Once Upon A Broken Heart: Sebuah Dongeng Seru Tentang Dua Orang Yang Patah Hati

Identitas Buku Judul : Once Upon a Broken Heart Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Reni Indardini Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2022 Cetakan : I Tebal : 407 halaman Harga : Rp124.000 ISBN : 9786232423503 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1] (2017) yang lalu menjadi buku best-selling serta mendapat kritik positif. Setelah itu, S...

Serial TV Terfavorit 2021 (part 3)

 Serial TV Terfavorit 2021

***

Daftar Isi

***

Hospital Playlist
Season 1-2

(2020—2021)

Judul

:

Hospital Playlist

Sutradara

:

Shin Won Ho

Penulis

:

Lee Woo Jung

Produser eksekutif

:

Park Seung Jae

Produser

:

Choi Sung Yoon

Musim/Episode

:

2 musim/24 episode

Pemeran

:

Jo Jung Suk, Yoo Yeon Seok, Jung Kyung Ho, Kim Dae Myung, Jeon Mi Do

Genre

:

Drama medis, potongan kehidupan, romantis, komedi

 

Hospital Playlist (disingkat Hosplay) adalah drama Korea yang disutradarai oleh Shin Won Ho. Hosplay memiliki judul alternatif, yaitu “Wise Doctor Life.” Drama ini merupakan seri kedua dari serial Wise Life, menyusul “Prison Playbook” (2017—2018). Kedua musim drakor ini selalu mendapat respons positif dari banyak penggemarnya dan selalu dinanti-nanti episode terbarunya. Kalian bisa menonton Hosplay di Netflix.

Hosplay adalah serial bergenre slice of life ‘potongan kehidupan’ yang mengambil latar di sebuah rumah sakit, yaitu RS Yulje. Di sana, ada lima orang dokter: Lee Ik Jun (Jo Jung Suk), Ahn Jeong Won (Yoo Yeon Seok), Kim Jun Wan (Jung Kyung Ho), Yang Seok Hyeong (Kim Dae Myung), dan Chae Song Hwa (Jeon Mi Do); yang bersahabat karib, walau spesialisasi profesi dan kepribadian mereka berbeda. Sebetulnya, mereka sudah bersahabat sejak tahun pertama kuliah dan waktu itu, mereka membentuk sebuah band sebagai hobi.

Di masa sekarang, sekitar dua puluh tahun sejak mereka berteman, walaupun sudah memiliki banyak kesibukan dan tidak muda lagi, mereka sepakat untuk menyisihkan waktu untuk latihan band seperti saat kuliah dulu. Di dalam serial ini, kalian akan melihat kehidupan mereka berlima, mulai dari kehidupan pribadi, persahabatan, cinta, keluarga, perjalanan karir, serta susah senangnya profesi mereka sebagai dokter dengan diselingi band performance yang menyenangkan.

Hosplay merupakan serial bergenre drama medis, yang merupakan salah satu genre kesukaanku, maka dari genre saja, dia sudah ‘ku suka. Aku suka serial drama medis karena ceritanya menggambarkan profesi dokter dan pekerja medis lainnya yang di pandanganku sangat keren. Adegan-adegan ketika ada pasien masuk instalasi gawat darurat (IGD) dan pasien yang sedang dioperasi membuatku berdebar. Itu semua aku temukan di Hosplay. Bahkan, Hosplay membuatku lebih kagum lagi terhadap profesi dokter dan tenaga medis daripada sebelumnya. Ada satu dialog yang aku ingat, kurang lebih bunyinya seperti ini: “Satu-satunya yang bisa dikatakan dokter dengan pasti adalah ‘Kami akan melakukan yang terbaik.’”

Namun, berbeda dengan kebanyakan drakor bergenre drama medis lain yang pernah aku tonton, Hosplay menggambarkan suasana rumah sakit senatural mungkin. Karena genrenya juga slice of life, alur ceritanya tampak tidak memiliki arah, mengalir saja seperti kehidupan sehari-hari, tetapi itulah daya tariknya. Hosplay memperlihatkan berbagai kejadian di rumah sakit, yakni interaksi antara dokter yang profesor, dokter residen, dokter magang, tenaga kesehatan, pasien, dan keluarga mereka. Bahkan, dibandingkan adegan-adegan medis yang technical[1], adegan-adegan interaksi-interaksi tersebut jauh lebih menarik untuk ditonton.

Di samping itu, drama ini agak unik karena hanya terdiri atas 12 episode tiap musimnya—biasanya drakor itu terdiri atas 16 episode per musim. Namun, durasi per episodenya terbilang lebih lama dari biasanya, yaitu sekitar 80 menit. Maka, kalau ditonton secara maraton, kalian mungkin akan kelelahan. Apalagi di tiga episode pertama, kalian mungkin akan bilang serial ini membosankan. Namun, percaya deh, keseruan cerita akan terus naik setelahnya dan menonton satu episode selama 80 menit itu tidak akan terasa. Bahkan, serial ini sangat impactful bagi masyarakat Korea loh saking bagusnya. Buktinya adalah Hosplay telah membuat donor organ di Korea naik.

Daya tarik lainnya dari Hosplay tentu saja kisah cinta para dokter tersebut. Kalau biasanya kita melihat laki-laki berjuang untuk perempuan yang dia cintai, di Hosplay justru sebaliknya, perempuanlah yang berjuang. Dokter Jang Gyeo Ul (Shin Hyun Been) dan Chu Min Ha (Ahn Eun Jin) mematahkan stereotip[2] bahwa perempuan itu kodratnya menunggu. (Spoiler alert) mereka berdua tidak diam saja menunggu pujaan hati mereka, tetapi mereka berjuang dan menyatakan perasaan mereka duluan.

Oh iya, di Hosplay, yang menarik ditonton tidak hanya cerita kelima tokoh utamanya, tetapi juga cerita para tokoh pendukungnya. Selain Gyeo Ul dan Min Ha tadi, banyak tokoh pendukung yang turut mewarnai cerita. Mereka semua memang bukan tokoh utama, tapi kehadiran mereka sangat berpengaruh terhadap cerita dan kerap menjadi scene-stealer.

Selain itu, karena cerita Hosplay ada unsur band-nya, soundtrack-nya pun menjadi daya tarik tersendiri. Di setiap episode, ada satu lagu soundtrack yang akan dibawakan dengan band performance. Menurut aku pribadi, soundtrack musim keduanya lebih enak daripada yang musim pertamanya, seperti lagu I Like You oleh Jang Beom June, Is It Still Beautiful” oleh SEVENTEEN, dan Superstar oleh Mido and Falasol. Oh iya, omong-omong, aku ingin mengapresiasi Jeon Mi Do yang berperan sebagai Chae Seong Hwa karena hebat banget menjelek-jelekkan suara sendiri (hahaha :D).

Bagiku, Hosplay adalah drakor yang memperlihatkan bahwa rumah sakit juga adalah rumah, tempat orang-orang berkumpul, berinteraksi, mengerti satu sama lain, dan berbagi suka duka, tawa tangis. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.

***

True Beauty

(2020—2021)

Judul

:

True Beauty

Sutradara

:

Kim Sang Hyeop

Penulis

:

Lee Si Eun

Produser eksekutif

:

Kim Young Gyu, Jang Jung Do, Song Jin Seon

Produser

:

Kwon Mi Kyung, Moon Seok Hwan, Oh Kwang Hee

Musim/Episode

:

1 musim/16 episode

Pemeran

:

Moon Ga Young, Cha Eun Woo, Hwang In Yeop, Park Yoo Na

Genre

:

Komedi romantis, coming of age, shoujo

 

True Beauty (disingkat TB) adalah sebuah drama Korea yang diadaptasi dari webtoon yang berujudul sama oleh Yaongyi (tapi kalau di Indonesia judul webtoon-nya adalah “The Secret of an Angel”). Drakor ini memiliki judul alternatif, yakni “The Advent of a Goddess.” TB bisa dibilang unik sebab ceritanya mirip dengan manga/anime shoujo.  Kalian bisa menonton TB di Viu.

TB menceritakan kisah tentang seorang remaja perempuan bernama Lim Ju Kyung (Moon Ga Young) yang selalu dirundung oleh teman-teman sekolahnya lantaran wajahnya jelek. Dia merasa hidup tidak adil karena orang-orang hanya bersikap baik terhadap orang-orang tampan dan cantik, tidak ke orang jelek seperti dia. Hal tersebut mematikan kepercayaan dirinya.

Kemudian, karena suatu hal, keluarga Ju Kyung terpaksa pindah ke rumah lama mereka dan Ju Kyung pun harus pindah sekolah. Ju Kyung melihatnya sebagai kesempatan baru untuk memulai dari awal. Dia lalu belajar menggunakan riasan atau make up untuk menyulap wajahnya agar tampak cantik bagai bidadari.

Usahanya tersebut membuahkan hasil. Kehidupannya di sekolah yang baru berbeda seratus delapan puluh derajat dengan yang dulu. Kini semua orang ingin menjadi temannya dan mengaguminya. Akan tetapi, karena kecerobohannya, salah seorang murid di sekolah barunya, yaitu Lee Su Ho (Cha Eun Woo), melihat wajah asli Ju Kyung yang tanpa riasan. Apakah rahasia Ju Kyung akan tetap aman dan dia tetap bisa bersekolah dengan tenang?

Pertama-tama, aku mau bilang bahwa TB ini sangat cocok untuk para penggemar manga/anime shoujo. Ide ceritanya berfokus pada hubungan romantis antara kedua tokoh utamanya serta tokoh-tokoh lain dan banyak menekankan pada emosi para tokoh. Namun, karena TB juga bergenre komedi, ceritanya tidak melulu emosional dan dramatis. Sering kali ceritanya lawak sehingga cocok untuk melepas stres.

Bukan hanya itu, ide cerita TB juga mengangkat isu standar kecantikan (beauty standard). Drakor ini menunjukkan bahwa standar kecantikan industrialis yang saat ini dielu-elukan orang-orang berefek toksik. Orang bisa menindas orang lain hanya karena dia tidak cantik sesuai standar tersebut, yang sebetulnya dibentuk oleh korporasi. Drakor ini pun memperlihatkan bahwa perilaku body shaming bisa juga dilakukan oleh anggota keluarga kita sendiri, walaupun dilakukan tanpa sadar atau unintentional. Namun yang paling penting, TB menunjukkan bahwa standar kecantikan industrialis dan body shaming dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang, seperti merusak kepercayaan dirinya atau bahkan mendorongnya untuk bunuh diri, sehingga sesungguhnya itu bukanlah persoalan yang remeh.

Di samping itu, hal menarik yang aku temukan di serial ini adalah bahwa setiap orang memiliki topengnya sendiri untuk menutupi masalah dan kegalauannya. Misalnya, Ju Kyung menggunakan riasan wajah sebagai topengnya untuk menutupi insecurity-nya dan Su Ho bersikap dingin dan cuek sebagai topengnya untuk menutupi sisi rapuhnya. Ada pula tokoh-tokoh lainnya dengan topeng mereka sendiri. Jadi, sebetulnya semua orang memiliki masalahnya masing-masing, meskipun tidak tampak dan semua orang memiliki topengnya masing-masing untuk menutupinya.

Untuk yang membaca webtoon-nya, kalian mungkin akan menemukan beberapa perbedaan pada serial ini, seperti karakternya Kang Su Jin (Park Yoo Na). Kalau di webtoon, Su Jin adalah karakter bermuka dua yang pura-pura berteman dengan Ju Kyung. Namun di versi serialnya, (spoiler alert) Su Jin tidak seperti itu dan benar tulus berteman dengan Ju Kyung. Kemudian, (spoiler alert) cerita di serialnya terkesan lebih memihak Su Ho dan tidak begitu berpihak pada Han Seo Jun (Hwang In Yeop). Akibatnya, cinta segitiga dalam ceritanya kurang terasa karena sejak awal kita tahu bahwa Ju Kyung untuk Su Ho dan Su Ho untuk Ju Kyung. Padahal, salah satu fitur utama cerita versi webtoon-nya adalah cinta segitiga antara Ju Kyung, Su Ho, dan Seo Jun.

Perbedaan lain antara versi webtoon dan versi serial adalah tentang masa lalu Su Ho dan Seo Jun. (Spoiler alert) dulunya, Su Ho dan Seo Jun bertaman baik ditambah dengan satu orang lagi, yakni Jeong Se Yeon (Kang Chan Hee). Namun karena suatu hal, persahabatan mereka berakhir dan Seo Jun jadi membenci Su Ho. Kalau di webtoon, hal tersebut diceritakan dengan rinci, sedangkan di serialnya sekilas saja. Kita jadi tidak bisa merasakan perbedaan keadaan hubungan Su Ho dan Seo Jun, kita tidak bisa mengerti seberapa dekat mereka dulu.

Detail lain yang aku suka adalah latar tempat rental komiknya. (Spoiler alert) tempat tersebut adalah tempat bertemunya Ju Kyung dan Su Ho pertama kali sehingga mereka berdua jadi berteman. Kalau di webtoon, latar tempat tersebut hanya ada di awal ketika Ju Kyung dan Su Ho baru berkenalan. Sementara kalau di serial, latar tersebut terus muncul sehingga karakter Ju Kyung dan Su Ho yang sama-sama hobi baca komik menjadi terlihat lebih konsisten.

Selain itu, aku suka beberapa lagu soundtrack-nya, tetapi yang paling aku suka adalah It Starts Today” oleh Hwang In Yeop dan Starlightoleh CHA NI (SF9). Kalian bisa menonton trailer-nya di sini

***

Loki
Season 1

(2021—on going)

Judul

:

Loki

Pencipta

:

Michael Waldron

Produser eksekutif

:

Kevin Feige, Louis D’Esposito, Victoria Alonso, Stephen Broussard, To Hiddleston, Kate Herron, Michael Waldron

Musim/Episode

:

1 musim/6 episode (on going)

Pemeran

:

Tom Hiddleston, Sophia di Martino, Owen Wilson, Gugu Mbatha-Raw, Wunmi Mosaku

Genre

:

Petualangan, superhero, fantasi, fiksi ilmiah, procedural drama, crime

               

Loki adalah serial orisinil Marvel Cinematic Universe (MCU) ketiga yang terhubung langsung dengan plot utama film-filmnya, menyusul “WandaVision” (2021) dan “Falcon and the Winter Soldier” (2021). Kalian bisa menonton Loki di Disney+ Hotstar.

Ketika para Avengers melakukan perjalanan waktu untuk mengumpulkan infinity stones yang ada di masa lalu, mereka pergi ke tahun 2012 dan mengacaukan penangkapan Loki (tonton: “Avengers: Endgame”). Versi alternatif Loki (Tom Hiddleston) tersebut kabur dengan menggunakan Tesseract. Namun, rupanya pelarian dirinya tidak berujung mulus karena dia ditemukan oleh petugas dari Time Variant Authority (TVA).

TVA merupakan organisasi birokrat yang ada di luar waktu dan ruang yang bertugas memantau dan mengendalikan jalannya Sacred Timeline. Setiap waktu, suatu pilihan kecil dapat menciptakan percabangan pada timeline sehingga menghasilkan multiverse ‘multisemesta.’ Keberadaan multisemesta berisiko menimbulkan perang antarsemesta sehingga TVA menjaga agar tidak muncul percabangan pada timeline. Timeline yang dijaga tersebut dinamakan Sacred Timeline. TVA memastikan Sacred Timeline berjalan sebagaimana yang diinginkan para Time Keepers dengan memusnahkan para variant yang merupakan penyimpangan dari apa yang “seharusnya” terjadi untuk mencegah cabang dalam timeline.

Loki yang kabur dari para Avengers di tahun 2012 adalah seorang variant, sebab dia seharusnya ditangkap oleh para Avengers sebagaimana sekuens yang diinginkan para Time Keepers. Ketika hampir dimusnahkan oleh TVA, seorang agen TVA yang bernama Mobius (Owen Wilson) memberi pilihan bagi Loki: dimusnahkan atau membantunya menangkap seorang variant lain. Karena tidak ingin mati, Loki pun memilih membantu Mobius, tetapi pilihannya tersebut membawanya bertualang melintasi waktu dan mengancam kestabilan Sacred Timeline.

Serial ini dari segi ide cerita sangat fresh dan berbeda sekali dari cerita-cerita MCU yang sudah ada. Loki membahas konsep waktu pada tingkat yang berbeda dengan sentuhan genre fantasi dan petualangan. Di dalam ceritanya masih ada sedikit vibes film-film Thor dengan segala unsur mitologinya, tetapi ada juga unsur sci-fi tentang waktu dan suasana khas drama polisi. Semua itu dikemas dengan baik dan menyenangkan. Uniknya lagi adalah serial ini menjadi pintu ke cerita-cerita MCU yang baru yang melibatkan konsep multisemesta.

Akan tetapi, karena konsep ceritanya yang cukup kompleks dengan segala teori fisika tentang waktu, ada banyak istilah di dalamnya yang mungkin sulit dimengerti. Istilah-istilah tersebut memang dijelaskan di dalam cerita, tetapi itu sekilas saja. Walaupun bagi beberapa orang itu tampak tidak terlalu penting, detail-detail seperti itu sebenarnya substansi yang membangun dunia serial Loki. Sayangnya, karena serial ini hanya terdiri atas enam episode dengan durasi yang singkat per episodenya, istilah-istilah tersebut tidak dapat dijelaskan dengan lebih rinci agar mudah dimengerti penonton.

Di samping itu, aku suka sekali serial ini karena memberikan panggung bagi Loki untuk menceritakan dirinya, sebagaimana Wanda, Sam (alias Falcon), dan Bucky (alias Winter Soldier) di serial-serial sebelumnya. Selama ini Loki hanya muncul di film-filmnya Thor dan Avengers, tetapi kali ini Loki memiliki ceritanya sendiri untuk diceritakan. Serial ini memperdalam karakter Loki, bahkan sejak episode pertama. Turns out, Loki bukan sekadar antagonis dan adiknya Thor yang jahil, dia lebih kompleks daripada itu.

Sayangnya, walaupun storyline serial ini padat dan ringkas, di akhir masih tersisa banyak tanda tanya. Akhir menggantung seperti itu tampaknya sudah menjadi kebiasaannya MCU belakangan ini, padahal itu membuat cerita tampak tidak selesai. Kita masih perlu menunggu musim keduanya yang belum ada jadwal tayangnya.

Biarpun demikian, Loki akan membawa kita ke cerita MCU yang sama sekali baru dan mind-blowing. Bagi kalian yang menggemari MCU, tentu harus menonton ini. Oh iya, Loki ini merupakan salah satu pengantar film “Doctor Strange in the Multiverse of Madness” yang akan tayang tahun 2022. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.

***

Lie After Lie
(2020)

Judul

:

Lie After Lie

Sutradara

:

Kim Jung Kwon

Penulis

:

Kim Ji Eun

Produser

:

Kim Dong Rae

Musim/Episode

:

1 musim/16 episode

Pemeran

:

Lee Yoo Ri, Yeon Jung Hoon, Lee Il Hwa, Go Na Hee

Genre

:

Drama, misteri, romantic suspense

 

Lie After Lie (disingkat LAL) adalah drama Korea yang ditayangkan di saluran Channel A. Serial ini merupakan serial dengan rating pemirsa tertinggi sepanjang sejarah Channel A. Kemudian, pada akhir masa penayangannya, LAL berhasil masuk dalam 50 drama Korea dengan rating tertinggi di TV kabel. Bahkan, LAL adalah satu-satunya drakor dari Channel A yang masuk daftar tersebut. Kalian bisa menonton LAL di Viu.

LAL mengisahkan seorang wanita bernama Ji Eun Soo (Lee Yoo Ri) yang dipenjara karena telah membunuh suaminya. Namun, Eun Soo menyangkalnya sekalipun semua bukti mengarah padanya. Ibu mertuanya, Kim Ho Ran (Lee Il Hwa) alias Direktur Kim, yang adalah CEO dari DO Cosmetics, jadi sangat membenci Eun Soo dan melakukan segala cara agar Eun Soo menderita di penjara. Dia tidak ragu-ragu bahkan jika harus berbuat licik.

Eun Soo saat itu sedang hamil dan terpaksa melahirkan di penjara. Karena keadaan lingkungan di penjara yang kurang sehat untuk bayi, Eun Soo terpaksa menyerahkan anaknya kepada Direktur Kim. Namun, kebencian Direktur Kim kepada Eun Soo sangat besar hingga dia tega membuang anaknya Eun Soo, cucunya sendiri.

Sepuluh tahun kemudian, Eun Soo bebas dari penjara. Dia sangat terkejut begitu mendapati bahwa Direktur Kim telah membuang anaknya. Eun Soo lalu mencari-cari di mana anaknya dan rupanya dia diadopsi oleh seorang duda bernama Kang Ji Min (Yeon Jeong Hoon). Eun Soo ingin dekat dengan anaknya, tetapi tidak berani mengungkapkan identitasnya yang mantan narapidana. Eun Soo pun mendekati Ji Min dengan berbohong tentang identitasnya. Itu semua dia lakukan demi bisa berada di dekat anaknya dan melindunginya dari Direktur Kim. Namun, bisakah kebohongannya bertahan?

Drakor satu ini sejujurnya memiliki cerita yang mirip sinetron Indonesia—bahkan, bisa dibilang ceritanya mirip sinetron “Ikatan Cinta.” Namun, ceritanya dikemas rapih, tidak bertele-tele, dan mendebarkan. Kalau LAL adalah sinetron Indonesia, pasti pelaku pembunuhannya sudah terungkap duluan dan ceritanya hanya tentang bagaimana protagonis menangkap pelaku. Namun, LAL tidak begitu, dia membiarkan itu menjadi misteri sehingga penonton tetap bertanya-tanya mengenai kebenarannya. Bahkan, sepanjang cerita petunjuknya sedikit sekali sehingga penonton juga tidak bisa menebak.

Apabila dibandingkan dengan sinetron Indonesia, alurnya LAL itu sangat lebih rapih. Karakter tiap tokoh tidak hanya langsung dimunculkan begitu saja, tetapi dijelaskan mengapa mereka bisa seperti itu—mengapa Eun Soo begini, mengapa Ji Min begitu. Pendalaman karakternya ditampilkan dengan sederhana, tetapi efektif. Itu juga berhasil menggambarkan karakter kedua tokoh utama yang kompleks.

Kemudian, suasana romantis antara Eun Soo dan Ji Min tetap terasa. Walaupun mereka sudah bapak-bapak dan ibu-ibu, mereka tetaplah pasangan yang menggemaskan. Chemistry mereka sangat terlihat dan akting mereka pun menguatkannya. Mereka berhasil membawakan suasana romantis dalam cerita, tetapi tidak menghilangkan suasana suspenseful-nya. Aku tetap berdebar-debar khawatir seandainya Ji Min tahu siapa Eun Soo yang sebenarnya.

Hal menarik lainnya dari serial ini adalah antagonisnya, yakni Direktur Kim. Dia merupakan sosok antagonis perempuan yang sangat mengerikan. Hanya karena kebenciannya kepada Eun Soo, dia mampu memanipulasi keadaan agar memojokkan Eun Soo. (Spoiler alert) dia menyogok sipir dan penjaga penjara serta tenaga kesehatan di rumah sakit, semua itu agar Eun Soo mendekam di penjara. Dia begitu manipulatif dan punya kuasa yang besar, mengingatkanku pada Cersei Lannister dari “Game of Thrones.”

Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.

***

Racket Boys

(2021)

Judul

:

Racket Boys

Sutradara

:

Jo Young Kwang, Ahn Jong Yeon

Penulis

:

Jung Bo Hun

Produser eksekutif

:

Park Young Soo, Lee Joo Hoo

Produser

:

Kim Hae Yeol, Park Sang Hyeon, Jeong Sang Yang

Musim/Episode

:

1 musim/16 episode

Pemeran

:

Tang Joon Sang, Kim Sang Kyung, Oh Na Ra, Son Sang Yeon, Chou Hyun Wook, Kim Kang Hoon, Lee Jae In, Lee Ji Won, Kim Min Gi

Genre

:

Drama olahraga, potongan kehidupan

 

Racket Boys (disingkat RB) adalah sebuah drama Korea yang disutradarai Jo Young Kwang dan Ahn Jong Yeon. Drakor ini memiliki genre sport drama dan slice of life. Di Indonesia, drakor ini sempat heboh karena menuai kontroversi. Kalian bisa menonton RB di Netflix.

RB menceritakan kisah sekumpulan anak-anak SMP atlet bulu tangkis. Cerita dimulai ketika Yoon Hae Kang (Tang Joon Sang), yang seorang atlet bisbol, terpaksa pindah sekolah karena orang tuanya tidak sanggup membiayai hidup di Seoul. Dia dan keluarganya lalu pindah ke sebuah desa kecil. Di sana, ayahnya Hae Kang, Yoon Hyeon Jong (Kim Sang Kyung), bekerja sebagai pelatih tim bulu tangkis di SMP setempat.

Namun, tim bulu tangkis sekolah tersebut terancam bubar karena anggota mereka terlalu sedikit. Anggotanya hanya tiga orang, yaitu Bang Yoon Dam (Son Sang Yeon), Na Woo Chan (Choi Hyun Wook), dan Lee Young Tae (Kim Kang Hoon). Ayahnya Hae Kang alias Pelatih Yoon harus mencari cara agar tim bulu tangkis tersebut bertahan supaya dia tetap punya pekerjaan. Selain itu, akan sangat disayangkan kalau tim tersebut bubar karena SMP tersebut punya sejarah bulu tangkis yang melegenda.

Untuk itu, Pelatih Yoon meminta agar Hae Kang mau ikut menjadi anggota tim bulu tangkis, tetapi dia tidak tertarik. Namun, setelah kalah bertanding dengan Yoon Dam, Hae Kang dengan enggan ikut bergabung. Harapan bagi tim bulu tangkis mereka telah muncul, tetapi apakah mereka bisa membawa kejayaan olahraga bulu tangkis SMP mereka kembali seperti dulu?

RB termasuk drakor ringan yang menghangatkan hati. Kebersamaan para tokohnya sangat menyenangkan. Interaksi mereka dengan warga desa juga menarik. Keseruan mereka akan terasa relatable bagi penonton di masa pandemi, saat orang-orang tidak bisa berkumpul dengan teman-teman mereka. Dengan menonton mereka, aku jadi rindu berkumpul bersama teman-temanku, walau hanya sekadar untuk mengobrol santai bersama. 

Kemudian, dari drakor ini, aku jadi tahu bahwa ternyata olahraga bulu tangkis tidak begitu diminati di Korea Selatan. Kontras dengan di Indonesia, bulu tangkis tidak ditonton banyak orang dan terkesan kurang menarik, meskipun atlet-atlet bulu tangkis Korea Selatan termasuk hebat di pertandingan-pertandingan dunia. Drakor ini merupakan sebuah upaya untuk mempromosikan olahraga bulu tangkis tersebut kepada para pemirsa. Apalagi, masa penyiarannya berbarengan dengan Olimpiade Tokyo 2021.

Dalam drakor ini juga tersisip berbagai kritik terhadap dunia atlet bulu tangkis. Drakor ini mengkritik budaya senioritas, praktik kekerasan, dan praktik pemerasan terhadap orang tua dalam dunia atlet. Mereka menyisipkan pesan-pesan tersebut dengan mulus sehingga tidak terkesan menggurui. Sesekali pesan moral tersebut ditujukan langsung kepada para penonton dengan si tokoh langsung bicara ke kamera—konsep breaking the 4th wall. Itu terkesan unik dan cukup membekas karena seakan-akan pesan itu langsung ditujukan kepada kita.

Namun, pada beberapa bagian, alur drakor ini kurang rapih. Drakor ini tidak hanya menceritakan anak-anak tim bulu tangkis, tetapi juga tokoh-tokoh pendukung lainnya. Yang aku sayangkan adalah subplot cerita yang membahas tokoh-tokoh pendukung tersebut kadang terlalu panjang sehingga cerita jadi bertele-tele. Alur RB juga beberapa kali memunculkan suatu konflik secara tiba-tiba. Terkadang masalah dimunculkan secara mendadak, padahal sebelumnya keadaan baik-baik saja—terasa tidak smooth.

Biarpun begitu, ada beberapa adegan yang begitu membekas sepanjang cerita RB. Misalnya, (spoiler alert) waktu Jeong In Sol (Kim Min Gi) menangis di mobil karena dia tetap ingin bertanding bersama teman-temannya, akting Kim Min Gi keren sekali karena aku bisa melihat kesedihannya di situ. Kemudian, waktu Lee Han Sol (Lee Ji Won) harus bertanding menggantikan Han Se Yoon (Lee Jae In) di final, momen itu begitu mendebarkan dan mengharukan.

Oh iya, soundtrack drakor ini juga enak didengar, cocok sekali dengan suasana dramanya. Judulnya adalah Will Beoleh THE BOYZ. Jadi, walaupun RB sempat menuai kontroversi di Indonesia, cerita RB tetaplah berkesan dan cocok ditonton untuk menghilangkan stres. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.

***

Lucifer
Season 6

(2021)

Judul

:

Lucifer

Pengembang

:

Tom Kapinos

Produser eksekutif

:

Tom Kapinos, Ildy Modrovich, Len Wiseman, Jonathan Littman, Jerry Bruckheimer, Joe Henderson, Tom Ellis

Produser

:

Alex Katsnelson, Michael Azzolino, Erik Holmberg, Karen Gaviola

Musim/Episode

:

6 musim/93 episode (musim keenam: 10 episode)

Pemeran

:

Tom Ellis, Lauren German, Kevin Alejandro, D. B. Woodside, Lesley-Ann Brandt, Rachael Harris, Aimee Garcia, Inbar Lavi, Brianna Hildbrand

Genre

:

Misteri, occult detective fiction, urban fantasy, police procedural, drama komedi

 

Lucifer merupakan serial TV yang berkisah tentang seorang pria bernama Lucifer Morningstar. Tokoh tersebut diadaptasi dari tokoh Lucifer di DC Comics yang diciptakan oleh Neil Gaiman, Sam Kieth, dan Mike Dringenberg. Lucifer tayang di Fox untuk tiga musim pertamanya, lalu tiga musim berikutnya tayang di Netflix. Musim keenam sekaligus musim terakhirnya baru saja tayang pada September 2021. Di sini, aku mau fokus membahas season 6-nya (S6) yang aku tonton tahun ini. Kalian dapat menonton Lucifer di Netflix.

Serial TV Lucifer secara keseluruhan bercerita tentang Lucifer Morningstar (Tom Ellis), Sang Iblis dalam kisah-kisah Alkitab, yang meninggalkan neraka untuk tinggal di Los Angeles. Di sana, dia memulai bisnis klub malam bernama Lux. Lucifer menjadi sosok yang terkenal dan bergaul dengan banyak manusia, tetapi suatu hari salah seorang teman manusianya tewas dibunuh. Lucifer lalu menyelidiki pembunuhan tersebut dan bertemu dengan seorang detektif bernama Chloe Decker (Laura German). Keduanya kemudian menjadi partner dan bekerja sama untuk menumpas kasus-kasus pembunuhan di Los Angeles.

Kalau kalian belum pernah menonton Lucifer, sebaiknya kalian berhenti baca di sini karena sisanya penuh spoiler. Kalian bisa menonton trailer musim pertamanya di sini. Baiklah, mari aku lanjutkan.

Di musim keenamnya, Lucifer sedang mempersiapkan dirinya untuk mengambil posisi Tuhan setelah menang melawan saudaranya, Michael. Akan tetapi, Lucifer terus-menerus menundanya karena merasa belum siap. Namun, kekosongan posisi Tuhan tanpa dia sadari mulai memicu kekacauan di dunia. Selain itu, muncul seorang perempuan misterius bernama Rory (Brianna Hildbrand) yang mengincar nyawa Lucifer. Mampukah Lucifer selamat dan menyelamatkan dunia?

Sejujurnya, musim keenam ini dibuka dengan biasa saja, tidak buruk tapi tidak istimewa. Beberapa episode pertamanya terasa seperti episode-episode Lucifer biasanya—ada kasus pembunuhan, lalu Lucifer dan Chloe menyelidikinya, lalu Lucifer membuat semua hal menjadi tentang dirinya.

Namun, setelah kemunculan Rory, ceritanya jadi lebih menarik dan lebih terarah. Problem utama musim ini jadi lebih jelas. Problem tersebut juga terkesan berbeda daripada musim-musim sebelumnya sehingga rasa penasaranku terpantik.

Selain Rory, ada tokoh baru lain yang muncul di musim ini, yaitu Carol (Scott Porter). Peran dia sebetulnya menarik sebagai (spoiler alert) pasangannya Ella (Aimee Garcia), tapi sayangnya screentime dia sedikit. Dia muncul di beberapa episode pertama, lalu hilang, lalu muncul lagi di penghujung cerita. Padahal, aku ingin melihat lebih banyak adegan dia dan Ella.

Kemudian, vibes terapi yang menjadi ciri khas serial ini tetap ada, meskipun scene konsultasi Lucifer dengan Dokter Linda (Rachael Harris) tidak sebanyak biasanya. Walaupun begitu, ada insight yang bagus sekali di musim ini. Di salah satu episode, (spoiler alert) Lucifer dan Chloe menyelidiki masa lalu seorang penjahat dan mendapati bahwa orang itu mempunyai pengalaman pahit di masa lalunya. Itu memperlihatkan bahwa seorang yang jahat sebetulnya tidak jahat sejak lahir, tidak sepenuhnya hitam, tapi abu-abu. Selain itu, Lucifer juga bilang bahwa kejahatan orang tersebut tidak bisa dimaafkan, tetapi alasan di balik itu dapat dimengerti. Artinya, kalau seseorang bersalah, dia tetap harus bertanggung jawab sekalipun alasan dia melakukan kesalahan itu dapat dipahami.

Terakhir, sebagai sebuah musim penutup, Lucifer S6 ini menurutku memiliki alur cerita yang berkesan dan cocok sekali sebagai akhir cerita yang panjang. Ada beberapa bagian yang membuat penonton mengingat kembali awal kisah Lucifer dan Chloe—membuat semua terasa nostalgic. Kemudian, perkembangan karakter setiap tokoh pun dibuat terlihat sekali perbedaannya dengan musim pertama. Mereka sudah jadi pribadi yang lebih baik setelah melewati banyak hal. Namun, yang paling menyenangkan adalah mengetahui bahwa tokoh-tokoh di serial ini pada akhirnya bisa menemukan kebahagiaan masing-masing. Aku turut bahagia untuk mereka semua <3.

Jika kalian sudah mengikuti serial ini, kalian sebaiknya menonton sampai musim keenamnya karena akan sangat worth it (biarpun musim ketiganya membosankan). Kalian bisa menonton trailer musim keenamnya di sini.

***

Signal

(2016)

Judul

:

Signal

Sutradara

:

Kim Won Seok

Pencipta

:

Choi Jin Hee, Park Ji Young

Produser eksekutif

:

Lee Chan Ho, Lee Sang Baek

Produser

:

Lee Jae Moon, Park Eun Kyung

Musim/Episode

:

1 musim/16 episode

Pemeran

:

Lee Je Hoon, Kim Hye Soo, Cho Jin Woong

Genre

:

Police procedural, crime, drama, thriller, low fantasy

 

Signal adalah drama Korea bergenre fantasi dan police procedural yang diadaptasi dari film “Frequency” (2000) asal Amerika Serikat karya Toby Emmerich. Selain itu, drakor ini juga mengambil inspirasi dari beberapa kasus kejahatan sungguhan di Korea Selatan, termasuk kasus pembunuhan berantai Hwaseong. Drakor ini sudah diadaptasi di negara Jepang dalam beberapa versi. Kalian dapat menonton Signal di Netflix, Vidio.com, dan iQIYI.

Signal menceritakan aksi dua orang polisi yang terpisah zaman dalam mengungkap berbagai kasus besar di Korea Selatan. Di tahun 2015, ada seorang detektif bernama Park Hae Young alias Letnan Park (Lee Je Hoon). Dia menemukan sebuah walkie talkie rusak yang secara ajaib terhubung ke masa lalu. Di ujung lain transmisi walkie talkie tersebut, ada polisi bernama Lee Jae Han alias Detektif Lee (Cho Jin Woong) yang hidup di tahun 1990-an. Dengan menggunakan walkie talkie ajaib tersebut, keduanya bekerja sama untuk memecahkan kasus-kasus dingin di Korea Selatan.

Agak berbeda dengan drakor-drakor lain yang bergenre serupa, Signal mengangkat tema kasus dingin (cold case). Kasus dingin adalah kasus kriminal yang investigasinya belum terselesaikan yang masih menunggu munculnya bukti-bukti baru. Kasus dingin tersebut umumnya masih dalam penyelidikan polisi walau sudah bertahun-tahun. Bagi institusi kepolisian, kasus dingin adalah aib karena itu menunjukkan kegagalan polisi dalam menginvestigasi kasus. Drakor Signal ingin mengkritik cara berpikir tersebut.

Drakor ini menunjukkan bahwa kasus dingin tetaplah sebuah kasus yang perlu diselesaikan bagaimanapun juga. Hanya karena ada kasus baru, bukan berarti kasus lama bias dibiarkan tak terselesaikan puluhan tahun atau sampai statute of limitation-nya habis. Drakor ini mengajak kita melihat bagaimana sedihnya keluarga dari korban yang menunggu keadilan. Drakor ini mengkritik agar polisi lebih berempati terhadap korban dan keluarga korban ketimbang memikirkan reputasi dan karir mereka karena itu tanggung jawab mereka.

Di samping itu, drakor ini sangat dipenuhi ketegangan dalam memecahkan kasus-kasus dingin tersebut. Aksi Letnan Park dan Detektif Lee selalu suspenseful. Apalagi dengan melihat Letanan Park bekerja, kita jadi melihat bagaimana seorang profiler bekerja, which is so interesting. Selain itu, di drakor ini, kita jadi dapat melihat bagaimana kecanggihan teknologi telah membantu penyelesaian penyelidikan kasus kejahatan. Itu karena ada beberapa kasus yang hanya mungkin diselesaikan oleh Letnan Park sebab teknologi di zaman Detektif Lee belum mumpuni.

Oh iya, waktu menonton Signal, kalian harus siap-siap merasa marah terhadap para pelakunya. Mereka benar-benar pure evil. Banyak dari mereka yang sangat egois dan bisa-bisanya hidup bahagia bertahun-tahun, sedangkan keluarga korban menderita menunggu keadilan yang tidak jelas. Pasti kalian akan geregetan ingin sekali mereka ditangkap dan dihukum seberat-beratnya.

Selain itu, selama menonton serial ini, aku sangat suka dengan chemistry Letnan Park dan Detektif Lee. They are the heroes who save the day! Di separuh pertama, spotlight lebih banyak diambil Letnan Park; sementara di separuh terakhir, spotlight lebih banyak diambil Detektif Lee. Akan tetapi, kerja sama mereka sepanjang serial tetap memiliki porsi yang imbang. Yang paling aku suka adalah waktu mereka sedang menyelesaikan kasus pemerkosaan berkelompok terhadap seorang siswi SMA di Inju. Aku suka dialog mereka berdua yang kurang lebih begini:

“Aku ingin kamu bahagia, Detektif,” kata Letnan Park.

“Aku ingin kamu bahagia juga. Aku ingin melihatmu bersama keluargamu,” kata Detektif Lee.

Dialog tersebut sangat menyesakkan dan mengharukan. Padahal ini cerita crime, tetapi mengapa bisa semenyentuh itu?

Namun, aku rasa ending serial ini kurang bagus. Ending ceritanya seperti tidak “menutup.” Ending-nya terkesan membingungkan dan memunculkan lebih banyak tanda tanya baru. Rasanya seperti masih bisa ada kelanjutannya. Rumornya memang akan ada musim keduanya, tetapi itu belum jelas. Jadi, kita sebaiknya menunggu dengan sabar. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.

***

Violet Evergarden

(2018)

Judul

:

Violet Evergarden

Sutradara

:

Taichi Ishidate, Haruka Fujita

Penulis

:

Reiko Yoshida

Produser

:

Shinichirou Hatta, Shinichi Nakamura, Kazusa Umeda, Shigeru Saitou

Musim/Episode

:

1 musim/13 episode + 1 episode OVA

Pengisi suara

:

Yui Ishikawa, Daisuke Namikawa, Takehito Koyasu

Genre

:

Drama, fantasi, coming of age, josei

 

Violet Evergarden (disingkat VE) merupakan serial anime yang diadaptasi dari novel ringan (light novel) berjudul sama karya Kana Akatsuki. Novel ringan tersebut terdiri atas empat volume dan terbit dalam periode 25 Desember 2015 s.d. 28 Maret 2020. Baik versi novel ringan maupun versi animenya, Violet Evergarden telah memperoleh banyak penghargaan. Kalian dapat menonton VE di Netflix.

VE mengambil latar di sebuah dunia fantasi yang menyurapi Eropa zaman dulu. Di dunia tersebut, perang besar baru saja berakhir. Violet Evergarden (Yui Ishikawa), seorang gadis 14 tahun, pulang dari rumah sakit setelah terluka parah waktu perang. Dia kehilangan kedua tangannya sehingga harus diganti dengan tangan prostetik.

Violet adalah yatim piatu, sejak kecil dia dibesarkan untuk menjadi senjata. Dia tidak mengerti emosi dan hanya mengikuti perintah—persis seperti alat. Violet ada di bawah perintah Mayor Gilbert Bougainvillea (Daisuke Namikawa), satu-satunya orang yang sungguhan peduli terhadapnya dan tidak melihatnya sebagai senjata. Sewaktu pertempuran terakhir saat perang, mereka terpisah. Namun, sebelum terpisah, Mayor Gilbert sempat mengucapkan sesuatu kepada Violet. Dia ingin Violet tetap hidup, dan dia juga bilang “aku mencintai kamu” kepadanya. Akan tetapi, Violet yang tidak mengerti perasaan tidak paham maksud kalimat tersebut.

Setelah perang berakhir, Violet bekerja di sebuah kantor pos yang dipimpin oleh Claudia Hodgins (Takehito Koyasu), seorang mantan letnan kolonel semasa perang sekaligus sahabat dekat Mayor Gilbert. Di kantor pos tersebut, Violet memilih bekerja sebagai seorang Auto Memory Doll, profesi juru ketik yang menuliskan surat atau dokumen lainnya untuk orang-orang yang tidak bisa menulis dan mengetik. Violet yakin bahwa dengan menjadi seorang Auto Memory Doll dia nanti dapat mengerti arti “aku mencintai kamu” yang diucapkan Mayor Gilbert. Sementara itu, Violet tetap berharap agar dapat bertemu dengan Mayor Gilbert lagi.

Salah satu keunggulan yang harus diapresiasi dari anime VE adalah kualitas animasinya. Visual animasinya indah sekali. Aku sangat suka detail-detail pada kota, bangunan, orang-orang, dan pakaian yang dikenakan orang-orang di anime ini. Aku melihat bahwa semua orang di anime tampak tampan dan cantik.

Oke, sebelum aku membahas anime ini lebih lanjut, aku harus sedikit menjelaskan profesi Auto Memory Doll. Di dalam dunia VE, masih banyak orang yang tidak dapat menulis, apalagi mengetik. Untuk itulah ada juru ketik yang disebut Auto Memory Doll. Namun, pekerjaan mereka lebih daripada itu. Mereka membantu orang-orang untuk menuliskan surat. Masalahnya, menulis surat bukan perkara sederhana karena menuliskan apa yang kita rasakan dan pikirkan tidaklah mudah. Orang suka kesulitan mengutarakan kata-kata yang tepat. Itu juga tugas seorang Auto Memory Doll untuk bisa merangkai kalimat surat yang tepat sehingga maksud si pengirim dapat tersampaikan.

Maka dari itu, Violet ingin menjadi Auto Memory Doll agar dia dapat melatih dirinya untuk mengerti perasaan orang lain sehingga pada akhirnya dia dapat mengerti apa makna “aku mencintai kamu.” Dengan menjadi seorang Auto Memory Doll, Violet belajar bahwa emosi manusia sangat kompleks dan penuh kontradiksi, apa yang ada di mulut suka lain dengan apa yang ada di hati. Namun yang lebih penting, Violet belajar untuk mengerti apa yang dia rasakan. Dia belajar untuk memahami perasaan orang lain dan perasaannya sendiri. Oleh karena itu, anime ini adalah tentang belajar empati.

Perjalanan Violet untuk belajar empati tersebut dikemas menjadi anime dengan rangkaian sekuens yang keren banget. Hubungan antarmanusia yang diperlihatkan tidak hanya tetang hubungan antara pasangan, tetapi ada juga antara orang tua dengan anak, kakak dengan adik, antarteman, dan lainnya. Jadi, akan ada bermacam-macam hubungan emosional yang dieksplorasi oleh Violet. Siap-siap saja kalian terbawa perasaan saat menontonnya, bahkan bisa sampai menangis.

Akan tetapi, kalau kalian memperhatikan lebih saksama, anime ini juga tentang kebebasan. Selain tidak mengerti emosi, Violet juga tidak pernah membuat keputusannya sendiri. Dia sekadar mengikuti apa yang orang perintahkan kepadanya. Akan tetapi, perpisahannya dengan Mayor Gilbert dan perjalanannya sebagai Auto Memory Doll telah mengajarinya untuk dapat membuat pilihan atas kehendaknya sendiri. Dia belajar untuk mengerti apa yang dia mau dan untuk memutuskan pilihannya. Dengan kata lain, Violet belajar untuk menjadi manusia yang bebas.

Kemudian, klimaks anime ini ada di pertengahan cerita, yaitu waktu menceritakan tentang Violet dan Gilbert. Bagian tersebut sangat emosional dan bagus sekali menurutku. Walaupun agak janggal menaruh klimaks cerita di tengah, aku justru mengapresiasianya karena beberapa episode berikutnya ditujukan untuk memperlihatkan perubahan pada Violet yang sudah bisa berempati dan menentukan pilihan. Kita dapat melihat bahwa Violet sudah menjadi lebih manusiawi. Makanya, aku bilang alur anime sangat bagus.

Oh iya, di samping itu semua, aku suka dengan lagu tema pembuka anime ini, yakni Sincerelyoleh TRUE. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.


Sebelumnya

Selanjutnya

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 


[1] Yang aku maksud dengan adegan medis yang technical adalah adegan-adegan yang memperlihatkan aktivitas profesi dokter seperti memeriksa pasien, melakukan operasi, dan merawat pasien yang masuk IGD.

[2] Stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat (sumber: KBBI).

Komentar

  1. seneng banget deh bacanya, jadi dapat rekomendasi film baru nih, sering2 update kk, ditunggu tulisannya :)

    BalasHapus

Posting Komentar