 |
Sampul Everless versi terbitan Orchard Books tahun 2018 |
Identitas Buku
Judul
|
:
|
Everless (Everless #1)
|
Penulis
|
:
|
Sara Holland
|
Penerjemah
|
:
|
Reni Indardini
|
Penyunting
|
:
|
Yuli Pritania
|
Penerbit
|
:
|
Noura Books PT Mizan Publika
|
Tahun terbit
|
:
|
2022 (2017 untuk versi orisinal bahasa Inggris)
|
Cetakan
|
:
|
I
|
Tebal
|
:
|
356 halaman
|
Harga
|
:
|
Rp124.000,-
|
ISBN
|
:
|
9786232420878
|
Genre
|
:
|
High fantasy, distopia,
drama, misteri, romantis, young adult
|
Tentang Penulis
Sara Holland adalah seorang penulis New York Times-Bestselling. Dia tumbuh
di kota kecil di Minnesota dengan ratusan buku. Dia pernah bekerja di kedai teh,
kantor dokter gigi, dan kantor ibu kota sebelum akhirnya memilih berkarir
sebagai penulis. Novel Everless merupakan
debutnya. Sekarang, dia dapat ditemukan menjelajahi toko-toko buku atau
menemukan cara baru untuk menaruh kafein ke dalam aliran darahnya.
Sinopsis
Di negeri Sempera, waktu terikat ke darah, lalu digunakan
untuk bertransaksi. Itulah mata uang Kerajaan Sempera. Makin banyak yang kau
inginkan, makin pendek rentang hidupmu.
Orang-orang kaya, seperti keluarga Gerling, dapat
hidup hingga berdekade-dekade dengan mengonsumsi besi-darah dari pajak yang
dipungut dari rakyat; sementara rakyat jelata menghabiskan waktu mereka untuk
bertahan hidup dengan menggadaikan tiap tetes darah di tubuh mereka yang menguras
waktu hidup mereka.
Jules Ember membenci kenyataan itu. Dia benci
sekali pada keluarga Gerling, terutama Liam Gerling, putra sulung keluarga
terebut yang dingin dan angkuh. Karena Liam-lah dia dan ayahnya harus kabur
dari Everelss, hunian mewah keluarga Gerling—juga rumah masa kecil Jules. Jika
bukan karena dia, ayah Jules tidak harus terlilit utang dan kehabisan waktu.
Meski Jules merindukan Everless—juga Roan Gerling, adik Liam dan cinta
pertamanya—ayahnya selalu memperingatkan Jules agar menjauhi tempat itu. Tempat
itu berbahaya bagi Jules, katanya.
Namun, demi membantu ayahnya mencari penghidupan
untuk keluarga mereka, Jules memutuskan untuk melanggar peringatan ayahnya
tersebut. Jules pergi ke Everless yang sedang membuka lowongan pekerjaan untuk
pelayan perempuan dengan bayaran tinggi. Bayaran tersebut bisa melunasi
utang-utang ayahnya. Meskipun Jules ragu dalam hati sebab dia pasti akan
bertemu Roan lagi, yang sudah bertunangan dengan perempuan lain dan akan segera
menikah.
Kembalinya Jules ke Everless tersebut rupanya
menjadi awal terbukanya sebuah rahasia yang tersimpan di Everless. Sebuah
rahasia tentang masa lalu Jules. Sebuah rahasia yang bahkan bisa mengubah nasib
seluruh negeri Sempera.
Kelebihan
 |
Sampul Everless versi orisinal cetakan pertama terbitan HarperTeen tahun 2018 |
Sebelum memulai reviu Everless, aku ingin memberikan disclaimer
bahwa aku belum pernah membaca novel bergenre drama, fantasi, dan romansa seperti
Everless ini sebelumnya. Maka, ini
adalah yang pertama. Aku memberikan disclaimer
ini karena kebanyakan reviu di Goodreads bilang bahwa buku ini terlalu formulaic—memiliki cerita yang tipikal
atau menggunakan formula cerita yang serupa dengan buku-buku lain—sehingga
terasa membosankan. Itu artinya mereka yang sudah sering membaca buku bergenre
sejenis cenderung memiliki pendapat kurang baik tentang buku ini, yang mungkin
saja berbeda dengan mereka yang jarang membaca buku bergenre sejenis ini,
sepertiku.
Baiklah, first
thing first, aku ingin mengapreasiasi tampilan buku ini yang cantik sekali.
Desain sampulnya sederhana, tetapi elegan dengan warna scarlet ‘merah marak’ yang seperti darah. Pinggiran halamannya pun
berwarna merah yang menambah kesan elegan, juga seram karena mengingatkanku
pada darah. Tak hanya itu, kalimat-kalimat di buku ini dirangkai dengan cantik
dan elegan, memberikan kesan memesona. Apalagi, judulnya pun terdengar indah, Everless. Itu pendapat pribadiku sih,
hahaha. Sara Holland tahu cara memikat perhatian orang.
Kemudian, untuk alurnya—yang banyak dikritik
sebab terlalu formulaic—sejujurnya
aku tidak bisa berpendapat tentang itu, karena alasan yang sudah kusampaikan
tadi. Namun, menurutku pribadi, alur Everless
termasuk slow-burn yang berarti
lambat “memanas”. Pembaca harus bersabar mengikuti perjalanan Jules selama di
Everless. Mungkin itu yang membuat beberapa orang bosan ya, tapi untungnya aku justru
menikmati alurnya yang mengalun perlahan tersebut.
Bahkan, bagiku Everless memiliki jalan cerita yang menarik karena Sara Holland
menyisipkan twists kecil di
sana-sini. Meski sempat tidak cukup jelas arah cerita ini mau ke mana, selalu
saja ada rahasia kecil yang terbongkar yang lalu menimbulkan tanda tanya di
benak pembaca. Alhasil, pembaca akan terpancing untuk membalik halaman terus. Seiring
cerita berjalan dan mendekati halaman terakhir, petunjuk-petunjuk mengenai rahasia
besar buku ini makin sering terungkap yang membuat cerita makin intens, sampai
pada akhirnya rahasia besarnya itu sendiri terbongkar. Ketika kalian sudah
sampai di bagian itu, terkejutkah kalian sepertiku?
Bukan hanya rahasia-rahasia yang memberikan
kejutan di sepanjang cerita, tetapi juga karakter para tokohnya. Buku ini
dipenuhi dengan pengkhianatan dan intrik tokoh-tokohnya. Mereka semua
menyembunyikan sesuatu. Pembaca jangan mudah percaya pada tokoh-tokoh baiknya,
bisa saja nanti mereka berubah jahat, menunjukkan watak asli mereka. Namun,
siapa yang sebenarnya berkhianat? Sara Holland sukses menulis cerita yang tak
henti-henti memberi kejutan.
Ditambah lagi, cerita ini dituturkan dengan sudut
pandang Jules, sedangkan Jules punya karakter yang menilai orang lain dari
asumsinya belaka. Itu membuatnya mudah tertipu prasangkanya sendiri dan salah
menilai orang. Apalagi, kebenciannya terhadap Liam Gerling makin membutakan
penilaiannya. Akibatnya, kita sebagai pembaca akan ikut-ikutan tertipu dengan
karakter tiap tokoh.
Selain alurnya, worldbuilding
buku ini bagus sekali. Sara Holland memebentuk dunia yang begitu menarik,
sebuah negeri tempat waktu terikat ke darah, lalu dijadikan mata uang. Seperti
kata Stephanie Garber, penulis serial novel Caraval,
buku ini memberikan makna baru dari frasa “kehabisan waktu”. Ya, Everless membuat frasa tersebut
terdengar mengerikan, membuat pembaca terdorong untuk tidak menyia-nyiakan
waktu. Itu ide yang kreatif sekali.
Apalagi, konsep worldbuilding seperti itu juga memberi kesadaran baru terhadap isu
ketimpangan sosial-ekonomi. Di Sempera, orang-orang kaya dapat memungut pajak dari
rakyat, yang berarti memungut kehidupan mereka. Maka dari itu, orang-orang kaya
dapat awet muda dan hidup sampai berabad-abad, sedangkan rakyat miskin ada yang
mati di jalan karena kehabisan waktu. Itu adalah cara baru untuk menggambarkan
ungkapan “yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.”
Yang tidak kalah menarik dari worldbuilding buku ini adalah mitosnya. Mitos
tentang sang Penenung
dan sang Alkemis
yang dipercaya rakyat Sempera. Aku suka sekali dengan mitologi yang dikarang
Sara Holland tersebut. Mitos tersebut pun rupanya bukan sekadar cerita belaka,
melainkan juga memengaruhi kebudayaan mereka. Tidak hanya itu, (spoiler alert) cerita tersebut memiliki
peran penting dalam perjalanan Jules untuk membongkar misteri tentang masa
lalunya.
Kemudian,
untuk romansanya yang terlihat jelas sekali di awal, rupanya tidak sejelas itu.
Romansa bukanlah hal utama dari cerita Everless,
melainkan rahasia masa lalu Jules. Walaupun begitu, romansa Jules dengan kedua
pangeran Gerling tetaplah menarik untuk disimak. Seperti yang kubilang, tidak
ada tokoh yang bisa dipercaya sepenuhnya. Pangeran yang tampak dingin sekalipun
bisa menunjukkan perhatian yang membuat tersipu dan pangeran yang tampak hangat
bisa jadi tidak seidaman itu. Tak hanya mengombang-ambing pikiran pembaca lewat
alurnya yang penuh twists dan
rahasia, Sara Holland juga ingin membuat pembaca terombang-ambing di antara dua
pangeran di sisi Jules.
Kelemahan
Meski aku menyukai alur Everless, aku harus mengakui bahwa aku lumayan setuju dengan
reviu-reviu di Goodreads—bukan sepenuhnya setuju ya. Pada beberapa bagian, alur
buku ini sangat biasa dan membosankan. Cerita slow-burn lain yang aku suka adalah serial Midnight Mass (silakan baca reviunya di sini), yang bisa menutupi kekurangan dari alur slow-burn dengan dialog-dialog filosofis. Akan tetapi, pada
beberapa bagian, Everless malah
menutupinya dengan romansa tanggung atau kebencian buta Jules terhadap keluarga
Gerling. Padahal, cerita ini memiliki modal untuk mengulas isu ketimpangan
sosial-ekonomi.
Kemudian, peran Roan Gerling dalam cerita ini
mengecewakan. Karena dia adalah cinta pertama Jules, aku pikir Roan akan sering
muncul. Namun, dia hanya muncul sesekali dan itupun hanya sebagai si manis
dengan senyum ramah. Sejujurnya, (spoiler
alert) ketika dia mengalami kemalangan di akhir buku ini, aku tidak kasihan
kepadanya sebab memang cerita ini tidak berhasil membuatku terikat secara
emosional dengan Roan.
Kesimpulan
Everless
merupakan buku fantasi-drama-romansa yang
menarik. Walau alurnya terbilang lambat, ada kejutan di sana-sini yang akan
terus membuat pembaca penasaran. Apalagi, buku ini dipenuhi tipuan, intrik, dan
pengkhianatan. Tidak ada tokoh yang bisa dipercaya hanya dari luar sebab semua
menyembunyikan sesuatu. Selain itu, penggambaran negeri Sempera yang
menggunakan darah sebagai mata uang juga mengagumkan, sekaligus mengerikan.
Waktu sungguhan bernilai di sana, mengingatkan pembaca untuk tidak
menyiakan-nyiakannya sekaligus menyadarkan pembaca terkait ketimpangan
sosial-ekonomi. Walau beberapa orang menganggap buku ini membosankan, bagiku Everless adalah cerita yang page-turning
dan menyenangkan.
Buku ini sepertinya cocok untuk para pembaca
baru, terutama bagi mereka yang ingin mengeksplorasi genre ini. Sementara bagi
kalian yang sudah sering membaca genre ini, sebaiknya turunkan ekspektasi
kalian agar tidak terlalu kecewa. Skor yang aku berikan untuk Everless adalah 7,8/10.
Selanjutnya (Evermore)
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Page-turning berarti sebuah buku yang
menarik, seru, dan menegangkan, biasanya sebuah novel (sumber: TheFree Dictionary).
Komentar
Posting Komentar