A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Aru Shah and the End of Time: Kisah Mahabharata versi Feminis yang Seru dan Imajinatif

Identitas Buku

Judul

:

Aru Shah and the End of Time

Penulis

:

Roshani Chokshi

Penerjemah

:

Nadya Andwiani

Penerbit

:

Noura Books (PT Mizan Publika)

Tahun terbit

:

2019

Cetakan

:

I

Tebal

:

444 halaman

Harga

:

Rp99.000,-

ISBN

:

9786023856275

Genre

:

Fantasi kontemporer, high fantasy, mitologis, petualangan, komedi, coming of age

 

Tentang Penulis

Roshani Chokshi adalah seorang penulis cerita anak dan remaja serta buku-buku best-seller dari New York Times. Dia lahir pada tanggal 14 Februari 1991. Ayahnya berasal dari India dan ibunya dari Filipina. Sejak kecil, dia tumbuh mendengarkan kisah-kisah mitologi Hindu yang menjadi inspirasinya dalam menulis novel. Dia bahkan berkata bahwa dia memelihara seekor naga yang tampak seperti anjing great pyrenees.

Novel pertamanya, yang berjudul The Star-Touched Queen (2016), ditulisnya ketika dia sedang kuliah di Fakultas Hukum Universitas Georgia. Setelah itu, dia meninggalkan kuliahnya untuk fokus mengejar karir sebagai penulis. Dia mengaku banyak terinspirasi dari penulis Neil Gaiman.

Setelah itu, Roshani Chokshi menuliskan novel keduanya, A Crown of Wishes (2017), lalu menulis serial Pandawa yang dibawahi oleh label Rick Riordan Presents. Pada April 2018, Paramount Pictures telah memperoleh hak film atas buku pertamanya dari serial itu, Aru Shah and the End of Time (2018). Selain seri Pandawa, Roshani Chokshi juga menulis serial The Gilded Wolves.

 

Sinopsis

Arundhati "Aru" Shah,
Reinkarnasi Arjuna dan Putri Indra

Arundhati “Aru” Shah adalah seorang anak perempuan etnis India yang pandai berbohong. Dia bersekolah di sekolah elit tempat anak-anak tajir bersekolah. Dia pun mengatakan bahwa dia juga sama tajirnya dengan mereka. Padahal, kenyataannya adalah dia tinggal di apartemen kecil di Museum Seni dan Budaya India Kuno, Atlanta karena ibunya adalah arkeolog sekaligus pengelola museum tersebut.

Namun, ketika teman-teman sekolahnya mengancam akan membongkar kebohongannya, Aru ditantang untuk menyalakan sebuah diya, lampu kuno, yang konon terkutuk, supaya mereka tetap tutup mulut. Aru menuruti tantangan tersebut dan ternyata membebaskan demon bernama si Penidur. Menurut legenda, ketika si Penidur telah terbebas, dia akan membangunkan Dewa Siwa, Dewa Kehancuran yang akan menjadi awal kehancuran alam semesta. Bahkan sekarang, si Penidur ingin mengakhiri masa, membuat orang-orang membeku dalam waktu.

Dunia Aru seketika jungkir balik setelah membebaskan si Penidur. Ternyata, batara-batari, demon, dan makhluk-makhluk mitos lainnya dari mitologi Hindu sungguh nyata. Bahkan, dia lebih terkejut lagi ketika diinformasikan bahwa dia reinkarnasi dari salah satu Pandawa bersaudara dari legenda Mahabharata. Kini, sebagai Pandawa, Aru harus bertanggung jawab atas kekacauan yang dibuatnya. Dia bersama saudari Pandawanya melakukan pencarian untuk mencegah akhir masa dan menghentikan si Penidur.

 

Kelebihan

Aru Shah and the End of Time bisa dibilang di luar ekspektasiku. Aku awalnya mengira cerita ini akan mirip sekali dengan cerita Percy Jackson-nya Rick Riordan, tetapi aku salah. Aru Shah and the End of Time memiliki kekhasannya sendiri dari berbagai aspek yang membuatnya patut dibaca.

Yamini "Mini" Kapoor-Mercado-Lopez.
Reinkarnasi Yudhistira dan Putri Dharma Raja

Pertama, karakter Aru dan Mini, tokoh utama dalam buku ini, sangatlah menarik. Walaupun mereka partner, mereka memiliki perbedaan karakter yang mencolok sekali. Aru lebih bar-bar dan semberono serta cerdik, sedangkan Mini itu mudah cemas, pintar, dan berhati lembut. Perbedaan karakter keduanya bahkan juga terlihat dari penampilan mereka—ketika Mini sangat siap bertualang sampai membawa tas perlengkapan, Aru malah hanya mengenakan piama Spider-Man (ceritanya panjang). Kelihatan sekali perbedannya, kan?

Namun, terlepas dari perbedaan tersebut, mereka berdua dapat bekerja sama dengan baik. Perkembangan hubungan mereka yang dari orang asing menjadi teman, lalu menjadi saudari diceritakan dengan rapih. Agar mereka sampai ke hubungan sebagai saudari, terdapat serangkaian sekuens yang tepat, mulai dari menghadapi rintangan bersama, deep talk, sampai bertengkar. Mereka juga menyadari bahwa mereka memiliki pengalaman yang cukup mirip sehingga dapat memahami satu sama lain dengan lebih baik. Seiring cerita bergulir, progres hubungan mereka terlihat. Walaupun aku di awal sempat merasa aneh karena perbedaan karakter mereka yang terlalu menonjol, ternyata persahabatan mereka mengagumkan.

Untuk karakter Aru sendiri, menurutku, Roshani Chokshi telah berhasil mendesainnya agar relatable, terutama bagi para anak seusianya. Aru merasa sebagai “orang luar” di sekolahnya sehingga dia perlu berbohong agar dapat diterima. Kemudian di rumah, Aru kurang mendapat perhatian ibunya yang sibuk kerja sehingga wajar saja jika dia berbuat nakal. Kebohongannya tentang kehidupannya menjadi upaya “pelarian diri.” Untuk remaja seusianya, 12 tahun, aku rasa sosok Aru tersebut banyak dijumpai, maka karakternya pun menjadi lekat dengan target pembacanya.

Namun, yang lebih penting adalah perkembangan karakternya. Petualangan Aru telah mengajarinya banyak hal, memaksanya berefleksi, dan membuatnya menjadi lebih dewasa. Dia belajar untuk menyadari dan mengakui segala kelebihan dan kekurangan dirinya. Dia berhasil melihat potensinya dan memaksimalkannya. Yang paling aku suka adalah (spoiler alert) adegan ketika dia diuji di Istana Ilusi—ketika Aru mengerti apa kesamaannya dengan Arjuna, salah seorang Pandawa. Sejak itu, perkembangan karakter Aru terasa sekali. Terakhir, salah satu hal tentang karakter Aru yang begitu kusuka adalah selera budaya popnya karena mirip denganku, hahaha. Itu terlihat dari berbagai referensi budaya pop yang dia sebutkan di cerita.

Berikutnya, aku ingin mengapresiasi Roshani Chokshi yang telah berhasil mengarang cerita epik ini. Dia telah dengan kreatifnya merangkai kata demi kata hingga menjadi buku yang mengadaptasi legenda Mahabharata menjadi cerita fantasi kontemporer yang mudah digemari anak-anak dan remaja. Melalui buku ini, Roshani Chokshi telah memperkenalkan legenda tersebut ke generasi sekarang. Apalagi, kisah Mahabharata juga banyak diceritakan melalui perwayangan Jawa, maka buku ini dapat menjadi pemantik minat generasi muda terhadap kisah wayang Mahabharata. Bahkan, aku sendiri yang tidak tahu tentang legenda Mahabharata jadi penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang mitologi Hindu.

Namun, yang lebih aku suka adalah Roshani Chokshi juga menambahkan imajinasinya sendiri ke dalam cerita Aru Shah and the End of Time. Jadi, selain unsur mitologi Hindu, ada beberapa elemen fantasi dalam buku ini yang merupakan buah imajinasi Roshani Chokshi sendiri. Elemen fantasi karangan Roshani Chokshi tersebut pun cukup dominan, seperti Jagat Lain dan Kerajaan Kematian, yang menjadi latar tempat utama buku ini.

Tidak hanya itu, aku salut dengan imajinasi Roshani Chokshi yang membuat reinkarnasi para Pandawa menjadi bergender perempuan. Ketika semua buku Rick Riordan memiliki tokoh utama laki-laki, Roshani Chokshi menggunakan tokoh utama perempuan—sebuah penyegaran. Buku ini menunjukkan bahwa perempuan, bahkan di usia semuda Aru dan Mini, dapat melakukan hal-hal hebat, dapat menjadi pahlawan. Banyak kualitas baik yang ditunjukkan karakter Aru dan Mini, yang dapat menginspirasi anak-anak dan para remaja perempuan.

Selanjutnya, Roshani Chokshi juga berhasil merangkai alur cerita Aru Shah and the End of Time dengan rapih. Alur dimulai dengan tahap orientasi yang sederhana tapi menarik dengan memperkenalkan karakter Aru dan Mini serta menunjukkan bebasnya si Penidur. Kemudian, (spoiler alert) diikuti dengan perkenalan Dewan Penjaga, lalu dimulainya pencarian. Ketegangan dalam cerita selalu dijaga agar terus naik, tetapi juga diselingi dengan adegan-adegan lucu agar tidak bosan. Itu menjadikan buku ini page-turning.[1]  

 

Kelemahan

Yang membuatku kurang suka dengan buku ini ialah bagian di Kerajaan Kematian, khususnya di Jembatan Lupa. Ada terlalu banyak tempat yang dijelajahi Aru dan Mini selama di Kerajaan Kematian, dan itu membuat ceritanya tampak tak berarah. Bahkan, setiap tempat yang mereka kunjungi di Kerajaan Kematian ada tantangannya tersendiri yang menjadikan alur agak berputar-putar. Aku lebih suka ketika (spoiler alert) Aru dan Mini masih mengumpulkan kunci menuju Kerajaan Kematian.

Salah satu bagian yang menggangguku di bagian Kerajaan Kematian adalah ketika bertemu dengan Shukra, si Penjaga Jembatan Lupa. (Spoiler alert) pada bagian itu, Aru dikutuk oleh Shukra. Nah, aku melihat fungsi bagian cerita di Jembatan Lupa tersebut hanyalah sebatas itu. Nantinya, ketika Aru melawan si Penidur, ada satu kesalahan Aru yang fatal, lalu Mini menganggapnya sebagai akibat dari kutukan Shukra. Padahal, momen ketika Aru membuat kesalahan tersebut akan terasa lebih bagus seandainya tidak diinterpretasikan sebagai kesialan akibat kutukan. Tanpa diinterpretasikan sebagai kutukan pun pembaca masih dapat memaklumi kesalahan Aru.

Subala "Boo",
salah satu Dewan Penjaga

Setelah itu, aku kurang merasakan ikatan antara Aru dan Mini dengan Boo. Perannya adalah sebagai pendamping Aru dan Mini dalam misi mereka. Aru dan Mini seharusnya tampak dekat dengan Boo, tetapi aku tidak merasakan kedekatan itu. (Spoiler alert) ketika Boo ditawan oleh si Penidur, Aru dan Mini mengkhawatirkannya sekali, tetapi emosinya tidak terasa olehku. Itu mungkin karena dalam tantangan-tantangan Aru dan Mini sebelumnya, Boo tidak banyak membantu mereka, tetapi justru Boo lebih banyak mengomeli mereka. Maka dari itu, kedekatan Aru dan Mini dengan Boo tidak terasa seperti kedekatan Percy Jackson dan Annabeth Chase dengan Chiron.

Selanjutnya, aku kurang suka dengan bagian akhir setelah (spoiler alert) ibunya Aru pulih. Dia berutang banyak penjelasan kepada Aru, tetapi tidak ada momen tersebut. Padahal, aku sudah mewanti-wanti Aru dan ibunya bisa mengobrol mengenai masa lalu ibunya Aru. Menurutku, akan lebih baik jika ibunya Aru meminta maaf dan menjelaskan semuanya kepada Aru. Itu dapat menjadi gambaran umum arah cerita serial Pandawa ke depannya, sekaligus dapat menjadi momen emosional di antara mereka berdua.

Kemudian, walaupun aku bilang bahwa buku ini dapat memantik minat pembaca akan mitologi Hindu dan legenda Mahabharata, Roshani Chokshi tidak terlalu banyak menjelaskan itu dalam ceritanya. Dia hanya memberikan informasi singkat, lalu penjelasan lebih lanjutnya ada di glosarium yang terletak di akhir buku, tapi itu pun juga seadanya. Bagi pembaca yang tidak banyak tahu tentang mitologi Hindu dan legenda Mahabharata, itu akan menyulitkan mereka untuk mengerti konteks cerita ini. Maka dari itu, Roshani Chokshi mungkin dapat meniru cara Rick Riordan yang menyelingi cerita dengan kisah singkat dari mitologi Yunani/Romawi/Mesir/Nordik untuk memberikan pemahaman konteks kepada pembaca.

Terakhir, aku merasa Roshani Chokshi tidak perlu untuk menutup cerita dengan memberikan pengantar cerita sekuelnya. Itu tidak perlu dan akan lebih baik disimpan untuk buku berikutnya saja. Seperti yang kubilang, penutup yang lebih baik seharusnya adalah ketika Aru dan ibunya dapat mengobrol panjang tentang masa lalu ibunya Aru.

 

Kesimpulan

Aru Shah and the End of Time merupakan cerita epik yang sangat recommended. Gaya bahasanya sederhana dengan alur cerita yang rapih. Sejak awal, ketegangan cerita terus naik sampai membuat pembaca kesulitan berhenti untuk membalik halaman. Melalui buku ini, Roshani Chokshi tidak hanya memperkenalkan pembaca ke dunia mitologi Hindu, tetapi juga ke dunia imajinasinya sendiri. Walaupun ada beberapa bagian cerita yang terasa tidak berarah, hal itu masih dapat tertutupi berkat penokohan dan perkembangan karakter yang dikemas dengan baik. Namun, Roshani Chokshi tidak banyak menyajikan penjelasan tentang versi asli kisah mitologi Hindu agar memudahkan pembaca mengerti konteksnya. Maka dari itu, aku memberi skor 8,6/10 untuk buku ini. Kalian yang suka dengan kisah Mahabharata harus membaca buku ini ya!

Selanjutnya (Aru Shah and the Song of Death)

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!


[1] Sebuah buku yang sangat menarik, menyenangkan, dan mendebarkan, biasanya berupa novel (sumber: The Free Dictionary). 

Komentar