The Falcon and the Winter Soldier (disingkat TFATWS) adalah salah satu serial Marvel Cinematic
Universe (MCU) yang terhubung langsung dengan plot utama ceritanya di film,
menyusul serial “WandaVision.” Serial ini memiliki judul alternatif,
yaitu “Captain America and the Winter
Soldier.” Kalian dapat menontonnya di Disney+.
Enam
bulan setelah mewarisi Tameng Captain America dari Steve Rogers (tonton “Avengers: Endgame”), Sam Wilson
(Anthony Mackie) menyerahkan tameng tersebut ke pemerintah karena dia merasa
tidak pantas memilikinya. Sementara itu, James “Bucky” Barnes/Winter Soldier
(Sebastian Stan) sedang dalam masa pemulihan mental karena dia masih dihantui
masa lalunya sebagai senjata pembunuh keji HYDRA. Keduanya
kemudian terkejut sekali ketika mengetahui bahwa pemerintah telah mengangkat
seorang Captain America yang baru.
Akan
tetapi, di belahan lain dunia, ada masalah lain yang lebih genting. Sebuah kelompok
teroris yang disebut Flag Smashers membuat kekacuan di Eropa Timur dan Tengah. Mereka
berambisi untuk mengembalikan dunia kembali seperti saat Blip, ketika setengah
populasi alam semesta dilenyapkan oleh Thanos. Yang lebih mengkhawatirkan
adalah mereka semua adalah prajurit super, seperti Steve dan Bucky. Maka, Sam dan Bucky pun pergi dalam
misi lintas negara untuk menghentikan Flag Smashers.
Yang
menarik dari serial TFATWS adalah dia mengangkat sosok Captain America dari
perspektif baru. Dia memunculkan Captain America sebagai simbol politik, bukan
hanya sosok pahlawan. TFATWS mengelaborasi alasan Sam menyerahkan Tameng
Captain America yang rupanya terkait rasisme. Dia tidak yakin dirinya yang
orang kulit hitam bisa diterima sebagai simbol Amerika. Bahkan, ada adegan yang
menunjukkan sikap rasis orang Amerika terhadap orang kulit hitam, yaitu ketika
Bucky dan Sam sedang bercekcok di jalan, lalu polisi datang dan langsung menuduh Sam mengganggu Bucky. Well, ketika berdebat biasa di jalan
saja, Sam dituduh mengganggu orang kulit putih, maka bagaimana mungkin dia
yakin dia bisa diterima sebagai Captain America?
Kemudian,
dari sisi antagonisya, kelompok Flag Smashers termasuk musuh yang menarik. Mereka
sebenarnya sama seperti banyak penjahat di film-film lain: punya tujuan baik, tapi
cara yang salah; namun itulah yang menarik. Di serial ini pun Sam dapat
bersimpati pada apa yang Flag Smashers perjuangkan. Dari yang aku lihat, apa
yang mereka perjuangkan itu mengangkat isu imigran yang kesulitan untuk
diterima sebagai warga negara. Mereka sulit diterima dan terusir, tetapi waktu
mereka mencoba berjuang untuk hidup, mereka dilabeli sebagai teroris. Maka dari
itu, TFATWS bisa dibilang sebagai tontonan superhero
yang penuh kritik politik.
Di
samping itu, aku suka dengan hubungan Sam dan Bucky. Biasanya, ada Steve yang
menengahi mereka; tetapi sekarang dengan tidak adanya Steve, mereka berdua
menjadi sepasang kawan yang tidak berhenti bertengkar. Perselisihan mereka
terlihat sangat childish, apalagi
tiap kali Sam mengejek Bucky. Kelucuan mereka berdua tersebut berhasil membuat
suasana film jadi lebih ringan.
Selain
itu, serial TFATWS bisa mengobati kangen kalian pada film-film Captain America.
Serial ini memiliki ide cerita dan sinematografi yang serupa dengan film-film
tersebut. Ada banyak adegan action yang
epic dan intens. Selain itu, serial
ini menghadirkan kembali Helmut Zemo (Daniel Brühl) dan Sharon Carter (Emily VanCamp) yang terakhir kali muncul
di film “Captain America: Civil War” (2016).
Rumornya,
serial ini akan mempunyai sekuel dalam format film, film Captain America
keempat, tetapi belum ada informasi lebih lanjut tentang itu. Jadi, kita
sebaiknya menunggu dengan sabar. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.
***
D.P.
Season 1
(2021—on going)
Judul
|
:
|
D.P.
|
Sutradara
|
:
|
Han Jun Hee
|
Penulis
|
:
|
Kim Bo Tong, Han Jun Hee
|
Produser eksekutif
|
:
|
Byun Seung Min, Han Jun Hee
|
Produser
|
:
|
Kim Dong Min
|
Musim/Episode
|
:
|
1 musim/6 episode (on going)
|
Pemeran
|
:
|
Jung Hae In, Koo Kyo Hwan, Kim Sung Kyun
|
Genre
|
:
|
Drama, militer, thriller, buddy film
|
D.P. (selanjutnya akan ditulis
DP) merupakan drama Korea yang diadaptasi dari webtoon berjudul “D.P: Dog Days” karya Kim Bo Tong. DP
sediri adalah singkatan dari deserter pursuit.
DP mengambil latar tahun 2014 dengan cerita tentang unit angkatan darat polisi
militer Korea Selatan yang disebut deserter
pursuit atau D.P. Kalian bisa menonton DP dengan berlangganan Netflix.
Di Korea Selatan, ada kewajiban
bagi warganya yang laki-laki untuk melaksanakan wajib militer (wamil). Mereka
diwajibkan untuk mengabdi di militer sesuai dengan pos masing-masing selama dua
tahun.
Ada seorang pemuda yang bernama
Ahn Joon Ho (Jung Hae In) yang memulai wamilnya di tahun 2014. Joon Ho adalah
sosok yang pendiam dan misterius. Dia senantiasa berusaha menghindari masalah. Biarpun
pendiam, Joon Ho adalah orang yang gigih sehingga menarik perhatian atasannya,
Sersan Kelas Satu Park Bum Gu (Kim Sung Kyun) alias Sersan Park. Sersan Park
lalu memasukkan Joon Ho ke dalam unit D.P. untuk menjadi partner Korporal Han
Ho Yeol (Koo Kyo Hwan) alias Korporal Han. Maka, dimulailah misi Joon Ho
sebagai anggota D.P. bersama Korporal Han untuk menangkap para desertir.
Sekadar informasi, desertir
adalah orang yang melakukan desersi, yakni lari meninggalkan dinas ketentaraan
atau membelot kepada musuh. Tindakan desersi merupakan bentuk kriminal, maka
seorang desertir harus ditangkap oleh unit D.P. dari polisi militer.
Penangkapan desertir bukan tugas polisi.
Kalau biasanya drama Korea
identik dengan cerita drama dan romantis, DP sama sekali tidak begitu. Cerita
DP termasuk drakor yang kelam. Bahkan, menurutku ini juga adalah drama yang
berani karena mengangkat sisi gelap kehidupan militer Korea Selatan. Di dalam
drama ini, ditunjukkan bahwa kehidupan militer sangat keras—dipenuhi budaya
senioritas, perpeloncoan, bullying,
sampai pelecehan seksual. Budaya buruk tersebut rupanya diwariskan dari generasi
ke generasi, seperti lingkaran setan. Tidak heran apabila ada orang yang tidak
sanggup menahannya, lalu melakukan desersi.
Drama ini juga memperlihatkan
bahwa tidak semua orang melakukan senioritas dan bullying seperti itu, tetapi mereka yang berusaha menghentikannya
tidak memiliki kuasa apa-apa. Mereka cuma diam, yang penting bukan mereka yang
melakukannya. Contohnya adalah Joon Ho sendiri—dia memang tidak ikut menindas
juniornya, tetapi dia juga tidak berbuat banyak untuk menghentikan itu. Itu
sebabnya, dengan adanya serial ini, masalah tersebut dapat diangkat ke
permukaan sehingga bisa memanggil aksi agar dilakukan perubahan yang sistemik.
Selain itu, interaksi Joon Ho
dengan Korporal Han juga seru banget. Korporal Han punya kepribadian yang
bertolak belakang dengan Joon Ho, tapi somehow
mereka berhasil bekerja sama. Mereka kocak banget waktu melakukan investigasi. Itulah
yang membuat cerita ini terkadang tidak sekelam itu, masih ada sedikit bumbu
humornya.
Bagian favoritku di drama ini
adalah adegan kejar-kejarannya. Entah mengapa, aku suka melihat waktu Joon Ho
dan Korporal Han mengejar para desertir. Mereka itu bukan polisi atau detektif
terlatih sehingga skill investigasi
mereka amatir, ditambah sumber daya mereka terbatas alias low budget. Itu membuat investigasi dan pengejaran mereka punya
tantangan tersendiri. Omong-omong, dari semua episode, aku paling suka
kejar-kejaran di episode 4 karena itu tidak hanya seru dan mendebarkan, tapi juga
menguji logika.
Kemudian,
dari sisi dramanya, DP mempunyai cerita yang impactful. Drakor ini menunjukkan bahwa budaya-budaya toksik di
dunia militer tadi dapat mengubah seseorang yang berhati lembut menjadi gila. Kalian
pasti akan dibuat marah menontonnya karena para pelaku dengan entengnya bilang
itu hanya bercanda, padahal mereka sudah menghancurkan mental seseorang.
Kalian
bisa menonton trailer-nya di sini.
***
Bridgerton
Season 1
(2020—on going)
Judul
|
:
|
Bridgerton
|
Pencipta
|
:
|
Chris Van Dusen
|
Produser eksekutif
|
:
|
Shonda Rhimes, Betsy Beers, Chris Van Dusen, Julie Anne
Robinson
|
Produser
|
:
|
Sarada McDermott, Holden Chang, Sarah
Dollard
|
Musim/Episode
|
:
|
1 musim/8 episode (on going)
|
Pemeran
|
:
|
Phoebe Dynevor, Regé-Jean Page, Jonathan
Bailey, Nicola Coughlan, Claudia Jessie, Julie Andrews, Ruby Barker
|
Genre
|
:
|
Regency romance, drama sejarah, fiksi ilmiah feminis
|
Bridgerton adalah
serial orisinal Netflix yang diadaptasi dari serial novel karya Julia Quinn,
yang berlatar era Regency (1811—1820).
Musim pertamanya fokus mengadaptasi novel berjudul “The Duke and I.” Serial ini dibawakan dengan narasi oleh Lady
Whistledown (Julie Andrews), seorang penulis kolom newsletter yang misterius yang gemar menulis gosip dan skandal di
kalangan keluarga bangsawan di London. Bridgerton
dapat disaksikan di Netflix.
Musim pertama Bridgerton berfokus pada dua keluarga
aristokrat,
yakni Bridgerton dan Featherington. Pada waktu itu, Daphne Bridgerton (Phoebe
Dynevor) akan menjadi debutante, wanita
muda dari keluarga bangsawan yang menginjak kedewasaan. Dia akan segera debut
di social season (atau
biasa disebut season) dan baginya, ini adalah season pertamanya. Dia akan memasuki
pasar perjodohan London yang sangat kompetitif. Dia sangat berharap bisa
menemukan pria bangsawan yang cocok menjadi suaminya.
Akan tetapi, kakaknya, Anthony
Bridgerton (Jonathan Bailey) telah membuat banyak pria mundur sehingga Daphne jadi
gelisah tidak akan mendapatkan pasangan. Kemudian, dalam suatu acara pesta,
Daphne bertemu dengan Simon Basset (Regé-Jean Page), Duke dari Hashtings (Duke of Hashtings) yang, berbeda sekali dengan Daphne, tidak ingin
menikah. Keduanya lalu bersepakat untuk berpura-pura menjalin hubungan agar
Daphne tampak lebih menawan sehingga memancing lebih banyak pelamar dan agar
Simon tidak didesak terus untuk segera mencari pasangan. Berhasilkah skandal
yang mereka ciptakan membuat Daphne menemukan calon suami yang tepat?
Kalau dari segi ide cerita, Bridgerton sebenarnya tidak memiliki
keistimewaan. Ceritanya mudah sekali ditebak akan berakhir seperti apa. Konflik
yang muncul dalam hubungan kedua tokoh utamanya pun hanya masalah komunikasi.
Yang justru menarik adalah insights yang ada di dalam ceritanya. Bridgerton yang berlatar waktu era
Regency memperlihatkan masyarakat Inggris masa itu yang sangat patriarki. Perempuan
masih dianggap sebagai objek oleh para laki-laki. Bahkan, perempuan dari
kalangan aristokrat terlihat mengalami subordinasi yang lebih buruk daripada
perempuan dari kalangan rakyat jelata.
Dalam Bridgerton, perempuan aristokrat tampak dididik hanya untuk menjadi
seorang istri dan ibu. Mereka bahkan tidak dididik untuk mengurus hal-hal
domestik seperti memasak dan bersih-bersih. Fungsi mereka dikhususkan hanya
untuk berkembang biak. Daphne pun bilang bahwa seluruh hidupnya hanya dikerucutkan
untuk satu momen: memilih pasangan. Sementara itu, Eloise Bridgerton (Claudia
Jessie), adiknya Daphne, malah mengkritik bahwa menikah bukanlah prestasi,
belajar di universitas itu baru prestasi. Meskipun sebenarnya, entah perempuan
mau menikah atau berkuliah, itu boleh saja selama itu adalah pilihannya
sendiri, bukan paksaan budaya masyarakat.
Biarpun anak-anak perempuan aristokrat
dikhususkan untuk menikah, ironisnya mereka tidak mendapat pendidikan seks, sementara
anak-anak laki-laki sudah biasa pergi ke rumah pelacuran. Hal itu terlihat
ketika Eloise dan Penelope Featherington (Nicola Coughlan) bingung bagaimana
mungkin seorang perempuan bisa hamil sebelum menikah. (Spoiler alert) Daphne pun
tampak kesal pada semua orang ketika dia baru tahu tentang hubungan seks yang
bisa menyebabkan kehamilan. Daphne kesal karena mengapa tidak ada yang
mengajarinya pendidikan seks ketika seumur hidupnya dipersiapkan untuk itu.
Hal
lain yang menarik dari serial ini adalah kostumnya. Aku suka sekali melihat
kostum-kostum yang digunakan semua tokoh dalam serial ini—tampak warna-warni,
modis, dan sopan. Selain itu, aku suka dengan beberapa soundtrack-nya yang mengaransemen ulang lagu-lagu pop modern. Di
antaranya ada “Thank U, Next” oleh Ariana Grande, “Wildest Dream” oleh Taylor Swift, “Girls Like You” oleh Maroon 5, dan “Bad Guy” oleh The Interrupters. Oh iya, perlu dicatat ya, bahwa
serial ini banyak adegan seksnya, maka kalian harus cukup umur dulu untuk
menontonnya. Kalian bisa menonton trailer-nya
di sini.
***
Hotel Del Luna
(2019)
Judul
|
:
|
Hotel Del Luna
|
Sutradara
|
:
|
Oh Choong Hwan
|
Penulis
|
:
|
Hong Jung Eun, Hong Mi Ran
|
Produser eksekutif
|
:
|
Kim Kyu Tae
|
Musim/Episode
|
:
|
1 musim/16 episode
|
Pemeran
|
:
|
IU, Yeo Jin Goo, Shin Jung Geun, Bae Hae
Sun, P.O., Kang Mi Na
|
Genre
|
:
|
Dark fantasy, paranormal romance, komedi romantis, drama
|
Hotel Del Luna (HDL)
adalah drama Korea yang paling banyak ditonton di saluran TVN pada tahun 2019
lalu. Drama ini juga menjadi salah satu drama
Korea dengan rating tertinggi di
saluran TV berbayar. HDL dapat ditonton di Netflix, Viu, Vidio.com,
dan iQIYI.
HDL bercerita tentang hotel
magis bernama Hotel Del Luna, hotel khusus untuk jiwa orang-orang yang sudah
mati. Mereka yang sudah mati tapi belum mau menyebrang ke alam berikutnya dapat
tinggal di Hotel Del Luna alih-alih berkeliaran. Mereka bisa beristirahat dan
melakukan berbagai aktivitas selama di hotel. Hotel tersebut menyediakan
berbagai layanan agar para tamu hantunya merasa puas sehingga penyesalan mereka
sewaktu hidup bisa berkurang agar mereka bisa menyebrang ke alam selanjutnya
dengan lebih damai.
Walaupun Hotel Del Luna adalah
hotel gaib, bangunan hotel tersebut sungguhan ada dan dapat didatangi manusia
hidup. Akan tetapi, keberadaan hotel tersebut tersamarkan sehingga manusia
hidup sering kali tidak menyadarinya. Selain itu, di Hotel Del Luna ada posisi manajer
untuk manusia hidup yang tugasnya mengurus hal-hal perhotelan yang berhubungan
dengan orang-orang hidup, seperti pembayaran pajak dan perizinan.
Pada suatu malam, seorang
pencuri yang masih hidup masuk ke Hotel Del Luna. Dia mencoba mengambil sesuatu
di hotel tersebut, tapi ketahuan oleh Jang Man Wol (IU), sang pemilik hotel. Man
Wol menawari pria itu kesepakatan: Man Wol akan membebaskannya asalkan pria itu
berjanji bahwa 20 tahun lagi, anaknya akan bekerja di Hotel Del Luna sebagai
manajer; jika dia tidak mau, pria itu akan mati. Karena tidak mau meninggalkan
anaknya hidup seorang diri, pria tersebut setuju.
Tahun demi tahun berlalu. Anak
pria tersebut yang bernama Gu Chan Sung (Yeo Jin Goo) telah tumbuh menjadi pria
dewasa dan manajer hotel profesional. Man Wol datang menjemput Chan Sung untuk
bekerja di Hotel Del Luna, meskipun Chan Sung enggan sekali.
Akan tetapi, setelah bertemu Man
Wol, Chan Sung mulai mengalami hal-hal aneh. Dia memimpikan Man Wol di masa
lalu, ketika dia masih hidup sekitar 1.000 tahun lalu. Apa yang sebenarnya
terjadi pada Man Wol sewaktu dia hidup? Apa hubungan masa lalu Man Wol dengan
Chan Sung? Apakah mereka pernah memiliki hubungan di kehidupan lama mereka?
HDL memiliki kisah cinta yang
sangat menarik dan membuat penasaran. Aku ingin selalu tahu bagaimana hubungan Man
Wol dan Chan Sung akan berakhir, apa hubungan mereka di masa lalu, dan
sebagainya. Setelah melihat Man Wol yang begitu terluka di masa lalu, aku bisa mengerti
dia yang bersikap dingin.
Omong-omong soal masa lalu Man
Wol, aku suka dengan cara drakor ini menuturkannya. Masa lalu Man Wol yang
pedih itu diceritakan sedikit demi sedikit di setiap episode sehingga kita
terus dibuat penasaran. Kemudian, ketika Man Wol pada akhirnya harus
menyelesaikan urusan di masa lalunya yang belum tuntas tersebut, itu seperti
pesan bahwa kita harus menuntaskan masalah kita agar bisa melangkah ke depan
dengan lebih ringan dan mantap.
Berikutnya, aku sangat
mengapresiasi drakor ini karena telah mengangkat berbagai budaya kepercayaan di
Korea terkait hal-hal supranatural dan mistis, seperti kepercayaan tentang
reinkarnasi, Jembatan Samdo, dan ritual pernikahan hantu. Aku pribadi sangat
suka kisah cinta dengan unsur-unsur supranatural dan reinkarnasi karena itu menunjukkan
bahwa cinta tidak dibatasi hidup mati, ruang waktu. Itu artinya cinta adalah
kekuatan yang lebih besar dan melampaui itu semua. Itulah yang kulihat sewaktu
menonton HDL.
Oh iya, drakor ini tidak hanya
tentang Man Wol dan Chan Sung ya. Ada juga cerita tentang karyawan-karyawan
Hotel Del Luna dan tamu-tamunya yang tidak kalah menarik. Ada banyak adagan kocak,
selain adegan romantis dan dramatis. Dengan penuturan yang seperti kisah cinta
dalam legenda dan dongeng, kalian pasti akan menikmati serial ini.
Terakhir,
seperti yang sudah aku katakan, HDL memeperlihatkan bahwa cinta adalah kekuatan
yang lebih besar daripada ruang waktu dan kehidupan kematian. Selain itu,
serial ini menyampaikan bahwa kebersamaan yang singkat dapat berkesan luar
biasa dan merelakan juga adalah
bagian dari mencintai seseorang. Oh iya, soundtrack
HDL enak sekali didengar loh—favoritku adalah “Only You” oleh
Yang Da Il. Kalian bisa menonton trailer-nya
di sini.
***
Midnight Mass
(2021)
Judul
|
:
|
Midnight Mass
|
Sutradara
|
:
|
Mike Flanagan
|
Penciptaan
|
:
|
Mike Flanagan
|
Produser eksekutif
|
:
|
Mike Flanagan, Trevor Macy, Jeff Howard
|
Musim/Episode
|
:
|
1 musim/7 episode
|
Pemeran
|
:
|
Hamish Linklater, Kate Siegel, Zach
Gliford, Samantha Sloyan, Rahul Kohli, Annabeth Gish, Alex Essoe
|
Genre
|
:
|
Horor, supranatural, drama, fiksi filosofis
|
Midnight Mass (disingkat
MM) adalah sebuah serial terbatas orisinal Netflix. Serial ini adalah karya
Mike Flanagan, yang sebelumnya telah membuat serial horror “Haunting of the Hill House” (2018) dan “Haunting of the Bly Manor” (2020). Kalian bisa menonton MM di
Netflix.
MM bercerita tentang sebuah kelompok masyarakat kecil yang
tinggal di sebuah pulau terisolasi bernama Pulau Cricket. Masyarakat di pulai
Cricket mayoritas beragama Katolik dan digambarkan cukup taat.
Suatu hari, pendeta gereja
mereka pergi berobat, lalu digantikan oleh seorang pendeta misterius tapi
kharismatik bernama Bapak Paul Hill (Hamish Linklater). Dia berhasil memikat
simpati jemaat Pulau Cricket sehingga mereka menjadi lebih senang dan rutin
ibadah ke gereja.
Kemudian, hal-hal ajaib mulai
terjadi. Penyakit para jemaat gereja berangsur-angsur sembuh secara ajaib,
seperti mukjizat. Namun, di balik mukjizat tersebut, Bapak Paul menyembunyikan sesuatu.
Siapa sebenarnya Bapak Paul dan apakah rahasia yang dia sembunyikan itu?
MM adalah serial horor yang
memiliki ide menarik. Ketika cerita-cerita horor umumnya mengeksplorasi makhluk
supranatural, seperti iblis dan vampir, atau manusia psikopat; MM justru mengeksplorasi
orang-orang religius sebagai sosok menyeramkan. MM menunjukkan bahwa orang
dapat dibutakan oleh imannya sendiri sehingga tega berbuat hal-hal tidak
manusiawi mengatasnamakan agama. Mereka melakukan hal-hal keji tersebut dengan
keyakinan bahwa itu sudah sesuai dengan agama mereka.
MM menyampaikan kepada kita agar
kita tetap berpikir kritis dalam beragama. Kita sebaiknya jangan percaya begitu
saja pada ucapan orang yang berpakaian religius dan mengutip isi kitab suci.
Mereka juga manusia yang dapat salah. Maka dari itu, kita harus bersikap kritis
juga dalam belajar agama.
Selain itu, MM menunjukkan
adanya keberagaman dalam beragama. Ada penduduk yang taat sekali beragama dan
cenderung sombong, seperti Bev Keane (Samantha Sloyan); penduduk yang taat
beragama dan toleran, seperti Erin Greene (Kate Siegel); penduduk yang tidak
beragama Katolik, melainkan Islam, seperti Sheriff Hasan (Rahul Kohli); dan
penduduk yang ateis, seperti Riley Flynn (Zach Gilford). Bahkan, ada
keberagaman dalam mengintepretasikan ajaran agama di antara orang-orang yang
seagama. Maksudnya, walaupun orang-orang Pulau Cricket sama-sama beragama
Katolik dan pergi ke gereja yang sama, mereka bisa memiliki interpretasi yang
berbeda, seperti orang tuanya Riley: Ed (Henry Thomas) dan Annie Flynn (Kristin
Lehman). Maka dari itu, di dalam serial
ini, kalian bisa melihat mereka semua berdialog menyampaikan perspektif mereka
tentang hidup beragama di tengah masyarakat yang beragam tersebut.
Di antara semua tokoh di MM, aku
paling suka Riley Flynn. Dia dulunya seorang Katolik yang taat, tetapi sekarang
jadi ateis. Ada banyak dialognya menjelaskan bagaimana dunia ini bekerja dari
perspektifnya yang saintifik. Itu menarik sekali karena aku justru melihat
Riley religius dengan caranya sendiri.
Untuk unsur horornya, MM memiliki
horor yang slow-burn, artinya alurnya
cenderung lambat, tetapi kengeriannya muncul perlahan-lahan dan meningkat di
setiap episodenya. Di beberapa episode pertama, kalian akan terus bertanya apa
yang menjadi masalahnya, tapi itu tidak tampak meskipun terasa ada sesuatu yang
janggal.
Dari segi sinematografi dan
teknis, aku suka dialog-dialog panjang di serial ini, terutama dialognya Riley
dan Erin. Namun, dialog yang paling menohok adalah (spoiler alert) dialognya Sheriff Hassan dan Bev saat berdebat di
sekolah mengenai pembagian Al-Kitab ke murid-murid, termasuk anaknya Sheriff
Hassan yang Islam. Selain itu, serial ini banyak menggunakan wide-shots yang aku sangat suka. Salah
satunya adalah (spoiler alert) adegan
Sheriff Hasan salat bersama anaknya di pinggir pantai.
Akhir
kata, MM adalah serial yang harus kalian tonton. Dia bukan ingin
menjelek-jelekkan suatu agama tertentu, tetapi ingin mengkritik cara beragamanya
yang tidak memandang kemanusiaan. Serial ini menunjukkan bahwa orang yang
beragama tanpa kemanusiaan hanya akan menjadi orang yang mengerikan.
Kalian
bisa menonton trailer-nya di sini.
***
Hometown Cha-Cha-Cha
(2021)
Judul
|
:
|
Hometown Cha-Cha-Cha
|
Sutradara
|
:
|
Yu Je Won
|
Penulis
|
:
|
Shin Ha Eun
|
Produser eksekutif
|
:
|
Jo Moon Ju
|
Produser
|
:
|
Lee Dong Gyu, Lee Sang Hee
|
Musim/Episode
|
:
|
1 musim/16 episode
|
Pemeran
|
:
|
Shin Min Ah, Kim Seon Ho, Lee Sang Yi
|
Genre
|
:
|
Komedi romantis, potongan kehidupan,
drama
|
Hometown Cha-Cha-Cha (disingkat
Homecha) adalah sebuah drama Korea yang
diadaptasi dari film Korea berjudul “Mr.
Handy, Mr. Hong” (2004). Homecha memiliki
beberapa judul alternatif: “Seaside
Village Cha-Cha-Cha”, “Seashore Village Cha-Cha-Cha”, dan “Fishing Village Cha-Cha-Cha.” Drakor
ini menjadi drakor dengan rating tertinggi
selama masa penayangannya dibandingkan dengan drakor lainnya yang tayang pada
masa yang sama. Bahkan, Homecha menjadi
serial nonbahasa Inggris yang paling banyak ditonton di platform Netflix. Popularitas drakor ini telah meningkatkan sektor pariwisata di Kota Pohang, Korea Selatan tempat lokasi
syutingnya. Kalian dapat menonton Homecha
di Netflix.
Homecha bercerita tentang seorang
perempuan metropolitan bernama Yoon Hye Jin (Shin Min Ah) yang berprofesi
sebagai dokter gigi. Karena konflik dengan atasannya di tempat kerja, Hye Jin
berhenti, lalu pindah ke kota kecil bernama Gongjin untuk membuka klinik
giginya sendiri. Gongjin jauh berbeda dengan Seoul sehingga Hye Jin agak
kesulitan beradaptasi hidup di sana.
Di Gongjin, Hye Jin bertemu
dengan seorang pria asli sana bernama Hong Du Sik (Kim Seon Ho) alias Hong Banjang (Kepala Hong atau Chief Hong). Dia adalah pria serba bisa
yang hidup fleksibel dengan pekerjaan serabutan.
Ke manapun Hye Jin pergi di
Gongjin, dia selalu bertemu dengan Hong Banjang.
Namun, perbedaan kepribadian mereka membuat Hye Jin tidak bisa akur dengan pria
tersebut. Bisakah Hye Jin beradaptasi hidup di Gongjin, termasuk beradaptasi
hidup bertetangga dengan Hong Banjang?
Menurutku, Homecha adalah drakor komedi romantis yang sangat bagus. Dia menyajikan cerita yang begitu ringan, tetapi
memiliki muatan yang bermutu. Kalian mungkin berpikir bahwa ini adalah drakor
romantis yang klise dan tidak menarik ditonton. Namun sebenarnya, Homecha mengandung banyak sekali values dan lessons yang dikemas dalam cerita romantis yang lucu seperti FTV.
Kalian pasti akan merasa gemas melihat perkembangan hubungan Hye Jin dan Hong Banjang sekaligus merasa telah belajar
banyak selama menonton ini.
Tokoh utamanya, Hye Jin
merupakan sosok perempuan mandiri dan berdaya. Dia selalu berusaha yang terbaik
dan menantang dirinya untuk jadi lebih baik lagi. Dia tidak mau hidup
bergantung pada orang lain serta tegas pada prinsipnya. Dia bisa menjadi role model sebagai sosok perempuan mandiri.
Namun, di Homecha masih ada banyak lagi sosok perempuan hebat lainnya. Ada
seorang janda dengan satu anak, para nenek lansia yang tetap semangat bekerja,
seorang ibu muda yang sedang hamil dengan suami insensitif, seorang ibu yang
kehilangan anaknya, perempuan yang menyukai sesama jenis, dan remaja perempuan
yang hidup hanya bersama ayahnya. Homecha
memperlihatkan bahwa perempuan dengan segala kesulitannya tetap bisa
berkarya.
Kemudian, daya tarik lain serial
ini adalah Hong Banjang. Dia tampil
sebagai sosok pria idaman yang berhati baik, pintar, serba bisa, suka menolong,
dan tampan. Biarpun sering bertengkar dengan Hye Jin, Hong Banjang selalu sigap menolong dokter gigi tersebut waktu dia
kesulitan. Namun, dia tidak pernah merasa lebih superior daripada Hye Jin dan
orang-orang lainnya di Gongjin. Dia juga selalu tampak ceria, meskipun ternyata
dia begitu rapuh. Itu menambah kompleksitas karakternya. Oh iya, akting Kim
Seon Ho sebagai Hong Banjang juga bagus
banget, harus diacungi banyak jempol.
Drakor ini bukan hanya tentang
Hye Jin dan Hong Banjang loh. Di
setiap episodenya, Homecha menceritakan
masalah dari masing-masing tokoh pendukung yang ada di Gongjin, sampai-sampai
semua tokoh di serial ini tampak seperti tokoh utama. Orang-orang Gongjin
mungkin tampak ceria, tapi sebenarnya mereka menyembunyikan masalah mereka di
balik senyum itu. Namun, mereka selalu ada untuk satu sama lain. Itu jugalah
yang aku suka dari drakor ini, yaitu value
kekeluargaan yang sangat kuat.
Oh iya, di antara para tokoh
pendukung Homecha, aku ingin
mengapresiasi tokoh Yeo Hwa Jung (Lee Bong Ryun). Akting Lee Bong Ryun sangat luar biasa. Aku sebagai penonton bisa
turut merasakan emosinya. Konflik yang dialaminya pun tidak kalah seru daripada
Hye Jin dan Hong Banjang. Dia sukses menjadi scene stelaer di drakor
ini.
Di samping itu, sebagaimana aku tadi
sudah katakan, Homecha mempunyai
banyak pembelajaran. Di antaranya adalah tentang kesetaraan gender, parenting, kesehatan mental, LGBTIQ+, pelecehan
seksual, dan empati. Yang kerennya adalah semua itu disampaikan kepada penonton
dengan smooth, tidak menggurui, dan
mudah dimengerti. Misalnya, waktu di Gongjin terjadi pelecehan seksual, masyarakat
di sana berbenah dan meningkatkan keamanan lingkungan serta berusaha menangkap
pelaku. Mereka bukan malah menghakimi korban karena pulang larut malam
sendirian.
Berikutnya,
soundtrack drakor ini sangat enak
didengar. Beberapa yang menjadi favoritku adalah “Romantic Sunday” oleh
Car, the Garden, “One Sunny Day” oleh Kassy, “Wish”
oleh Choi Yu Ree, “Here Always” oleh Seung Min Stray Kids, dan “I Hope You’re Happy”
oleh Lee Sang Yi. Kalian bisa menonton trailer-nya
di sini.
Sebelumnya
Selanjutnya
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar