Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam: Kisah Pilu Seorang Gadis yang Menjadi Korban Ketidakadilan Sebuah Tradisi

Identitas Buku Judul : Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam Penulis : Dian Purnomo Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2020 Cetakan : VI Tebal : 300 halaman Harga : Rp99.000 ISBN : 9786020648453 Genre : Fiksi kontemporer, fiksi feminisme , drama   Tentang Penulis Dian Purnomo lahir dengan nama Dian Yuliarsi di Salatiga pada 19 Juli 1976. Dirinya telah serius menulis sejak SMA, tetapi dia juga pernah bekerja di radio Prambors dan FeMale Radio. Sepanjang kariernya, Dian Purnomo telah menerbitkan 9 novel dan antologi cerpen. Dian Purnomo...

Aru Shah and the Song of Death: Cerita Petualangan Bertema Cinta yang Menyentuh Hati

Identitas Buku

Judul

:

Aru Shah and the Song of Death


Penulis

:

Roshani Chokshi

Penerjemah

:

Reni Indardini

Penerbit

:

Noura Books (PT Mizan Publika)

Tahun terbit

:

2021

Cetakan

:

I

Tebal

:

456 halaman

Harga

:

Rp119.000,-

ISBN

:

9786232420823

Genre

:

Fantasi kontemporer, high fantasy, mitologis, petualangan, komedi, coming of age

 

Tentang Penulis

Roshani Chokshi adalah seorang penulis cerita anak dan remaja serta buku-buku best-seller dari New York Times. Dia lahir pada tanggal 14 Februari 1991. Ayahnya berasal dari India dan ibunya dari Filipina. Sejak kecil, dia tumbuh mendengarkan kisah-kisah mitologi Hindu yang menjadi inspirasinya dalam menulis novel. Dia bahkan berkata bahwa dia memelihara seekor naga yang tampak seperti anjing great pyrenees.

Novel pertamanya, yang berjudul The Star-Touched Queen (2016), ditulisnya ketika dia sedang kuliah di Fakultas Hukum Universitas Georgia. Setelah itu, dia meninggalkan kuliahnya untuk fokus mengejar karir sebagai penulis. Dia mengaku banyak terinspirasi dari penulis Neil Gaiman.

Setelah itu, Roshani Chokshi menuliskan novel keduanya, A Crown of Wishes (2017), lalu menulis serial Pandawa yang dibawahi oleh label Rick Riordan Presents. Pada April 2018, Paramount Pictures telah memperoleh hak film atas buku pertamanya dari serial itu, Aru Shah and The End of Time (2018). Selain seri Pandawa, Roshani Chokshi juga menulis serial The Gilded Wolves.

 

Sinopsis

Arundhati "Aru" Shah,
Reinkarnasi Arjuna dan Putri Indra,
Dewa Petir dan Guntur

Aru merasa sangat kesal. Dia memang suka berbohong dan usil, tetapi dia tidak pernah mencuri. Namun, Ratu Ulupi, ratu bangsa naga dan salah satu Dewan Penjaga, menuduhnya telah mencuri sebuah harta karun berharga dari gudang harta karun Naga-Loka, Negeri Naga. Sang ratu tidak percaya dengan penjelasannya bahwa ada rakshasi yang menyamar menjadi dirinya—dialah pencurinya.

Omong-omong, barang yang dicuri bukan sembarang harta karun, melainkan Busur dan Panah Kamadewa, Dewa Cinta. Si pencuri menggunakan busur tersebut untuk mengubah orang-orang menjadi zombi kebal yang disebut Yang Tak Berjantung Hati. Entah apa tujuan si pencuri, tetapi sepertinya ia sedang mengumpulkan pasukan.

Demi membuktikan dirinya tidak bersalah dan menyelematkan para Yang Tak Berjantung Hati, para Pandawa mendapat misi baru untuk mengembalikan Busur dan Panah Kamadewa. Namun, dalam misi kali ini, Aru tidak hanya ditemani Mini. Dia juga ditemani Brynne, saudari Pandawa yang baru dan menyebalkan, serta Aiden, anak laki-laki baru di sekolahnya yang memiliki lesung pipi manis. Mampukah Aru dan teman-temannya membersihkan nama mereka dan menyelamatkan para Yang Tak Berjantung Hati?

 

Kelebihan

Aru Shah and the Song of Death merupakan sekuel yang lebih baik daripada Aru Shah and the End of Time (2018), buku pendahulunya. Buku ini menawarkan cerita petualangan yang lebih menegangkan dengan elemen fantasi yang imajinatif. Berbeda dengan buku sebelumnya, Aru Shah and the Song of Death tidak butuh basa-basi untuk langsung masuk ke masalah cerita, mungkin karena tidak butuh lagi ada pengenalan dunia dan konsepnya ya. Maka dari itu, begitu mulai membaca, kalian tidak akan berhenti dibuat penasaran.

Bisa dibilang, buku ini terasa agak mirip dengan buku-buku Percy Jackson karya Rick Riordan. Berbeda dengan buku sebelumnya, Aru Shah and the Song of Death banyak mengeksplorasi kisah-kisah mitologi Hindu kuno serta memunculkan tokoh-tokoh penting dari kisah-kisah tersebut. Ada lebih banyak dewa-dewi yang akan ditemui serta tempat-tempat menakjubkan yang akan didatangi. Bagi para penggemar cerita fantasi, buku ini pasti dapat menjadi pemuas hati kalian.

Bagian favoritku adalah ketika Aru dan teman-temannya pergi ke dunia bawah air. Deskripsi Roshani Chokshi terhadap dunia bawah air tersebut sangat menakjubkan. Aku kagum dengan imajinasi Roshani Chokshi akan dunia di dasar laut versinya—cantik, megah, dan hidup. Apalagi, ketika Aru mengunjungi istana Baruna, Dewa Air dan Laut—itu sangat wow.

Akan tetapi, yang lebih membuatku terkesan adalah temanya: cinta. Siapa sangka cerita bertema cinta rupanya tidak hanya bergenre romantis? Tanpa menghadirkan unsur-unsur genre romantis, buku ini dapat menyajikan cerita cinta yang menyentuh. Mulai dari Busur dan Panah Kamadewa si Dewa Cinta, kisah cinta Ratu Ulupi kepada Arjuna, sampai kisah penolakan Surpanaka dalam epos Ramayana—semua dihadirkan di sini. Kisah-kisah tersebut dijadikan referensi hingga menjadi cerita petualangan utuh yang menyentuh.

Brynne Rao, Reinkarnasi Bima dan Putri Bayu, Dewa Angin

Selain itu, dalam buku ini, pembaca akan bertemu dengan dua tokoh baru, yakni Brynne Rao, reinkarnasi Bima dan Putri Bayu, Dewa Angin, serta Aiden Acharya, teman sekolah Aru yang tampan. Penokohan keduanya menarik sekali. Brynne, sebagaimana Bima dalam legenda, tampak barbar dan rakus banget, tetapi dibalik citranya yang keras tersebut, dia menyimpan kepedihan dalam hati. Perasaan ditelantarkan dan tak diinginkan dalam dirinya membuatnya tidak dapat dibenci, malah mengundang simpati.

Sementara itu, Aiden mulanya muncul seperti sosok cowok yang baik-baik saja. Namun, rupanya ia memiliki masalahnya sendiri, tentang keluarganya, yang baru terungkap menjelang akhir cerita. Yang menarik dari kisahnya ialah konklusinya di akhir: “Terkadang bentuk cinta yang terbaik adalah cinta terhadap diri sendiri.” Aku sampai tertegun dan terharu sewaktu membacanya.

Aiden Acharya, seorang blasteran Apsara

Di samping itu, karkater Brynne mengingatkan pembaca untuk tidak menilai orang dari latar belakang etnis atau keluarganya. Brynne merupakan blasteran asura sehingga sejak kecil dia dinilai berdasarkan stigma bahwa asura itu tidak dapat dipercaya. Itu memuat Aru tersadar bahwa dia dan Brynne memiliki kesamaan, karena Aru juga adalah putri seorang demon. Namun, mereka berdua menunjukkan bahwa perempuan dapat memilih jalan mereka sendiri dan lepas dari sitgma-stigma yang ada ataupun identitas keluarga mereka.

Terakhir, sesuatu yang sangat aku sukai dari buku ini adalah caranya menunjukkan keabu-abuan dalam suatu kisah. Sejak awal, Aru telah menyinggung bahwa terkadang seorang pahlawan dapat berbuat buruk dan seorang penjahat dapat berbuat baik. Suatu cerita memiliki sudut pandang lain. Sepanjang petualangan, Aru dan teman-temannya mendapati fakta tentang para Pandawa yang ternyata tidak selalu baik. Itu membuat Aru bingung, siapa yang baik dan jahat.

Bahkan, antagonis utama buku ini pun juga sosok yang abu-abu. (Spoiler alert) alih-alih senang ketika dia dikalahkan, aku justru sedih dan ingin menangis, begitu pula yang dirasakan Aru dan yang lainnya. Si antagonis berhasil memperoleh respek dan simpatiku. Aku yakin kalian pun juga akan merasakan yang sama denganku dan Aru setelah membaca kisah ini.

               

Kelemahan

Bagian yang kurang aku suka dari buku ini adalah cara Roshani Chokshi mengeksplorasi karakter Aiden. Dibandingkan dengan Brynne, pengembangan masalah personal Aiden terasa kurang matang. Masalah tersebut sudah mulai disinggung sejak awal buku, tetapi baru terkuak di akhir—lama sekali. Pada satu titik, aku sempat lupa dan kehilangan ketertarikan terhadapnya. Meskipun konklusinya begitu menyentuh hati, caranya perlu diperbaiki.

Kemudian, aku berharap ada satu momen antara Aru dengan Ratu Ulupi, tetapi itu tidak ada—sebagaimana momen intim antara Aru dan ibunya di buku sebelumnya. Setelah mengetahui masa lalu Ratu Ulupi dan Arjuna, setidaknya aku ingin Aru dan sang ratu membicarakannya. Aku ingin mengetahui kisah Ratu Ulupi dari dirinya sendiri.

Ratu Ulupi, Ratu Naga-Loka dan salah satu Dewan Penjaga

 

Kesimpulan

Aru Shah and the Song of Death merupakan kisah petualangan fantasi bertema cinta yang memukau dan menyentuh. Temanya yang unik dengan alur yang lebih mendebarkan dapat membuat pembaca tak dapat berhenti membalik halaman. Selain itu, ada banyak dewa-dewi baru serta tempat-tempat ajaib lainnya yang menanti dalam kisah ini. Kedua tokoh barunya, Brynne dan Aiden juga sangat menarik, menambah warna baru pada cerita. Namun, yang paling mengesankan adalah bahwa sang penjahat tak seutuhnya jahat, dia pun memiliki kisahnya sendiri. Alih-alih membenci si penjahat, kalian mungkin akan menaruh respek dan simpati kepadanya. Meskipun masih ada kekurangan kecil, itu tertutupi dengan kisah epik yang menyentuh hati. Skornya adalah 9,3/10. 

Sebelumnya (Aru Shah and the End of Time)

Selanjutnya (Aru Shah and the Tree of Wishes)

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!

Komentar