Serial TV Terfavorit 2021
***
Daftar Isi
***
Hospital Playlist
Season 1-2
(2020—2021)
Judul
|
:
|
Hospital Playlist
|
Sutradara
|
:
|
Shin Won Ho
|
Penulis
|
:
|
Lee Woo Jung
|
Produser eksekutif
|
:
|
Park Seung Jae
|
Produser
|
:
|
Choi Sung Yoon
|
Musim/Episode
|
:
|
2 musim/24 episode
|
Pemeran
|
:
|
Jo Jung Suk, Yoo Yeon Seok, Jung Kyung Ho,
Kim Dae Myung, Jeon Mi Do
|
Genre
|
:
|
Drama medis, potongan kehidupan, romantis, komedi
|
Hospital
Playlist (disingkat Hosplay)
adalah drama Korea yang disutradarai oleh Shin Won Ho. Hosplay memiliki judul alternatif, yaitu “Wise Doctor Life.” Drama ini merupakan seri kedua dari serial Wise Life, menyusul “Prison Playbook” (2017—2018). Kedua musim drakor ini selalu
mendapat respons positif dari banyak penggemarnya dan selalu dinanti-nanti
episode terbarunya. Kalian bisa menonton Hosplay
di Netflix.
Hosplay adalah
serial bergenre slice of life ‘potongan
kehidupan’ yang mengambil latar di sebuah rumah sakit, yaitu RS Yulje. Di sana,
ada lima orang dokter: Lee Ik Jun (Jo Jung Suk), Ahn Jeong Won (Yoo Yeon Seok),
Kim Jun Wan (Jung Kyung Ho), Yang Seok Hyeong (Kim Dae Myung), dan Chae Song
Hwa (Jeon Mi Do); yang bersahabat karib, walau spesialisasi profesi dan
kepribadian mereka berbeda. Sebetulnya, mereka sudah bersahabat sejak tahun
pertama kuliah dan waktu itu, mereka membentuk sebuah band sebagai hobi.
Di masa sekarang, sekitar dua puluh tahun sejak mereka
berteman, walaupun sudah memiliki banyak kesibukan dan tidak muda lagi, mereka
sepakat untuk menyisihkan waktu untuk latihan band seperti saat kuliah dulu. Di dalam serial ini, kalian akan
melihat kehidupan mereka berlima, mulai dari kehidupan pribadi, persahabatan, cinta,
keluarga, perjalanan karir, serta susah senangnya profesi mereka sebagai dokter
dengan diselingi band performance yang
menyenangkan.
Hosplay
merupakan serial bergenre drama medis, yang merupakan salah satu genre
kesukaanku, maka dari genre saja, dia sudah ‘ku suka. Aku suka serial drama
medis karena ceritanya menggambarkan profesi dokter dan pekerja medis lainnya
yang di pandanganku sangat keren. Adegan-adegan ketika ada pasien masuk
instalasi gawat darurat (IGD) dan pasien yang sedang dioperasi membuatku
berdebar. Itu semua aku temukan di Hosplay.
Bahkan, Hosplay membuatku lebih kagum
lagi terhadap profesi dokter dan tenaga medis daripada sebelumnya. Ada satu
dialog yang aku ingat, kurang lebih bunyinya seperti ini: “Satu-satunya yang
bisa dikatakan dokter dengan pasti adalah ‘Kami akan melakukan yang terbaik.’”
Namun, berbeda dengan kebanyakan drakor bergenre drama medis
lain yang pernah aku tonton, Hosplay
menggambarkan suasana rumah sakit senatural mungkin. Karena genrenya juga slice of life, alur ceritanya tampak
tidak memiliki arah, mengalir saja seperti kehidupan sehari-hari, tetapi itulah
daya tariknya. Hosplay memperlihatkan
berbagai kejadian di rumah sakit, yakni interaksi antara dokter yang profesor, dokter
residen, dokter magang, tenaga kesehatan, pasien, dan keluarga mereka. Bahkan,
dibandingkan adegan-adegan medis yang technical,
adegan-adegan interaksi-interaksi tersebut jauh lebih menarik untuk ditonton.
Di samping itu, drama ini agak unik karena hanya terdiri atas
12 episode tiap musimnya—biasanya drakor itu terdiri atas 16 episode per musim.
Namun, durasi per episodenya terbilang lebih lama dari biasanya, yaitu sekitar
80 menit. Maka, kalau ditonton secara maraton, kalian mungkin akan kelelahan.
Apalagi di tiga episode pertama, kalian mungkin akan bilang serial ini
membosankan. Namun, percaya deh, keseruan cerita akan terus naik setelahnya dan
menonton satu episode selama 80 menit itu tidak akan terasa. Bahkan, serial ini
sangat impactful
bagi masyarakat Korea loh saking bagusnya. Buktinya adalah Hosplay telah membuat donor organ di Korea naik.
Daya tarik lainnya dari Hosplay
tentu saja kisah cinta para dokter tersebut. Kalau biasanya kita melihat
laki-laki berjuang untuk perempuan yang dia cintai, di Hosplay justru sebaliknya, perempuanlah yang berjuang. Dokter Jang
Gyeo Ul (Shin Hyun Been) dan Chu Min Ha (Ahn Eun Jin) mematahkan stereotip
bahwa perempuan itu kodratnya menunggu. (Spoiler
alert) mereka berdua tidak diam
saja menunggu pujaan hati mereka, tetapi mereka berjuang dan menyatakan
perasaan mereka duluan.
Oh iya, di Hosplay,
yang menarik ditonton tidak hanya cerita kelima tokoh utamanya, tetapi juga cerita
para tokoh pendukungnya. Selain Gyeo Ul dan Min Ha tadi, banyak tokoh pendukung yang turut mewarnai cerita. Mereka semua
memang bukan tokoh utama, tapi kehadiran mereka sangat berpengaruh terhadap
cerita dan kerap menjadi scene-stealer.
Selain itu, karena cerita Hosplay ada unsur band-nya, soundtrack-nya
pun menjadi daya tarik tersendiri. Di setiap episode, ada satu lagu soundtrack yang akan dibawakan dengan band performance. Menurut aku pribadi, soundtrack musim keduanya
lebih enak daripada yang musim pertamanya,
seperti lagu “I Like You”
oleh Jang Beom June, “Is It Still Beautiful” oleh SEVENTEEN, dan “Superstar”
oleh Mido and Falasol. Oh iya, omong-omong, aku ingin mengapresiasi Jeon Mi Do
yang berperan sebagai Chae Seong Hwa karena hebat banget menjelek-jelekkan
suara sendiri (hahaha :D).
Bagiku, Hosplay adalah drakor yang memperlihatkan bahwa rumah sakit juga
adalah rumah, tempat orang-orang berkumpul, berinteraksi, mengerti satu sama
lain, dan berbagi suka duka, tawa tangis. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.
***
True Beauty
(2020—2021)
Judul
|
:
|
True Beauty
|
Sutradara
|
:
|
Kim Sang Hyeop
|
Penulis
|
:
|
Lee Si Eun
|
Produser eksekutif
|
:
|
Kim Young Gyu, Jang Jung Do, Song Jin Seon
|
Produser
|
:
|
Kwon Mi Kyung, Moon Seok Hwan, Oh Kwang
Hee
|
Musim/Episode
|
:
|
1 musim/16 episode
|
Pemeran
|
:
|
Moon Ga Young, Cha Eun Woo, Hwang In Yeop,
Park Yoo Na
|
Genre
|
:
|
Komedi romantis, coming of age, shoujo
|
True
Beauty (disingkat TB) adalah sebuah drama Korea yang diadaptasi dari
webtoon yang berujudul sama oleh Yaongyi (tapi kalau di Indonesia judul
webtoon-nya adalah “The Secret of an
Angel”). Drakor ini memiliki
judul alternatif, yakni “The Advent of a
Goddess.” TB bisa dibilang unik sebab ceritanya mirip dengan manga/anime shoujo.
Kalian bisa menonton TB di Viu.
TB menceritakan kisah tentang seorang remaja perempuan
bernama Lim Ju Kyung (Moon Ga Young) yang selalu dirundung oleh teman-teman
sekolahnya lantaran wajahnya jelek. Dia merasa hidup tidak adil karena
orang-orang hanya bersikap baik terhadap orang-orang tampan dan cantik, tidak
ke orang jelek seperti dia. Hal tersebut mematikan kepercayaan dirinya.
Kemudian, karena suatu hal, keluarga Ju Kyung terpaksa pindah
ke rumah lama mereka dan Ju Kyung pun harus pindah sekolah. Ju Kyung melihatnya
sebagai kesempatan baru untuk memulai dari awal. Dia lalu belajar menggunakan
riasan atau make up untuk menyulap
wajahnya agar tampak cantik bagai bidadari.
Usahanya tersebut membuahkan hasil. Kehidupannya di sekolah
yang baru berbeda seratus delapan puluh derajat dengan yang dulu. Kini semua
orang ingin menjadi temannya dan mengaguminya. Akan tetapi, karena
kecerobohannya, salah seorang murid di sekolah barunya, yaitu Lee Su Ho (Cha
Eun Woo), melihat wajah asli Ju Kyung yang tanpa riasan. Apakah rahasia Ju
Kyung akan tetap aman dan dia tetap bisa bersekolah dengan tenang?
Pertama-tama, aku mau bilang bahwa TB ini sangat cocok untuk
para penggemar manga/anime shoujo. Ide
ceritanya berfokus pada hubungan romantis antara kedua tokoh utamanya serta
tokoh-tokoh lain dan banyak menekankan pada emosi para tokoh. Namun, karena TB
juga bergenre komedi, ceritanya tidak melulu emosional dan dramatis. Sering
kali ceritanya lawak sehingga cocok untuk melepas stres.
Bukan hanya itu, ide cerita TB juga mengangkat isu standar kecantikan
(beauty standard). Drakor ini
menunjukkan bahwa standar kecantikan industrialis yang saat ini dielu-elukan
orang-orang berefek toksik. Orang bisa menindas orang lain hanya karena dia
tidak cantik sesuai standar tersebut, yang sebetulnya dibentuk oleh korporasi. Drakor
ini pun memperlihatkan bahwa perilaku body shaming bisa juga
dilakukan oleh anggota keluarga kita sendiri, walaupun dilakukan tanpa sadar
atau unintentional. Namun yang paling
penting, TB menunjukkan bahwa standar kecantikan industrialis dan body shaming dapat memengaruhi kesehatan
mental seseorang, seperti merusak kepercayaan dirinya atau bahkan mendorongnya
untuk bunuh diri, sehingga sesungguhnya itu bukanlah persoalan yang remeh.
Di samping itu, hal menarik yang aku temukan di serial ini
adalah bahwa setiap orang memiliki topengnya sendiri untuk menutupi masalah dan
kegalauannya. Misalnya, Ju Kyung menggunakan riasan wajah sebagai topengnya
untuk menutupi insecurity-nya dan Su Ho bersikap dingin dan cuek
sebagai topengnya untuk menutupi sisi rapuhnya. Ada pula tokoh-tokoh lainnya dengan
topeng mereka sendiri. Jadi, sebetulnya semua orang memiliki masalahnya
masing-masing, meskipun tidak tampak dan
semua orang memiliki topengnya masing-masing untuk menutupinya.
Untuk yang membaca webtoon-nya, kalian mungkin akan menemukan
beberapa perbedaan pada serial ini, seperti karakternya Kang Su Jin (Park Yoo
Na). Kalau di webtoon, Su Jin adalah karakter bermuka dua yang pura-pura
berteman dengan Ju Kyung. Namun di versi serialnya, (spoiler alert) Su Jin tidak seperti itu dan benar tulus berteman
dengan Ju Kyung. Kemudian, (spoiler alert)
cerita di serialnya terkesan lebih memihak Su Ho dan tidak begitu berpihak pada
Han Seo Jun (Hwang In Yeop). Akibatnya, cinta segitiga dalam ceritanya kurang
terasa karena sejak awal kita tahu bahwa Ju Kyung untuk Su Ho dan Su Ho untuk
Ju Kyung. Padahal, salah satu fitur utama cerita versi webtoon-nya adalah cinta
segitiga antara Ju Kyung, Su Ho, dan Seo Jun.
Perbedaan lain antara versi webtoon dan versi serial adalah
tentang masa lalu Su Ho dan Seo Jun. (Spoiler
alert) dulunya, Su Ho dan Seo Jun bertaman baik ditambah dengan satu orang
lagi, yakni Jeong Se Yeon (Kang Chan Hee). Namun karena suatu hal, persahabatan
mereka berakhir dan Seo Jun jadi membenci Su Ho. Kalau di webtoon, hal tersebut
diceritakan dengan rinci, sedangkan di serialnya sekilas saja. Kita jadi tidak
bisa merasakan perbedaan keadaan hubungan Su Ho dan Seo Jun, kita tidak bisa
mengerti seberapa dekat mereka dulu.
Detail lain yang aku suka adalah latar tempat rental
komiknya. (Spoiler alert) tempat tersebut adalah tempat
bertemunya Ju Kyung dan Su Ho pertama kali sehingga mereka berdua jadi
berteman. Kalau di webtoon, latar tempat tersebut hanya ada di awal ketika Ju
Kyung dan Su Ho baru berkenalan. Sementara kalau di serial, latar tersebut
terus muncul sehingga karakter Ju Kyung dan Su Ho yang sama-sama hobi baca
komik menjadi terlihat lebih konsisten.
Selain itu, aku suka beberapa
lagu soundtrack-nya, tetapi yang
paling aku suka adalah “It Starts Today” oleh Hwang In Yeop dan “Starlight” oleh
CHA NI (SF9). Kalian bisa menonton trailer-nya
di sini.
***
Loki
Season 1
(2021—on
going)
Judul
|
:
|
Loki
|
Pencipta
|
:
|
Michael Waldron
|
Produser eksekutif
|
:
|
Kevin Feige, Louis D’Esposito, Victoria
Alonso, Stephen Broussard, To Hiddleston, Kate Herron, Michael Waldron
|
Musim/Episode
|
:
|
1 musim/6 episode (on going)
|
Pemeran
|
:
|
Tom Hiddleston, Sophia di Martino, Owen
Wilson, Gugu Mbatha-Raw, Wunmi Mosaku
|
Genre
|
:
|
Petualangan, superhero,
fantasi, fiksi ilmiah, procedural drama, crime
|
Loki adalah serial orisinil
Marvel Cinematic Universe (MCU) ketiga yang terhubung langsung dengan plot utama
film-filmnya, menyusul “WandaVision”
(2021) dan “Falcon and the Winter
Soldier” (2021). Kalian bisa menonton Loki
di Disney+ Hotstar.
Ketika para Avengers melakukan
perjalanan waktu untuk mengumpulkan infinity stones yang ada di
masa lalu, mereka pergi ke tahun 2012 dan mengacaukan penangkapan Loki (tonton:
“Avengers: Endgame”). Versi
alternatif Loki (Tom Hiddleston) tersebut kabur dengan menggunakan Tesseract.
Namun, rupanya pelarian dirinya tidak berujung mulus karena dia ditemukan oleh
petugas dari Time Variant Authority (TVA).
TVA merupakan organisasi birokrat
yang ada di luar waktu dan ruang yang bertugas memantau dan mengendalikan
jalannya Sacred Timeline. Setiap
waktu, suatu pilihan kecil dapat menciptakan percabangan pada timeline sehingga menghasilkan multiverse ‘multisemesta.’ Keberadaan
multisemesta berisiko menimbulkan perang antarsemesta sehingga TVA menjaga agar
tidak muncul percabangan pada timeline.
Timeline yang dijaga tersebut
dinamakan Sacred Timeline. TVA
memastikan Sacred Timeline berjalan
sebagaimana yang diinginkan para Time Keepers dengan memusnahkan para variant yang merupakan penyimpangan dari
apa yang “seharusnya” terjadi untuk mencegah cabang dalam timeline.
Loki yang kabur dari para
Avengers di tahun 2012 adalah seorang variant, sebab dia seharusnya ditangkap oleh para
Avengers sebagaimana sekuens yang diinginkan para Time Keepers. Ketika hampir
dimusnahkan oleh TVA, seorang agen TVA yang bernama Mobius (Owen Wilson)
memberi pilihan bagi Loki: dimusnahkan atau membantunya menangkap seorang variant lain. Karena tidak ingin mati,
Loki pun memilih membantu Mobius, tetapi pilihannya tersebut membawanya
bertualang melintasi waktu dan mengancam kestabilan Sacred Timeline.
Serial ini dari segi ide cerita
sangat fresh dan berbeda sekali dari
cerita-cerita MCU yang sudah ada. Loki membahas
konsep waktu pada tingkat yang berbeda dengan sentuhan genre fantasi dan
petualangan. Di dalam ceritanya masih ada sedikit vibes film-film Thor dengan segala unsur mitologinya, tetapi ada
juga unsur sci-fi tentang waktu dan
suasana khas drama polisi. Semua itu dikemas dengan baik dan menyenangkan. Uniknya
lagi adalah serial ini menjadi pintu ke cerita-cerita MCU yang baru yang
melibatkan konsep multisemesta.
Akan tetapi, karena konsep
ceritanya yang cukup kompleks dengan segala teori fisika tentang waktu, ada
banyak istilah di dalamnya yang mungkin sulit dimengerti. Istilah-istilah
tersebut memang dijelaskan di dalam cerita, tetapi itu sekilas saja. Walaupun bagi
beberapa orang itu tampak tidak terlalu penting, detail-detail seperti itu
sebenarnya substansi yang membangun dunia serial Loki. Sayangnya, karena serial ini hanya terdiri atas enam episode
dengan durasi yang singkat per episodenya, istilah-istilah tersebut tidak dapat
dijelaskan dengan lebih rinci agar mudah dimengerti penonton.
Di samping itu, aku suka sekali
serial ini karena memberikan panggung bagi Loki untuk menceritakan dirinya,
sebagaimana Wanda, Sam (alias Falcon), dan Bucky (alias Winter Soldier) di
serial-serial sebelumnya. Selama ini Loki hanya muncul di film-filmnya Thor dan
Avengers, tetapi kali ini Loki memiliki ceritanya sendiri untuk diceritakan.
Serial ini memperdalam karakter Loki, bahkan sejak episode pertama. Turns out, Loki bukan sekadar antagonis
dan adiknya Thor yang jahil, dia lebih kompleks daripada itu.
Sayangnya, walaupun storyline serial ini padat dan ringkas,
di akhir masih tersisa banyak tanda tanya. Akhir menggantung seperti itu
tampaknya sudah menjadi kebiasaannya MCU belakangan ini, padahal itu membuat
cerita tampak tidak selesai. Kita masih perlu menunggu musim keduanya yang
belum ada jadwal tayangnya.
Biarpun
demikian, Loki akan membawa kita ke
cerita MCU yang sama sekali baru dan mind-blowing.
Bagi kalian yang menggemari MCU, tentu harus menonton ini. Oh iya, Loki ini merupakan salah satu pengantar
film “Doctor Strange in the Multiverse of
Madness” yang akan tayang tahun 2022. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.
***
Lie After Lie
(2020)
Judul
|
:
|
Lie After Lie
|
Sutradara
|
:
|
Kim Jung Kwon
|
Penulis
|
:
|
Kim Ji Eun
|
Produser
|
:
|
Kim Dong Rae
|
Musim/Episode
|
:
|
1 musim/16 episode
|
Pemeran
|
:
|
Lee Yoo Ri, Yeon Jung Hoon, Lee Il Hwa, Go
Na Hee
|
Genre
|
:
|
Drama, misteri, romantic suspense
|
Lie
After Lie (disingkat LAL) adalah drama Korea yang ditayangkan di
saluran Channel A. Serial ini merupakan serial dengan rating pemirsa tertinggi sepanjang sejarah Channel A. Kemudian,
pada akhir masa penayangannya, LAL berhasil masuk dalam 50 drama Korea dengan rating tertinggi di TV kabel. Bahkan,
LAL adalah satu-satunya drakor dari Channel A yang masuk daftar tersebut. Kalian
bisa menonton LAL di Viu.
LAL mengisahkan seorang wanita bernama Ji Eun Soo (Lee Yoo
Ri) yang dipenjara karena telah membunuh suaminya. Namun, Eun Soo menyangkalnya
sekalipun semua bukti mengarah padanya. Ibu mertuanya, Kim Ho Ran (Lee Il Hwa) alias
Direktur Kim, yang adalah CEO dari DO Cosmetics, jadi sangat membenci Eun Soo
dan melakukan segala cara agar Eun Soo menderita di penjara. Dia tidak
ragu-ragu bahkan jika harus berbuat licik.
Eun Soo saat itu sedang hamil dan terpaksa melahirkan di
penjara. Karena keadaan lingkungan di penjara yang kurang sehat untuk bayi, Eun
Soo terpaksa menyerahkan anaknya kepada Direktur Kim. Namun, kebencian Direktur
Kim kepada Eun Soo sangat besar hingga dia tega membuang anaknya Eun Soo,
cucunya sendiri.
Sepuluh tahun kemudian, Eun Soo bebas dari penjara. Dia
sangat terkejut begitu mendapati bahwa Direktur Kim telah membuang anaknya. Eun
Soo lalu mencari-cari di mana anaknya dan rupanya dia diadopsi oleh seorang
duda bernama Kang Ji Min (Yeon Jeong Hoon). Eun Soo ingin dekat dengan anaknya,
tetapi tidak berani mengungkapkan identitasnya yang mantan narapidana. Eun Soo
pun mendekati Ji Min dengan berbohong tentang identitasnya. Itu semua dia
lakukan demi bisa berada di dekat anaknya dan melindunginya dari Direktur Kim.
Namun, bisakah kebohongannya bertahan?
Drakor satu ini sejujurnya memiliki cerita yang mirip
sinetron Indonesia—bahkan, bisa dibilang ceritanya mirip sinetron “Ikatan Cinta.”
Namun, ceritanya dikemas rapih, tidak bertele-tele, dan mendebarkan. Kalau LAL
adalah sinetron Indonesia, pasti pelaku pembunuhannya sudah terungkap duluan
dan ceritanya hanya tentang bagaimana protagonis menangkap pelaku. Namun, LAL tidak
begitu, dia membiarkan itu menjadi misteri sehingga penonton tetap
bertanya-tanya mengenai kebenarannya. Bahkan, sepanjang cerita petunjuknya sedikit
sekali sehingga penonton juga tidak bisa menebak.
Apabila dibandingkan dengan sinetron Indonesia, alurnya LAL
itu sangat lebih rapih. Karakter tiap
tokoh tidak hanya langsung dimunculkan begitu saja, tetapi dijelaskan mengapa
mereka bisa seperti itu—mengapa Eun Soo begini, mengapa Ji Min begitu.
Pendalaman karakternya ditampilkan dengan sederhana, tetapi efektif. Itu juga
berhasil menggambarkan karakter kedua tokoh utama yang kompleks.
Kemudian, suasana romantis antara Eun Soo dan Ji Min tetap
terasa. Walaupun mereka sudah bapak-bapak dan ibu-ibu, mereka tetaplah pasangan
yang menggemaskan. Chemistry mereka
sangat terlihat dan akting mereka pun menguatkannya. Mereka berhasil membawakan
suasana romantis dalam cerita, tetapi tidak menghilangkan suasana suspenseful-nya. Aku tetap
berdebar-debar khawatir seandainya Ji Min tahu siapa Eun Soo yang sebenarnya.
Hal menarik lainnya dari serial
ini adalah antagonisnya, yakni Direktur Kim. Dia merupakan sosok antagonis
perempuan yang sangat mengerikan. Hanya karena kebenciannya kepada Eun Soo, dia
mampu memanipulasi keadaan agar memojokkan Eun Soo. (Spoiler alert) dia menyogok sipir dan penjaga penjara serta tenaga
kesehatan di rumah sakit, semua itu agar Eun Soo mendekam di penjara. Dia
begitu manipulatif dan punya kuasa yang besar, mengingatkanku pada Cersei
Lannister dari “Game of Thrones.”
Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.
***
Racket Boys
(2021)
Judul
|
:
|
Racket Boys
|
Sutradara
|
:
|
Jo Young Kwang, Ahn Jong Yeon
|
Penulis
|
:
|
Jung Bo Hun
|
Produser eksekutif
|
:
|
Park Young Soo, Lee Joo Hoo
|
Produser
|
:
|
Kim Hae Yeol, Park Sang Hyeon, Jeong Sang
Yang
|
Musim/Episode
|
:
|
1 musim/16 episode
|
Pemeran
|
:
|
Tang Joon Sang, Kim Sang Kyung, Oh Na Ra,
Son Sang Yeon, Chou Hyun Wook, Kim Kang Hoon, Lee Jae In, Lee Ji Won, Kim Min
Gi
|
Genre
|
:
|
Drama olahraga, potongan kehidupan
|
Racket
Boys (disingkat RB) adalah sebuah drama Korea yang disutradarai Jo
Young Kwang dan Ahn Jong Yeon. Drakor ini memiliki genre sport drama dan slice of life.
Di Indonesia, drakor ini sempat heboh karena menuai kontroversi.
Kalian bisa menonton RB di Netflix.
RB menceritakan kisah sekumpulan anak-anak SMP atlet bulu
tangkis. Cerita dimulai ketika Yoon Hae Kang (Tang Joon Sang), yang seorang
atlet bisbol, terpaksa pindah sekolah karena orang tuanya tidak sanggup
membiayai hidup di Seoul. Dia dan keluarganya lalu pindah ke sebuah desa kecil.
Di sana, ayahnya Hae Kang, Yoon Hyeon Jong (Kim Sang Kyung), bekerja sebagai
pelatih tim bulu tangkis di SMP setempat.
Namun, tim bulu tangkis sekolah tersebut terancam bubar
karena anggota mereka terlalu sedikit. Anggotanya hanya tiga orang, yaitu Bang
Yoon Dam (Son Sang Yeon), Na Woo Chan (Choi Hyun Wook), dan Lee Young Tae (Kim
Kang Hoon). Ayahnya Hae Kang alias Pelatih Yoon harus mencari cara agar tim
bulu tangkis tersebut bertahan supaya dia tetap punya pekerjaan. Selain itu,
akan sangat disayangkan kalau tim tersebut bubar karena SMP tersebut punya
sejarah bulu tangkis yang melegenda.
Untuk itu, Pelatih Yoon meminta agar Hae Kang mau ikut
menjadi anggota tim bulu tangkis, tetapi dia tidak tertarik. Namun, setelah
kalah bertanding dengan Yoon Dam, Hae Kang dengan enggan ikut bergabung.
Harapan bagi tim bulu tangkis mereka telah muncul, tetapi apakah mereka bisa
membawa kejayaan olahraga bulu tangkis SMP mereka kembali seperti dulu?
RB termasuk drakor ringan yang menghangatkan hati.
Kebersamaan para tokohnya sangat menyenangkan. Interaksi mereka dengan warga
desa juga menarik. Keseruan mereka akan terasa relatable bagi penonton di masa pandemi, saat orang-orang tidak
bisa berkumpul dengan teman-teman mereka. Dengan menonton mereka, aku jadi
rindu berkumpul bersama teman-temanku, walau hanya sekadar untuk mengobrol
santai bersama.
Kemudian, dari drakor ini, aku jadi tahu bahwa ternyata
olahraga bulu tangkis tidak begitu diminati di Korea Selatan. Kontras dengan di
Indonesia, bulu tangkis tidak ditonton banyak orang dan terkesan kurang
menarik, meskipun atlet-atlet bulu tangkis Korea Selatan termasuk hebat di
pertandingan-pertandingan dunia. Drakor ini merupakan sebuah upaya untuk
mempromosikan olahraga bulu tangkis tersebut kepada para pemirsa. Apalagi, masa
penyiarannya berbarengan dengan Olimpiade Tokyo 2021.
Dalam drakor ini juga tersisip berbagai kritik terhadap dunia
atlet bulu tangkis. Drakor ini mengkritik budaya senioritas, praktik kekerasan,
dan praktik pemerasan terhadap orang tua dalam dunia atlet. Mereka menyisipkan
pesan-pesan tersebut dengan mulus sehingga tidak terkesan menggurui. Sesekali
pesan moral tersebut ditujukan langsung kepada para penonton dengan si tokoh
langsung bicara ke kamera—konsep breaking
the 4th wall. Itu terkesan unik dan cukup membekas
karena seakan-akan pesan itu langsung ditujukan kepada kita.
Namun, pada beberapa bagian, alur drakor ini kurang rapih.
Drakor ini tidak hanya menceritakan anak-anak tim bulu tangkis, tetapi juga
tokoh-tokoh pendukung lainnya. Yang aku sayangkan adalah subplot cerita yang
membahas tokoh-tokoh pendukung tersebut kadang terlalu panjang sehingga cerita
jadi bertele-tele. Alur RB juga beberapa kali memunculkan suatu konflik secara
tiba-tiba. Terkadang masalah dimunculkan secara mendadak, padahal sebelumnya
keadaan baik-baik saja—terasa tidak smooth.
Biarpun begitu, ada beberapa adegan yang begitu membekas
sepanjang cerita RB. Misalnya, (spoiler
alert) waktu Jeong In Sol (Kim
Min Gi) menangis di mobil karena dia tetap ingin bertanding bersama
teman-temannya, akting Kim Min Gi keren sekali karena aku bisa melihat
kesedihannya di situ. Kemudian, waktu Lee Han Sol (Lee Ji Won) harus bertanding
menggantikan Han Se Yoon (Lee Jae In) di final, momen itu begitu mendebarkan
dan mengharukan.
Oh iya, soundtrack drakor ini juga enak didengar, cocok sekali dengan
suasana dramanya. Judulnya adalah “Will Be” oleh THE BOYZ. Jadi, walaupun RB sempat menuai kontroversi
di Indonesia, cerita RB tetaplah berkesan dan cocok ditonton untuk
menghilangkan stres. Kalian bisa menonton trailer-nya
di sini.
***
Lucifer
Season 6
(2021)
Judul
|
:
|
Lucifer
|
Pengembang
|
:
|
Tom Kapinos
|
Produser eksekutif
|
:
|
Tom Kapinos, Ildy Modrovich, Len Wiseman, Jonathan Littman,
Jerry Bruckheimer, Joe Henderson, Tom Ellis
|
Produser
|
:
|
Alex Katsnelson, Michael Azzolino, Erik
Holmberg, Karen Gaviola
|
Musim/Episode
|
:
|
6 musim/93 episode (musim keenam: 10
episode)
|
Pemeran
|
:
|
Tom Ellis, Lauren German, Kevin Alejandro,
D. B. Woodside, Lesley-Ann Brandt, Rachael Harris, Aimee Garcia, Inbar Lavi,
Brianna Hildbrand
|
Genre
|
:
|
Misteri, occult detective fiction, urban fantasy, police procedural,
drama komedi
|
Lucifer merupakan serial TV yang
berkisah tentang seorang pria bernama Lucifer Morningstar. Tokoh tersebut
diadaptasi dari tokoh Lucifer di DC Comics yang diciptakan oleh Neil Gaiman,
Sam Kieth, dan Mike Dringenberg. Lucifer tayang
di Fox untuk tiga musim pertamanya, lalu tiga musim berikutnya tayang di
Netflix. Musim keenam sekaligus musim terakhirnya baru saja tayang pada
September 2021. Di sini, aku mau fokus membahas season 6-nya (S6) yang aku tonton tahun ini. Kalian dapat menonton Lucifer di Netflix.
Serial TV Lucifer secara keseluruhan bercerita tentang Lucifer Morningstar
(Tom Ellis), Sang Iblis dalam kisah-kisah Alkitab, yang meninggalkan neraka
untuk tinggal di Los Angeles. Di sana, dia memulai bisnis klub malam bernama
Lux. Lucifer menjadi sosok yang terkenal dan bergaul dengan banyak manusia,
tetapi suatu hari salah seorang teman manusianya tewas dibunuh. Lucifer lalu
menyelidiki pembunuhan tersebut dan bertemu dengan seorang detektif bernama
Chloe Decker (Laura German). Keduanya kemudian menjadi partner dan bekerja sama
untuk menumpas kasus-kasus pembunuhan di Los Angeles.
Kalau kalian belum pernah
menonton Lucifer, sebaiknya kalian
berhenti baca di sini karena sisanya penuh spoiler.
Kalian bisa menonton trailer musim
pertamanya di sini. Baiklah,
mari aku lanjutkan.
Di musim keenamnya, Lucifer sedang
mempersiapkan dirinya untuk mengambil posisi Tuhan setelah menang melawan
saudaranya, Michael. Akan tetapi, Lucifer terus-menerus menundanya karena
merasa belum siap. Namun, kekosongan posisi Tuhan tanpa dia sadari mulai memicu
kekacauan di dunia. Selain itu, muncul seorang perempuan misterius bernama Rory
(Brianna Hildbrand) yang mengincar nyawa Lucifer. Mampukah Lucifer selamat dan menyelamatkan
dunia?
Sejujurnya, musim keenam ini
dibuka dengan biasa saja, tidak buruk tapi tidak istimewa. Beberapa episode
pertamanya terasa seperti episode-episode Lucifer
biasanya—ada kasus pembunuhan, lalu Lucifer dan Chloe menyelidikinya, lalu
Lucifer membuat semua hal menjadi tentang dirinya.
Namun, setelah kemunculan Rory,
ceritanya jadi lebih menarik dan lebih terarah. Problem utama musim ini jadi lebih jelas. Problem tersebut juga terkesan berbeda daripada musim-musim
sebelumnya sehingga rasa penasaranku terpantik.
Selain Rory, ada tokoh baru lain
yang muncul di musim ini, yaitu Carol (Scott Porter). Peran dia sebetulnya
menarik sebagai (spoiler alert)
pasangannya Ella (Aimee Garcia), tapi sayangnya screentime dia sedikit. Dia muncul di beberapa episode pertama,
lalu hilang, lalu muncul lagi di penghujung cerita. Padahal, aku ingin melihat
lebih banyak adegan dia dan Ella.
Kemudian, vibes terapi yang menjadi ciri khas serial ini tetap ada, meskipun scene konsultasi Lucifer dengan Dokter
Linda (Rachael Harris) tidak sebanyak biasanya. Walaupun begitu, ada insight yang bagus sekali di musim ini. Di
salah satu episode, (spoiler alert) Lucifer dan Chloe menyelidiki masa lalu
seorang penjahat dan mendapati bahwa orang itu mempunyai pengalaman pahit di
masa lalunya. Itu memperlihatkan bahwa seorang yang jahat sebetulnya tidak
jahat sejak lahir, tidak sepenuhnya hitam, tapi abu-abu. Selain itu, Lucifer
juga bilang bahwa kejahatan orang tersebut tidak bisa dimaafkan, tetapi alasan
di balik itu dapat dimengerti. Artinya, kalau seseorang bersalah, dia tetap
harus bertanggung jawab sekalipun alasan dia melakukan kesalahan itu dapat
dipahami.
Terakhir, sebagai sebuah musim
penutup, Lucifer S6 ini menurutku
memiliki alur cerita yang berkesan dan cocok sekali sebagai akhir cerita yang
panjang. Ada beberapa bagian yang membuat penonton mengingat kembali awal kisah
Lucifer dan Chloe—membuat semua terasa nostalgic.
Kemudian, perkembangan karakter setiap tokoh pun dibuat terlihat sekali
perbedaannya dengan musim pertama. Mereka sudah jadi pribadi yang lebih baik
setelah melewati banyak hal. Namun, yang paling menyenangkan adalah mengetahui
bahwa tokoh-tokoh di serial ini pada akhirnya bisa menemukan kebahagiaan
masing-masing. Aku turut bahagia untuk mereka semua <3.
Jika
kalian sudah mengikuti serial ini, kalian sebaiknya menonton sampai musim
keenamnya karena akan sangat worth it
(biarpun musim ketiganya membosankan). Kalian bisa menonton trailer musim keenamnya di sini.
***
Signal
(2016)
Judul
|
:
|
Signal
|
Sutradara
|
:
|
Kim Won Seok
|
Pencipta
|
:
|
Choi Jin Hee, Park Ji Young
|
Produser eksekutif
|
:
|
Lee Chan Ho, Lee Sang Baek
|
Produser
|
:
|
Lee Jae Moon, Park Eun Kyung
|
Musim/Episode
|
:
|
1 musim/16 episode
|
Pemeran
|
:
|
Lee Je Hoon, Kim Hye Soo, Cho Jin Woong
|
Genre
|
:
|
Police
procedural, crime, drama, thriller,
low fantasy
|
Signal adalah drama Korea
bergenre fantasi dan police procedural yang
diadaptasi dari film “Frequency” (2000)
asal Amerika Serikat karya Toby Emmerich. Selain itu, drakor ini juga mengambil
inspirasi dari beberapa kasus kejahatan sungguhan di Korea Selatan, termasuk kasus
pembunuhan berantai Hwaseong. Drakor ini sudah diadaptasi di negara Jepang dalam
beberapa versi. Kalian dapat menonton Signal
di Netflix, Vidio.com, dan iQIYI.
Signal menceritakan aksi dua
orang polisi yang terpisah zaman dalam mengungkap berbagai kasus besar di Korea
Selatan. Di tahun 2015, ada seorang detektif bernama Park Hae Young alias
Letnan Park (Lee Je Hoon). Dia menemukan sebuah walkie talkie rusak yang secara ajaib terhubung ke masa lalu. Di
ujung lain transmisi walkie talkie tersebut,
ada polisi bernama Lee Jae Han alias Detektif Lee (Cho Jin Woong) yang hidup di
tahun 1990-an. Dengan menggunakan walkie
talkie ajaib tersebut, keduanya bekerja sama untuk memecahkan kasus-kasus
dingin di Korea Selatan.
Agak berbeda dengan
drakor-drakor lain yang bergenre serupa, Signal
mengangkat tema kasus dingin (cold
case). Kasus dingin adalah kasus kriminal yang investigasinya belum
terselesaikan yang masih menunggu munculnya bukti-bukti baru. Kasus dingin
tersebut umumnya masih dalam penyelidikan polisi walau sudah bertahun-tahun.
Bagi institusi kepolisian, kasus dingin adalah aib karena itu menunjukkan
kegagalan polisi dalam menginvestigasi kasus. Drakor Signal ingin mengkritik cara berpikir tersebut.
Drakor ini menunjukkan bahwa
kasus dingin tetaplah sebuah kasus yang perlu diselesaikan bagaimanapun juga.
Hanya karena ada kasus baru, bukan berarti kasus lama bias dibiarkan tak
terselesaikan puluhan tahun atau sampai statute of limitation-nya habis. Drakor ini mengajak kita melihat bagaimana
sedihnya keluarga dari korban yang menunggu keadilan. Drakor ini mengkritik
agar polisi lebih berempati terhadap korban dan keluarga korban ketimbang
memikirkan reputasi dan karir mereka karena itu tanggung jawab mereka.
Di samping itu, drakor ini
sangat dipenuhi ketegangan dalam memecahkan kasus-kasus dingin tersebut. Aksi
Letnan Park dan Detektif Lee selalu suspenseful.
Apalagi dengan melihat Letanan Park bekerja, kita jadi melihat bagaimana
seorang profiler bekerja, which is so interesting. Selain itu, di drakor ini, kita jadi dapat
melihat bagaimana kecanggihan teknologi telah membantu penyelesaian
penyelidikan kasus kejahatan. Itu karena ada beberapa kasus yang hanya mungkin diselesaikan
oleh Letnan Park sebab teknologi di zaman Detektif Lee belum mumpuni.
Oh iya, waktu menonton Signal, kalian harus siap-siap merasa
marah terhadap para pelakunya. Mereka benar-benar pure evil. Banyak dari mereka yang sangat egois dan bisa-bisanya
hidup bahagia bertahun-tahun, sedangkan keluarga korban menderita menunggu
keadilan yang tidak jelas. Pasti kalian akan geregetan ingin sekali mereka
ditangkap dan dihukum seberat-beratnya.
Selain itu, selama menonton serial ini, aku sangat suka
dengan chemistry Letnan Park dan
Detektif Lee. They are the heroes who
save the day! Di separuh pertama, spotlight
lebih banyak diambil Letnan Park; sementara di separuh terakhir, spotlight lebih banyak diambil Detektif
Lee. Akan tetapi, kerja sama mereka sepanjang serial tetap memiliki porsi yang
imbang. Yang paling aku suka adalah waktu mereka sedang menyelesaikan kasus
pemerkosaan berkelompok terhadap seorang siswi SMA di Inju. Aku suka dialog
mereka berdua yang kurang lebih begini:
“Aku
ingin kamu bahagia, Detektif,” kata Letnan Park.
“Aku
ingin kamu bahagia juga. Aku ingin melihatmu bersama keluargamu,” kata Detektif
Lee.
Dialog tersebut sangat menyesakkan
dan mengharukan. Padahal ini cerita crime,
tetapi mengapa bisa semenyentuh itu?
Namun,
aku rasa ending serial ini kurang
bagus. Ending ceritanya seperti tidak
“menutup.” Ending-nya terkesan
membingungkan dan memunculkan lebih banyak tanda tanya baru. Rasanya seperti
masih bisa ada kelanjutannya. Rumornya memang akan ada musim keduanya, tetapi
itu belum jelas. Jadi, kita sebaiknya menunggu dengan sabar. Kalian bisa
menonton trailer-nya di sini.
***
Violet Evergarden
(2018)
Judul
|
:
|
Violet Evergarden
|
Sutradara
|
:
|
Taichi Ishidate, Haruka Fujita
|
Penulis
|
:
|
Reiko Yoshida
|
Produser
|
:
|
Shinichirou Hatta, Shinichi Nakamura,
Kazusa Umeda, Shigeru Saitou
|
Musim/Episode
|
:
|
1 musim/13 episode + 1 episode OVA
|
Pengisi suara
|
:
|
Yui Ishikawa, Daisuke Namikawa, Takehito
Koyasu
|
Genre
|
:
|
Drama, fantasi, coming of age, josei
|
Violet Evergarden (disingkat
VE) merupakan serial anime yang diadaptasi dari novel ringan (light novel)
berjudul sama karya Kana Akatsuki. Novel ringan tersebut terdiri atas empat
volume dan terbit dalam periode 25 Desember 2015 s.d. 28 Maret 2020. Baik versi
novel ringan maupun versi animenya, Violet
Evergarden telah memperoleh banyak penghargaan. Kalian dapat menonton VE di
Netflix.
VE mengambil latar di sebuah
dunia fantasi yang menyurapi Eropa zaman dulu. Di dunia tersebut, perang besar
baru saja berakhir. Violet Evergarden (Yui Ishikawa), seorang gadis 14 tahun, pulang
dari rumah sakit setelah terluka parah waktu perang. Dia kehilangan kedua
tangannya sehingga harus diganti dengan tangan prostetik.
Violet adalah yatim piatu, sejak
kecil dia dibesarkan untuk menjadi senjata. Dia tidak mengerti emosi dan hanya
mengikuti perintah—persis seperti alat. Violet ada di bawah perintah Mayor
Gilbert Bougainvillea (Daisuke Namikawa), satu-satunya orang yang sungguhan
peduli terhadapnya dan tidak melihatnya sebagai senjata. Sewaktu pertempuran
terakhir saat perang, mereka terpisah. Namun, sebelum terpisah, Mayor Gilbert
sempat mengucapkan sesuatu kepada Violet. Dia ingin Violet tetap hidup, dan dia
juga bilang “aku mencintai kamu” kepadanya. Akan tetapi, Violet yang tidak
mengerti perasaan tidak paham maksud kalimat tersebut.
Setelah perang berakhir, Violet
bekerja di sebuah kantor pos yang dipimpin oleh Claudia Hodgins (Takehito
Koyasu), seorang mantan letnan kolonel semasa perang sekaligus sahabat dekat
Mayor Gilbert. Di kantor pos tersebut, Violet memilih bekerja sebagai seorang Auto Memory
Doll, profesi juru ketik yang menuliskan surat atau dokumen lainnya untuk
orang-orang yang tidak bisa menulis dan mengetik. Violet yakin bahwa dengan
menjadi seorang Auto Memory Doll dia nanti dapat mengerti arti “aku mencintai
kamu” yang diucapkan Mayor Gilbert. Sementara itu, Violet tetap berharap agar
dapat bertemu dengan Mayor Gilbert lagi.
Salah satu keunggulan yang harus
diapresiasi dari anime VE adalah kualitas animasinya. Visual animasinya indah
sekali. Aku sangat suka detail-detail pada kota, bangunan, orang-orang, dan
pakaian yang dikenakan orang-orang di anime ini. Aku melihat bahwa semua orang
di anime tampak tampan dan cantik.
Oke, sebelum aku membahas anime
ini lebih lanjut, aku harus sedikit menjelaskan profesi Auto Memory Doll. Di
dalam dunia VE, masih banyak orang yang tidak dapat menulis, apalagi mengetik.
Untuk itulah ada juru ketik yang disebut Auto Memory Doll. Namun, pekerjaan
mereka lebih daripada itu. Mereka membantu orang-orang untuk menuliskan surat.
Masalahnya, menulis surat bukan perkara sederhana karena menuliskan apa yang
kita rasakan dan pikirkan tidaklah mudah. Orang suka kesulitan mengutarakan
kata-kata yang tepat. Itu juga tugas seorang Auto Memory Doll untuk bisa merangkai
kalimat surat yang tepat sehingga maksud si pengirim dapat tersampaikan.
Maka dari itu, Violet ingin
menjadi Auto Memory Doll agar dia dapat melatih dirinya untuk mengerti perasaan
orang lain sehingga pada akhirnya dia dapat mengerti apa makna “aku mencintai
kamu.” Dengan menjadi seorang Auto Memory Doll, Violet belajar bahwa emosi
manusia sangat kompleks dan penuh kontradiksi, apa yang ada di mulut suka lain
dengan apa yang ada di hati. Namun yang lebih penting, Violet belajar untuk
mengerti apa yang dia rasakan. Dia
belajar untuk memahami perasaan orang lain dan
perasaannya sendiri. Oleh karena itu, anime ini adalah tentang belajar
empati.
Perjalanan Violet untuk belajar
empati tersebut dikemas menjadi anime dengan rangkaian sekuens yang keren
banget. Hubungan antarmanusia yang diperlihatkan tidak hanya tetang hubungan antara
pasangan, tetapi ada juga antara orang tua dengan anak, kakak dengan adik, antarteman,
dan lainnya. Jadi, akan ada bermacam-macam hubungan emosional yang dieksplorasi
oleh Violet. Siap-siap saja kalian terbawa perasaan saat menontonnya, bahkan
bisa sampai menangis.
Akan tetapi, kalau kalian
memperhatikan lebih saksama, anime ini juga tentang kebebasan. Selain tidak
mengerti emosi, Violet juga tidak pernah membuat keputusannya sendiri. Dia
sekadar mengikuti apa yang orang perintahkan kepadanya. Akan tetapi, perpisahannya
dengan Mayor Gilbert dan perjalanannya sebagai Auto Memory Doll telah
mengajarinya untuk dapat membuat pilihan atas kehendaknya sendiri. Dia belajar
untuk mengerti apa yang dia mau dan untuk memutuskan pilihannya. Dengan kata
lain, Violet belajar untuk menjadi manusia yang bebas.
Kemudian, klimaks anime ini ada
di pertengahan cerita, yaitu waktu menceritakan tentang Violet dan Gilbert. Bagian
tersebut sangat emosional dan bagus sekali menurutku. Walaupun agak janggal
menaruh klimaks cerita di tengah, aku justru mengapresiasianya karena beberapa
episode berikutnya ditujukan untuk memperlihatkan perubahan pada Violet yang
sudah bisa berempati dan menentukan pilihan. Kita dapat melihat bahwa Violet sudah
menjadi lebih manusiawi. Makanya, aku bilang alur anime sangat bagus.
Oh
iya, di samping itu semua, aku suka dengan lagu tema pembuka anime ini, yakni “Sincerely” oleh
TRUE. Kalian bisa menonton trailer-nya
di sini.
Sebelumnya
Selanjutnya
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
seneng banget deh bacanya, jadi dapat rekomendasi film baru nih, sering2 update kk, ditunggu tulisannya :)
BalasHapus