A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Evermore: Petualangan Seru Bagai Dongeng yang Kelam, tapi Penokohannya Lemah

Sampul Evermore versi terbitan Orchard Books tahun 2019

Identitas Buku

Judul

:

Evermore (Everless #2)

Penulis

:

Sara Holland

Penerjemah

:

Reni Indardini

Penyunting

:

Yuli Pritania

Penerbit

:

Noura Books PT Mizan Publika

Tahun terbit

:

2022 (2018 untuk versi bahasa Inggrisnya)

Cetakan

:

I

Tebal

:

338 halaman

Harga

:

Rp124.000,-

ISBN

:

978232420892

Genre

:

High fantasy, distopia, drama, romantis, petualangan, young adult

 

Tentang Penulis

Sara Holland adalah seorang penulis New York Times-Bestselling. Dia tumbuh di kota kecil di Minnesota dengan ratusan buku. Dia pernah bekerja di kedai teh, kantor dokter gigi, dan kantor ibu kota sebelum akhirnya memilih berkarir sebagai penulis. Novel Everless merupakan debutnya. Sekarang, dia dapat ditemukan menjelajahi toko-toko buku atau menemukan cara baru untuk menaruh kafein ke dalam aliran darahnya.

 

Sinopsis

Kisah tentang sang Penenung[1] dan sang Alkemis[2] ternyata nyata. Mereka pernah menjejakkan kaki di Sempera berabad-abad silam. Namun, fakta yang lebih membuat Jules Ember terkejut ialah bahwa dia adalah reinkarnasi sang Alkemis sendiri. Kini, musuhnya sekaligus sahabat lamanya, Caro yang merupakan sang Penenung mengincarnya karena dahulu, di kehidupan pertamanya, Jules mencuri jantungnya.

Di dua belas kehidupan, keduanya telah berseteru dan mereka dipertemukan kembali di kehidupan ini. Caro tak akan berhenti sampai berhasil menghancurkan hati Jules berkeping-keping. Dia tidak ragu untuk mengerahkan seluruh tentara di Sempera ataupun membunuh seluruh penduduk Sempera sampai berhasil merebut jantungnya kembali dari Jules.

Jules tidak bisa tinggal diam dan lari ketika seluruh negeri ada dalam bahaya karenanya. Dia harus menemukan senjata yang bisa mengalahkan sang Penenung. Demi melindungi orang-orang yang dia kasihi, dan laki-laki yang dia cintai, Jules harus membunuh Caro sebelum Caro membunuh mereka dan mencelakakan seluruh Sempera.

 

Kelebihan

Sampul Evermore versi orisinal
cetakan pertama terbitan
HarperTeen tahun 2018

Sebelum mulai mengulas buku ini, aku ingin memberi disclaimer bahwa aku belum pernah membaca buku bergenre fantasi-romansa-drama seperti ini sebelumnya, kecuali Everless yang merupakan buku pertama dwilogi ini. Aku memberikan disclaimer ini sebab kebanyakan reviu di Goodreads mengatakan bahwa buku ini terlalu flat dan formulaic—alurnya terlalu mirip dengan kebanyakan buku segenre. Maka dari itu, aku yakin orang yang belum biasa membaca buku genre sejenis bisa memiliki pendapat yang berbeda tentang buku ini. Baiklah, mari kita mulai reviunya.

Pertama-tama, aku suka sekali dengan desain sampulnya, sangat bagus! Desainnya masih satu tema dengan buku sebelumnya, hanya saja yang kali ini berwarna toska. Judulnya pun serasi dengan buku sebelumnya serta terdengar elegan, Evermore. Aku jadi teringat albumnya Taylor Swift, hahaha. Dan tidak hanya itu, Sara Holland masih menggunakan kalimat-kalimat cantiknya dalam buku ini, membuat beberapa adegan pada cerita terkesan lebih emosional dan indah, seperti dongeng yang kelam.

Meski desain sampulnya serasi, untuk sebuah sekuel, cerita Evermore berbeda sekali dari Everless. Kalau alur Everless mengalun lambat dan penuh intrik dan misteri, alur Evermore menegangkan dan mendebarkan. Selalu ada suasana tegang di setiap halamannya, bahkan ketika adegan yang seharusnya romantis sekalipun. Evermore berhasil menjaga intensitas cerita sehingga menjadikan buku ini page-turning[3].

Perkembangan karkater Jules pun bisa dibilang lebih menarik dibandingkan pada buku sebelumnya karena di sini, Jules juga mengalami konflik internal. Dia khawatir orang-orang yang membantunya akan terluka, dan seperti kebanyakan orang, Jules memilih untuk menjauhkan mereka demi melindungi mereka. Pada beberapa kesempatan aku selalu kesal karena Jules selalu memperburuk keadaan. Akan tetapi pada akhirnya, dia mengerti bahwa dia tidak bisa sendirian—dia pun mengajak sekutu-sekutunya untuk membantunya.

Kemudian, perbedaan lainnya dengan Everless ialah unsur genrenya. Everless memiliki unsur genre misteri, sementara Evermore memiliki unsur genre petualangan. (Spoiler alert) di buku ini, Jules bersama Liam Gerling berkelana ke berbagai tempat untuk menemukan cara membunuh Caro dengan mengorek masa lalu Jules sewaktu hidup sebagai sang Alkemis. Pembaca akan diajak menjelajahi beberapa tempat baru di negeri Sempera serta mengetahui lebih banyak tentang kebudayaan di negeri tersebut.

Itu merupakan pengembangan worldbuilding[4] yang menarik. Apalagi, pada buku ini juga disinggung tentang negeri selain Sempera sehingga memperkuat gambaran pembaca tentang semesta dwilogi ini. Aku rasa akan menarik sekali apabila Sara Holland ke depannya mengembangkan semesta ini dengan menulis cerita berlatar negeri-negeri selain Sempera tersebut.

Untuk yang suka dengan genre romansa, kalian pasti puas karena Evermore menyediakannya. Seakan ingin menebus buku sebelumnya yang romansanya tidak terlalu ditonjolkan, romansa antara Jules dan Liam menjadi salah satu highlight di buku ini. Semua yang Jules lakukan dalam petualangannya adalah untuk melindungi Liam, laki-laki yang dia cinta, maka sudah sepatutnya elemen romansa pada buku ini disajikan sebagus itu. Apalagi, mengingat hubungan keduanya yang dahulu bermusuhan di buku Everless, melihat mereka beradu kasih di buku ini membuatku tersenyum. Cocok banget untuk yang suka enemy-to-lover trope.

Adegan Jules-Liam favoritku ada dua. (Spoiler alert) yang pertama adalah ketika keduanya pertama kali tiba di kamar sang Alkemis di Benteng Pencuri. Cara Liam mengajak Jules berkeliling tempat tinggal sang Alkemis dulu itu sangat romantis—mungkin seperti ketika Aladdin mengajak Jasmine berkeliling dunia dengan karpet terbang. Yang kedua adalah ketika Jules meminta agar Liam kembali ke Everless, hunian keluarga Gerling, dan berhenti mendampinginya dalam misinya. Perpisahan keduanya cukup menyayat hati. Rasa sedih Jules yang harus berbohong ke orang yang dia cinta ketika sebenarnya dia ingin terus di sisinya terasa begitu sedih. Sara Holland berhasil mendeskripsikan perasaan Jules dengan begitu baik dengan kalimat-kalimat yang indah.

 

Kelemahan

Akan tetapi, akibat vibes ceritanya berbeda dari buku pertamanya, Evermore kehilangan pesona yang dimiliki Everless. Tidak ada lagi tokoh dengan segala rahasia dan watak yang disembunyikan. Di Everless, pembaca dikejutkan dengan tindakan tokoh-tokohnya yang ternyata berbeda dari prasangka awal, tetapi itu tidak ada di Evermore. Walaupun memang Evermore memberikan yang tidak dimiliki Everless, yakni petualangan penuh tantangan dan misteri.

Kemudian, peran kebanyakan tokoh seperti tidak penting di sini, padahal tokoh tersebut tokoh penting pada buku sebelumnya. Contohnya adalah Ina Gold—dia tidak berbuat banyak di buku ini. Adegannya saja sedikit sekali. Padahal, perannya dapat dibuat lebih baik lagi daripada itu. Contoh lainnya adalah Caro, si antagonis sendiri. Adegan dia tidak banyak, (spoiler alert) hanya di awal cerita ketika Jules ada di istana Shorehaven dan ketika babak resolusi cerita. Akibatnya, kekejaman Caro pun tidak berhasil diperlihatkan sekejam itu, agak kurang sesuai dengan yang dikataka Jules kalau menurutku.

Walaupun aku sangat suka dengan perkembangan hubungan Jules dan Liam, ada satu momen mereka yang sangat aku tidak suka, (spoiler alert) yakni ketika keduanya bertemu kembali di griya Everless dan tidur bersama. Padahal saat itu cerita sudah masuk fase akhirnya, menuju adegan terakhir, tetapi Jules dan Liam malah tidur. Itu memang romantis, tetapi salah tempat. Mungkin seharusnya ada lagi adegan lain sebelum itu supaya tidak langsung masuk ke babak akhir cerita sebab kemesraan Jules-Liam yang salah tempat itu merusak ketegangan cerita.

Aku juga sedikit kecewa karena tidak ada adegan pertarungan yang seru antara Jules dan Caro. Oleh karena mereka adalah sang Alkemis dan sang Penenung yang kekautan sihirnya melegenda, aku berekspektasi pada akhirnya mereka akan bertarung, sebuah pertarungan penuh sihir yang mengagumkan. Akan tetapi, tahap resolusinya berakhir begitu saja, kurang di-build up dengan baik. Meskipun itu adalah sebuah penyelesaian yang emosional, tetapi aku yakin sebenarnya bisa di-build up dengan lebih rapih lagi.

 

Kesimpulan

Evermore merupakan sebuah sekuel yang tidak biasa karena berbeda sekali dari buku pertamanya. Alih-alih slow-burn, alur Evermore terasa lebih cepat dan padat, penuh ketegangan dan petualangan. Selain itu, buku ini menawarkan cerita romansa yang akan memuaskan hati pembaca. Kemesraan Jules dan Liam sangatlah manis—sangat direkomendasikan untuk yang suka enemy-to-lover trope. Akan tetapi, penokohan dan build up cerita menjelang babak terakhirnya itu agak berantakan. Walaupn begitu, Evermore adalah sebah sekuel yang menarik dan page-turning, sebuah babak akhir yang ditunggu-tunggu dari kisah sang Alkemis dan sang Penenung yang sudah berlangsung 500 tahun di Sempera. Aku beri skor 7,8/10.

Sebelumnya (Everless)

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!


[1] Penenung (sorcerer atau sorceress) adalah orang yang (biasa) menenung; juru tenung. Tenung (sorcery) adalah kepandaian dan sebagainya untuk mengetahui (meramalkan) sesuatu yang gaib (seperti meramalkan nasib, mencari orang hilang); atau ilmu hitam untuk mencelakakan orang (sumber: KBBI).

[2] Alkemis (alchemist) adalah orang yang mempraktikkan seni alkimia, yaitu sebuah seni kimia premodern yang menggabungkan unsur-unsur kimia, fisika, astrologi, seni, semiotika, metalurgi, kedokteran, mistisisme, dan agama (sumber: Wikipedia).

[3] Page-turning berarti sebuah buku yang menarik, seru, dan menegangkan, biasanya sebuah novel (sumber: The Free Dictionary).

[4] Worldbuilding adalah proses mengonstruksi dunia imajiner, terkadang diasosiasikan dengan semesta fiksional (sumber: Wikipedia). 

Komentar