Identitas Buku
Judul
|
:
|
Ganjil
Genap
|
Penulis
|
:
|
Almira
Bastari
|
Penerbit
|
:
|
PT
Gramedia Pustaka Utama
|
Tahun
terbit
|
:
|
2020
|
Cetakan
|
:
|
IV
|
Tebal
|
:
|
344
halaman
|
Harga
|
:
|
Rp95.000
|
ISBN
|
:
|
978602038010
|
Genre
|
:
|
Komedi
romantis, metropop,
chick lit
|
Tentang Penulis
Almira
Bastari lahir pada tahun 1990. Dia seorang lulusan S-1 Intitut Teknologi
Bandung dan S-2 University of Melbourne. Meski telah menulis beberapa buku, Almira
Bastari juga bekerja sebagai analis di PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero).
Di dunia kepenulisan, namanya terkenal sebagai seorang penulis novel metropop,
dengan buku pertamanya yang terbit adalah Melbourne
(Wedding) Marathon (2017). Karya-karyanya yang lain antara lain: Resign! (2018), Ganjil Genap (2020), dan Home
Sweet Loan (2022).
Sinopsis
Bagaimana
rasanya diputusin pacar yang sudah bareng sama kalian selama tiga belas tahun?
Kayak cobaan hidup! Itulah yang dialami Gala ketika Bara, pacarnya selama tiga
belas tahun sejak SMA, memutuskan hubungan mereka. Tiga belas tahun sia-sia,
tidak berujung pernikahan. Padahal, tahun depan Gala berusia 30 tahun—sudah
seharusnya dia menikah. Situasi makin pelik ketika adiknya akan menikah segera
yang membuat Gala didesak keluarganya untuk segera menemukan calon suami agar
dia tidak dilangkahi adiknya.
Tidak
mau bergalau lama-lama, Gala melakukan segala cara untuk mendapatkan pacar
baru. Dengan bantuan sahabat-sahabatnya: Nandi, Sydney, dan Detira, Gala
mencoba peruntungan di darat, di udara, dan di dalam air untuk menemukan pria
yang tepat untuk dirinya. Berbagai metode dia lakukan, mulai dari ikut kursus
menyelam, liburan singkat ke luar negeri, menggunakan jasa biro jodoh,
menggunakan Tinder, sampai konsultasi dengan dukun! Akankah Gala berhasil
menemukan pria yang tepat untuk menggenapi hari-hari ganjilnya?
Kelebihan
Aku
membaca Ganjil Genap karena penasaran
dengan novel genre metropop yang cukup populer dibicarakan di media sosial ini.
Setelah sebelumnya aku membaca Heartbreak
Motel karya Ika Natassa (baca reviunya di sini) yang drama-romantis, aku jadi penasaran dengan variasi genre metropop
yang lain, yang lebih komedi. Maka, aku jatuhkan pilihanku untuk membaca Ganjil Genap.
Katanya,
Ganjil Genap tuh Jakarta banget. Dan
aku setuju dengan itu. Cerita ini sebagian besar berlatar tempat di Jakarta,
dan tokoh utamanya, Gala adalah seorang perempuan metropolitan sejati. Melalui
karakter Gala, pembaca bisa merasakan gaya hidup yang “Jakarta banget” (yang
sesuai stereotipe
orang-orang metropolitan)—meskipun sebenarnya tidak semua orang Jakarta seperti
Gala, hahaha.
Namun,
yang membuat novel ini lebih terasa Jakarta adalah adanya peraturan
ganjil-genap yang sering sekali
disinggung dalam buku ini. Jadi, peraturan ganjil-genap itu adalah kebijakan
rekaya lalu lintas yang membantasi penggunaan kendaraan pribadi di ruas-ruas
jalan tertentu di Jakarta dengan cara hanya membolehkan kendaraan berplat nomor
ganjil melintas di sana pada tanggal ganjil dan kendaraan berplat nomor genap
pada tanggal genap, selama kurun waktu tertentu. Kebijakan ini khas orang
Jakarta banget karena memengaruhi keseharian orang Jakarta. Sejak ada kebijakan
ini, orang-orang Jakarta harus kreatif untuk mengakalinya.
Yang
aku suka dari buku ini ialah sejak awal sampai akhir, kebijakan ganjil-genap
ini disinggung terus, konsisten. Bahkan, pada beberapa adegan dan dialog, kebiajakan
ini jadi materi penting. Misalnya, dalam beberapa percakapan, Gala yang
mobilnya berplat genap suka ditanya, “kamu kalau hari ganjil gimana?”, yang
lalu dijadikan bahan untuk gombal, hahaha. Jadi, kebijakan ganjil-genapnya itu
bukan sekadar untuk judul atau penguat latar, melainkan menjadi bagian dari
ceritanya itu sendiri.
Kemudian,
untuk sebuah cerita romcom, jalan
ceritanya itu bagus. Aku suka dengan romcom
yang tidak terlalu basa-basi dan langsung menunjukkan masalahnya tuh apa,
seperti buku ini. Premis yang sederhana tersebut pun dikembangkan menjadi
cerita yang ringan dan asyik. Mungkin relatable
untuk orang-orang yang sudah punya terget usia menikah tapi belum punya
calon, atau orang-orang yang berusaha move
on dari mantan terlama.
Cara
penulisnya mengembangkan cerita pun totalitas gokilnya. (Spoiler alert) awalnya
Gala bilang tidak mau ke biro jodoh ataupun main Tinder, tapi pada akhirnya
dilakukan juga. Bahkan, sampai ke dukun, hahaha. Itu lucu banget, aku sampai
berpikir, “astaga, sampai segitunya mencari jodoh cepat-cepat.” Jadi, kalian
tidak perlu khawatir akan dikecewakan oleh jalan ceritanya yang komedi ini,
pasti bisa membuat kalian tertawa.
Selain
itu, menurutku karakter Gala ini menarik. Karakter Gala itu Jakarta banget
karena sama-sama penuh kontroversi dalam dirinya, kayak Jakarta yang penuh
dualitas. Berulang kali dalam buku ini disinggung soal MBTI tokoh-tokohnya. Kepribadian
Gala berdasarkan MBTI adalah INTJ
yang katanya lebih mengandalkan logika. Namun, dalam cerita, beberapa kali Gala
membuat keputusan yang tidak masuk akal—lebih mengandalkan perasaan daripada
rasionalitas. Itu manusiawi karena sebenarnya orang dewasa memang penuh dengan
berbagai kontroversi dalam dirinya. Malahan, itu menambah kelucuan karakternya.
Oh
iya, ada insight bagus dari cerita
ini. Di masyarakat kita, sering kali perempuan diberi tahu bahwa sebaiknya
menikah sebelum usia 30, dan sekarang pun mulai banyak gagasan-gagasan yang
kontra dengan itu, bahwa sebaiknya menikah di usia terlalu muda. Seakan-akan ada
batas usia yang tepat untuk menikah bagi perempuan, dan ketika perempuan
menikah di luar batas usia tersebut, mereka seperti gagal, seperti bersalah
secara moral.
Namun,
buku ini menunjukkan dua hal yang cukup mengejutkan menurutku, menentang
gagasan rentang usia ideal menikah tersebut. (Spoiler alert) dalam buku ini, ada Gala yang belum ada calon
pendamping di usia 29 dan ada adiknya yang baru lulus kuliah tapi sudah mau
menikah. Yang satu sudah “terlalu tua” dan yang satu masih “terlalu muda”. Akan
tetapi, buku ini justru secara tidak langsung bilang bahwa mau menikah muda
ataupun belum menikah di usia 30-an, itu pilihan yang bebas diambil perempuan. Perempuan
bebas memilih yang mana yang membuat mereka paling bahagia.
Kemudian,
hal bagus lainnya dari buku ini tentu saja adalah hikmah yang terkandung dalam
ceritanya. Yang pertama, do not settle
for less. Maksudnya adalah jangan mau berkompromi terlalu banyak dalam hal
menetapkan pilihan pasangan untuk menikah. Meskipun Gala sedang buru-buru
mencari pasangan, dia tidak menurunkan standarnya—yang standarnya tentu bisa
diperdebatkan, dan tidak bersifat umum. Dia tetap pilih-pilih karena dia sadar
pasangan yang akan dia pilih akan mendampinginya seumur hidup sehingga tentu
dia harus cocok dengan pasangannya tersebut.
(Spoiler alert) bahkan, sekalipun bertemu orang yang cocok, tetapi kalau orang itu
punya visi yang berbeda, menginginkan hal yang berbeda ke depannya, Gala dengan
tegas menolak. Dia belajar bahwa berpacaran dengan orang yang menginginkan hal
berbeda dengan dirinya adalah buang-buang waktu. Jangan mau berkompromi dengan
orang seperti itu, apalagi sambil berpikir bahwa kamu bisa mengubahnya suatu
saat nanti. Bukan tanggung jawabmu untuk mengubah pikirannya, dan kamu memang
tidak bisa.
Terakhir,
tidak perlu orang lain untuk menggenapi hari-harimu. Gala pada akhirnya sadar
bahwa tanpa Bara, tanpa pria manapun itu, dia tetap bisa merasakan bahagia.
Menjadi lajang memberikan dia waktu untuk berefleksi bahwa selama berpacaran
dengan Bara, dia berkompromi dalam banyak hal, dia memohon dalam banyak hal
sehingga dia tidak pernah benar-benar memenuhi keinginannya. Kini, dengan
statusnya yang lajang, Gala bisa menghabiskan waktu untuk dirinya
sendiri—membahagiakan dirinya sendiri tanpa kehadiran orang lain.
Itu
adalah pesan yang relatable sekali
dengan keadaan dunia saat ini, yang seakan mengatakan bahwa memiliki pasangan
lebih baik daripada sendiri. Padahal, orang yang punya pasangan pun bisa
(bahkan, sering kali) tidak bahagia akibat pasangannya. Kebahagiaan itu datang
dari diri sendiri, bukan pasangan.
Kelemahan
Salah
satu hal yang kurang aku suka dari buku ini mungkin gaya narasi penulisnya.
Secara umum, aku tidak keberatan dengan itu. Akan tetapi, pada beberapa bagian
cerita terasa seperti lompat-lompat atau cepat-cepat. Sebagian besar bab
diceritakan runut, tetapi beberapa bab itu tak begitu jelas latar waktunya
dibandingkan bab sebelumnya.
Kemudian,
aku merasa bagian cerita ketika Gala mulai mencari pacar baru dan sebelum bertemu
Mas Aiman itu terasa kelamaan. Pada bagian ini, terlalu banyak cowok yang
muncul dan kejadian yang terjadi, tapi hanya sepotong-sepotong. Ada beberapa
cowok yang kelihatannya akan menjadi fokus cerita, tapi malah hilang kemudian,
eh tiba-tiba muncul lagi nanti. Entah mengapa aku merasa agak risih dengan itu.
Ketika cowok tersebut di-mention lagi
kemudian, itu aku sudah lupa dia yang mana, saking banyaknya yang muncul
sebelumnya.
Namun,
kelemahan yang lebih penting adalah transisi perkembangan karakter Gala di
akhir. Oke, aku suka dengan perkembangan karkaternya yang tak lagi buru-buru
mencari pasangan, tetapi prosesnya terasa dilompat. Proses dari Gala yang masih
pusing mencari pacar baru ke Gala yang sadar bahwa dia bisa bahagia sendiri itu
seperti dilompati—seakan ada bagian yang tak diceritakan. Tidak dijelaskan bagaimana Gala akhirnya bisa sampai ke kesimpulan itu.
Kesimpulan
Ganjil Genap adalah
cerita metropop-komedi-romantis yang ringan dan menyenangkan. Buku ini secara
konsisten terus menyebutkan kebijakan ganjil-genap di Jakarta dalam ceritanya
sehingga membuatnya terasa Jakarta banget. Tokoh utamanya juga menarik—seorang
wanita karir di kota metropolitan yang penuh kontroversi dalam dirinya. Banyak
perempuan bisa belajar dari sosok Gala si tokoh utama tersebut. Walaupun
narasinya masih memiliki kelemahan, tetapi pesan moral yang disampaikannya itu
bagus sekali. Pada akhirnya, kebahagiaan diri kita bergantung pada diri kita
sendiri, bukan pada kehadiran orang lain. Aku memberikan skor 8,5/10 untuk buku
ini. Aku merekomendasikan buku ini untuk dibaca anak muda, terutama perempuan dewasa
yang mulai terpikir untuk menikah.
Oh
iya, ternyata buku ini adalah spin-off dari
novel Almira Bastari yang lain, yakni Melbourne
(Wedding) Marathon, yang menceritakan kisah Sydney dan suaminya sebelum
mereka menikah. Kalau Almira Bastari ingin menulis spin-off lainnya, aku rasa akan sangat menarik kalau dia menulis
tentang Mas Aiman atau Bara, lalu di dalamnya kita di-spill sedikit tentang kabar terbaru dari kehidupan asmara Gala,
hahaha.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
INTJ
(introvert, intuitive, thinking, and
judging) adalah salah satu kelompok kepribadian manusia berdasarkan MBTI.
Orang dengan kepribadian ini senang menganalisis suatu hal, memecahkan kode
atau hal tersembunyi, dan merencanakan banyak hal agar sejalan dengan tujuan
mereka (sumber: orami.com).
Orang berkepribadian INTJ hanya berjumlah dua persen dari populasi manusia, dan
wanita dengan kepribadian ini sangat jarang, hanya 0,8% dari populasi manusia—seringkali
merupakan tantangan bagi mereka untuk menemukan individu yang memiliki
ketertarikan yang sama yang mampu tahan terhadap intelektualisme tajam dan
manuver berbelit mereka (sumber: 16personalities.com).
Komentar
Posting Komentar