Identitas Buku
Judul
|
:
|
Aru Shah and the End of Time
|
Penulis
|
:
|
Roshani Chokshi
|
Penerjemah
|
:
|
Nadya Andwiani
|
Penerbit
|
:
|
Noura Books (PT Mizan Publika)
|
Tahun terbit
|
:
|
2019
|
Cetakan
|
:
|
I
|
Tebal
|
:
|
444 halaman
|
Harga
|
:
|
Rp99.000,-
|
ISBN
|
:
|
9786023856275
|
Genre
|
:
|
Fantasi kontemporer, high fantasy,
mitologis,
petualangan, komedi, coming of age
|
Tentang Penulis
Roshani Chokshi adalah seorang penulis cerita
anak dan remaja serta buku-buku best-seller
dari New York Times. Dia lahir pada tanggal 14 Februari 1991. Ayahnya
berasal dari India dan ibunya dari Filipina. Sejak kecil, dia tumbuh
mendengarkan kisah-kisah mitologi Hindu yang menjadi inspirasinya dalam menulis
novel. Dia bahkan berkata bahwa dia memelihara seekor naga yang tampak seperti
anjing great pyrenees.
Novel pertamanya, yang berjudul The Star-Touched Queen (2016),
ditulisnya ketika dia sedang kuliah di Fakultas Hukum Universitas Georgia.
Setelah itu, dia meninggalkan kuliahnya untuk fokus mengejar karir sebagai
penulis. Dia mengaku banyak terinspirasi dari penulis Neil Gaiman.
Setelah itu, Roshani Chokshi menuliskan novel
keduanya, A Crown of Wishes (2017),
lalu menulis serial Pandawa yang dibawahi oleh label Rick Riordan Presents. Pada
April 2018, Paramount Pictures telah memperoleh hak film atas buku pertamanya
dari serial itu, Aru Shah and the End of
Time (2018). Selain seri Pandawa, Roshani Chokshi juga menulis serial The Gilded Wolves.
Sinopsis
 |
Arundhati "Aru" Shah, Reinkarnasi Arjuna dan Putri Indra |
Arundhati “Aru” Shah adalah seorang anak
perempuan etnis India yang pandai berbohong. Dia bersekolah di sekolah elit
tempat anak-anak tajir bersekolah. Dia pun mengatakan bahwa dia juga sama
tajirnya dengan mereka. Padahal, kenyataannya adalah dia tinggal di apartemen
kecil di Museum Seni dan Budaya India Kuno, Atlanta karena ibunya adalah
arkeolog sekaligus pengelola museum tersebut.
Namun, ketika teman-teman sekolahnya mengancam
akan membongkar kebohongannya, Aru ditantang untuk menyalakan sebuah diya, lampu kuno, yang konon terkutuk, supaya
mereka tetap tutup mulut. Aru menuruti tantangan tersebut dan ternyata
membebaskan demon bernama si Penidur. Menurut legenda, ketika si Penidur telah
terbebas, dia akan membangunkan Dewa Siwa, Dewa Kehancuran yang akan menjadi awal
kehancuran alam semesta. Bahkan sekarang, si Penidur ingin mengakhiri masa,
membuat orang-orang membeku dalam waktu.
Dunia Aru seketika jungkir balik setelah membebaskan
si Penidur. Ternyata, batara-batari, demon, dan makhluk-makhluk mitos lainnya
dari mitologi Hindu sungguh nyata. Bahkan, dia lebih terkejut lagi ketika
diinformasikan bahwa dia reinkarnasi dari salah satu Pandawa bersaudara dari
legenda Mahabharata. Kini, sebagai Pandawa, Aru harus bertanggung jawab atas
kekacauan yang dibuatnya. Dia bersama saudari Pandawanya melakukan pencarian
untuk mencegah akhir masa dan menghentikan si Penidur.
Kelebihan
Aru
Shah and the End of Time bisa dibilang di luar
ekspektasiku. Aku awalnya mengira cerita ini akan mirip sekali dengan cerita
Percy Jackson-nya Rick Riordan, tetapi aku salah. Aru Shah and the End of Time memiliki kekhasannya sendiri dari
berbagai aspek yang membuatnya patut dibaca.
 |
Yamini "Mini" Kapoor-Mercado-Lopez. Reinkarnasi Yudhistira dan Putri Dharma Raja |
Pertama, karakter Aru dan Mini, tokoh utama dalam
buku ini, sangatlah menarik. Walaupun mereka partner, mereka memiliki perbedaan
karakter yang mencolok sekali. Aru lebih bar-bar dan semberono serta cerdik,
sedangkan Mini itu mudah cemas, pintar, dan berhati lembut. Perbedaan karakter
keduanya bahkan juga terlihat dari penampilan mereka—ketika Mini sangat siap bertualang
sampai membawa tas perlengkapan, Aru malah hanya mengenakan piama Spider-Man
(ceritanya panjang). Kelihatan sekali perbedannya, kan?
Namun, terlepas dari perbedaan tersebut, mereka
berdua dapat bekerja sama dengan baik. Perkembangan hubungan mereka yang dari
orang asing menjadi teman, lalu menjadi saudari diceritakan dengan rapih. Agar
mereka sampai ke hubungan sebagai saudari, terdapat serangkaian sekuens yang
tepat, mulai dari menghadapi rintangan bersama, deep talk, sampai bertengkar. Mereka juga menyadari bahwa mereka
memiliki pengalaman yang cukup mirip sehingga dapat memahami satu sama lain
dengan lebih baik. Seiring cerita bergulir, progres hubungan mereka terlihat. Walaupun
aku di awal sempat merasa aneh karena perbedaan karakter mereka yang terlalu
menonjol, ternyata persahabatan mereka mengagumkan.
Untuk karakter Aru sendiri, menurutku, Roshani
Chokshi telah berhasil mendesainnya agar relatable,
terutama bagi para anak seusianya. Aru merasa sebagai “orang luar” di
sekolahnya sehingga dia perlu berbohong agar dapat diterima. Kemudian di rumah,
Aru kurang mendapat perhatian ibunya yang sibuk kerja sehingga wajar saja jika
dia berbuat nakal. Kebohongannya tentang kehidupannya menjadi upaya “pelarian
diri.” Untuk remaja seusianya, 12 tahun, aku rasa sosok Aru tersebut banyak
dijumpai, maka karakternya pun menjadi lekat dengan target pembacanya.
Namun, yang lebih penting adalah perkembangan
karakternya. Petualangan Aru telah mengajarinya banyak hal, memaksanya
berefleksi, dan membuatnya menjadi lebih dewasa. Dia belajar untuk menyadari
dan mengakui segala kelebihan dan kekurangan dirinya. Dia berhasil melihat
potensinya dan memaksimalkannya. Yang paling aku suka adalah (spoiler alert) adegan ketika dia diuji
di Istana Ilusi—ketika Aru mengerti apa kesamaannya dengan Arjuna, salah
seorang Pandawa. Sejak itu, perkembangan karakter Aru terasa sekali. Terakhir,
salah satu hal tentang karakter Aru yang begitu kusuka adalah selera budaya
popnya karena mirip denganku, hahaha. Itu terlihat dari berbagai referensi
budaya pop yang dia sebutkan di cerita.
Berikutnya, aku ingin mengapresiasi Roshani
Chokshi yang telah berhasil mengarang cerita epik ini. Dia telah dengan
kreatifnya merangkai kata demi kata hingga menjadi buku yang mengadaptasi
legenda Mahabharata menjadi cerita fantasi kontemporer yang mudah digemari
anak-anak dan remaja. Melalui buku ini, Roshani Chokshi telah memperkenalkan
legenda tersebut ke generasi sekarang. Apalagi, kisah Mahabharata juga banyak
diceritakan melalui perwayangan Jawa, maka buku ini dapat menjadi pemantik
minat generasi muda terhadap kisah wayang Mahabharata. Bahkan, aku sendiri yang
tidak tahu tentang legenda Mahabharata jadi penasaran dan ingin tahu lebih
banyak tentang mitologi Hindu.
Namun, yang lebih aku suka adalah Roshani Chokshi
juga menambahkan imajinasinya sendiri ke dalam cerita Aru Shah and the End of Time. Jadi, selain unsur mitologi Hindu,
ada beberapa elemen fantasi dalam buku ini yang merupakan buah imajinasi
Roshani Chokshi sendiri. Elemen fantasi karangan Roshani Chokshi tersebut pun
cukup dominan, seperti Jagat Lain dan Kerajaan Kematian, yang menjadi latar
tempat utama buku ini.
Tidak hanya itu, aku salut dengan imajinasi
Roshani Chokshi yang membuat reinkarnasi para Pandawa menjadi bergender
perempuan. Ketika semua buku Rick Riordan memiliki tokoh utama laki-laki,
Roshani Chokshi menggunakan tokoh utama perempuan—sebuah penyegaran. Buku ini
menunjukkan bahwa perempuan, bahkan di usia semuda Aru dan Mini, dapat
melakukan hal-hal hebat, dapat menjadi pahlawan. Banyak kualitas baik yang
ditunjukkan karakter Aru dan Mini, yang dapat menginspirasi anak-anak dan para
remaja perempuan.
Selanjutnya, Roshani Chokshi juga berhasil
merangkai alur cerita Aru Shah and the
End of Time dengan rapih. Alur dimulai dengan tahap orientasi yang
sederhana tapi menarik dengan memperkenalkan karakter Aru dan Mini serta
menunjukkan bebasnya si Penidur. Kemudian, (spoiler
alert) diikuti dengan perkenalan Dewan Penjaga, lalu dimulainya pencarian. Ketegangan
dalam cerita selalu dijaga agar terus naik, tetapi juga diselingi dengan
adegan-adegan lucu agar tidak bosan. Itu menjadikan buku ini page-turning.
Kelemahan
Yang membuatku kurang suka dengan buku ini ialah
bagian di Kerajaan Kematian, khususnya di Jembatan Lupa. Ada terlalu banyak
tempat yang dijelajahi Aru dan Mini selama di Kerajaan Kematian, dan itu
membuat ceritanya tampak tak berarah. Bahkan, setiap tempat yang mereka
kunjungi di Kerajaan Kematian ada tantangannya tersendiri yang menjadikan alur
agak berputar-putar. Aku lebih suka ketika (spoiler
alert) Aru dan Mini masih mengumpulkan kunci menuju Kerajaan Kematian.
Salah satu bagian yang menggangguku di bagian
Kerajaan Kematian adalah ketika bertemu dengan Shukra, si Penjaga Jembatan
Lupa. (Spoiler alert) pada bagian
itu, Aru dikutuk oleh Shukra. Nah, aku melihat fungsi bagian cerita di Jembatan
Lupa tersebut hanyalah sebatas itu. Nantinya, ketika Aru melawan si Penidur,
ada satu kesalahan Aru yang fatal, lalu Mini menganggapnya sebagai akibat dari
kutukan Shukra. Padahal, momen ketika Aru membuat kesalahan tersebut akan terasa
lebih bagus seandainya tidak diinterpretasikan sebagai kesialan akibat kutukan.
Tanpa diinterpretasikan sebagai kutukan pun pembaca masih dapat memaklumi
kesalahan Aru.
 |
Subala "Boo", salah satu Dewan Penjaga |
Setelah itu, aku kurang merasakan ikatan antara
Aru dan Mini dengan Boo. Perannya adalah sebagai pendamping Aru dan Mini dalam
misi mereka. Aru dan Mini seharusnya
tampak dekat dengan Boo, tetapi aku tidak merasakan kedekatan itu. (Spoiler alert) ketika Boo ditawan oleh
si Penidur, Aru dan Mini mengkhawatirkannya sekali, tetapi emosinya tidak
terasa olehku. Itu mungkin karena dalam tantangan-tantangan Aru dan Mini
sebelumnya, Boo tidak banyak membantu mereka, tetapi justru Boo lebih banyak
mengomeli mereka. Maka dari itu, kedekatan Aru dan Mini dengan Boo tidak terasa
seperti kedekatan Percy Jackson dan Annabeth Chase dengan Chiron.
Selanjutnya, aku kurang suka dengan bagian akhir
setelah (spoiler alert) ibunya Aru
pulih. Dia berutang banyak penjelasan kepada Aru, tetapi tidak ada momen
tersebut. Padahal, aku sudah mewanti-wanti Aru dan ibunya bisa mengobrol
mengenai masa lalu ibunya Aru. Menurutku, akan lebih baik jika ibunya Aru
meminta maaf dan menjelaskan semuanya kepada Aru. Itu dapat menjadi gambaran
umum arah cerita serial Pandawa ke depannya, sekaligus dapat menjadi momen
emosional di antara mereka berdua.
Kemudian, walaupun aku bilang bahwa buku ini
dapat memantik minat pembaca akan mitologi Hindu dan legenda Mahabharata,
Roshani Chokshi tidak terlalu banyak menjelaskan itu dalam ceritanya. Dia hanya
memberikan informasi singkat, lalu penjelasan lebih lanjutnya ada di glosarium
yang terletak di akhir buku, tapi itu pun juga seadanya. Bagi pembaca yang
tidak banyak tahu tentang mitologi Hindu dan legenda Mahabharata, itu akan
menyulitkan mereka untuk mengerti konteks cerita ini. Maka dari itu, Roshani
Chokshi mungkin dapat meniru cara Rick Riordan yang menyelingi cerita dengan
kisah singkat dari mitologi Yunani/Romawi/Mesir/Nordik untuk memberikan
pemahaman konteks kepada pembaca.
Terakhir, aku merasa Roshani Chokshi tidak perlu
untuk menutup cerita dengan memberikan pengantar cerita sekuelnya. Itu tidak
perlu dan akan lebih baik disimpan untuk buku berikutnya saja. Seperti yang kubilang,
penutup yang lebih baik seharusnya adalah ketika Aru dan ibunya dapat mengobrol
panjang tentang masa lalu ibunya Aru.
Kesimpulan
Aru
Shah and the End of Time merupakan cerita epik
yang sangat recommended. Gaya
bahasanya sederhana dengan alur cerita yang rapih. Sejak awal, ketegangan
cerita terus naik sampai membuat pembaca kesulitan berhenti untuk membalik
halaman. Melalui buku ini, Roshani Chokshi tidak hanya memperkenalkan pembaca
ke dunia mitologi Hindu, tetapi juga ke dunia imajinasinya sendiri. Walaupun
ada beberapa bagian cerita yang terasa tidak berarah, hal itu masih dapat
tertutupi berkat penokohan dan perkembangan karakter yang dikemas dengan baik. Namun,
Roshani Chokshi tidak banyak menyajikan penjelasan tentang versi asli kisah
mitologi Hindu agar memudahkan pembaca mengerti konteksnya. Maka dari itu, aku
memberi skor 8,6/10 untuk buku ini. Kalian yang suka dengan kisah Mahabharata
harus membaca buku ini ya!
Selanjutnya (Aru Shah and the Song of Death)
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Sebuah buku yang sangat menarik, menyenangkan, dan mendebarkan, biasanya berupa
novel (sumber: The
Free Dictionary).
Komentar
Posting Komentar