A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Everless: Sebuah Kisah Drama-Misteri yang Berlumur Darah

Sampul Everless versi terbitan Orchard Books tahun 2018

Identitas Buku

Judul

:

Everless (Everless #1)

Penulis

:

Sara Holland

Penerjemah

:

Reni Indardini

Penyunting

:

Yuli Pritania

Penerbit

:

Noura Books PT Mizan Publika

Tahun terbit

:

2022 (2017 untuk versi orisinal bahasa Inggris)

Cetakan

:

I

Tebal

:

356 halaman

Harga

:

Rp124.000,-

ISBN

:

9786232420878

Genre

:

High fantasy, distopia, drama, misteri, romantis, young adult

 

Tentang Penulis

Sara Holland adalah seorang penulis New York Times-Bestselling. Dia tumbuh di kota kecil di Minnesota dengan ratusan buku. Dia pernah bekerja di kedai teh, kantor dokter gigi, dan kantor ibu kota sebelum akhirnya memilih berkarir sebagai penulis. Novel Everless merupakan debutnya. Sekarang, dia dapat ditemukan menjelajahi toko-toko buku atau menemukan cara baru untuk menaruh kafein ke dalam aliran darahnya.

 

Sinopsis

Di negeri Sempera, waktu terikat ke darah, lalu digunakan untuk bertransaksi. Itulah mata uang Kerajaan Sempera. Makin banyak yang kau inginkan, makin pendek rentang hidupmu.

Orang-orang kaya, seperti keluarga Gerling, dapat hidup hingga berdekade-dekade dengan mengonsumsi besi-darah dari pajak yang dipungut dari rakyat; sementara rakyat jelata menghabiskan waktu mereka untuk bertahan hidup dengan menggadaikan tiap tetes darah di tubuh mereka yang menguras waktu hidup mereka.

Jules Ember membenci kenyataan itu. Dia benci sekali pada keluarga Gerling, terutama Liam Gerling, putra sulung keluarga terebut yang dingin dan angkuh. Karena Liam-lah dia dan ayahnya harus kabur dari Everelss, hunian mewah keluarga Gerling—juga rumah masa kecil Jules. Jika bukan karena dia, ayah Jules tidak harus terlilit utang dan kehabisan waktu. Meski Jules merindukan Everless—juga Roan Gerling, adik Liam dan cinta pertamanya—ayahnya selalu memperingatkan Jules agar menjauhi tempat itu. Tempat itu berbahaya bagi Jules, katanya.

Namun, demi membantu ayahnya mencari penghidupan untuk keluarga mereka, Jules memutuskan untuk melanggar peringatan ayahnya tersebut. Jules pergi ke Everless yang sedang membuka lowongan pekerjaan untuk pelayan perempuan dengan bayaran tinggi. Bayaran tersebut bisa melunasi utang-utang ayahnya. Meskipun Jules ragu dalam hati sebab dia pasti akan bertemu Roan lagi, yang sudah bertunangan dengan perempuan lain dan akan segera menikah.

Kembalinya Jules ke Everless tersebut rupanya menjadi awal terbukanya sebuah rahasia yang tersimpan di Everless. Sebuah rahasia tentang masa lalu Jules. Sebuah rahasia yang bahkan bisa mengubah nasib seluruh negeri Sempera.

 

Kelebihan

Sampul Everless versi orisinal
cetakan pertama terbitan
HarperTeen tahun 2018

Sebelum memulai reviu Everless, aku ingin memberikan disclaimer bahwa aku belum pernah membaca novel bergenre drama, fantasi, dan romansa seperti Everless ini sebelumnya. Maka, ini adalah yang pertama. Aku memberikan disclaimer ini karena kebanyakan reviu di Goodreads bilang bahwa buku ini terlalu formulaic—memiliki cerita yang tipikal atau menggunakan formula cerita yang serupa dengan buku-buku lain—sehingga terasa membosankan. Itu artinya mereka yang sudah sering membaca buku bergenre sejenis cenderung memiliki pendapat kurang baik tentang buku ini, yang mungkin saja berbeda dengan mereka yang jarang membaca buku bergenre sejenis ini, sepertiku.

Baiklah, first thing first, aku ingin mengapreasiasi tampilan buku ini yang cantik sekali. Desain sampulnya sederhana, tetapi elegan dengan warna scarlet ‘merah marak’ yang seperti darah. Pinggiran halamannya pun berwarna merah yang menambah kesan elegan, juga seram karena mengingatkanku pada darah. Tak hanya itu, kalimat-kalimat di buku ini dirangkai dengan cantik dan elegan, memberikan kesan memesona. Apalagi, judulnya pun terdengar indah, Everless. Itu pendapat pribadiku sih, hahaha. Sara Holland tahu cara memikat perhatian orang.

Kemudian, untuk alurnya—yang banyak dikritik sebab terlalu formulaic—sejujurnya aku tidak bisa berpendapat tentang itu, karena alasan yang sudah kusampaikan tadi. Namun, menurutku pribadi, alur Everless termasuk slow-burn yang berarti lambat “memanas”. Pembaca harus bersabar mengikuti perjalanan Jules selama di Everless. Mungkin itu yang membuat beberapa orang bosan ya, tapi untungnya aku justru menikmati alurnya yang mengalun perlahan tersebut.

Bahkan, bagiku Everless memiliki jalan cerita yang menarik karena Sara Holland menyisipkan twists kecil di sana-sini. Meski sempat tidak cukup jelas arah cerita ini mau ke mana, selalu saja ada rahasia kecil yang terbongkar yang lalu menimbulkan tanda tanya di benak pembaca. Alhasil, pembaca akan terpancing untuk membalik halaman terus. Seiring cerita berjalan dan mendekati halaman terakhir, petunjuk-petunjuk mengenai rahasia besar buku ini makin sering terungkap yang membuat cerita makin intens, sampai pada akhirnya rahasia besarnya itu sendiri terbongkar. Ketika kalian sudah sampai di bagian itu, terkejutkah kalian sepertiku?

Bukan hanya rahasia-rahasia yang memberikan kejutan di sepanjang cerita, tetapi juga karakter para tokohnya. Buku ini dipenuhi dengan pengkhianatan dan intrik tokoh-tokohnya. Mereka semua menyembunyikan sesuatu. Pembaca jangan mudah percaya pada tokoh-tokoh baiknya, bisa saja nanti mereka berubah jahat, menunjukkan watak asli mereka. Namun, siapa yang sebenarnya berkhianat? Sara Holland sukses menulis cerita yang tak henti-henti memberi kejutan.

Ditambah lagi, cerita ini dituturkan dengan sudut pandang Jules, sedangkan Jules punya karakter yang menilai orang lain dari asumsinya belaka. Itu membuatnya mudah tertipu prasangkanya sendiri dan salah menilai orang. Apalagi, kebenciannya terhadap Liam Gerling makin membutakan penilaiannya. Akibatnya, kita sebagai pembaca akan ikut-ikutan tertipu dengan karakter tiap tokoh.

Selain alurnya, worldbuilding[1] buku ini bagus sekali. Sara Holland memebentuk dunia yang begitu menarik, sebuah negeri tempat waktu terikat ke darah, lalu dijadikan mata uang. Seperti kata Stephanie Garber, penulis serial novel Caraval, buku ini memberikan makna baru dari frasa “kehabisan waktu”. Ya, Everless membuat frasa tersebut terdengar mengerikan, membuat pembaca terdorong untuk tidak menyia-nyiakan waktu. Itu ide yang kreatif sekali.

Apalagi, konsep worldbuilding seperti itu juga memberi kesadaran baru terhadap isu ketimpangan sosial-ekonomi. Di Sempera, orang-orang kaya dapat memungut pajak dari rakyat, yang berarti memungut kehidupan mereka. Maka dari itu, orang-orang kaya dapat awet muda dan hidup sampai berabad-abad, sedangkan rakyat miskin ada yang mati di jalan karena kehabisan waktu. Itu adalah cara baru untuk menggambarkan ungkapan “yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.”

Yang tidak kalah menarik dari worldbuilding buku ini adalah mitosnya. Mitos tentang sang Penenung[2] dan sang Alkemis[3] yang dipercaya rakyat Sempera. Aku suka sekali dengan mitologi yang dikarang Sara Holland tersebut. Mitos tersebut pun rupanya bukan sekadar cerita belaka, melainkan juga memengaruhi kebudayaan mereka. Tidak hanya itu, (spoiler alert) cerita tersebut memiliki peran penting dalam perjalanan Jules untuk membongkar misteri tentang masa lalunya.

Kemudian, untuk romansanya yang terlihat jelas sekali di awal, rupanya tidak sejelas itu. Romansa bukanlah hal utama dari cerita Everless, melainkan rahasia masa lalu Jules. Walaupun begitu, romansa Jules dengan kedua pangeran Gerling tetaplah menarik untuk disimak. Seperti yang kubilang, tidak ada tokoh yang bisa dipercaya sepenuhnya. Pangeran yang tampak dingin sekalipun bisa menunjukkan perhatian yang membuat tersipu dan pangeran yang tampak hangat bisa jadi tidak seidaman itu. Tak hanya mengombang-ambing pikiran pembaca lewat alurnya yang penuh twists dan rahasia, Sara Holland juga ingin membuat pembaca terombang-ambing di antara dua pangeran di sisi Jules.

 

Kelemahan

Meski aku menyukai alur Everless, aku harus mengakui bahwa aku lumayan setuju dengan reviu-reviu di Goodreads—bukan sepenuhnya setuju ya. Pada beberapa bagian, alur buku ini sangat biasa dan membosankan. Cerita slow-burn lain yang aku suka adalah serial Midnight Mass (silakan baca reviunya di sini), yang bisa menutupi kekurangan dari alur slow-burn dengan dialog-dialog filosofis. Akan tetapi, pada beberapa bagian, Everless malah menutupinya dengan romansa tanggung atau kebencian buta Jules terhadap keluarga Gerling. Padahal, cerita ini memiliki modal untuk mengulas isu ketimpangan sosial-ekonomi.

Kemudian, peran Roan Gerling dalam cerita ini mengecewakan. Karena dia adalah cinta pertama Jules, aku pikir Roan akan sering muncul. Namun, dia hanya muncul sesekali dan itupun hanya sebagai si manis dengan senyum ramah. Sejujurnya, (spoiler alert) ketika dia mengalami kemalangan di akhir buku ini, aku tidak kasihan kepadanya sebab memang cerita ini tidak berhasil membuatku terikat secara emosional dengan Roan.

 

Kesimpulan

Everless merupakan buku fantasi-drama-romansa yang menarik. Walau alurnya terbilang lambat, ada kejutan di sana-sini yang akan terus membuat pembaca penasaran. Apalagi, buku ini dipenuhi tipuan, intrik, dan pengkhianatan. Tidak ada tokoh yang bisa dipercaya hanya dari luar sebab semua menyembunyikan sesuatu. Selain itu, penggambaran negeri Sempera yang menggunakan darah sebagai mata uang juga mengagumkan, sekaligus mengerikan. Waktu sungguhan bernilai di sana, mengingatkan pembaca untuk tidak menyiakan-nyiakannya sekaligus menyadarkan pembaca terkait ketimpangan sosial-ekonomi. Walau beberapa orang menganggap buku ini membosankan, bagiku Everless adalah cerita yang page-turning[4] dan menyenangkan.

Buku ini sepertinya cocok untuk para pembaca baru, terutama bagi mereka yang ingin mengeksplorasi genre ini. Sementara bagi kalian yang sudah sering membaca genre ini, sebaiknya turunkan ekspektasi kalian agar tidak terlalu kecewa. Skor yang aku berikan untuk Everless adalah 7,8/10.

Selanjutnya (Evermore)

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!


[1] Worldbuilding adalah proses mengonstruksi dunia imajiner, terkadang diasosiasikan dengan semesta fiksional (sumber: Wikipedia).

[2] Penenung (sorcerer atau sorceress) adalah orang yang (biasa) menenung; juru tenung. Tenung (sorcery) adalah kepandaian dan sebagainya untuk mengetahui (meramalkan) sesuatu yang gaib (seperti meramalkan nasib, mencari orang hilang); atau ilmu hitam untuk mencelakakan orang (sumber: KBBI).

[3] Alkemis (alchemist) adalah orang yang mempraktikkan seni alkimia, yaitu sebuah seni kimia pramodern yang menggabungkan unsur-unsur kimia, fisika, astrologi, seni, semiotika, metalurgi, kedokteran, mistisisme, dan agama (sumber: Wikipedia).

[4] Page-turning berarti sebuah buku yang menarik, seru, dan menegangkan, biasanya sebuah novel (sumber: TheFree Dictionary).

Komentar