Dua Hati Biru: Sebuah Sekuel yang Lebih Dewasa dan Mendidik (Cocok Ditonton Pasangan yang Ingin Menikah)

Identitas Film Judul : Dua Hati Biru Sutradara : Dinna Jasanti, Gina S. Noer Produser : Chand Parwez Servia, Gina S. Noer, Riza, Sigit Pratama Tanggal rilis : 17 April 2024 Rumah produksi : Starvision, Wahana Kreator Penulis naskah : Gina S. Noer Durasi tayang : 1 jam 46 menit Pemeran : Angga Yunanda, Aisha Nurra Datau, Farrell Rafisqy, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Lulu Tobing, Keanu AGL, Maisha Kanna Genre : Drama keluarga, romantis   Sinopsis Setelah empat tahun berkuliah dan bekerja di Korea, Dara (Aisha Nurra Datau) kembali ke Indonesia demi bisa tinggal bersama suaminya, Bima (Angga Yunanda), dan putranya yang masih kecil, Adam (Farrell Rafisqy). Namun, kedatang

Serial TV Terfavorit 2023 (part 2)

Serial TV Terfavorit 2023 


***

Daftar isi:

***

The Mandalorian
Season 1–2

(2019–2023)

Judul

:

The Mandalorian

Pencipta

:

Jon Favreau

Produser eksekutif

:

Jon Favreau, Dave Filoni, Kathleen Kennedy, Colin Wilson, Rick Famuyiwa (season 3)

Produser

:

John Bartnicki

Musim/Episode

:

3 Musim/24 episode

Pemeran

:

Pedro Pascal, Cara Dune, Giancarlo Esposito,

Genre

:

Space western, action, petualangan

The Mandalorian merupakan sebuah serial TV Amerika Serikat bergenre space western yang merupakan bagian dari franchise Star Wars. Ini adalah serial live-action pertama dari franchise tersebut. Latar waktu serial ini adalah lima tahun setelah kejadian di film Return of the Jedi (1983). Walau sudah tayang sampai musim ketiga, aku baru menonton sampai musim kedua, maka aku akan mereviu musim pertama dan keduanya saja kali ini. Kalian dapat menontonnya di Disney+ Hotstar.

The Mandalorian menceritakan tentang petualangan seorang Mandalorian (Pedro Pascal) penyendiri yang bekerja sebagai bounty hunter. Sang Mandalorian tersebut mendapatkan misi untuk menemukan sebuah “paket” rahasia, yang rupanya adalah seorang anak. Akan tetapi, sang Anak bukan berasal dari sembarang spesies alien; dia berasal dari spesies istimewa yang sangat sensitif dan mampu memanipulasi Force, kekuatan misterius yang menyelubungi seluruh jagat raya.

Setelah menemukan sang Anak, alih-alih menyerahkannya kepada sang klien, sang Mandalorian malah membawanya kabur. Rupanya, klien yang menginginkan sang Anak tersebut adalah seorang mantan panglima The Empire yang jahat. Demi melindungi sang Anak, sang Mandalorian bertualang mengarungi galaksi dan menghadapi banyak bahaya.

Aku memberikan disclaimer terlebih dahulu sebelum membahas serial ini lebih lanjut: aku belum pernah menonton film Star Wars apapun, kecuali The Force Awaken (2015) dan The Last Jedi (2017). Meskipun begitu, aku tetap dapat menikmati cerita ini. Memang aku agak kebingungan dengan konteksnya di awal, tetapi tidak sampai yang membuatku tak mengerti keseluruhan plotnya. Sepertinya, kalau kalian sama sekali belum pernah menonton film Star Wars apapun, kalian tetap dapat menikmati serial ini—walau harus pelan-pelan untuk paham, hahaha.

Ini adalah kali pertama aku menonton cerita bergenre space western, sebuah pengalaman yang menarik. Walaupun berlatar di planet-planet asing dengan makhluk-makhuk alien yang aneh, vibes film koboinya sangat terasa. Mulai dari dialognya, adegannya, serta latar tempatnya sangat khas film koboi. Akan tetapi, ada elemen fiksi ilmiahnya juga yang membuatnya terkesan unik.

Kemudian, aku suka sekali dengan petualangan sang Mandalorian. Di musim pertama, petualangannya dengan sang Anak terasa tidak bertujuan, hanya kabur dari satu planet ke planet lain. Sesekali mereka menolong warga lokal di planet-planet tersebut. Meskipun tidak jelas arahnya ke mana, serial ini berhasil menarik perhatianku. Aku tetap saja menontonnya dan menikmatinya. Kemudian, ketika tiba-tiba konflik memanas di akhir musim pertama, aku jadi semakin tertarik dengan ceritanya. Menurutku, pertempuran di akhir musim pertama itu keren sekali.

Dilanjut di musim kedua, petualangan sang Mandalorian dan sang Anak menjadi semakin seru. Kali ini, petualangan mereka sudah lebih terarah, yakni mengantarkan sang Anak pulang kepada para Jedi. Di tengah petualangan tersebut, sang Mandalorian malah bertemu dengan para Mandalorian lainnya, yang memberikan sedikit petunjuk tentang kaum mereka. Selain itu, pada musim kedua, ada kemunculan kembali dari tokoh-tokoh musim pertama sehingga kita bisa mengingat kembali kejadian-kejadian pada musim pertamanya. Kemudian, penutupnya adalah misi penyelamatan yang luar biasa epik. Singkatnya, di musim keduanya, cerita ini makin seru!

Oh iya, Mandalorian itu bukan nama tokohnya ya—itu adalah sebutan untuk kaum penganut sebuah aliran (creed). Mandalorian merujuk pada prajurit dari planet Mandalore yang telah lama rusak. Para Mandalorian mengikuti serangkaian cara hidup tertentu, seperti terus mengenakan helm untuk menutupi wajah mereka di hadapan siapapun. Namun, karena suatu peristiwa yang belum diceritakan di musim pertama dan kedua ini, para Mandalorian meninggalkan planet mereka dan kini hidup tersebar di galaksi. Kalau aku tidak salah, musim ketiganya akan lebih banyak membahas tentang ini.

Baiklah, kembali ke musim pertama dan kedua serial The Mandalorian ya. Yang membuat petualangan pada serial ini menarik adalah hubungan antara sang Mandalorian dan sang Anak. Mereka berdua surely seperti ayah dan anak, menggemaskan sekali. Tingkah lucu sang Anak tuh benar-benar mencuri perhatian. Omong-omong, nama asli mereka berdua baru diungkap setelah lama sekali—nama asli sang Mandalorian baru ketahuan di akhir musim pertama dan nama asli sang Anak baru ketahuan di musim kedua.

Entah kapan aku akan menonton musim ketiganya, jadi mohon bersabar ya untuk reviunya, hahaha. Selain itu, sepertinya aku akan menonton serial live-action Star Wars yang lain dulu, seperti The Book of Boba Fett (2021–2022) dan Andor (2022) terlebih dahulu. Kalian dapat menonton trailer The Mandalorian musim pertama di sini dan musim kedua di sini.

***

The Gifted: Graduation

(2020)

Judul

:

The Gifted: Graduation

Pencipta

:

GMMTV

Sutradara

:

Waasuthep Ketpetch

Produser

:

Kamtorn Lorjitramnuay Puchong, Tuntisungwaragul Patha Thongpan, Watthana Rujirojsakul

Musim/Episode

:

1 Musim/13 episode

Pemeran

:

“Nanon” Korapat Kirdpan, “Chimon” Wachirawit Ruangwiwat, “Sing” Harit Cheewagaroon, “Jane” Ramida Jiranorraphat, “Gun” Atthaphan Phunsawat, “Fiat” Pattadon Janngeon, “Puimek” Napasorn Weerayuttvilai, “AJ” Chayapol Jutamat, “JJ” Chayakorn Jutamat, “Victor” Chatchawit Techarukpong, “Prim” Chanikarn Tangabodi, “Patrick” Nattawat Finkler, Phuwin Tangsakyuen, “Bird” Wanchana Sawasdee

Genre

:

Fiksi ilmiah, suspense, coming of age, action, petualangan

The Gifted: Graduation merupakan sekuel dari serial TV Thailand The Gifted. Serial satu ini disutradarai oleh co-director serial pendahulunya, yang bernama Waasuthep Ketpetch. Ceritanya masih melanjutkan peristiwa di musim pertamanya. Reviu The Gifted yang musim pertama bisa dibaca di sini ya. Kalian bisa menonton The Gifted: Graduation di kanal Youtube GMMTV.

Di SMA Rithda, murid-murid diperlakukan secara diskriminatif. Murid-murid pintar mendapat fasilitas lebih bagus, sedangkan murid-murid yang lain mendapatkan fasilitas buruk. Namun, ada satu kelas istimewa, Kelas Berbakat yang mendapatkan fasilitas tertinggi di sekolah. Akan tetapi, sejak kekacauan yang dilakukan murid-murid Kelas Berbakat angkatan XV, SMA Rithda tidak lagi membuka Kelas Berbakat.

Sampai pada akhirnya, para murid mengajukan petisi agar Kelas Berbakat dibuka kembali. Petisi yang diusung oleh Tharm “Time” Thamrongsawat (“Patrick” Nattawat Finkler) tersebut berhasil dikabulkan oleh pihak sekolah. Akan tetapi, Time tidak tahu rahasia Kelas Berbakat, bahwa kelas tersebut adalah untuk melatih anak-anak dengan kekuatan super. Bahkan, dia terkejut mendapati dirinya juga memiliki kekuatan super. Itu menjadi awal dari perkenalannya dengan anak-anak Kelas Berbakat angkatan XV.

Dengan dibukanya kembali Kelas Berbakat, babak baru pertempuran antara Pang (“Nanon” Korapat Kirdpan) dan kawan-kawan pun dimulai. Setelah kehilangan seorang rekan, mereka harus lebih hati-hati mengambil langkah. Di sisi lain, Direktur Supot (“Bird” Wanchana Sawasdee) mulai menjalankan rencana gelap yang sejak lama dia rencanakan. Bersama dengan anak-anak Kelas Berbakat yang baru, Pang dan kawan-kawan berusaha untuk menghancurkan konspirasi jahat Direktur Supot yang dapat mengancam masa depan seluruh negeri.

Dibandingkan dengan The Gifted musim pertama, The Gifted: Graduation memiliki suasana yang jauh berbeda. Kalau di musim keduanya ini, suasana cerita anak SMA-nya hanya ada di episode pertama dan kedua, karena setelah itu, langsung masuk ke bagian menegangkannya. Kali ini, tidak banyak perkenalan tokoh; cerita lebih fokus membahas pertempuran melawan Direktur Supot yang berniat jahat. Maka dari itu, secara jalan cerita, The Gifted: Graduation akan menyajikan cerita yang lebih suspenseful.

Selain itu, musim kedua ini memiliki alur yang sulit ditebak. Selalu ada rahasia baru yang terbongkar, ada pengkhianatan, dan ada banyak sekali plot twists! Serius, plot twist-nya itu banyak banget, bahkan ada satu adegan yang plot twist-nya lebih dari satu. Ya mungkin bagi pecinta plot twist itu seru ya, tetapi aku malah jadi pusing harus percaya pada siapa. Untungnya, fokus cerita tetap terjaga sampai akhir sehingga masih nyaman dinikmati, walaupun penyelesaiannya agak terlalu cepat—tapi masih oke lah.

Kemudian, ada tiga tokoh utama baru di sini: Time dengan kekuatan melacak lokasi orang atau objek, Thammarong “Third” Decharat (Phuwin Tangsakyuen) dengan kekuatan membaca pikiran, dan Natnicha “Grace” Wongwattana (“Prim” Chanikarn Tangkabodee) dengan kekuatan yang masih misterius. Ketiga anak ini adalah angkatan baru dari Kelas Berbakat. Sebenarnya masih ada anak-anak lainnya, tetapi ceritanya hanya terfokus pada mereka bertiga; anak-anak yang lainnya di angkatan mereka cuma extras. Keberadaan mereka bertiga tentu membawa warna baru pada cerita. Apalagi, mereka bertiga rupanya memiliki peran krusial dalam pertempuran ini.

Di sisi lain, ketika peran mereka bertiga menjadi dominan, peran anak-anak Kelas Berbakat angkatan XV—yang merupakan tokoh utama musim pertama—malah semakin berkurang, kecuali Pang. Bahkan, ada satu cast dari musim pertama yang tidak ada lagi di musim kedua ini. Awalnya memang mereka punya banyak peran, apalagi kini mereka sudah lebih kompak dan lebih ahli menggunakan kekuatan mereka; tetapi, peran mereka berkurang drastis di tengah-tengah dan malah terkesan tidak diperlukan. Namun, aku cukup senang karena penyelesaian akhirnya melibatkan mereka semua sehingga mereka tidak terlalu tersia-siakan.

Oh iya, meskipun begitu, ada satu anak Kelas Berbakat angkatan XV yang stand out selain Pang. Aku tidak mau spoiler siapa, tetapi dia aktingnya outstanding dan punya screentime yang lebih memorable dibandingkan yang lain karena dia menjadi pengkhianat dalam kelompok mereka. Akan tetapi, kelanjutannya itu yang terasa ganjil. Setelah dia berkhianat dan menusuk teman-temannya dari belakang seperti itu, tiba-tiba dia sudah bergabung kembali dengan yang lain, tanpa ada rekonsiliasi dulu.

Hal menarik lain dari musim kedua ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang rencana Direktur Supot. Aku kaget sekali ternyata Direktur Supot sejahat itu, pure evil. Rupanya semua ini adalah rencananya sejak lama dan tujuan akhirnya itu tidak kusangka-sangka. Yang menarik adalah hal ini memberikan insight mengenai bahaya pendidikan yang diskriminatif. Pendidikan yang diskriminatif hanya akan melahirkan masyarakat yang diskriminatif.

Kalau kalian penasaran mana yang lebih bagus antara musim pertama dan kedua, aku akan memilih musim pertama karena lebih santai tapi tidak kehilangan suasana mendebarkannya. Akan tetapi, musim keduanya ini memberikan konklusi yang dibutuhkan penonton musim pertamanya sehingga tidak boleh dilewatkan. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Business Proposal

(2022)

Judul

:

Business Proposal

Pencipta

:

StudioS

Sutradara

:

Park Seon Ho

Penulis

:

Han Seol Hee, Hong Bo Hee

Musim/Episode

:

1 Musim/12 episode

Pemeran

:

Ahn Hyo Seop, Kim Se Jong, Kim Kin Kyu, Seol In Ah

Genre

:

Komedi romantis, romansa perkantoran

Business Proposal adalah drama Korea yang diadaptasi dari webtoon berjudul sama yang ditulis oleh HaeHwa dan dengan ilustrasi oleh Narak. Drakor ini memiliki judul alternatif A Business Proposal dan The Office Blind Date. Kalian bisa menonton Business Proposal di Netflix.

Business Proposal bercerita tentang Shin Ha Ri (Kim Se Jong), seorang researcher di perusahaan makanan Go Food. Dia adalah wanita yang easy-going serta memiliki dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Suatu hari, sahabat karibnya, Jin Young Seo (Seol In Ah) yang merupakan putri dari pengusaha besar di Korea, meminta tolongnya untuk menggantikan dirinya pergi kencan buta. Karena diiming-imingi uang yang cukup banyak, Ha Ri pun setuju.

Tidak dia sangka, ternyata teman kencan butanya adalah Kang Tae Moo (Ahn Hyo Seop), CEO Go Food alias pimpinan tertinggi Perusahaan tempat dia bekerja. Ha Ri berada di situasi terjepit yang mengharuskannya berbohong kepada Tae Moo. Dia berharap Tae Moo tidak tertarik kepadanya dan mereka tak akan pernah bertemu lagi. Namun, tanpa dia sadari pertemuan pertama mereka pada kencan buta tersebut adalah awal kisah keduanya.

Drakor ini merupakan pilihan yang tepat untuk hiburan. Ceritanya tidak njlimet, suasananya santai, dan tokoh-tokohnya lucu. Bisa dibilang Business Proposal memiliki kekhasan drakor-drakor lama yang memiliki alur sederhana tapi menghibur. Alurnya memang klise, tipikal cerita office romance, tetapi justru itulah yang membuatnya menyenangkan. Pokoknya drakor ini bebas plot twist dan bebas tokoh jahat. Kalian tidak perlu berpikir keras sewaktu menontonnya.

Lelucon yang dimunculkan di drakor ini tuh kocak. Sebenarnya banyak yang cringe, tetapi karena sengaja dibuat cringe, hasilnya jadi lucu. Kalian akan dihibur oleh tiap episodenya. Kalian akan tertawa melihat tingkah Ha Ri yang aneh serta kelakuan canggung Tae Moo sewaktu menghadapi Ha Ri. Di saat yang sama, kalian akan tersipu melihat bagaimana keduanya jatuh cinta dan menunjukkan rasa sayang terhadap satu sama lain. Dalam kisah cinta mereka juga tidak ada konflik yang terlalu dramatis atau lebay sehingga hubungan mereka terkesan dewasa.

Selain Ha Ri dan Tae Moo, ada pasangan kedua, yaitu Young Seo dan Cha Sung Hoon (Kim Min Kyu). Mereka berhasil menjadi scene-stealer. Bahkan, bagiku dan beberapa orang, kisah mereka berdua lebih bikin penasaran, hahaha. Mereka berdua tidak kalah kocak dan seru. Bahkan, ada adegan ciuman keduanya yang menjadi sangat memorable dan viral di kalangan pecinta drama Korea.

Yang kurang dari drakor ini adalah penyelesaian akhirnya yang begitu cepat. Sebenarnya ini adalah hal klise pada drakor tentang si kaya dan si miskin: hubungan yang ditentang oleh keluarga si kaya. Aku sudah memperkirakan akan ada konflik tersebut, tetapi setidaknya aku mengharapkan penyelesaian yang lebih baik, tetapi epilognya berlalu begitu saja tanpa ada penyelesaian yang jelas.

Walaupun demikian, secara keseluruhan drakor ini sangatlah menghibur. Apalagi, jumlah episodenya hanya 12 sehingga tidak terlalu panjang jika ingin di-binge-watching. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Shadow and Bone
Season 2

(2023)

Judul

:

Shadow and Bone

Pengembang

:

Eric Heisserer

Produser eksekutif

:

Lee Toland Krieger, Leigh Bardugo, Pouya Shahbazian, Josh Barry, Dan Cohen, Shawn Levy, Shelley Meals, Dan Levine, Daegan Fryklind, Eric Heisserer

Produser

:

Christina Strain, Thane Watkins, Rand Geiger, Vanya Asher, Craig Forrest, Becca Edelman

Musim/Episode

:

2 Musim/16 episode

Pemeran

:

Jessi Mei Li, Archie Renaux, Ben Barnes, Patrick Gibson, Freddy Carter, Amita Suman, Kit Young, Zoë Wanamaker, Daisy Head, Danielle Galligan, Calahan Skogman, Lewis Tan, Jack Wolfe, Anna Leong Brophy

Genre

:

High fantasy, drama, petualangan, misteri

Shadow and Bone adalah serial TV asal Amerika Serikat yang mengadaptasi novel karya Leigh Bardugo yang termasuk ke dalam Grishaverse. Musim pertamanya yang pertama kali tayang pada 2021 mengadaptasi buku Leigh Bardugo yang berjudul Shadow and Bone (2012) dan Six of Crows (2015). Kemudian, musim keduanya ini mengadaptasi buku Siege and Storm (2013) dan Ruin and Rising (2014) dengan sedikit tambahan elemen dari Crooked Kingdom (2016). Reviu musim pertamanya bisa dibaca di sini ya. Kalian dapat menonton serial ini di Netflix dan trailer musim pertamanya di sini.

Semesta dari cerita Shadow and Bone populer dengan sebutan Grishaverse. Dalam semesta tersebut, terdapat manusia-manusia dengan kemampuan unik yang disebut small science, yaitu kemampuan untuk memanipulasi sesuatu. Orang-orang ini tersebar di penjuru dunia, termasuk di kerajaan Ravka. Di sana, para praktisi small science disebut Grisha. Akan tetapi, seperti di kerajaan-kerajaan lainnya, keberadaan Grisha tidak selalu diterima dengan baik. Ravka juga memiliki sejarah kelamnya dengan kaum Grisha.

Dahulu, ada seorang Grisha dengan kemampuan memanipulasi kegelapan, seorang Shadow Summoner, yang memimpin perang dengan pihak kerajaan. Dalam perang tersebut, sang Shadow Summoner menciptakan tembok kegelapan raksasa yang membelah Ravka menjadi dua: Ravka Barat dan Ravka Timur—membuat negeri itu terpecah dan melemah, di tengah-tengah perang tak berkesudahan dengan kerajaan-kerajaan lainnya. Kegelapan tersebut dikenal dengan istilah Lekukan (The Fold), sebuah luka di peta.

Diyakini bahwa hanya Grisha dengan kemampuan memanipulasi cahaya, seorang Sun Summoner, yang bisa menghancurkan Lekukan. Akan tetapi, belum pernah sepanjang sejarah ada Grisha dengan kekuatan tersebut, hingga keberadaannya dianggap sebagai mitos dan dongeng belaka. Sampai akhirnya muncul Alina Starkov (Jessie Mei Li), seorang Sun Summoner sungguhan, harapan bagi seluruh negeri Ravka. Namun, karena kepolosannya, kekuatannya hampir disalahgunakan oleh Jenderal Aleksander Kirigan (Ben Barnes)—yang rupanya adalah sang Shadow Summoner yang dahulu menciptakan Lekukan. Untungnya, berkat dibantu teman-temannya, Alina berhasil mengalahkan Kirigan—setidaknya untuk saat ini.

Alina masih harus menghancurkan Lekukan dan mempersatukan Ravka kembali, tetapi dia tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk itu. Bersama dengan sahabat yang kini menjadi kekasihnya, Malyen “Mal” Oretsev (Archie Renaux), Alina mencari dua amplifier Morozova lainnya untuk meningkatkan kekuatannya. Untuk itu, Alina dan Mal harus berlayar bersama kelompok pelaut yang dipimpin oleh seorang kapten yang terlalu percaya diri.

Di sisi lain, ternyata Jenderal Kirigan belum mati. Dia kembali dengan pasukan yang tercipta dari kegelapan, nichevo'ya—pasukan yang bertarung sesuai kehendak tuannya dan tak bisa mati. Tidak hanya itu, Kirigan juga memperluas Lekukan, menelan kota-kota dan orang-orang tak bersalah dalam kegelapannya. Dia juga mengumpulkan para Grisha yang masih setia dengannya untuk melakukan pemberontakan kepada pihak kerajaan.

Alina berpacu dengan waktu. Dia harus mengumpulkan seluruh sekutu yang dia miliki untuk menghadapi Kirigan. Jika dia gagal menghancurkan Lekukan dan menghentikan Kirigan, seluruh dunia akan ditelan kegelapan.

Menurutku pribadi, Shadow and Bone musim kedua lebih bagus daripada musim pertamanya. Masih menggunakan treatment yang serupa dengan musim pertamanya, Shadow and Bone menggunakan beberapa sudut pandang cerita, yang utamanya adalah sudut pandang Alina dan sudut pandang Kaz Brekker (Freddy Carter); lalu kedua sudut pandang nanti bertemu di akhir.

Untuk petualangannya Alina, hal yang menarik adalah kemunculan tokoh-tokoh barunya, seperti Sturmhond alias Nikolai Lantsov (Patrick Gibson). Dia adalah sosok pelaut yang karismatik dan penuh percaya diri. Aku suka banget melihat semangatnya. Solidaritasnya dengan para krunya juga menarik—mengingatkanku pada anime One Piece, hahaha. Dia juga menyuguhkan cinta segita yang lumayan menarik di antara hubungan Alina dan Mal.

Omong-omong tentang hubungan Alina dan Mal, mereka berdua menghadapi ujian yang serius sekali. Meskipun di awal aku agak risih karena hubungan mereka tiba-tiba sudah sedekat itu padahal terakhir kali mereka masih cuma berteman, mereka berdua cukup romantis. Mereka punya sejarah panjang dan rupanya ada rahasia besar tentang mereka berdua. Itu adalah plot twist yang mengejutkan.

Sementara itu, problem dari sudut pandangnya Kaz—harus aku akui—lebih menegangkan dan seru. Aksi Kaz dan para gagaknya (sebutan bagi anggota timnya) pada musim pertama termasuk seru, dan menjadi lebih seru lagi di musim kedua. Kali ini, Kaz melakukan pertarungan sengit dengan Pekka Rollins (Dean Lennox Kelly), pemimpin The Barrels. Ada masa lalu rumit antara Kaz dan Pekka Rollins. Itulah yang menarik dari musim ini—kita mendapatkan kesempatan untuk melihat masa lalu Kaz yang ternyata tragis sekali. Kita jadi dapat mengerti mengapa Kaz menjadi seperti yang sekarang. Aku ingin memuji aktingnya Freddy Carter juga karena luar biasa sekali.

Chemistry Kaz dengan para anggota timnya juga makin oke. Dinamika tarik ulur dia dengan Inej (Amita Suman) membuatku gemas. Kita juga akan melihat sisi lain dari Jesper (Kit Young) dan sedikit tentang masa lalunya. Kemudian, kalau kalian tertarik dengan Nina (Danielle Galligan) dan Matthias (Calahan Skogman) yang malu-malu kucing di musim pertama, mereka berdua kembali dengan romansa yang lebih menyayat hati. Ada pula tokoh baru dalam tim mereka, Wylan Hendricks (Jacke Wolfe) yang imut dan cerdik. Aksi Kaz dengan mereka semua akan mencuri perhatian kalian. They really stole away the whole show—they’re the thieves, indeed.

Oleh karena itu, aku sangat senang ketika kedua sudut pandang bertemu di akhir. Pertempuran terakhir musim ini sangat sengit dan mendebarkan dengan aksi yang memukau. Di sisi lain, ada pengorbanan besar yang harus mereka lakukan. Sebuah klimaks yang memuaskan sekali.

Terlepas dari itu semua, aku mengerti kalau para pembaca bukunya kurang puas dengan serial TV-nya. Namun, sebagai yang tidak membaca buku dan sebagai penggemar cerita fantasi-petualangan, serial Shadow and Bone telah mampu memenuhi ekspektasiku. Oleh karena itu, aku kecewa sekali ketika tahu Netflix tidak akan melanjutkan serial ini; tetapi sebaiknya kalian coba tonton dulu ya. Kalian bisa menonton trailer musim keduanya di sini.

***

Island

(2022–2023)

Judul

:

Island

Pengembang

:

Studio Dragon

Sutradara

:

Bae Jong

Penulis

:

Oh Bo Hyun

Produser eksekutif

:

Jang Jeong Do, Kim Seung Min (CP)

Produser

:

Baek Chung Hwa, Mi Tae hee

Musim/Episode

:

1 Musim/12 episode

Pemeran

:

Kim Nam Gil, Lee Da Hee, Cha Eun Woo, Jung Joon

Genre

:

Dark fantasy, action, drama, misteri

Island adalah drama Korea yang diadaptasi dari sebuah novel grafis yang kemudian diterbitkan sebagai komik webtoon. Penayangan drama ini dibagi menjadi dua bagian: bagian pertamanya tayang pada 30 Desember 2022 dan bagian keduanya tayang pada 24 Februari 2023. Drama ini dapat ditonton secara streaming di Amazon Prime Video dan TVING.

Di pulau Jeju, terdapat legenda tentang seorang Juru Selamat yang memiliki kekuatan besar untuk melindungi manusia dari para iblis nafsu yang ingin mengambil alih dunia. Akan tetapi, sebelum dia sempat menunaikan misinya, dia tewas oleh sesosok Pria Berbaju Hitam yang misterius. Menurut ramalan, sang Juru Selamat akan bereinkarnasi. Setelah ratusan tahun berlalu, akhirnya reinkarnasi tersebut terlahir sebagai seorang wanita bernama Won Mi Ho (Lee Da Hee).

Seperti yang diramalkan, Mi Ho tiba di pulau Jeju ketika segel yang menghalangi iblis nafsu memasuki dunia ketika melemah. Namun, Mi Ho yang tidak tahu apa-apa tak berdaya ketika dirinya diserang iblis nafsu. Van (Kim Nam Gil), pria misterius separuh iblis, yang diyakini sebagai sosok Pria Berbaju Hitam dalam legenda, datang menyelamatkan Mi Ho. Demi menebus dosanya di masa lalu, dia harus melindungi Mi Ho dan menolongnya untuk menenunaikan misinya sebelum dunia jatuh ke tangan iblis.

Secara umum, Island merupakan drama Korea dengan ide cerita yang menarik banget. Aku suka dengan ide ceritanya yang menyuguhkan sebuah mitologi sendiri tentang iblis nafsu dan Juru Selamat. Ini adalah tipikal cerita fantasi, yang eksekusinya bagus sekali sehingga menyenangkan untuk ditonton.

Visual drakor ini sangat memuaskan. Pemandangan alam pulau Jeju sebagai latar tempatnya begitu memesona. Efek visualnya juga top quality. Dengan sinematigrafi yang estetik, aku tidak berhenti terpukau terhadap drakor ini. Rasanya seperti menonton sebuah cerita anime fantasi versi live action yang hasilnya bagus—bukan live action abal-abal.

Tokoh-tokohnya juga menarik, seperti Van dan Mi Ho. Aku suka banget dengan dinamika mereka berdua, bagaimana mereka kerap cekcok tetapi akhirnya bisa saling mengerti. Ketika akhirnya Mi Ho ingat masa lalunya sebagai sang Juru Selamat, rasanya cukup menyesakkan hati. Seketika aku ikut merasa kasihan pada Van yang menanggung beban rasa bersalah selama bertahun-tahun sambil menunggu Mi Ho. Chemistry mereka pas—tidak terlalu yang romantis, tetapi juga tidak seperti sekadar rekan.

Kemudian, tokoh menarik lainnya adalah tokoh yang diperankan Cha Eun Woo: Pendeta Johan. Dia benar-benar tipikal karakter anime, seorang pendeta yang bergaya asyik dan kekinian. Pendeta mana yang mendengar musik K-Pop saat ingin melakukan pengusiran setan? Ditambah lagi, dia juga menunjukkan adegan bertarung yang keren. Dirinya juga memiliki kisah masa lalunya sendiri, yang tidak kalah menyayat hati dengan kisahnya Van. Omong-omong, aku ingin memberikan credit kepada Cha Eun Woo karena perannya sebagai Pendeta Johan tampaknya terbilang oke—dia seperti keluar dari zona nyaman atau perannya yang biasa.

Mungkin kelemahan dari drakor ini adalah penayangannya dipecah jadi dua. Saat drakor ini berhenti di bagian pertama, ceritanya belum panas sehingga aku sendiri agak ragu untuk melanjutkan menonton bagian keduanya. Saat itu masih banyak sekali pertanyaan yang belum dijawab dan akhir menggantung dari bagian pertama juga tidak terlalu memikat. Namun, untung saja bagian keduanya dibuka dengan kisah masa lalu Van yang menarik sekali. Aku langsung lekas menyelesaikannya. Pertarungan klimaksnya juga seru banget. Efek visualnya luar biasa keren dan sinematografinya bagus banget—seperti menonton film alih-alih serial TV.

Oh iya, sedikit spoiler ya. Dinilai dari akhir ceritanya, ada potensi drakor ini dilanjutkan ke musim kedua. Namun, belum ada informasi apa-apa terkait itu. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Induk Gajah

(2023)

Judul

:

Induk Gajah

Sutradara

:

Muhadkly Acho

Penulis

:

Muhadkly Acho

Produser eksekutif

:

Shania Punjabi

Produser

:

Manoj Punjabi

Musim/Episode

:

1 Musim/8 episode

Pemeran

:

Marshanda, Tika Panggabean, Dimas Anggara

Genre

:

Drama, komedi, romantis

Induk Gajah adalah sebuah serial web asal Indonesia yang diproduksi oleh MD Entertainment. Serial ini juga ada versi bukunya, yang berjudul Induk Gajah (2023) yang ditulis oleh Iragita Sembiring. Omong-omong, kisah ini terinspirasi dari pengalaman pribadi Iragita Sembiring loh. Induk Gajah bisa kalian tonton di Amazon Prime Video.

Ira (Marshanda) capek menghadapi mamaknya (Tika Panggabean). Mamaknya selalu memprotes tentang berat badannya yang menurutnya adalah penyebab Ira belum juga bertemu jodoh. Di sisi lain, mamaknya juga capek mencarikan laki-laki yang cocok untuk Ira. Apalagi, sebagai seorang keturunan Batak, ada aturan-aturan adat yang harus diperhatikan dalam mencari pasangan.

Mamaknya Ira lalu menenukan ide brilian untuk menjodohkan Ira dengan anak teman lamanya di kampung dulu. Dipertemukanlah Ira dengan Marsel (Dimas Anggara) yang akan dijodohkan dengannya. Namun, Marsel sebenarnya juga sudah punya pacar, tetapi hubungannya tak direstui karena pacarnya bukanlah orang Batak. Karena sama-sama lelah dipaksa terus menikah, Ira dan Marsel sepakat untuk pura-pura setuju dengan perjodohan tersebut. Berhasilkah mereka berdua membohongi orang tua mereka dan menemukan cinta masing-masing?

Ini adalah sebuah serial web yang menarik sekali karena agak berbeda dari kebanyakan cerita serial web Indonesia lainnya. Perbedaannya adalah cerita ini menghadirkan kisah drama keluarga Batak—aku jadi teringat film Ngeri-Ngeri Sedap (baca reviunya di sini), hehehe. Well, pendekatan keluarga Batak ini adalah sesuatu yang menarik sekali bagiku, meskipun bukan sesuatu yang baru. Potret keluarga Batak dalam serial ini sangat sesuai dengan nasib kebanyakan teman-teman Batak-ku dan keluarga mereka, hahaha.

Walaupun begitu, permasalahan yang dihadapi Ira dan Mamaknya sebenarnya relatable bagi siapapun. Didesak orang tua untuk segera menikah adalah problem banyak orang. Dikomentari terus tentang bentuk tubuh—terlalu gemuk ataupun terlalu kurus, atau yang lain-lainnya—oleh orang tua juga problem banyak orang. Itu menjadikan sosok Ira sebagai cerminan kita semua, hahaha.

Aku suka banget dengan interaksi Ira dengan Mamaknya yang sangat alami. Pemilihan pemerannya tepat banget karena chemistry Marshanda dan Tika Panggabean terlihat seperti ibu anak sungguhan. Percekcokan mereka terasa seperti percekcokan sehari-hari. Belum lagi tingkah-tingkah kocak mamaknya Ira yang selalu berhasil mengundang tawa. Yang paling penting adalah penyelesaian konflik mereka berdua adalah momen yang heart-warming—sesuatu yang bisa ditiru ketika ingin berdialog antara orang tua dan anak.

Sementara itu, untuk bagian romansanya, konfliknya terasa realistis—mungkin karena ceritanya terinspirasi dari kisah nyata. Aku bisa bersimpati pada perasaan capeknya Anita (Mikha Tambayong), pacarnya Marsel, yang selalu dianggap “kurang” hanya karena bukan orang Batak. Marsel, walaupun menyebalkan karena plinplan, bisa dimengerti karena dia terdesak dan tak tega jika harus mengecewakan orang lain. Namun, perjalanan Ira menemukan pasangan yang tepat bagi dirinya lah yang menjadi sorotan utama. Aku setuju dengan Ira, terlepas dari usia, tidak sebaiknya kita menikah dengan sembarang orang—menikah tetaplah harus dengan orang yang cocok karena pernikahan pasti diharapkan bisa bertahan lama.

Sebagai drama komedi, kalian tidak perlu khawatir sebab Induk Gajah sukses membuatku tertawa di setiap episodenya. Interkasi Ira dengan mamaknya itu kocak banget. Mulai dari soal menyembunyikan timbangan dan minum jus pare saja bisa membuatku tertawa ngakak. Aku juga mau memberikan credit ke Dicky Difie yang berperan sebagai Igun, salah satu teman kerja Ira. Seriously, dia kocak banget, benar-benar scene-stealer!

Mungkin yang membuatku agak risih adalah penampilan Marshanda dan Dimas Anggara yang tidak Batak sama sekali, hahaha. Tak bermaksud rasis atau apa, tetapi menurutku, karena cerita ini sangat spesifik tentang drama keluarga Batak, lebih baik jika pemeran utamanya juga orang Batak sungguhan. Akan tetapi, itu tidak terlalu masalah karena ceritanya oke. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Queen Charlotte: A Bridgerton Story

(2023)

Judul

:

Queen Charlotte: A Bridgerton Story

Pencipta

:

Shonda Rhimes

Sutradara

:

Tom Verica

Produser eksekutif

:

Shonda Rhimes, Betsy Beers, Tom Verica

Produser

:

Anna O’Malley

Musim/Episode

:

1 Musim/6 episode

Pemeran

:

India Amarteifio, Corey Mylchreest, Golda Rosheuvel, Arsema Thomas, Adjoa Andoh, Ruth Gemmell

Genre

:

Romansa sejarah

Queen Charlotte: A Bridgerton Story (selanjutnya disebut Queen Charlotte) adalah sebuah serial terbatas yang merupakan spin-off prekuel dari serial Bridgerton. Serial ini menceritakan kisah cinta Raja George III dan Ratu Charlotte di masa muda mereka. Perlu diingat bahwa ini merupakan fiksi sehingga tidak sepenuhnya sesuai dengan yang terjadi dalam sejarah—tentu yang versi fiksi dibuat lebih dramatis. Namun, secara garis besar tetap sesuai dengan sejarah yang ada kok. Kalian dapat menontonnya di Netflix.

Di tahun 1761, seorang gadis muda bernama Charlotte Mecklenburg-Strelitz yang merupakan keturunan bangsawan dari sebuah daerah di utara Jerman harus meninggalkan tanah kelahirannya karena dijodohkan dengan raja Inggris pada masa itu. Namun, Charlotte tak pernah bertemu dengan sang raja, apalagi mengenalnya. Sosok sang raja muda memang misterius.

Dia adalah Raja George III, sesosok laki-laki dengan senyum menawan dan pribadi yang ramah. Walaupun berat bagi Charlotte untuk berada sendirian di tanah asing, tanpa seorang pun yang dia kenal, kebaikan George membuatnya yakin dia bisa melalui itu semua. Akan tetapi, meskipun telah menikah, George menyimpan rahasia-rahasianya sendiri, sesuatu tentang penyakitnya yang tak boleh diperlihatkan kepada siapapun, termasuk Charlotte. Bisakah Charlotte mempertahankan kebahagiaan pernikahannya dengan sang suami?

Biarpun aku penggemar Bridgerton (serial TV-nya, bukan bukunya karena belum pernah baca ya), mulanya aku kurang tertarik menonton Queen Charlotte. Namun, karena selama beberapa minggu serial ini ramai di medsosku, akhirnya aku coba menontonnya. Rupanya, kisahnya Ratu Charlotte bagus dan romantis—walaupun belum bisa menggeser pasangan favoritku: Anthony dan Kate, hahaha.

Dibandingkan dengan dua musim Bridgerton, Queen Charlotte terasa singkat, apalagi jumlah episodenya hanya enam. Durasinya tiap episodenya juga tidak terlalu lama. Alur ceritanya padat dengan pace yang tepat, tidak terlalu cepat sehingga alurnya bisa dimengerti.

Bagiku pribadi, agak sulit untuk memahami cerita drama sejarah (historical drama) karena pasti terkait dengan konteks sejarah pada masa itu, sehingga sewaktu menonton, aku juga harus sambil mengingat-ingat konteks sejarahnya. Namun, ketika menonton Queen Charlotte, aku tidak kesulitan memahami konteksnya. Hanya hal-hal yang relevan terhadap cerita yang dimunculkan, yang memang merupakan penyederhanaan, tetapi membantu sekali untuk penonton awam sepertiku. Itu juga membantu agar cerita tak terlalu meleber ke mana-mana dan fokus pada kisah cintanya Ratu Charlotte dan Raja George.

Yang menarik dari kisah Ratu Charlotte dan Raja George adalah kisah cinta mereka juga memiliki muatan politik. Ratu Charlotte memiliki kulit gelap dari garis keturunannya, padahal di masa itu, para bangsawan berkulit gelap tidak memiliki posisi yang sama dengan bangsawan-bangsawan lainnya yang berkulit putih. Maka dari itu, ketika Raja George menikahi Ratu Charlotte yang berkulit gelap, ada sebuah progres yang bagus dalam tatanan sosial masyarakat Inggris. Bahkan, pernikahan mereka disebut The Great Experiment karena pernikahan mereka membuka jalan bagi kesetaraan terhadap orang berkulit gelap agar posisi mereka bisa sama dengan orang-orang kulit putih lain.

Bagiku itu sesuatu yang menarik sekali, sebuah kisah cinta rupanya memiliki muatan politik, tetapi tidak mengurangi ketulusan dari cinta itu sendiri. Dengan mengangkat isu keserataan tersebut, serial ini menjadi relatable dengan isu yang ada saat ini.

Selain masalah politiknya, aku juga tertarik dengan perjuangan cinta Ratu Charlotte dan Raja George. Ratu Charlotte yang kesepian tidak memiliki siapapun yang dapat dipercayanya selain suaminya, tetapi suaminya terus menjauhinya untuk alasan yang tak bisa dia tahu. Aku cukup bisa mengerti rasa frustrasinya. Di sisi lain, ketika kita diceritakan alasan sebenarnya Raja George bersikap begitu, aku juga jadi merasa kasihan kepadanya. Meskipun bertemu karena perjodohan, pada akhirnya keduanya jatuh cinta sungguhan, tetapi Raja George pasti tidak ingin istrinya melihat penyakitnya, aibnya—entah karena dia malu atau tidak ingin membuat istrinya khawatir. Namun, itu sesuatu yang romantis, terlepas dari tepat atau tidaknya tindakan tersebut.

Di samping sang raja dan ratu, ada juga kisah masa mudanya Lady Agatha Danburry (Arsema Thomas). Lady Danburry menggambarkan nasib banyak perempuan pada masa itu—dinikahkan ketika masih sangat muda kepada laki-laki tua yang menyebalkan. Aku bisa paham mengapa dia begitu sulit percaya pada cinta dan menganggap semua hal hanyalah politik semata. Omong-omong, dia juga muncul di Bridgerton loh. Di sini, kita diceritakan bagaimana Lady Danburry bisa menjadi sosoknya yang kita lihat di Bridgerton.

Oh iya, bagi kalian yang merasa tidak suka dengan serial ini hanya karena Ratu Charlotte digambarkan berkulit gelap, aku sarankan kalian buang prasangka tersebut dan coba tonton saja dulu. Kalian bisa membaca di internet bahwa ada beberapa sumber sejarah yang menyatakan bahwa Ratu Charlotte memang berkulit gelap. Potret-potret lukisannya menampilkan dirinya berkulit putih karena memang disengaja demikian agar dia diingat sebagai kulit putih—dan itu ada dalam serial ini. Jadi, ini bukan sekadar masalah political correctness atau agenda woke culture ya.

Kemudian, sebagai sebuah cerita spin-off, serial TV ini tidak berhubungan langsung dengan cerita anak-anak keluarga Bridgerton, maka boleh saja menonton ini sebelum menonton Bridgerton. Aku sarankan kalian menyiapkan tisu karena mungkin kalian akan terharu dengan perjuangan cinta Ratu Charlotte dan Raja George yang tulus. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.

***

Fire Force

(2019–on going)

Judul

:

Fire Force (En'en no Shōbōtai, ‘Blazing Fire Brigade’)

Sutradara

:

Yuki Kase (S1), Tatsuma Minamikawa (S2)

Penulis

:

Yamato Haijima (S1), Tatsuma Minamikawa (S2)

Produser

:

Chiho Tochikura, Hiroshi Kamei, Du Yi, Rina Shinoda (1–14), Chris Han (1–14), Maya Fujino (15–48), Emiko Iijima (15–48)

Musim/Episode

:

2 Musim/48 episode (on going)

Pengisi suara

:

Gakuto Kajiwara, Kazuya Nakai, Kenichi Suzumura, Saeko Kamijō, M.A.O, Yūsuke Kobayashi, Aoi Yūki, Daisuke Sakaguchi, Taku Yashiro

Genre

:

Dark fantasy, petualangan, fiksi ilmiah, action, distopia

Fire Force adalah sebuah serial anime yang diadaptasi dari manga berjudul sama karya Atsushi Ohkubo. Judul bahasa Jepangnya adalah En'en no Shōbōtai, yang terjemahan literalnya adalah Blazing Fire Brigade. Manga-nya ada lebih dari 20 juta copy di peredaran, sehingga membuatnya termasuk salah satu manga best-selling. Kalian dapat menonton anime ini di Vidio.com dan Netflix.

Anime ini mengambil latar di dunia ratusan tahun di masa depan. Dunia yang sekarang telah hancur dalam sebuah peristiwa kebakaran besar yang disebut The Great Cataclysm. Banyak negara yang hancur akibat peristiwa tersebut. Manusia yang sintas membangun negara baru yang disebut Emporium Tokyo. Kaisar Emporium Tokyo yang pertama, Kaisar Raffles I mendirikan kultus keagaaman baru yang disebut Kuil Sol Suci (Holy Sol Temple) yang menyembah Sol sang matahari dan bekerja sama dengan Industri Haijima yang menyediakan energi bagi seluruh emporium dengan membangun pembangkit energi Amaterasu.

Akan tetapi, di dunia baru tersebut, teror api masih terus ada, yakni berupa Pembakaran Manusia Spontan (Spontaneous Human Combustion), yang merupakan peristiwa terbakarnya manusia tanpa sebab yang jelas dan bukan berasal dari sumber api eksternal. Manusia yang terbakar akibat peristiwa tersebut berubah menjadi makhluk yang disebut homura bito atau Infernal, yang keberadaannya membahayakan. Untuk melawan para homura bito, dibentuklah Pasukan Api, yang merupakan sebuah pasukan khusus gabungan dari Kuil Sol Suci, Pasukan Bersenjata Emporium Tokyo, dan Pasukan Pemadam Kebarakan Emporium Tokyo. Pasukan Api sekarang terdiri delapan kompi.

Shinra Kusakabe (Gakuto Kajiwara) adalah anggota baru dalam Pasukan Api yang ditugaskan di Kompi 8. Dia juga adalah seorang pengguna kekuatan pyrokinesis, kekuatan memanipulasi api. Shinra memiliki masa lalu kelam: ibu dan adiknya tewas diserang homura bito. Itulah yang menjadi motivasinya bergabung dengan Pasukan Api. Akan tetapi, setelah lama bergabung dengan Pasukan Api, Shinra dan teman-temannya menduga bahwa ada oknum yang dengan sengaja menciptakan homura bito. Ada sebuah konspirasi gelap yang melibatkan orang-orang besar, termasuk para pendiri Emporium Tokyo.

Fire Force adalah anime yang menarik sekali dari seri worldbuilding-nya. Aku tertarik dengan konteks sejarah Emporium Tokyo, peristiwa The Great Cataclysm, fenomena Pembakaran Manusia Spontan, dan lain-lainnya dari anime ini. Nantinya, hal-hal tersebutlah yang menjadi fokus cerita, tepatnya adalah untuk membongkar konspirasi gelap di balik itu semua.

Omong-omong, konspirasi-konspirasinya itu membuatku teringat pada anime Attack on Titan. Keduanya sama-sama memiliki konspirasi besar yang dapat mengubah seluruh pemahaman mereka tentang dunia. Maka dari itu, penggemar Attack on Titan pasti akan suka dengan anime ini. Hanya saja, sejauh ini, kebenaran yang telah diungkap pada anime ini masih sangat sedikit. Bahkan menurutku, kebenaran yang diungkap pada tiap musim itu terlalu sedikit; aku sampai geregetan karena tidak sabar.

Penokohannya juga cukup menarik. Aku suka dengan protagonis yang memiliki cerita masa lalu yang kelam, seperti Shinra. Apa yang dia alami sangat traumatis dan menjadi motivasi kuat bagi dirinya saat ini. Selain Shinra, menurutku Arthur Boyle (Yūsuke Kobayashi) juga lucu. Biasanya second-lead hero berpenampilan keren dan bersikap cerdas; tetapi Arthur hanya berpenampilan keren saja, kelakuannya bodoh banget, hahaha.

Selain itu, aku suka dengan sistem kekuatan (power system) pada anime ini. Sistem kekuatan anime ini sangat unik dibandingkan anime-anime lain. Semua pengguna kekuatan pada anime ini hanya punya kekuatan pyrokinesis, yaitu kemampuan memanipulasi api dan panas. Dengan begitu, anime ini mengeksplorasi kekuatan pyrokinesis dengan sangat mendalam, seperti kekuatannya Arthur Boyle yang memanipulasi plasma dari api atau kekuatannya Shō Kusakabe (Maaya Sakamoto) yang memanipulasi ekspansi termal alam semesta. Di anime-anime lain, kekuatan pyrokinesis belum pernah aku lihat dieksplorasi sampai ke sana.

Oh iya, omong-omong, tidak semua tokoh adalah pengguna kekuatan pyrokinesis. Ada beberapa tokoh yang tidak memiliki kekuatan, seperti Akitaru Ōbi (Kazuya Nakai). Mereka bertarung dengan kekuatan fisik dan persenjataan canggih. Kemudian, para pengguna kekuatan api juga dibagi menjadi dua macam: generasi kedua dan generasi ketiga. Generasi kedua adalah mereka yang hanya bisa memanipulasi api dari sumber yang sudah ada, tidak dapat menciptakan api sendiri; seperti Takehisa Hinawa (Kenichi Suzumura) dan Maki Oze (Saeko Kamijō). Generasi ketiga adalah mereka yang dapat memanipulasi api dan menciptakan api sendiri, seperti Shinra.

Di samping itu, yang menarik dari anime ini adalah adegan pertarungannya. Adegan pertarungannya sangat seru dan gereget. Kualitas animasinya juga memuaskan karena bisa memperlihatkan pertarungan dengan detail dan gesit. Aku suka sekali ketika Shinra dan Arthur bertarung bersama. Aku juga suka ketika tokoh-tokoh yang lain bertarung. Apalagi, di akhir musim pertama dan di awal musim kedua, keunggulan tiap tokoh dalam bertarung berhasil sekali ditonjolkan.

Yang kurang dari anime ini mungkin gaya animasinya. Visual animasinya berkualitas tinggi, tetapi mungkin tidak sebagus beberapa anime lain yang populer saat ini. Namun, ceritanya bisa mengompensasi itu semua. Kalian pasti akan penasaran dengan konspirasinya dan berdebar menyaksikan adegan pertarungannya.

Beberapa soundtrack-nya juga aku suka, seperti Inferno oleh Mrs. Green Apple dan Spark Again oleh Aimer. Kalian dapat menonton trailer musim pertamanya di sini dan musim keduanya di sini.


Sebelumnya

Selanjutnya

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

Komentar