongnya untuk menenunaikan misinya sebelum dunia jatuh ke tangan
iblis.
Secara umum, Island
merupakan drama Korea dengan ide cerita yang menarik banget. Aku suka
dengan ide ceritanya yang menyuguhkan sebuah mitologi sendiri tentang iblis
nafsu dan Juru Selamat. Ini adalah tipikal cerita fantasi, yang eksekusinya
bagus sekali sehingga menyenangkan untuk ditonton.
Visual drakor
ini sangat memuaskan. Pemandangan alam pulau Jeju sebagai latar tempatnya begitu
memesona. Efek visualnya juga top quality. Dengan sinematigrafi yang
estetik, aku tidak berhenti terpukau terhadap drakor ini. Rasanya seperti
menonton sebuah cerita anime fantasi versi live action yang hasilnya
bagus—bukan live action abal-abal.
Tokoh-tokohnya
juga menarik, seperti Van dan Mi Ho. Aku suka banget dengan dinamika mereka
berdua, bagaimana mereka kerap cekcok tetapi akhirnya bisa saling mengerti.
Ketika akhirnya Mi Ho ingat masa lalunya sebagai sang Juru Selamat, rasanya
cukup menyesakkan hati. Seketika aku ikut merasa kasihan pada Van yang
menanggung beban rasa bersalah selama bertahun-tahun sambil menunggu Mi Ho. Chemistry
mereka pas—tidak terlalu yang romantis, tetapi juga tidak seperti sekadar
rekan.
Kemudian, tokoh
menarik lainnya adalah tokoh yang diperankan Cha Eun Woo: Pendeta Johan. Dia
benar-benar tipikal karakter anime, seorang pendeta yang bergaya asyik dan
kekinian. Pendeta mana yang mendengar musik K-Pop saat ingin melakukan pengusiran
setan? Ditambah lagi, dia juga menunjukkan adegan bertarung yang keren. Dirinya
juga memiliki kisah masa lalunya sendiri, yang tidak kalah menyayat hati dengan
kisahnya Van. Omong-omong, aku ingin memberikan credit kepada Cha Eun
Woo karena perannya sebagai Pendeta Johan tampaknya terbilang oke—dia seperti
keluar dari zona nyaman atau perannya yang biasa.
Mungkin
kelemahan dari drakor ini adalah penayangannya dipecah jadi dua. Saat drakor
ini berhenti di bagian pertama, ceritanya belum panas sehingga aku sendiri agak
ragu untuk melanjutkan menonton bagian keduanya. Saat itu masih banyak sekali
pertanyaan yang belum dijawab dan akhir menggantung dari bagian pertama juga
tidak terlalu memikat. Namun, untung saja bagian keduanya dibuka dengan kisah
masa lalu Van yang menarik sekali. Aku langsung lekas menyelesaikannya. Pertarungan
klimaksnya juga seru banget. Efek visualnya luar biasa keren dan
sinematografinya bagus banget—seperti menonton film alih-alih serial TV.
Oh iya, sedikit spoiler ya. Dinilai dari akhir ceritanya, ada
potensi drakor ini dilanjutkan ke musim kedua. Namun, belum ada informasi
apa-apa terkait itu. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.
***
Induk Gajah
(2023)
Judul
|
:
|
Induk
Gajah
|
Sutradara
|
:
|
Muhadkly
Acho
|
Penulis
|
:
|
Muhadkly
Acho
|
Produser
eksekutif
|
:
|
Shania
Punjabi
|
Produser
|
:
|
Manoj
Punjabi
|
Musim/Episode
|
:
|
1
Musim/8 episode
|
Pemeran
|
:
|
Marshanda,
Tika Panggabean, Dimas Anggara
|
Genre
|
:
|
Drama,
komedi, romantis
|
Induk Gajah adalah sebuah
serial web asal Indonesia yang diproduksi oleh MD Entertainment. Serial ini juga
ada versi bukunya, yang berjudul Induk Gajah (2023) yang ditulis oleh
Iragita Sembiring. Omong-omong, kisah ini terinspirasi dari pengalaman pribadi
Iragita Sembiring loh. Induk Gajah bisa kalian tonton di Amazon Prime
Video.
Ira (Marshanda)
capek menghadapi mamaknya (Tika Panggabean). Mamaknya selalu memprotes tentang
berat badannya yang menurutnya adalah penyebab Ira belum juga bertemu jodoh. Di
sisi lain, mamaknya juga capek mencarikan laki-laki yang cocok untuk Ira. Apalagi,
sebagai seorang keturunan Batak, ada aturan-aturan adat yang harus diperhatikan
dalam mencari pasangan.
Mamaknya Ira
lalu menenukan ide brilian untuk menjodohkan Ira dengan anak teman lamanya di kampung
dulu. Dipertemukanlah Ira dengan Marsel (Dimas Anggara) yang akan dijodohkan
dengannya. Namun, Marsel sebenarnya juga sudah punya pacar, tetapi hubungannya
tak direstui karena pacarnya bukanlah orang Batak. Karena sama-sama lelah dipaksa
terus menikah, Ira dan Marsel sepakat untuk pura-pura setuju dengan perjodohan
tersebut. Berhasilkah mereka berdua membohongi orang tua mereka dan menemukan
cinta masing-masing?
Ini adalah
sebuah serial web yang menarik sekali karena agak berbeda dari kebanyakan
cerita serial web Indonesia lainnya. Perbedaannya adalah cerita ini
menghadirkan kisah drama keluarga Batak—aku jadi teringat film Ngeri-Ngeri
Sedap (baca reviunya di sini), hehehe. Well, pendekatan keluarga Batak ini adalah sesuatu
yang menarik sekali bagiku, meskipun bukan sesuatu yang baru. Potret keluarga
Batak dalam serial ini sangat sesuai dengan nasib kebanyakan teman-teman
Batak-ku dan keluarga mereka, hahaha.
Walaupun begitu,
permasalahan yang dihadapi Ira dan Mamaknya sebenarnya relatable bagi
siapapun. Didesak orang tua untuk segera menikah adalah problem banyak orang.
Dikomentari terus tentang bentuk tubuh—terlalu gemuk ataupun terlalu kurus,
atau yang lain-lainnya—oleh orang tua juga problem banyak orang. Itu menjadikan
sosok Ira sebagai cerminan kita semua, hahaha.
Aku suka banget
dengan interaksi Ira dengan Mamaknya yang sangat alami. Pemilihan pemerannya
tepat banget karena chemistry Marshanda dan Tika Panggabean terlihat
seperti ibu anak sungguhan. Percekcokan mereka terasa seperti percekcokan
sehari-hari. Belum lagi tingkah-tingkah kocak mamaknya Ira yang selalu berhasil
mengundang tawa. Yang paling penting adalah penyelesaian konflik mereka berdua
adalah momen yang heart-warming—sesuatu yang bisa ditiru ketika ingin
berdialog antara orang tua dan anak.
Sementara itu,
untuk bagian romansanya, konfliknya terasa realistis—mungkin karena ceritanya
terinspirasi dari kisah nyata. Aku bisa bersimpati pada perasaan capeknya Anita
(Mikha Tambayong), pacarnya Marsel, yang selalu dianggap “kurang” hanya karena
bukan orang Batak. Marsel, walaupun menyebalkan karena plinplan, bisa
dimengerti karena dia terdesak dan tak tega jika harus mengecewakan orang lain.
Namun, perjalanan Ira menemukan pasangan yang tepat bagi dirinya lah yang
menjadi sorotan utama. Aku setuju dengan Ira, terlepas dari usia, tidak
sebaiknya kita menikah dengan sembarang orang—menikah tetaplah harus dengan
orang yang cocok karena pernikahan pasti diharapkan bisa bertahan lama.
Sebagai drama
komedi, kalian tidak perlu khawatir sebab Induk Gajah sukses membuatku
tertawa di setiap episodenya. Interkasi Ira dengan mamaknya itu kocak banget.
Mulai dari soal menyembunyikan timbangan dan minum jus pare saja bisa membuatku
tertawa ngakak. Aku juga mau memberikan credit ke Dicky Difie yang
berperan sebagai Igun, salah satu teman kerja Ira. Seriously, dia kocak
banget, benar-benar scene-stealer!
Mungkin yang membuatku agak risih adalah penampilan Marshanda dan Dimas
Anggara yang tidak Batak sama sekali, hahaha. Tak bermaksud rasis atau apa,
tetapi menurutku, karena cerita ini sangat spesifik tentang drama keluarga
Batak, lebih baik jika pemeran utamanya juga orang Batak sungguhan. Akan
tetapi, itu tidak terlalu masalah karena ceritanya oke. Kalian dapat menonton trailer-nya
di sini.
***
Queen Charlotte: A Bridgerton Story
(2023)
Judul
|
:
|
Queen
Charlotte: A Bridgerton Story
|
Pencipta
|
:
|
Shonda
Rhimes
|
Sutradara
|
:
|
Tom
Verica
|
Produser
eksekutif
|
:
|
Shonda
Rhimes, Betsy Beers, Tom Verica
|
Produser
|
:
|
Anna
O’Malley
|
Musim/Episode
|
:
|
1
Musim/6 episode
|
Pemeran
|
:
|
India
Amarteifio, Corey Mylchreest, Golda Rosheuvel, Arsema Thomas, Adjoa Andoh,
Ruth Gemmell
|
Genre
|
:
|
Romansa
sejarah
|
Queen
Charlotte: A Bridgerton Story (selanjutnya disebut Queen Charlotte)
adalah sebuah serial terbatas yang merupakan spin-off prekuel dari
serial Bridgerton. Serial ini menceritakan kisah cinta Raja George III
dan Ratu Charlotte di masa muda mereka. Perlu diingat bahwa ini merupakan fiksi
sehingga tidak sepenuhnya sesuai dengan yang terjadi dalam sejarah—tentu yang
versi fiksi dibuat lebih dramatis. Namun, secara garis besar tetap sesuai
dengan sejarah yang ada kok. Kalian dapat menontonnya di Netflix.
Di tahun 1761,
seorang gadis muda bernama Charlotte Mecklenburg-Strelitz yang merupakan
keturunan bangsawan dari sebuah daerah di utara Jerman harus meninggalkan tanah
kelahirannya karena dijodohkan dengan raja Inggris pada masa itu. Namun,
Charlotte tak pernah bertemu dengan sang raja, apalagi mengenalnya. Sosok sang
raja muda memang misterius.
Dia adalah Raja
George III, sesosok laki-laki dengan senyum menawan dan pribadi yang ramah.
Walaupun berat bagi Charlotte untuk berada sendirian di tanah asing, tanpa
seorang pun yang dia kenal, kebaikan George membuatnya yakin dia bisa melalui
itu semua. Akan tetapi, meskipun telah menikah, George menyimpan
rahasia-rahasianya sendiri, sesuatu tentang penyakitnya yang tak boleh
diperlihatkan kepada siapapun, termasuk Charlotte. Bisakah Charlotte
mempertahankan kebahagiaan pernikahannya dengan sang suami?
Biarpun aku
penggemar Bridgerton (serial TV-nya, bukan bukunya karena belum pernah
baca ya), mulanya aku kurang tertarik menonton Queen Charlotte. Namun,
karena selama beberapa minggu serial ini ramai di medsosku, akhirnya aku coba
menontonnya. Rupanya, kisahnya Ratu Charlotte bagus dan romantis—walaupun belum
bisa menggeser pasangan favoritku: Anthony dan Kate, hahaha.
Dibandingkan
dengan dua musim Bridgerton, Queen Charlotte terasa singkat,
apalagi jumlah episodenya hanya enam. Durasinya tiap episodenya juga tidak
terlalu lama. Alur ceritanya padat dengan pace yang tepat, tidak terlalu
cepat sehingga alurnya bisa dimengerti.
Bagiku pribadi,
agak sulit untuk memahami cerita drama sejarah (historical drama) karena
pasti terkait dengan konteks sejarah pada masa itu, sehingga sewaktu menonton,
aku juga harus sambil mengingat-ingat konteks sejarahnya. Namun, ketika
menonton Queen Charlotte, aku tidak kesulitan memahami konteksnya. Hanya
hal-hal yang relevan terhadap cerita yang dimunculkan, yang memang merupakan
penyederhanaan, tetapi membantu sekali untuk penonton awam sepertiku. Itu juga
membantu agar cerita tak terlalu meleber ke mana-mana dan fokus pada kisah
cintanya Ratu Charlotte dan Raja George.
Yang menarik
dari kisah Ratu Charlotte dan Raja George adalah kisah cinta mereka juga
memiliki muatan politik. Ratu Charlotte memiliki kulit gelap dari garis
keturunannya, padahal di masa itu, para bangsawan berkulit gelap tidak memiliki
posisi yang sama dengan bangsawan-bangsawan lainnya yang berkulit putih. Maka
dari itu, ketika Raja George menikahi Ratu Charlotte yang berkulit gelap, ada
sebuah progres yang bagus dalam tatanan sosial masyarakat Inggris. Bahkan,
pernikahan mereka disebut The Great Experiment karena pernikahan mereka
membuka jalan bagi kesetaraan terhadap orang berkulit gelap agar posisi mereka
bisa sama dengan orang-orang kulit putih lain.
Bagiku itu
sesuatu yang menarik sekali, sebuah kisah cinta rupanya memiliki muatan
politik, tetapi tidak mengurangi ketulusan dari cinta itu sendiri. Dengan
mengangkat isu keserataan tersebut, serial ini menjadi relatable dengan
isu yang ada saat ini.
Selain masalah
politiknya, aku juga tertarik dengan perjuangan cinta Ratu Charlotte dan Raja
George. Ratu Charlotte yang kesepian tidak memiliki siapapun yang dapat
dipercayanya selain suaminya, tetapi suaminya terus menjauhinya untuk alasan
yang tak bisa dia tahu. Aku cukup bisa mengerti rasa frustrasinya. Di sisi
lain, ketika kita diceritakan alasan sebenarnya Raja George bersikap begitu,
aku juga jadi merasa kasihan kepadanya. Meskipun bertemu karena perjodohan,
pada akhirnya keduanya jatuh cinta sungguhan, tetapi Raja George pasti tidak
ingin istrinya melihat penyakitnya, aibnya—entah karena dia malu atau tidak
ingin membuat istrinya khawatir. Namun, itu sesuatu yang romantis, terlepas
dari tepat atau tidaknya tindakan tersebut.
Di samping sang
raja dan ratu, ada juga kisah masa mudanya Lady Agatha Danburry (Arsema
Thomas). Lady Danburry menggambarkan nasib banyak perempuan pada masa
itu—dinikahkan ketika masih sangat muda kepada laki-laki tua yang menyebalkan.
Aku bisa paham mengapa dia begitu sulit percaya pada cinta dan menganggap semua
hal hanyalah politik semata. Omong-omong, dia juga muncul di Bridgerton
loh. Di sini, kita diceritakan bagaimana Lady Danburry bisa menjadi sosoknya
yang kita lihat di Bridgerton.
Oh iya, bagi
kalian yang merasa tidak suka dengan serial ini hanya karena Ratu Charlotte
digambarkan berkulit gelap, aku sarankan kalian buang prasangka tersebut dan
coba tonton saja dulu. Kalian bisa membaca di internet bahwa ada beberapa
sumber sejarah yang menyatakan bahwa Ratu Charlotte memang berkulit gelap.
Potret-potret lukisannya menampilkan dirinya berkulit putih karena memang
disengaja demikian agar dia diingat sebagai kulit putih—dan itu ada dalam
serial ini. Jadi, ini bukan sekadar masalah political correctness atau agenda woke culture ya.
Kemudian, sebagai sebuah cerita spin-off, serial TV ini tidak berhubungan
langsung dengan cerita anak-anak keluarga Bridgerton, maka boleh saja menonton
ini sebelum menonton Bridgerton. Aku sarankan kalian menyiapkan tisu
karena mungkin kalian akan terharu dengan perjuangan cinta Ratu Charlotte dan
Raja George yang tulus. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.
***
Fire Force
(2019–on going)
Judul
|
:
|
Fire
Force (En'en no Shōbōtai, ‘Blazing Fire Brigade’)
|
Sutradara
|
:
|
Yuki
Kase (S1), Tatsuma Minamikawa (S2)
|
Penulis
|
:
|
Yamato
Haijima (S1), Tatsuma Minamikawa (S2)
|
Produser
|
:
|
Chiho
Tochikura, Hiroshi Kamei, Du Yi, Rina Shinoda (1–14), Chris Han (1–14), Maya
Fujino (15–48), Emiko Iijima (15–48)
|
Musim/Episode
|
:
|
2
Musim/48 episode (on going)
|
Pengisi
suara
|
:
|
Gakuto
Kajiwara, Kazuya Nakai, Kenichi Suzumura, Saeko Kamijō, M.A.O, Yūsuke
Kobayashi, Aoi Yūki, Daisuke Sakaguchi, Taku Yashiro
|
Genre
|
:
|
Dark fantasy,
petualangan, fiksi ilmiah, action, distopia
|
Fire Force adalah sebuah serial anime
yang diadaptasi dari manga berjudul sama karya Atsushi Ohkubo. Judul bahasa
Jepangnya adalah En'en no Shōbōtai, yang terjemahan literalnya adalah Blazing
Fire Brigade. Manga-nya ada lebih dari 20 juta copy di peredaran,
sehingga membuatnya termasuk salah satu manga best-selling. Kalian dapat
menonton anime ini di Vidio.com dan Netflix.
Anime ini
mengambil latar di dunia ratusan tahun di masa depan. Dunia yang sekarang telah
hancur dalam sebuah peristiwa kebakaran besar yang disebut The Great
Cataclysm. Banyak negara yang hancur akibat peristiwa tersebut. Manusia
yang sintas membangun negara baru yang disebut Emporium Tokyo. Kaisar Emporium
Tokyo yang pertama, Kaisar Raffles I mendirikan kultus keagaaman baru yang
disebut Kuil Sol Suci (Holy Sol Temple) yang menyembah Sol sang matahari
dan bekerja sama dengan Industri Haijima yang menyediakan energi bagi seluruh
emporium dengan membangun pembangkit energi Amaterasu.
Akan tetapi, di
dunia baru tersebut, teror api masih terus ada, yakni berupa Pembakaran Manusia
Spontan (Spontaneous Human Combustion), yang merupakan peristiwa
terbakarnya manusia tanpa sebab yang jelas dan bukan berasal dari sumber api
eksternal. Manusia yang terbakar akibat peristiwa tersebut berubah menjadi
makhluk yang disebut homura bito atau Infernal, yang keberadaannya
membahayakan. Untuk melawan para homura bito, dibentuklah Pasukan Api,
yang merupakan sebuah pasukan khusus gabungan dari Kuil Sol Suci, Pasukan
Bersenjata Emporium Tokyo, dan Pasukan Pemadam Kebarakan Emporium Tokyo.
Pasukan Api sekarang terdiri delapan kompi.
Shinra Kusakabe
(Gakuto
Kajiwara) adalah anggota baru dalam Pasukan Api yang ditugaskan di Kompi 8. Dia
juga adalah seorang pengguna kekuatan pyrokinesis, kekuatan memanipulasi api.
Shinra memiliki masa lalu kelam: ibu dan adiknya tewas diserang homura bito.
Itulah yang menjadi motivasinya bergabung dengan Pasukan Api. Akan tetapi, setelah
lama bergabung dengan Pasukan Api, Shinra dan teman-temannya menduga bahwa ada
oknum yang dengan sengaja menciptakan homura bito. Ada sebuah konspirasi
gelap yang melibatkan orang-orang besar, termasuk para pendiri Emporium Tokyo.
Fire
Force adalah anime yang menarik sekali dari seri worldbuilding-nya.
Aku tertarik dengan konteks sejarah Emporium Tokyo, peristiwa The Great
Cataclysm, fenomena Pembakaran Manusia Spontan, dan lain-lainnya dari anime
ini. Nantinya, hal-hal tersebutlah yang menjadi fokus cerita, tepatnya adalah
untuk membongkar konspirasi gelap di balik itu semua.
Omong-omong,
konspirasi-konspirasinya itu membuatku teringat pada anime Attack on Titan.
Keduanya sama-sama memiliki konspirasi besar yang dapat mengubah seluruh
pemahaman mereka tentang dunia. Maka dari itu, penggemar Attack on Titan pasti
akan suka dengan anime ini. Hanya saja, sejauh ini, kebenaran yang telah
diungkap pada anime ini masih sangat sedikit. Bahkan menurutku, kebenaran yang
diungkap pada tiap musim itu terlalu sedikit; aku sampai geregetan karena tidak
sabar.
Penokohannya
juga cukup menarik. Aku suka dengan protagonis yang memiliki cerita masa lalu
yang kelam, seperti Shinra. Apa yang dia alami sangat traumatis dan menjadi
motivasi kuat bagi dirinya saat ini. Selain Shinra, menurutku Arthur Boyle (Yūsuke
Kobayashi) juga lucu. Biasanya second-lead hero berpenampilan keren dan
bersikap cerdas; tetapi Arthur hanya berpenampilan keren saja, kelakuannya
bodoh banget, hahaha.
Selain
itu, aku suka dengan sistem kekuatan (power system) pada anime ini.
Sistem kekuatan anime ini sangat unik dibandingkan anime-anime lain. Semua
pengguna kekuatan pada anime ini hanya punya kekuatan pyrokinesis, yaitu
kemampuan memanipulasi api dan panas. Dengan begitu, anime ini mengeksplorasi
kekuatan pyrokinesis dengan sangat mendalam, seperti kekuatannya Arthur Boyle
yang memanipulasi plasma dari api atau kekuatannya Shō Kusakabe (Maaya
Sakamoto) yang memanipulasi ekspansi termal alam semesta. Di anime-anime lain,
kekuatan pyrokinesis belum pernah aku lihat dieksplorasi sampai ke sana.
Oh
iya, omong-omong, tidak semua tokoh adalah pengguna kekuatan pyrokinesis. Ada
beberapa tokoh yang tidak memiliki kekuatan, seperti Akitaru Ōbi (Kazuya
Nakai). Mereka bertarung dengan kekuatan fisik dan persenjataan canggih.
Kemudian, para pengguna kekuatan api juga dibagi menjadi dua macam: generasi
kedua dan generasi ketiga. Generasi kedua adalah mereka yang hanya bisa
memanipulasi api dari sumber yang sudah ada, tidak dapat menciptakan api
sendiri; seperti Takehisa Hinawa (Kenichi Suzumura) dan Maki Oze (Saeko Kamijō).
Generasi ketiga adalah mereka yang dapat memanipulasi api dan menciptakan api
sendiri, seperti Shinra.
Di
samping itu, yang menarik dari anime ini adalah adegan pertarungannya. Adegan
pertarungannya sangat seru dan gereget. Kualitas animasinya juga memuaskan
karena bisa memperlihatkan pertarungan dengan detail dan gesit. Aku suka sekali
ketika Shinra dan Arthur bertarung bersama. Aku juga suka ketika tokoh-tokoh
yang lain bertarung. Apalagi, di akhir musim pertama dan di awal musim kedua,
keunggulan tiap tokoh dalam bertarung berhasil sekali ditonjolkan.
Yang
kurang dari anime ini mungkin gaya animasinya. Visual animasinya berkualitas
tinggi, tetapi mungkin tidak sebagus beberapa anime lain yang populer saat ini.
Namun, ceritanya bisa mengompensasi itu semua. Kalian pasti akan penasaran
dengan konspirasinya dan berdebar menyaksikan adegan pertarungannya.
Beberapa
soundtrack-nya juga aku suka, seperti Inferno oleh
Mrs. Green Apple dan Spark
Again oleh Aimer. Kalian dapat
menonton trailer musim pertamanya di sini dan
musim keduanya di sini.
Sebelumnya
Selanjutnya
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar