13 Bom di Jakarta: Apa Benar Film Action Indonesia Terbesar di Tahun 2023?

Identitas Film Judul : 13 Bom di Jakarta Sutradara : Angga Dwimas Sangsoko Produser : Taufan Adryan Tanggal rilis : 2 Desember 2023 (JAFF), 28 Desember 2023 (Indonesia) Rumah produksi : Visinema Pictures, Indodax, Legacy Pictures, Volix Pictures, Folkative, INFIA, Barunson E&A Penulis naskah : Angga Dwimas Sasongko, Mohammad Irfan Ramly Durasi tayang : 2 jam 23 menit Pemeran : Chicco Kurniawan, Ardhito Pramono, Rio Dewanto, Putri Ayudya, Ganindra Bimo, Lutesha, Muhammad Khan, Rukman Rosadi, Niken Anjani, Andri Mashadi Genre : Crime , thriller , action   Sinopsis Jakarta diserang kelompok teroris. Siang itu, ada serangan terhadap sebuah truk yang sedang membawa uang tunai, tetapi para pen

5 Kepunahan Massal part 2: Kepunahan Devonian Akhir

5 Kepunahan Massal: Kepunahan Devonian Akhir



Peristiwa Kepunahan Devonian Akhir adalah peristiwa kepunahan massal yang terjadi di akhir masa Devonian, masa setelah Silurian, dan terus berlanjut hingga memasuki masa Carboniferus. Peristiwa ini terdiri dari serangkaian peristiwa kepunahan yang lingkupannya lebih kecil, tapi saling berkaitan. Dari sekian banyaknya rangkaian peristiwa kepunahan di Devonian Akhir, terdapat dua peristiwa yang paling besar, yaitu Peristiwa Kellwasser dan Peristiwa Hangenberg.



Di zaman Devonian Akhir, benua Euramerika dan Gondwana mulai membentuk superbenua Pangaea. Saat itu, Gondwana menutupi bagian selatan Hemisphere, sementara benua Siberia ada di utara Hemisphere. Selain itu, benua katulistiwa Lourassia, hasil dari tubrukan Baltica dan Laurentia, bergerak ke arah Gondwana, menutupi Samudra Iapetus. Pegunungan Caledonian terbentuk di tempat yang sekarang dikenal sebagai Dataran Tinggi Scottish & Skandinavia, sedangkan pegunungan Appalachian muncul di wilayah Amerika.

Tiktaalik

Di masa itu, kehidupan di darat mulai berkembang, terutama bagi tumbuh-tumbuhan. Flora fauna darat sudah mulai didominasi tumbuh-tumbuhan darat dan juga serangga-serangga. Sementara itu, fauna laut didominasi oleh organisme terumbu karang dan stromatoporoid. Tumbuh-tumbuhan darat di zaman Ordovician masih berupa lumut, lumut hati, dan lichen (lumut kerak). Namun, di zaman Devonian tumbuh-tumbuhan sudah memiliki akar, biji, dan sistem vaskuler sehingga mereka dapat hidup jauh dari perairan dan bahkan, membentuk hutan. Kehidupan fauna darat juga berkembang yang diawali dengan perkembangan para ikan menjadi tetrapoda (hewan berkaki empat) pertama, yaitu tiktaalik.

Peristiwa Kepunahan Devonian Akhir terjadi selama 20 – 25 juta tahun di masa Devonian dan terdiri dari delapan sampai sepuluh peristiwa kepunahan kecil yang dua di antaranya yang paling besar adalah Peristiwa Kellwasser dan Hangenberg. Yang pertama adalah peristiwa Kellwasser yang terjadi di perbatasan Frasnian-Famenian. Frasinian dan Famenian adalah dua tahapan fauna di Devonian Akhir. Peristiwa ini adalah yang pertama dari serangkaian Kepunahan Massal Devonian Akhir. Peristiwa Kellwasser ditandai dengan punahnya banyak invertebrata laut pada saat itu. Kemungkinan Peristiwa Kellwasser sendiri terdiri dari dua peristiwa berbeda karena ada dua peristiwa anoxia yang terjadi. Apa itu anoxia? Saya akan menjelaskannya nanti. Yang kedua adalah Peristiwa Hangenberg yang terjadi di perbatasan masa Devonian-Carboniferos. Peristiwa tersebut adalah fase terakhir dari Kepunahan Massal Devonian Akhir. Peristiwa Hangenberg ditandai dengan anoxia di lapisan batu serpih hitam dan juga deposit batu pasir. Tidak seperti Kellwasser yang hanya memengaruhi kehidupan laut, Hangenberg memengaruhi kehidupan baik di darat maupun di laut.

Penyebab

Kemudian, apa hal yang menyebabkan kepunahan massal ini? Penyebabnya belum dapat dipastikan karena ada banyak peristiwa yang berkaitan. Ada ilmuwan dan peneliti yang berpendapat penyebabnya adalah perubahan permukaan air laut dan anoxia yang kemungkinan dipicu oleh pendinginan global dan aktivitas vilkanik di dalam laut. Ada pula yang berpendapat bahwa penyebabnya adalah komet dan benda-benda asing, seperti efek Cincin Siljan di Swedia. Namun, para ilmuwan sepakat bahwa kepunahan banyak spesies dan biodiversitas di Devonian Akhir disebabkan oleh penurunan laju spesiasi daripada peningkatan laju kepunahan.

Dugaan paling kuat dari penyebab Kepunahan Devonian Akhir adalah perubahan lingkungan yang sangat besar. Perubahan lingkungan tersebut sudah dimulai sejak pertengahan Devonian sampai akhir Devonian. Salah satu bentuk perubahan lingkungan tersebut adalah terjadinya anoxia di dasar lautan. Anoxia adalah menurunnya kadar oksigen terlarut di perairan. Anoxia ini menyebabkan orgnisme air laut kesulitan bernapas karena kadar oksigen terlaurut terlalu sedikit. Hal tersebut diikuti dengan sulitnya proses pembusukan sehingga zat-zat organik di dalam laut menumpuk. Anoxia terjadi di berbagai wilayah perairan di dunia saat itu dan menyebabkan banyak perubahan pada ekosistem di bumi, seperti perubahan pada komposisi kimia air laut dan atmosfer. Tentu saja hal itu juga akan berdampak pada kehidupan di bumi. Organisme-organisme yang berhabitat di wilayah bentos mengalami dampak yang cukup parah, apalagi yang organisme laut tropis dan organisme karang yang saat itu mendominasi kehidupan laut. Anoxia juga menyebabkan perubahan permukaan air laut saat masa peralihan Frasian-Famenian (Peristiwa Kellwasser). Sementara di Peristiwa Hangenberg, perubahan permukaan air laut tidak disebabkan oleh anoxia, tetapi disebabkan oleh glasiasi.

Pemicu anoxia masih belum dipastikan. Salah satu kemungkinannya adalah bolide impact. Bolide adalah meteor yang sangat terang dan panas, tetapi meledak di atmosfer saat mau menghantam bumi. Bolide impact ini belum dapat dipastikan sebagai penyebab anoxia tersebut, meskipun sudah jelas bahwa fenomena tersebut dapat memengaruhi kehidupan di bumi. Di peristiwa Kellwasser terdapat tubrukan meteor Alamo dan di peristiwa Hangenberg ada tubrukan meteor Woodleigh, tetapi belum ada bukti jelas apakah kedua meteor terseut berhubungan dengan peristiwa Kepunahan Massal Devonian Akhir.

Tumbuh-tumbuhan di masa Devonian
Selain itu, dugaan pemicu anoxia lainnya adalah evolusi tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan darat berkembang dengan pesat. Bahkan, sudah ada spesies yang mencapai tinggi 30 meter, memiliki sistem vaskuler (trakheophyta), dan berkembang biak dengan biji dengan penyebaran yang luas sehingga tumbuh-tumbuhan dapat berkoloni dan hidup di banyak tempat. Perkembangan tumbuh-tumbuhan darat tersebut menyebabkan pelapukan bebatuan di bumi sehingga menghasilkan tanah. Pelapukan tersebut juga melepaskan mineral yang berfungsi sebagai zat nutrisi bagi tumbuhan. Zat-zat nutrisi tersebut ada yang masuk ke dalam air dan terbawa ke laut sehingga menyebabkan eutrotifikasi. Eutrotifikasi ini diawali dengan blooming algae atau perkembangbiakan alga dan tumbuh-tumbuhan air secara cepat sebagai akibat keberlimpahan zat-zat nutrisi tadi. Banyaknya algae tersebut akan menutupi permukaan air dan menghalangi cahaya matahari sehingga menurunkan laju fotosintesis. Akhirnya, kadar oksigen akan terus berkurang dengan cepatnya dan menyebabkan kematian bagi organisme-organisme laut. Di samping itu, tumbuh-tumbuhan darat yang berkembang pesat pun berfotosintesis sehingga mengurangi kadar CO2 di udara. CO2 yang merupakan gas rumah kaca mengalami penurunan kadar di atmosfer sehingga suhu bumi menurun. Penurunan suhu bumi ini diikuti dengan glasiasi yang terjadi di seluruh dunia sehingga permukaan air laut menurun dan berakibat pada hilangnya habitat banyak organisme. Apalagi pada saat itu kehidupan masih berpusat di laut.

Namun, evolusi tumbuh-tumbuhan darat tidak selamanya berakibat buruk. Tumbuh-tumbuhan yang melapukkan batuan silikat juga mengurangi kadar CO2 dan menimbun zat organik di dalam dirinya. Karbon di dalam tumbuhan menjadi sangat banyak dan tersimpan di litosfer (lapisan bumi paling luar). Saat tumbuh-tumbuhan tersebut mati dan tertimbun di dalam tanah yang mengandung banyak karbon tersebut, berjuta-juta tahun kemudian akan menjadi batu bara. Dari sanalah batu bara yang sekarang ini kita pakai.

Dugaan ketiga sebagai penyebab anoxia adalah aktivitas magma di bumi. Di akhir Devonian, magma di dunia terjebak dan kemudian mengalir di lempeng Rusia dan Siberia. Namun, belum jelas bagaimana prosesnya aktivitas magma tersebut memengaruhi kadar oksigen di lautan.

Dampak

Dampak dari kepunahan Devonian Akhir jelas sangat banyak dan buruk sekali. Peristiwa Kellwasser memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidpan laut, khususnya organisme yang tinggal di perairan hangat. Kelompok paling penting yang terkena dampak peristiwa ini adalah para organisme pembentuk karang: stromatoporen, rugosa (tetracorllia), dan tabulata. Kelompok mereka yang mulanya mendominasi terumbu karang di Sistem Karang Besar Devonian digantikan oleh sponge dan bakteri berkalsifikasi sebagai pembentuk karang di zaman berikutnya. Kelompok hewan lain yang merasakan dampak besar dari Peristiwa Kellwasser adalah brakipoda, trilobit, ammonit, conodont, dan acritarch, sementara graptolit dan cystoidea punah sepenuhnya. Kelompok hewan yang bertahan menjadi lebih dominan kelak.

Rogusa, hewan pembentuk karang


Sementara itu, Peristiwa Hangenberg menyebabkan dampak yang cukup buruk bagi kehidupan di darat maupun laut, terutama bagi para ammonit dan trilobit, begitu pula dengan vertebrata berahang. Hal tersebut menjadi sebuah perubahan besar bagi kehidupan makhluk vertebrata pada saat itu, sekitar 97% vertebrata punah dan 3% bertahan hidup.


Selanjutnya
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

Komentar