Identitas Buku
Judul
|
:
|
Aru Shah and the Song of Death
|
Penulis
|
:
|
Roshani Chokshi
|
Penerjemah
|
:
|
Reni Indardini
|
Penerbit
|
:
|
Noura Books (PT Mizan Publika)
|
Tahun terbit
|
:
|
2021
|
Cetakan
|
:
|
I
|
Tebal
|
:
|
456 halaman
|
Harga
|
:
|
Rp119.000,-
|
ISBN
|
:
|
9786232420823
|
Genre
|
:
|
Fantasi kontemporer, high fantasy,
mitologis,
petualangan, komedi, coming of age
|
Tentang Penulis
Roshani Chokshi adalah seorang penulis cerita
anak dan remaja serta buku-buku best-seller
dari New York Times. Dia lahir pada tanggal 14 Februari 1991. Ayahnya
berasal dari India dan ibunya dari Filipina. Sejak kecil, dia tumbuh
mendengarkan kisah-kisah mitologi Hindu yang menjadi inspirasinya dalam menulis
novel. Dia bahkan berkata bahwa dia memelihara seekor naga yang tampak seperti
anjing great pyrenees.
Novel pertamanya, yang berjudul The Star-Touched Queen (2016),
ditulisnya ketika dia sedang kuliah di Fakultas Hukum Universitas Georgia.
Setelah itu, dia meninggalkan kuliahnya untuk fokus mengejar karir sebagai
penulis. Dia mengaku banyak terinspirasi dari penulis Neil Gaiman.
Setelah itu, Roshani Chokshi menuliskan novel
keduanya, A Crown of Wishes (2017),
lalu menulis serial Pandawa yang
dibawahi oleh label Rick Riordan Presents. Pada April 2018, Paramount Pictures
telah memperoleh hak film atas buku pertamanya dari serial itu, Aru Shah and The End of Time (2018). Selain
seri Pandawa, Roshani Chokshi juga
menulis serial The Gilded Wolves.
Sinopsis
|
Arundhati "Aru" Shah, Reinkarnasi Arjuna dan Putri Indra, Dewa Petir dan Guntur |
Aru merasa sangat kesal. Dia memang suka
berbohong dan usil, tetapi dia tidak pernah mencuri. Namun, Ratu Ulupi, ratu
bangsa naga dan salah satu Dewan Penjaga, menuduhnya telah mencuri sebuah harta
karun berharga dari gudang harta karun Naga-Loka, Negeri Naga. Sang ratu tidak
percaya dengan penjelasannya bahwa ada rakshasi yang menyamar menjadi dirinya—dialah pencurinya.
Omong-omong, barang yang dicuri bukan sembarang
harta karun, melainkan Busur dan Panah Kamadewa, Dewa Cinta. Si pencuri
menggunakan busur tersebut untuk mengubah orang-orang menjadi zombi kebal yang disebut
Yang Tak Berjantung Hati. Entah apa tujuan si pencuri, tetapi sepertinya ia
sedang mengumpulkan pasukan.
Demi membuktikan dirinya tidak bersalah dan
menyelematkan para Yang Tak Berjantung Hati, para Pandawa mendapat misi baru
untuk mengembalikan Busur dan Panah Kamadewa. Namun, dalam misi kali ini, Aru
tidak hanya ditemani Mini. Dia juga ditemani Brynne, saudari Pandawa yang baru dan
menyebalkan, serta Aiden, anak laki-laki baru di sekolahnya yang memiliki
lesung pipi manis. Mampukah Aru dan teman-temannya membersihkan nama mereka dan
menyelamatkan para Yang Tak Berjantung Hati?
Kelebihan
Aru
Shah and the Song of Death merupakan sekuel yang
lebih baik daripada Aru Shah and the End
of Time (2018), buku pendahulunya. Buku
ini menawarkan cerita petualangan yang lebih menegangkan dengan elemen fantasi
yang imajinatif. Berbeda dengan buku sebelumnya, Aru Shah and the Song of Death tidak butuh basa-basi untuk langsung
masuk ke masalah cerita, mungkin karena tidak butuh lagi ada pengenalan dunia
dan konsepnya ya. Maka dari itu, begitu mulai membaca, kalian tidak akan
berhenti dibuat penasaran.
Bisa dibilang, buku ini terasa agak mirip dengan
buku-buku Percy Jackson karya Rick Riordan. Berbeda dengan buku sebelumnya, Aru Shah and the Song of Death banyak
mengeksplorasi kisah-kisah mitologi Hindu kuno serta memunculkan tokoh-tokoh
penting dari kisah-kisah tersebut. Ada lebih banyak dewa-dewi yang akan ditemui
serta tempat-tempat menakjubkan yang akan didatangi. Bagi para penggemar cerita
fantasi, buku ini pasti dapat menjadi pemuas hati kalian.
Bagian favoritku adalah ketika Aru dan
teman-temannya pergi ke dunia bawah air. Deskripsi Roshani Chokshi terhadap
dunia bawah air tersebut sangat menakjubkan. Aku kagum dengan imajinasi Roshani
Chokshi akan dunia di dasar laut versinya—cantik, megah, dan hidup. Apalagi,
ketika Aru mengunjungi istana Baruna, Dewa Air dan Laut—itu sangat wow.
Akan tetapi, yang lebih membuatku terkesan adalah
temanya: cinta. Siapa sangka cerita bertema cinta rupanya tidak hanya bergenre
romantis? Tanpa menghadirkan unsur-unsur genre romantis, buku ini dapat
menyajikan cerita cinta yang menyentuh. Mulai dari Busur dan Panah Kamadewa si
Dewa Cinta, kisah cinta Ratu Ulupi kepada Arjuna, sampai kisah penolakan
Surpanaka dalam epos Ramayana—semua dihadirkan di sini. Kisah-kisah tersebut dijadikan
referensi hingga menjadi cerita petualangan utuh yang menyentuh.
|
Brynne Rao, Reinkarnasi Bima dan Putri Bayu, Dewa Angin |
Selain itu, dalam buku ini, pembaca akan bertemu
dengan dua tokoh baru, yakni Brynne Rao, reinkarnasi Bima dan Putri Bayu, Dewa
Angin, serta Aiden Acharya, teman sekolah Aru yang tampan. Penokohan keduanya
menarik sekali. Brynne, sebagaimana Bima dalam legenda, tampak barbar dan rakus
banget, tetapi dibalik citranya yang keras tersebut, dia menyimpan kepedihan
dalam hati. Perasaan ditelantarkan dan tak diinginkan dalam dirinya membuatnya tidak dapat dibenci, malah mengundang
simpati.
Sementara itu, Aiden mulanya muncul seperti sosok
cowok yang baik-baik saja. Namun, rupanya ia memiliki masalahnya sendiri,
tentang keluarganya, yang baru terungkap menjelang akhir cerita. Yang menarik
dari kisahnya ialah konklusinya di akhir: “Terkadang bentuk cinta yang terbaik
adalah cinta terhadap diri sendiri.” Aku sampai tertegun dan terharu sewaktu
membacanya.
|
Aiden Acharya, seorang blasteran Apsara |
Di samping itu, karkater Brynne mengingatkan pembaca
untuk tidak menilai orang dari latar belakang etnis atau keluarganya. Brynne
merupakan blasteran asura sehingga sejak kecil dia dinilai berdasarkan stigma
bahwa asura itu tidak dapat dipercaya. Itu memuat Aru tersadar bahwa dia dan
Brynne memiliki kesamaan, karena Aru juga adalah putri seorang demon. Namun,
mereka berdua menunjukkan bahwa perempuan dapat memilih jalan mereka sendiri
dan lepas dari sitgma-stigma yang ada ataupun identitas keluarga mereka.
Terakhir, sesuatu yang sangat aku sukai dari buku ini adalah caranya menunjukkan
keabu-abuan dalam suatu kisah. Sejak awal, Aru telah menyinggung bahwa
terkadang seorang pahlawan dapat berbuat buruk dan seorang penjahat dapat
berbuat baik. Suatu cerita memiliki sudut pandang lain. Sepanjang petualangan,
Aru dan teman-temannya mendapati fakta tentang para Pandawa yang ternyata tidak
selalu baik. Itu membuat Aru bingung, siapa yang baik dan jahat.
Bahkan, antagonis utama buku ini pun juga sosok
yang abu-abu. (Spoiler alert) alih-alih
senang ketika dia dikalahkan, aku justru sedih dan ingin menangis, begitu pula
yang dirasakan Aru dan yang lainnya. Si antagonis berhasil memperoleh respek
dan simpatiku. Aku yakin kalian pun juga akan merasakan yang sama denganku dan
Aru setelah membaca kisah ini.
Kelemahan
Bagian yang kurang aku suka dari buku ini adalah cara
Roshani Chokshi mengeksplorasi karakter Aiden. Dibandingkan dengan Brynne,
pengembangan masalah personal Aiden terasa kurang matang. Masalah tersebut
sudah mulai disinggung sejak awal buku, tetapi baru terkuak di akhir—lama
sekali. Pada satu titik, aku sempat lupa dan kehilangan ketertarikan
terhadapnya. Meskipun konklusinya begitu menyentuh hati, caranya perlu
diperbaiki.
Kemudian, aku berharap ada satu momen antara Aru
dengan Ratu Ulupi, tetapi itu tidak ada—sebagaimana momen intim antara Aru dan
ibunya di buku sebelumnya. Setelah mengetahui masa lalu Ratu Ulupi dan Arjuna,
setidaknya aku ingin Aru dan sang ratu membicarakannya. Aku ingin mengetahui
kisah Ratu Ulupi dari dirinya sendiri.
|
Ratu Ulupi, Ratu Naga-Loka dan salah satu Dewan Penjaga |
Kesimpulan
Aru
Shah and the Song of Death merupakan kisah
petualangan fantasi bertema cinta yang memukau dan menyentuh. Temanya yang unik
dengan alur yang lebih mendebarkan dapat membuat pembaca tak dapat berhenti
membalik halaman. Selain itu, ada banyak dewa-dewi baru serta tempat-tempat
ajaib lainnya yang menanti dalam kisah ini. Kedua tokoh barunya, Brynne dan
Aiden juga sangat menarik, menambah warna baru pada cerita. Namun, yang paling
mengesankan adalah bahwa sang penjahat tak seutuhnya jahat, dia pun memiliki
kisahnya sendiri. Alih-alih membenci si penjahat, kalian mungkin akan menaruh
respek dan simpati kepadanya. Meskipun masih ada kekurangan kecil, itu
tertutupi dengan kisah epik yang menyentuh hati. Skornya adalah 9,3/10.
Sebelumnya (Aru Shah and the End of Time)
Selanjutnya (Aru Shah and the Tree of Wishes)
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar