A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Serial TV Terfavorit 2022 (part 2)

Serial TV Terfavorit 2022 

Judul

:

Twenty-Five Twenty-One

Sutradara

:

Jung Ji Hyun

Penulis

:

Kwon Do Eun

Produser eksekutif

:

Kim Seon Tae

Produser

:

Yoon Ha Rim, Heo Seok Won, Park Hun Joo

Musim/Episode

:

1 Musim/16 episode

Pemeran

:

Kim Tae Ri, Nam Joo Hyuk, Bona, Choi Hyun Wook, Lee Joo Myung

Genre

:

Coming of age, romantis

Twenty-Five Twenty-One (selanjutnya ditulis 25-21) adalah sebuah drama Korea coming of age yang begitu populer selama masa penayangannya. Drakor ini menjadi salah satu drakor yang paling banyak ditonton di TV kabel Korea. 25-21 juga adalah salah drakor paling paling favoritku di tahun 2022 ini. Kalian dapat menontonnya di Netflix.

Di tahun 1998, ketika Korea dilanda krisis IMF, seorang atlet anggar SMA bernama Na Hee Do (Kim Tae Ri) harus terkena imbas krisis tersebut. Mimpinya menjadi atlet anggar profesional dan menjadi rival bagi Ko Yu Rim (Bona)—seorang atlet anggar muda tersohor di Korea—terancam hancur.

Kemudian, dia bertemu dengan seorang pemuda yang sedikit lebih tua darinya, bernama Baek Yi Jin (Nam Joo Hyuk). Yi Jin dulunya hidup kaya raya tapi sekarang dia hidup susah setelah keluarganya bangkrut akibat terkena imbas krisis IMF. Dirinya yang masih muda tersebut dipaksa untuk menjadi dewasa dan menjadi tulang punggung keluarganya.

Bagi Hee Do dan Yi Jin, dunia begitu berat dan seakan tak ada cahaya di depan. Namun, bersama mereka menemukan keindahan-keindahan sederhana dalam hidup. Mereka pun berjanji untuk selalu bahagia saat bersama. Hari berganti hari, tahun berganti tahun, hubungan keduanya terus berkembang, lalu mekar dengan indahnya ketika usia mereka 25 dan 21.

 25-21 adalah drakor yang begitu keren dengan emosi yang campur aduk. Drakor ini unik karena ceritanya antara tentang persahabatan, hubungan romantis, dan juga kehidupan atlet. Biasanya, drakor menitikberatkan pada salah satu saja dari ketiga tema tersebut, tetapi 25-21 menyajikan ketiganya secara bersamaan dengan seimbang. Ketika menonton drakor ini sepanjang 16 episode, kamu akan dibuat tertawa, gemas, tersipu malu, terharu, juga patah hati. Siap-siap saja menghadapi dinamika emosi drakor ini.

25-21 juga memberikan beberapa pelajaran yang relatable banget, meskipun konteks ceritanya itu tentang anggar. Salah satu yang paling keren adalah waktu ayahnya Hee Do bilang ke dia bahwa skill-nya itu meningkat seperti tangga—ada momen ketika dia stuck, datar seperti garis horizontal, tetapi nanti ada momen ketika dia akan meningkat tinggi. Jadi, jangan menyerah ketika kamu stuck, meskipun itu memakan waktu lama, bahkan bertahun-tahun, karena akan ada momen kamu naik. Itu relatable banget pasti bagi semua orang yang sedang mendalami passion-nya.

Selanjutnya, tadi aku menggunakan metafora bunga untuk menggambarkan hubungan Hee Do dan Yi Jin karena memang seperti itu hubungan mereka—tumbuh, mekar, lalu layu. Keduanya bertemu sebagai teman untuk pertama kali. Mereka lalu menjadi support system satu sama lain. Hubungan mereka terus berkembang hingga akhirnya mereka berpisah.

Itu bukan spoiler yang besar ya, karena semua yang menonton pun tahu keduanya pasti berpisah. Itu pula yang membuatku kagum pada drakor ini. Biarpun orang-orang tahu bahwa kedua tokoh utamanya tidak akan bersama, mereka tetap dibuat penasaran untuk menonton terus. Jarang sekali ada tontonan yang akhir ceritanya sudah bocor duluan tapi masih mendapat begitu banyak perhatian.

Ada banyak sekali momen Hee Do dan Yi Jin yang menjadi favoritku. Mulai dari (spoiler alert) ketika mereka berdua bermain keran, ketika mereka merindukan satu sama lain di telepon umum, sampai ketika mereka berpisah—semua itu momen yang indah sekali. Momen-momen tersebut disajikan dengan visual, dialog, serta akting yang memukau banget, dan terkesan puitis.

Kemudian, aku juga paham alasan mereka tidak bisa bersama. (Spoiler alert) sejak kecil Hee Do dikecewakan oleh ibunya yang berprofesi sebagai reporter, maka dia tidak mau mengalami hal yang sama kalau terus bersama Yi Jin yang juga seorang reporter. Dia tidak mau dikecawakan Yi Jin, maka dia ingin pisah. Bahkan, kalau hubungan mereka diteruskan, mungkin mereka akan pisah dengan cara yang tidak baik—walaupun pisah yang baik-baik menyakitkan pula. Perpisahan mereka adalah klimaks drakor ini yang sangat menyakitkan bagi mereka berdua, juga para penonton, tetapi itu necessary untuk proses perkembangan karakter mereka.

Selain Hee do dan Yi Jin, aku juga suka banget hubungan Hee Do dan Yu Rim. Di awal, Yu Rim itu jahat banget dan menyebalkan. Puncaknya adalah waktu Asian Games. Saat itu, aku kasihan sekali pada Hee Do, tapi aku juga kasihan pada Yu Rim. Kemudian, (spoiler alert) ketika mereka bertemu kembali saat Olimpiade di Madrid dalam babak final. Itu pertarungan yang indah dan mengharukan. Waktu mereka membuka helm lalu berpelukan sambil menangis, aku ikut menangis. Dan ketika Hee Do mengatakan, “Kamu pasti melewati apa yang aku alami. Hanya kita berdua yang tahu betapa beratnya,” aku hanya diam dan ikut menangis, padahal sebelumnya aku sudah deg-degan khawatir persahabatan mereka retak. Itulah momen puncak persahabatan keduanya di drakor ini.

Oh iya, tokoh-tokoh lainnya juga manarik banget, seperti Moon Ji Woong (Choi Hyun Wook) dan Ji Seung Wan (Lee Joo Myung). Mereka berdua adalah contoh bahwa laki-laki dan perempuan bisa bersahabat. Walaupun peran mereka mungkin tidak sedominan Hee Do dan Yi Jin, mereka berdua tetap mencuri perhatian. Misalnya, (spoiler alert) usaha Ji Woong untuk mendekati Yu Rim itu manis banget, dan keberanian Seung Wan untuk memegang teguh prinsipnnya sampai memilih berhenti sekolah, itu mengagumkan. Apalagi, ibunya Seung Wan juga supportif kepada putrinya itu. Pokoknya, Seung Wan itu best girl!

Yang kurang dari drakor ini adalah episode terakhir bagian epilognya. Itu diceritakan terburu-buru dan lebih banyak fokus ke Yi Jin dan Hee Do. Padahal, kita sudah lebih sering menyaksikan kebersamaan mereka berlima, bukan hanya Hee Do dan Yi Jin. Penonton pasti ingin tahu kabar teman-temannya Hee Do di tahun 2021, tetapi kita tidak diceritakan apa-apa.

Namun, 25-21 itu tetap tontonan yang manis dan mengharukan. Bagi penonton yang sudah dewasa, mungkin kalian akan iri dengan persahabatan mereka berlima yang manis sekali. Soundtrack-nya juga asik. Aku suka lagu Starlightoleh TAEIL, Very, Slowlyoleh BIBI, dan Witholeh kelima pemeran utama drakor ini (Kim Tae Ri, Nam Joo Hyuk, Bona, Choi Hyun Wook, dan Lee Joo Myung). Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Dark
Season 1-3

(2017—2020)

Judul

:

Dark

Sutradara

:

Baran bo Odar

Penulis

:

Noh Hee Kyung

Produser eksekutif

:

Justyna Müsch, Juntje Friese, Quirin Berg, Max Wiedemann, Baran bo Odar

Pencipta

:

Baran bo Odar, Juntje Friese

Musim/Episode

:

3 Musim/26 episode

Pemeran

:

Louis Hofmann, Andreas Pietschmann, Dietrich Hollinderbäumer, Maja Schöne, Lisa Vicari, Moritz Jahn, Daan Lennard Liebrenz, Oliver Masucci, Jördis Triebel, Stephanie Amarell, Stephan Kampwirth, Karoline Eichhorn, Gina Alice Stiebitz, Carlotta von Falkenhayn, Peter Schneider, Christian Steyer, Paul Lux, Deborah Kaufmann, Béla Gabor Lenz, Julika Jenkins, Lisa Kreuzer, Sebastian Hülk, Christian Pätzold, Mark Waschke, Lea van Acken

Genre

:

Fiksi ilmiah, psychological thriller, misteri, tragedi

Dark adalah serial orisinal Netflix asal Jerman yang pertama. Serial ini mendulang banyak sekali pujian atas tone, visual, akting, pemeran, scoring, ambisi, dan kompleksitas ceritanya. Kalian dapat menonton Dark di Netflix.

Dark bercerita tentang misteri yang terjadi di suatu kota fiktif bernama Winden, Jerman. Di kota tersebut, beberapa anak hilang secara misterius. Namun, kekacauan sesungguhnya baru dimulai ketika seorang anak bernama Mikkel Nielsen (Daan Lennard Liebrenz) menghilang.

Jonas Kahnwald (Louis Hofmann) merasa bertanggung jawab atas hilangnya Mikkel karena dialah yang terakhir bersamanya. Dia menelusuri gua misterius yang ada di kota mereka, tempat terakhir dia dan Mikkel pergi, dan menemukan jalan rahasia yang menghubungkan dunianya dengan masa lalu. Jonas lalu bertemu dengan pria misterius (Andreas Pietschmann), seorang penjelajah waktu, yang menceritakannya rahasia gelap di kota tersebut.

Rupanya, segala keanehan di Winden, termasuk hilangnya Mikkel dan anak-anak lainnya, adalah ulah para penjelajah waktu yang tergabung dalam kelompok bernama Sic Mundus. Konspirasi mereka telah melibatkan empat keluarga di Winden selama beberapa generasi, dan Jonas terjebak di dalamnya. Jonas harus menghentikannya, tapi mampukah dia melakukannya? Mampukah Jonas menghentikan siklus gila yang dipicu para anggota Sic Mundus yang telah terjadi berkali-kali tersebut?

Dark adalah tontonan fiksi ilmiah paling gila yang pernah kulihat. Serial ini berhasil mengemas teori-teori fisika tentang waktu dan realitas menjadi tontonan yang mind-blowing. Belum pernah aku melihat tontonan tentang perjalanan waktu yang serumit ini.

Bagi beberapa orang, mungkin Dark memiliki cerita yang membosankan dengan alur yang berputar-putar. Akan tetapi, justru itulah yang membuatku tertarik. Bukannya bingung, aku justru makin penasaran dengan berhasil atau tidaknya Jonas menghentikan semua kegilaan tersebut.

Yang aku suka dari Dark adalah caranya memperlihatkan pengaruh teori-teori fisika mengenai ruang-waktu terhadap realitas manusia. Salah satunya adalah bootstrap paradox, yang di dalam serial Dark, contohnya adalah (spoiler alert) ketika Ulrich Nielsen (Oliver Masucci) pergi ke masa lalu membawa sebuah buku karya H. G. Tannhaus (Christian Steyer), lalu bertemu dengan H. G. Tannhaus (Arnd Klawitter) di masa lalu yang belum pernah menulis buku tersebut. H. G. Tannhaus justru mulai menulis buku tersebut karena melihat buku yang dibawa Ulrich—yang berarti Tannhaus tidak akan menulisnya kalau Ulrich tidak membawa buku itu ke masa lalu. Namun, Ulrich tidak mungkin membawa buku itu ke masa lalu kalau Tannhaus tak pernah menulisnya. Buku tersebut hanya ada di dalam siklus tak berkesudahan tersebut.

Biasanya, bootstrap paradox dalam cerita perjalanan waktu hanya diterapkan terhadap suatu benda atau informasi. Namun, Dark menerapkannya di mana-mana, termasuk terhadap para tokohnya. There’re bootstrap paradox all over the place. Kalian akan dibuat bertanya-tanya di mana titik mula dari semuanya, karena memang itulah yang dicari. Itu bagaikan pertanyaan mana yang lebih dulu antara ayam dan telur.

Teori lainnya yang ada di serial ini adalah predestination paradox. Contohnya adalah (spoiler alert) ketika Jonas dewasa pergi ke tahun 2020 untuk menutup jalur perjalanan waktu di dalam gua, tetapi rupanya dia malah memicu portal tersebut tercipta in the first place. Bahkan, beberapa kali para penjelajah waktunya mengatakan bahwa bukan hanya masa lalu yang memengaruhi masa depan, tetapi juga masa depan yang memengaruhi masa lalu—dan itu bermakna harfiah. Orang-orang dari masa depan pergi ke masa lalu untuk menggerakkan orang-orang di masa lalu agar berbuat sesuai rencana mereka, bagaikan dalang yang menggerakkan wayang.

Bukan hanya itu, masih ada lagi teori-teori fisika lainnya yang diterapkan di serial ini, seperti dunia paralel, kucing Schrödinger, dan realitas yang overlapped. Pencipta serial ini dapat dengan lihai mengaplikasikan teori-teori tersebut ke dalam cerita sehingga menambah kompleksitasnya yang menjadikannya makin mind-bending. Namun, penerapan atas ketiga teori tersebut baru muncul di musim ketiga.

Kemudian, yang patut dipuji dari serial ini adalah casting-nya. Jadi, setidaknya ada lima latar waktu di serial ini: 1888, 1954, 1987, 2020, dan 2053. Di tiap latar waktu, para tokoh muncul dengan penampilan berbeda: anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Yang kerennya adalah para pencipta serial ini dapat memilih aktor-aktor yang tepat dengan wajah yang mirip untuk memerankan satu tokoh yang sama dalam 3 tampilan. Misal, aku bisa melihat kemiripan di wajah Ulrich versi remaja, dewasa, dan lansia. Akting para pemerannya juga oke banget. Misal, Ulrich versi remaja dan dewasa kan diperankan oleh aktor yang berbeda, tetapi aku bisa melihat kemiripan di antara keduanya. Maka dari itu, tidak perlu risau menghafal wajah setiap tokoh karena kalian pasti dapat langsung menyadari persamaannya sekalipun tokoh tersebut diperankan orang-orang yang berbeda.

Selanjutnya, dari semua tokoh di Dark, yang paling berkesan buatku salah satunya adalah Claudia Tiedemann (Julika Jenkins/Lisa Kreuzer). (Spoiler alert) dia adalah tokoh paling cerdas dan badass karena berperan penting dalam memutus siklus tak berkesudahan di serial ini. Dia menjadi kekuatan ketiga yang menguasai perjalanan waktu selain Adam (Dietrich Hollinderbäumer) dan Eva (Barbara Nüsse), para antagonis di cerita ini. (Spoiler alert) namun, hal paling berkesan dari karakternya bukanlah ketika dia memecahkan siklusnya, tetapi ketika dia terpaksa melihat ayahnya sendiri, Egon Tiedemann (Christian Pätzold) mati di depan matanya tanpa bisa berbuat apa-apa. Itu salah satu momen paling menyedihkan dari serial ini.

Yang terasa kurang dari serial ini adalah pengembangan dunianya Eva. Jadi, selama musim pertama dan kedua, cerita hanya fokus pada dunianya Adam. Baru di musim ketiga, diperkenalkan adanya dunia paralel, yakni dunianya Eva. Namun, dunianya Eva seperti underdeveloped. Bahkan, Martha Nielsen (Lisa Vicari) dari dunia Eva, yang menjadi tokoh sentral di musim ketiga, memiliki perkembangan karkater yang terasa diburu-buru dan kurang matang.

Akan tetapi, serial yang memusingkan dan njlimet ini memiliki akhir yang “memuaskan.” Sebenarnya, aku sejak awal sudah punya gambaran akhirnya akan seperti apa, tetapi saat menontonnya langsung, rasanya begitu memuaskan. (Spoiler alert) ternyata, surga yang dicari-cari Jonas, Adam, dan yang lainnya selama ini adalah ketiadaan, menjadi tidak pernah ada—sesuatu yang mungkin tampak mengerikan, tetapi begitu damai bagi mereka. Aku suka banget dialog terakhir Martha dan Jonas:

“Do you think anything of us will remain? Or is that what we are? A dream? And we never really existed?” ucap Martha.

“I don’t know…” jawab Jonas. “We are a perfect match. Never believe anything else.”

Baru setelah itu aku menyadari bahwa keseluruhan cerita Dark adalah tentang cinta. Jonas dan Martha, serta Adam dan Eva, melakukan semua itu demi orang-orang yang mereka cintai. Mereka melintasi waktu dan mengubah realitas demi menyelamatkan orang-orang yang mereka sayang. Kalau dilihat dari sudut pandang itu, Dark adalah kisah cinta yang tragis—sangat tragis. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Forecasting Love and Weather

(2022)

Judul

:

Forecasting Love and Weather

Sutradara

:

Cha Young Hoon

Penulis

:

Seon Young

Pencipta

:

Plot Line, Kang Eun Kyung

Produser eksekutif

:

Kim Do Kyun, Hwang Ra Kyung, Kang Ra Young

Produser

:

Pyo Jong Rok, Kim Hyeong Cheol

Musim/Episode

:

1 Musim/16 episode

Pemeran

:

Park Min Young, Song Kang, Yoon Park, Yura

Genre

:

Komedi romantis, drama kantor

Forecasting Love and Weather (disingkat FLW) adalah drama Korea yang bercerita tentang kehidupan orang-orang yang bekerja di Korean Meteorological Administration (KMA, atau BMKG-nya Korea). Drakor ini mempunyai judul alternatif, yaitu “Weather People” dan “KMA People: Office Romance Cruelty.” Kalian bisa menonton FLW secara streaming di Netflix.

FLW menceritakan kehidupan para pekerja di KMA yang berpusat pada pasangan Jin Ha Kyung (Park Min Young) dan Lee Shi Woo (Song Kang). Cerita berawal ketika Ha Kyung mendapati tunangannya, Han Ki Joon (Yoon Park) yang sekaligus koleganya di kantor, berselingkuh dengan perempuan bernama Chae Yoo Jin (Yura), seorang reporter. Ha Kyung yang bereputasi baik harus bisa menahan malu karena pertunangannya yang gagal. Dia akan menjadi buah bibir orang-orang di kantor karena itulah risiko berpacaran dengan teman sekantor.

Beberapa bulan kemudian, Ha Kyung mendapat promosi menjadi direktur di kantor pusat KMA dan timnya mendapatkan dua orang anggota baru, salah satunya adalah Lee Shi Woo (Song Kang), seorang pemuda yang tampan, cerdas, serta sangat kompeten di bidangnya. Dia sangat pandai dalam pekerjaannya dan mempunyai dedikasi yang tinggi.

Ha Kyung dan Shi Woo lalu saling jatuh cinta, padahal Ha Kyung tidak ingin lagi berpacaran dengan teman sekantor, apalagi yang kali ini satu tim. Maka dari itu, mereka merahasiakan hubungan mereka, tetapi sampai kapan rahasia itu bisa bertahan?

Hal pertama yang membuatku tertarik pada serial ini adalah caranya menampilkan hubungan antara cuaca dan kehidupan manusia. FLW dapat dengan sangat baik memperlihatkan bahwa kehidupan sehari-hari kita sangat bergantung pada cuaca. Bukan sekadar hujan atau cerah, tetapi juga kualitas udara, kelembapan, serta sensible temperature juga dibahas di serial ini. Aku jadi teringat salah satu kalimat di film “Weathering with You” (2019) bahwa cuaca dapat menggugah hati seseorang, yang berarti cuaca berpengaruh pada suasana hati (mood) kita. 

Hal tersebutlah yang membuat profesi peramal cuaca menjadi terlihat menarik di serial ini. Profesi peramal cuaca di BMKG bukanlah profesi favorit orang-orang—mungkin karena profesi tersebut terkesan membosankan bagi kebanyakan orang. Akan tetapi, FLW berhasil memperlihatkan value dari profesi tersebut. Hasil ramalan cuaca dari para peramal cuaca dapat memengaruhi kebijakan pemerintah yang berpengaruh pada kehidupan orang-orang, seperti nelayan dan petani, sehingga pekerjaan mereka bukanlah hal remeh. Selain itu, drakor ini juga memperlihatkan bahwa meramal cuaca bukanlah pekerjaan mudah. Maka dari itu, tidak perlu kesal kalau ramalan cuaca hari ini salah ya.

Kemudian, aku tertarik juga pada kehidupan pribadi para tokoh di drakor ini. Mereka adalah PNS-nya Korea, maka mungkin kalian yang juga bekerja sebagai PNS, terutama yang bekerja di BMKG bisa relate. Yang paling menarik menurutku adalah kehidupan pribadinya Eom Dong Han (Lee Sung Wook). Dia menjalani kehidupan hubungan jarak jauh (long distance relationship) dengan keluarganya selama bertahun-tahun sehingga dia agak canggung ketika kembali tinggal serumah dengan mereka. Kalian yang juga tinggal terpisah dari keluarga karena pekerjaan mungkin bisa relate dengannya.

Terkait kisah cinta para tokoh utamanya, yaitu Ha Kyung dan Shi Woo, (spoiler alert) aku suka ketika mereka dihadapi pada pertanyaan: mau dibawa ke mana hubungan ini? Keduanya memiliki perbedaan visi, yang satu ingin menikah dan yang satu tidak. Hal seperti ini memang perlu dibicarakan di antara pasangan, terutama yang sudah ingin serius. Aku suka karena tantangan dalam hubungan mereka bukan yang klise, seperti ketahuan oleh orang-orang kantor, tetapi justru problem yang sifatnya lebih dewasa. Itu mungkin dapat menjadi insight bagi para penonton yang sedang mengalami situasi serupa.

Yang menarik lagi dari serial ini adalah Ki Joon dan Yoo Jin. Karakter Yoo Jin tidak seperti pelakor-pelakor tipikal dan bahkan, aku bersimpati padanya. Kupikir, dia salah satu tokoh paling bijaksana di serial ini—dia tahu apa yang dia inginkan dan tahu harus bertindak apa. Sementara itu, suaminya, Ki Joon, dia menyebalkan di awal, tetapi dia mengalami perkembangan karakter yang cukup mengesankan hingga dapat menjadi suami yang bertanggung jawab. Yang lucu adalah Ha Kyung dan Ki Joon tetap dapat berteman setelah pertunangan mereka batal.

Sementara itu, yang aku tidak suka dari serial ini adalah tentang ayahnya Shi Woo, Lee Myung Han (Jeon Bae Soo). (Spoiler alert) perubahan karakternya yang dari orang tua tak bertanggung jawab menjadi orang tua yang renta karena sakit itu sangat tiba-tiba. Terakhir kali dia muncul, dia masih berengsek, tapi begitu muncul lagi, dia berubah menjadi sosok yang “ingin” dikasihani. Selain itu, aku juga agak tidak suka dengan penyelesaian hubungan Ha Kyung dan Shi Woo karena terasa flat, tidak berkesan.

Walaupun begitu, FLW merupakan tontonan yang menyenangkan dan cocok untuk kalian yang suka genre komedi romantis serta office romance. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Moon Knight

(2022)

Judul

:

Moon Knight

Pencipta

:

Jeremy Slater

Produser eksekutif

:

Kevin Feige, Louis D’Espasito, Victoria Alonso, Brad Winderbaum, Grant Curtis, Oscar Isaac, Mohamed Diab, Jeremy Slater

Produser

:

Peter Cameron

Musim/Episode

:

1 Musim/6 episode

Pemeran

:

Oscar Isaac, May Calamawy, Ethan Hawke, Karim El Hakim, F. Murray Abraham

Genre

:

Petualangan, action, mitologihoror psikologis, superhero

Moon Knight (disingkat MK) adalah serial superhero produksi Marvel Studio yang termasuk dalam Marvel Cinematic Universe (MCU). Moon Knight sendiri adalah pahlawan baru dari MCU dan uniknya adalah dia tidak diperkenalkan pertama kali lewat film, melainkan lewat serial ini. Kalian dapat menontonnya di Disney+ Hotstar.

MK menceritakan petualangan seorang pria bernama Steven Grant (Oscar Isaac) dalam menghentikan sebuah sekte jahat yang menyembah Ammit, Dewi Pembalasan Langit (Goddess of Heavenly Retribution) dari mitologi Mesir kuno. Steven yang hanya seorang pekerja toko cendera mata di museum mulanya kebingungan dan merasa seperti orang gila karena “melihat” kepribadian lain dalam dirinya, bernama Marc Spector, dan sosok Khonsu, Dewa Bulan (God of the Moon) dari mitologi Mesir.

Kemudian, Steven bertemu dengan Layla El-Fouly (May Calamwy) yang mengaku sebagai istri dari Marc Spector, kepribadian lainnya tersebut. Itu mengonfirmasi bahwa Steven memang memiliki kepribadian lain bernama Marc, dan juga mengonfirmasi bahwa Khonsu yang dia “lihat” itu nyata. Rupanya, Steven/Marc adalah avatar atau inkarnasi dari Dewa Bulan Khonsu, yang bertugas membawa keadilan dengan menghukum orang-orang yang telah berbuat jahat di dunia. Kali ini, misi Steven/Marc adalah menghentikan sekte penyembah Ammit.

Sekte yang menyembah Ammit tersebut dipimpin oleh Arthur Harrow (Ethan Hawke). Tujuan mereka adalah membangkitkan Dewi Ammit, lalu menegakkan keadilan versinya dengan membunuh semua orang yang memiliki hati kotor, yakni mereka yang memiliki potensi berbuat jahat di dalam dirinya. Itu adalah persekusi dengan prinsip keadilan yang keliru bagi Steven/Marc dan Khonsu. Maka dari itu, Steven/Marc, Layla, dan Khonsu harus lebih dulu menemukan tempat Ammit disegel sebelum Arthur dan sektenya berhasil membangkitkan sang Dewi.

Serial MK begitu unik karena tidak menunjukkan adanya keterkaitan dengan cerita-cerita superhero lain dari MCU. Bahkan, para tokohnya tidak menyebutkan superhero MCU lainnya. Itu menunjukkan bahwa cerita MCU tetap bisa seru tanpa memasukkan bumbu multisemesta atau Avengers ke dalamnya. Selain itu, dengan tidak memasukkan bumbu-bumbu tersebut, cerita MK terasa lebih otentik.

Tokoh utamanya, Steven Grant/Marc Spector adalah seorang penderita gangguan identitas disosiatif (dissociative identity disorder) yang membuatnya memiliki kepribadian ganda. Superheroes MCU sebelumnya belum ada yang seperti itu. Ini menjadi semacam terobosan lain dalam hal inklusivitas yang dilakukan MCU, yaitu dengan mengangkat tokoh superhero dengan gangguan kesehatan mental. Aku pun suka dengan pendalaman serta perkembangan karakter Steven/Marc yang dikemas apik.

Kemudian, akting Oscar Isaac yang harus memerankan Steven Grant dan Marc Spector sekaligus sangat mengesankan. Steven dan Marc memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Steven adalah pria beraksen Inggris dan berpengetahuan banyak, lembut, dan kikuk; Marc adalah pria beraksen Amerika dan seorang mantan tentara bayaran yang kuat dan jago bertarung. Oscar Isaac dapat dengan baik memerankan keduanya. Apalagi, (spoiler alert) ketika nanti Steven/Marc dapat berganti-ganti kepribadian dengan lancar, aksen mereka kan ikut berubah dari Amerika ke Inggris dan sebaliknya—Oscar Isaac bisa melakukannya dengan begitu meyakinkan. Penonton dapat langsung merasakan perubahan kepribadian pada karakter Steven/Marc berkat akting kualitas jempolan Oscar Isaac.

Kemudian, hal lain yang menarik perhatianku adalah temanya, yakni mitologi Mesir. Sebelumnya, kita sudah melihat ada Thor dan Loki dari mitologi Nordik dan para Eternals dari mitologi Sumeria dan Yunani. Di serial MK, MCU memperluas cakrawalanya dengan menghadirkan mitologi Mesir. Namun, elemen mitologi Mesir dalam serial ini telah mengalami adaptasi sehingga tidak persis sama dengan kisah-kisah orisinalnya.

Biarpun tidak akurat sesuai kisah orisinalnya, visualisasi mitologi Mesir kuno di serial ini terbilang bagus sekali dan sesuai dengan kisah orisinalnya. Begini, orang-orang Mesir kuno percaya dewa-dewi berwujud separuh manusia dan separuh hewan yang melambangkan bahwa dewa-dewi adalah perantara antara manusia dan alam. Serial MK dapat merealisasikan imajinasi orang-orang Mesir kuno tersebut. Aku sebagai penggemar kisah-kisah mitologi sangat puas melihat visualisasi Khonsu, Ammit, alam Duat (alam gaib Mesir kuno), serta hal-hal lainnya tentang mitologi Mesir.

Oh iya, sosok Moon Knight sendiri disebut sebagai avatar (inkarnasi atau titisan) Khonsu. Konsep avatar seperti itu memang ada di sistem kepercayaan Mesir kuno. Zaman dulu, orang-orang penting di Mesir kuno, seperti para firaun dan penyihir, dipercaya sebagai avatar dewa-dewi. Aku jadi teringat pada serial novel “The Kane Chronicles” yang ditulis Rick Riordan karena memiliki ide serupa.

Akan tetapi, aku tidak melihat adanya efek dari menjadi avatar Khonsu pada diri Steven/Marc dan itu sedikit mengecewakan. Maksudku, selain dari kemampuan regenerasi dan kostum yang keren, Steven/Marc sepertinya tidak memiliki kekuatan super apa-apa. Aku berharap setidaknya dia punya kekuatan cahaya bulan atau yang lainnya, tetapi tidak ada. Yang ada malah Khonsu membebani pikiran Steven/Marc yang memang sudah kacau.

Di sisi lain, unsur action dari serial ini bisa dibilang termasuk brutal dan berdarah-darah (walau masih belum di level sadis). Di samping pertarungan yang serius, terkadang adegan action-nya diselingi “skip”, lalu tiba-tiba musuh sudah bonyok berdarah-darah. Itu memberikan kesan misteri dan horor. Namun, terkadang action-nya juga terasa lucu ketika Steven yang bertarung sebagai Moon Knight. Jadi, suasana film ini juga suka berganti-ganti mengikuti perubahan kepribadian Steven/Marc.

Di samping itu, aku mengapresiasi tim produksinya yang berkolaborasi dengan Mohamed Diab, seorang sutradara asal Mesir, sehingga detail-detail tentang kebudayaan Mesir di serial ini diperhatikan dengan baik. Itu juga menjadikan serial ini tidak terjebak dalam prasangka orang-orang Barat atas Mesir yang hanya berisi gurun pasir dengan color tone serba kuning. Oh iya, aku juga mengapresiasi tim produksi karena memilih May Calamawy yang seorang aktris asal Mesir untuk bergabung dalam serial ini.

Akan tetapi, ada bagian yang membingungkan bagiku dari serial ini, yaitu (spoiler alert) bagian di rumah sakit jiwa. Aku tidak paham apakah itu ilusi ciptaan Arthur untuk memengaruhi Steven/Marc atau itu murni khayalan Steven/Marc sendiri, atau apa. Bagian itu masih menjadi tanda tanya bagiku.

Sayangnya, sejauh ini tak ada wacana apakah MK akan berlanjut ke musim kedua, tetapi mari kita berdoa semoga ada musim kedua ya. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Our Blues

(2022)

Judul

:

Our Blues

Sutradara

:

Kim Kyu Tae

Penulis

:

Noh Hee Kyung

Produser eksekutif

:

Jang Jeong Do

Produser

:

Lee Dong Gyu, Kim Seong Min, Kim Nuri

Musim/Episode

:

1 Musim/20 episode

Pemeran

:

Lee Jung Eun, Cha Seung Won, Bae Hyun Sung, Roh Yoon Seo, Park Ji Hwan, Choi Young Joon, Lee Byung Hun, Shin Min Ah, Uhm Jung Hwa, Kim Woo Bin, Han Ji Min, Jung Eun Hye, Go Doo Shim, Ki So Yu, Kim Hye Ja

Genre

:

Antologi, drama, potongan kehidupan, romantis, drama psikologis, coming of age

Our Blues adalah drama Korea terunik yang pernah kutonton. Ini adalah salah satu drakor paling paling favoritku tahun ini. Drakor ini unik bukan karena ceritanya, melainkan formatnya yang berkonsep omnibus, yang berarti dalam satu judul drama, terdapat beberapa cerita—mungkin, rasanya seperti membaca buku kumpulan cerita. Drakor ini mendulang kesuksesan dengan menjadi peringkat kesebelas dari daftar drakor yang paling banyak ditonton di TV kabel. Kalian dapat menonton Our Blues di platform Netflix.

Our Blues menceritakan lika-liku kehidupan sekumpulan orang yang tinggal di kampung Pureung, Pulau Jeju, Korea Selatan. Ceritanya berfokus pada manis pahitnya kehidupan mereka pada fase muda, dewasa, dan tua. Setiap orang di kampung ini memiliki masalah dalam hidupnya yang membuat mereka terpuruk, tetapi pada akhirnya mereka dapat melihat kembali cerahnya kehidupan dan melanjutkannya dengan tersenyum.

Kalau membahas Our Blues, akan sulit untuk menjelaskan isi ceritanya karena drakor ini memiliki beberapa cerita. Semua tokoh dalam drakor ini adalah tokoh utama. Masalah mereka secara bergantian dan bertahap dibahas dalam drakor ini. Itulah salah satu keunikan Our Blues.

Selain itu, shots yang ditampilkan drakor ini juga begitu indah, apalagi ditambah dengan pemandangan Pulau Jeju yang memukau. Penempatan soundtrack dan scoring-nya juga tepat, tidak berlebihan sampai menjadi lebay. 

Kemudian, yang paling keren adalah ide-ide dan cara penuturan ceritanya. Setiap cerita seperti memiliki kejutannya sendiri dan cerita-cerita tersebut disampaikan dengan cara yang tepat, menyentuh, dan tidak menyinggung walaupun topiknya sensitif.

Setelah ini, aku akan menuliskan kesanku untuk setiap cerita di Our Blues. Aku tidak akan menceritakan premis masing-masing cerita, supaya kalian menontonnya langsung. Akan ada banyak spoiler, maka sebaiknya kalian berhenti baca dan lanjut ke serial berikutnya jika tidak ingin terkena spoiler. Baiklah, mari mulai.

Pertama, cerita Han Soo dan Eun Hee. Awalnya aku pikir ini akan menjadi cerita perselingkuhan. Aku sudah deg-degan karena treatment ceritanya membuat Choi Han Soo (Cha Seung Won) dan Jeong Eun Hee (Lee Jung Eun) tampak manis sekali. Namun ternyata, cerita mereka adalah tentang mengejar masa lalu. Han Soo tampak ingin kembali ke hari-hari sekolahnya ketika dia sangat populer dan Eun Hee ingin kembali ke hari-hari sekolahnya ketika Han Soo, cinta pertamanya, tampak mudah untuk digapai. Itu konflik yang relatable bagi siapapun karena banyak orang yang rindu masa-masa jaya mereka dulu. Pada akhirnya, mereka jadi belajar untuk melepaskan masa lalu dan fokus mengejar masa depan.

Kedua, cerita Young Joo dan Hyeon. Cerita mereka mirip dengan film “Dua Garis Biru” (2019), tetapi sensasinya berbeda. Yang aku suka dari cerita mereka adalah itu tidak menglorifikasi hamil di luar nikah. Justru, aku melihat cerita mereka adalah tentang membuat keputusan terbaik dan bertanggung jawab. Ada beberapa hal di cerita mereka yang menunjukkan bahwa hamil di luar nikah sebaiknya dihindari, tetapi itu diimbangi dengan pemikiran-pemikiran yang lebih progresif. Selain itu, cerita mereka memberi kita insight tentang aborsi dan risikonya. Aku pun suka karena di sini, Jung Hyeon (Bae Hyun Sung) dan Bang Young Joo (Roh Yoon Seo) memilih mempertahankan bayi mereka bukan karena agama, norma, atau kata orang dewasa, melainkan karena keinginan mereka sendiri dengan rasa tanggung jawab. Kemudian, aku juga kagum pada Hyeon yang dapat bersikap kesatria dengan selalu siap mendampingi Young Joo.

Ketiga, cerita In Gwon dan Ho Sik. Jung In Gwon (Park Ji Hwan) adalah ayah dari Hyeon dan Bang Ho Sik (Choi Young Joon) adalah ayah dari Young Joo. Cerita mereka menyambung cerita kedua anak mereka. Inti dari cerita mereka adalah tentang mengalahkan ego, karena dalam konflik antara orang tua dan anak, ego masing-masing biasanya menjadi sebabnya. Tampak dalam cerita mereka, In Gwon dan Ho Sik memiliki egonya sendiri dan mereka sangat keras. Mereka tidak merestui hubungan kedua anak mereka karena mereka berdua saling bermusuhan. Aku selalu deg-degan sewaktu melihat mereka bertengkar karena seperti mau bunuh-bunuhan. Maka, ketika Hyeon dan Young Joo memilih mengalahkan ego mereka dan meminta maaf kepada In Gwon dan Ho Sik, lalu mereka menangis, aku pun menangis. Itu momen yang emosional dan menyentuh banget. Kemudian, yang sangat aku suka adalah In Gwon dan Ho Sik mengalah sepenuhnya kepada permintaan kedua anak mereka, tanpa syarat karena cinta mereka kepada anak-anak mereka lebih besar daripada ego mereka.

Keempat, cerita Dong Seok dan Seon Ah. Cerita mereka berdua ini mulanya tampak biasa saja, seperti cerita CLBK yang tipikal. Namun, ketika karakter keduanya dieksplorasi, cerita mereka ternyata kompleks. Keduanya memiliki masalah masing-masing di masa lalu yang memengaruhi hubungan mereka. Aku suka sekali drakor ini mengangkat isu kesehatan mental yang tampak dari karakter Min Seon Ah (Shin Min Ah) yang mengidap depresi. Maka dari itu, yang aku lihat, cerita Min Seon Ah dan Lee Dong Seok (Lee Byung Hun) adalah tentang trauma healing. Keduanya memiliki trauma masa lalu dan dengan menghabiskan waktu bersama serta terbuka kepada satu masa lain, mereka berdua belajar untuk pulih dari itu semua dan menjadi berani menghadapinya. Kemudian, yang menarik ialah tidak ada yang namanya cinta menyelesaikan segalanya. Setelah ceritanya selesai, Seon Ah dan Dong Seok masih harus berproses untuk benar-benar sembuh. Mereka ingin menyelesaikan problem personal mereka dulu, lalu memikirkan hubungan mereka berdua.

Kelima, cerita Mi Ran dan Eun Hee. Cerita Go Mi Ran (Uhm Jung Hwa) dan Jeong Eun Hee (Lee Jung Eun) bisa dibilang yang paling biasa, tetapi cerita mereka tetap menyentuh dengan caranya sendiri. Cerita mereka adalah tentang persahabatan dan pasti relatable bagi siapapun, termasuk aku. Yang aku suka dari cerita mereka adalah itu mengajarkan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah dengan teman, yaitu dibicarakan, bukan dipendam. Cerita mereka selesai dengan itu: komunikasi, sesuatu yang seharusnya dilakukan, tetapi seringkali malah dihindari. Aku setuju dengan Mi Ran bahwa teman yang baik itu ngomong ke kita kalau ada masalah dengan kita agar kita dapat memperbaiki diri, bukan pura-pura tidak apa-apa tapi malah menjelek-jelekan kita di belakang.

Keenam, cerita Jeong Joon, Young Ok, dan Young Hui. Cerita mereka bertiga sangat berisiko karena menghadirkan tokoh Down Syndrome. Jika penceritaannya salah, ceritanya malah akan melecehkan orang-orang dengan Down Syndrome. Namun, rupanya ceritanya bukan tentang kelainan tersebut, tetapi tentang sisterhood. Aku dapat bersimpati pada perasaan Lee Young Ok (Han Ji Min) dan Lee Young Hui (Jung Eun Hye) yang ingin bisa hidup bersama, tetapi dunia seakan mempersulitnya. Kemudian, drakor ini secara tersirat mengajari kita cara bersikap terhadap orang Down Syndrome atau orang disabilitas lainnya. Mereka itu cuma berbeda dari kita, maka tidak harus dikasihani, apalagi dianggap aneh. Oh iya, selain itu, karkater Park Jeong Joon (Kim Woo Bin) di sini juga keren banget. Dia bagaikan kesatria untuk Young Ok. Dia mau menerima keadaan Young Ok dan Young Hui apa adanya.

Ketujuh, cerita Chun Hee dan Eun Gi. Mereka berdua adalah pasangan yang rentang usianya paling jauh di drakor ini. Hubungan keduanya adalah nenek dan cucu. Aku gemas sekali melihat kelakuan Son Eun Gi (Ki So Yu) yang lucu dan manis. She’s so adorable! Namun, di episode selanjutnya, cerita berubah menjadi heart-breaking. Aku sedih banget ketika mendengar Nenek Hyeon Chun Hee (Go Doo Shim) siap merelakan anaknya (ayahnya Eun Gi) pergi dan bersedia merawat Eun Gi. Sebagai seorang ibu, tentu Nek Chun Hee begitu hancur ketika mengucapkan itu. Kemudian, adegan terakhir dari cerita mereka itu sangat indah. Rupanya seratus bulan yang selalu ingin dilihat Eun Gi adalah hasil kerja sama semua orang—itu indah sekali. Seratus bulan tersebut melambangkan harapan, dan itulah inti cerita mereka: jangan berhenti berharap.

Terakhir, cerita Dong Seok dan Ok Dong. Cerita mereka adalah tentang memaafkan. Cerita mereka termasuk yang paling aku tunggu-tunggu karena aku penasaran mengapa Dong Seok dapat membenci ibunya, Nenek Kang Ok Dong (Kim Hye Ja) yang pendiam, perhatian, ramah, dan lembut. Begitu alasannya terungkap, rupanya dulu Nek Ok Dong adalah sosok orang tua yang toksik. Yang aku suka dari cerita ini adalah itu tidak berusaha menjustifikasi toxic parent. Ketika Nek Ok Dong mengakui kesalahannya ke Dong Seok, dia tidak mencari alasan untuk membenarkan perbuatannya. Dia mengakui bahwa dia gila, bodoh, dan tidak waras karena telah melakukan itu semua kepada Dong Seok, anaknya sendiri. Setelah itu, Dong Seok memaafkan ibunya bukan karena ibunya sedang sekarat, melainkan karena dia sudah dapat memahami dan mengenal ibunya berkat quality time yang mereka lakukan. Astaga, cerita mereka termasuk yang paling sedih. Ada banyak momen sepanjang perjalanan mereka yang membuatku menangis. Cerita mereka sangat pas untuk dijadikan penutup drama ini.

Jika kalian menonton Our Blues, kalian akan mendapatkan banyak hikmah dari setiap kisahnya. Ada pelajaran tentang melangkah ke depan, pembuatan keputusan dan tanggung jawab, mengalahkan ego, keberanian, persahabatan, menerima perbedaan, harapan, serta memaafkan. Kalian akan merasa sebagai bagian dari kampung itu—seakan kalian dapat ikut merasakan penderitaan yang dialami para tokoh di sini. Kemudian, saat menonton bagian epilognya, kalian akan merasa bahagia setelah menonton perjalanan setiap tokoh yang penuh duka dan tangis.

Oh iya, aku juga suka sekali dengan soundtrack-nya, seperti With Youoleh Jimin dan HA SUNG WOON, For Loveoleh 10cm, dan The Lastoleh HEIZE. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

The Sound of Magic

(2022)

Judul

:

The Sound of Magic

Sutradara

:

Kim Seong Yoon

Penulis

:

Kim Min Jeong

Musim/Episode

:

1 Musim/6 episode

Pemeran

:

Ji Chang Wook, Choi Sung Eun, Hwang In Youp

Genre

:

Fantasi, coming of age, misteri, musikal

The Sound of Magic (disingkat menjadi TSoM) adalah sebuah drama Korea yang diadaptasi dari webtoon terkenal berjudul “Annarasumanara” karya Ha Il Kwon. Oh iya, sekadar informasi, aku tidak membaca webtoonnya ya. Kemudian, berbeda dari kebanyakan drakor, TSoM memiliki format drama musikal. Menurutku, drakor ini underrated karena tak banyak yang membicarakannya, walaupun ceritanya memiliki pesan yang bagus. Kalian dapat menonton TSoM di Netflix.

TSoM bercerita tentang seorang gadis SMA bernama Yoon Ah Yi (Choi Sung Eun) yang miskin, tidak tinggal bersama kedua orang tuanya, memiliki utang, dan harus menjaga adiknya. Ah Yi yang semasa kecil hidup dengan ceria dan percaya pada keajaiban, sekarang hidup dengan kemurungan karena berbagai beban kehidupan yang dia tanggung. Meskipun begitu, Ah Yi adalah anak yang pintar di sekolah. Dia tidak sabar ingin bisa menjadi dewasa agar bisa bekerja dan mencari uang.

Pada suatu hari, Ah Yi bertemu seorang pesulap misterius bernama Lee Eul (Ji Chang Wook) yang tinggal di taman hiburan terbengkalai di kotanya. Pesulap itu selalu mananyai orang-orang apakah mereka percaya sihir. Dia juga selalu mengklaim dirinya sebagai pesulap sungguhan dan sihirnya nyata.

Mulanya Ah Yi takut pada pesulap tersebut. Akan tetapi, setelah berkali-kali ditolong olehnya dan melihat sendiri sulap-sulapnya, Ah Yi mulai berteman dengannya. Bahkan, Ah Yi belajar sulap darinya. Namun, ada rumor buruk mengenai sang pesulap tersebut. Siapakah sebenarnya pesulap misterius itu?

Pada awalnya ketika menonton drakor ini, aku sempat ingin menyerah. Di dua episode pertama, tidak tampak sama sekali arah ceritanya, juga konflik utamanya. Namun, konflik mulai menyeruak di episode empat hingga episode terakhir—baru akhirnya jelas arah ceritanya. Aku tidak menyangka bahwa cerita ini berbicara tentang menjadi dewasa. Walaupun di awal sempat tidak jelas, konklusi ceritanya di episode terakhir terasa paid-off atau sepadan dan cukup mengena.

Rupanya, serial ini berbicara tentang apakah menjadi dewasa itu menyenangkan. Ada kritik tentang orang dewasa di dalamnya, yaitu bahwa banyak orang dewasa berbuat seenaknya, termasuk berbuat jahat kepada orang lain, dan merendahkan anak muda. Di drakor ini pun terlihat Ah Yi beberapa kali bertemu dengan orang dewasa yang jahat, seperti gurunya di sekolah dan juga bosnya di tempat kerja paruh waktunya. Namun di sisi lain, drakor ini juga memperlihatkan sosok orang dewasa yang bijaksana, seperti sang pesulap misterius dan polisi yang baik hati. Melalui berbagai contoh orang dewasa tadi, TSoM memberi pertanyaan ini kepada Ah Yi: kamu ingin menjadi orang dewasa yang seperti apa?

Kemudian, sosok Lee Eul si pesulap misterius juga mengajari Ah Yi bahwa menjadi dewasa tidak selalu seindah itu. Banyak orang dewasa yang berwatak buruk dan menjalani hidup yang semu. Lee Eul lalu mengajari Ah Yi bahwa menjadi anak-anak jauh lebih mengasyikan karena anak-anak memiliki hidup dan imajinasi yang lebih bebas. Itu sebuah insight yang bagus karena memang kebanyakan orang dewasa menjalani hidup yang tidak passionate, hanya mengikuti rutinitas tanpa menikmatinya. Makanya, menjadi dewasa sesungguhnya tidak seenak itu. Bukannya banyak orang dewasa yang rindu masa muda mereka?

Selain itu, drakor ini juga mengajari kita untuk bebas menjadi diri sendiri, mejadi apa yang kita mau. Ah Yi selalu memberi sugesti kepada dirinya untuk menjadi orang dewasa yang tipikal dan itu membuatnya berbuat curang, (spoiler alert) seperti mengerjakan tugas teman sekolahnya demi bayaran. 

Kemudian, ada pula adegan ketika Ah Yi berusaha agar bisa diterima masyarakat sekalipun dia harus berbuat hal yang tidak dia sukai. Namun, Lee Eul mengingatkan Ah Yi agar dia sesekali melakukan apa yang ia inginkan. Dia menunjukkan kepada Ah Yi bahwa ada banyak kemungkinan lain bagi Ah Yi selain menjadi orang dewasa yang membosankan dan curang. Berusaha agar diterima masyarakat memang perlu, tetapi kalau sampai melupakan diri kita yang sesungguhnya, itu sama saja dengan menjual diri.

Selain itu, drakor ini uga unik karena konsepnya musikal. Di setiap episode, kita akan disuguhi beberapa lagu yang dibawakan oleh para tokoh, lengkap dengan tarian dan efek visual yang magical. Menurutku, efek visual drakor ini juga bagus dan berhasil memperlihatkan kesan ajaib kepada penonton. Namun, beberapa lagunya menurutku memiliki feel yang sama sehingga agak membosankan.

Oh iya, tadi kan aku bilang bahwa alur cerita TSoM membosankan di awal sampai membuatku mau menyerah. Nah, yang membuatku tetap melanjutkan nonton adalah kemisteriusan sosok Lee Eul sang pesulap. Karakternya pasti akan membuat penonton bertanya-tanya apakah dia benar pesulap sungguhan yang bisa melakukan sihir betulan atau hanya pesulap biasa dengan trik saja. Sampai akhir pun kita akan dibuat bertanya-tanya soal itu. Untungnya, kemisteriusan sosok Lee Eul tetap dipertahankan sampai akhir cerita.

Akan tetapi, aku merasa ada inkonsistensi pada karakternya. (Spoiler alert) pada akhirnya, serial ini membuat Lee Eul sebagai orang dewasa berkarakter baik. Akan tetapi, kita yang sudah menonton tahu bahwa dia sempat mencekik seorang anak SMA, seperti ingin membunuhnya. Bagaimanapun, itu tindakan kekerasan. Itu plot hole pada karakternya.

Kemudian, masih ada satu tokoh utama lainnya, yakni Na Il Deung (Hwang In Youp). Dia adalah teman sebangku Ah Yi. Dia anak yang cerdas dan kaya. Yang menarik darinya adalah dia memiliki orang tua yang terlalu mengontrolnya, bahkan sampai di level toksik. Orang tua Il Deung terlalu mengekangnya sampai dia merasa stres.

Aku suka perkembangan karakternya yang dari anak penurut menjadi berontak. Namun, berontaknya Il Deung bukan seperti anak durhaka, melainkan seperti anak yang ingin bebas. Dia ingin mengeksplorasi berbagai hal dan merasakan berbagai pengalaman, termasuk pengalaman gagal. Akan tetapi, Il Deung tidak mendapatkan ending yang memuaskan karena tak diceritakan apa yang terjadi padanya setelah semua konflik yang dia lalui.

Karena ini adalah drakor musikal, beberapa soundtrack-nya enak sekali didengar. Misalnya, Do You Believe in Magic?” dan A Curse of Asphaltoleh Ji Chang Wook; Don’t Make Me Dream, Merry-Go-Round, dan Annarasumanaraoleh Ji Chang Wook dan Choi Sung Eun; dan I Mean Itoleh Hwang In Youp. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Melancholia

(2021)

Judul

:

Melancholia

Sutradara

:

Kim Sang Hyeob

Penulis

:

Ki Ji Woon

Produser eksekutif

:

Lee Hye Young, Kim Rak Hyun

Produser

:

Moon Seok  Hwan, Oh Kwang Hee, Yoo Beom Sang, Ham Geun Ho

Musim/Episode

:

1 Musim/16 episode

Pemeran

:

Im Soo Jung, Lee Do Hyun, Jin Kyung, Woo Da Vi, Shin Soo Yeon

Genre

:

Melodarama, drama romantis

Melancholia adalah sebuah drama Korea yang bercerita tentang cinta seorang murid kepada guru serta skandal korupsi di sekolah mereka. Serial ini merupakan proyek spesial untuk merayakan ulang tahun ke-15 saluran tvN. Melancholia dapat ditonton di platform iQIYI, Viu, dan Netflix.

Cerita Melancholia berawal dari seorang guru matematika bernama Ji Yoon Soo (Im Soo Jung) yang mulai mengajar di SMA Ahseong, sebuah sekolah swasta prestisius, tetapi sarat korupsi dalam manajemennya. Yoon Soo dipercaya untuk mengajar klub matematika di sekolah tersebut. Namun, karena prinsip pribadinya dan metode mengajarnya yang tidak biasa, Yoon Soo seperti mendapat penolakan dari direktur sekolah, Noh Jung Ah (Jin Kyung), serta para orang tua murid yang bersekongkol dengannya.

Di sisi lain, Yoon Soo bertemu dengan seorang murid yang berbakat sekali di bidang matematika, seorang jenius yang saat masih 10 tahun pernah berkuliah di MIT—namanya Baek Seung Yoo (Lee Do Hyun). Namun, karena trauma masa lalu, Seung Yoo berubah menjadi pribadi yang pendiam dan tidak memiliki tujuan. Itu semua berubah ketika dia bertemu Bu Guru Ji Yoon Soo yang membantunya menemukan kembali kesenangan dalam matematika. Dia pun jatuh cinta pada guru matematikanya itu.

Akan tetapi, keberadaan Yoon Soo di sekolah tersebut mengusik orang-orang korup di SMA Ahseung. Mereka melihat Yoon Soo sebagai ancaman, maka mereka memfitnah Yoon Soo dengan menyebarkan rumor bahwa Yoon Soo dan Seung Yoo memiliki hubungan istimewa. Dalam sekejap, karir Yoon Soo sebagai guru hancur. Beberapa tahun kemudian, keduanya bertemu kembali dan memiliki rencana masing-masing untuk membalas dendam dan membongkar segala korupsi di SMA Ahseung.

Hal yang paling aku suka dari Melancholia ialah berbagai insight tentang pendidikannya. Dalam serial ini, penonton dapat melihat bagaimana perbedaan hasil antara murid yang belajar untuk pengetahuan dan murid yang belajar untuk nilai semata. Sosok Seung Yoo mewakili murid yang belajar karena memang ingin belajar, bukan karena nilai. Bagi dia, belajar matematika adalah hobi, tidak ada tekanan; yang ada malah kesenangan.

Di sisi lain, ada teman Seung Yoo, namanya Seong Ye Rin (Woo Da Vi) yang kontras sekali dengannya. Dia belajar demi nilai, sampai menggunakan cara-cara licik demi mendapatkan nilai tertinggi. Karena dia berorientasi nilai, Ye Rin tidak menemukan kesenangan dalam belajar. Bahkan, (spoiler alert) ketika dia memenangkan Olimpiade Matematika pun dia tidak merasa bahagia karena dia menang dengan cara curang.

Yang menarik ialah Yoon Soo sempat menyinggung itu di salah satu episode bahwa penting bagi murid untuk merasakan kesusahan dalam belajar agar mereka dapat merasakan momen “eureka” dalam proses belajar. Itu sebenarnya seperti bermain gim ya. Ketika kita berhasil memenangkan suatu level di gim dengan usaha sendiri, tentu akan ada perasaan bahagia sekali yang membuat kita ketagihan bermain. Belajar pun sebenarnya bisa dibuat seperti itu, semenyenangkan bermain gim.

Di dalam serial ini pula penonton dapat melihat alasan yang menyebabkan belajar jadi tak dapat semenyenangkan bermain gim: tekanan dari orang dewasa. Baik orang tua Seung Yoo dan Ye Rin, mereka sangat menekan anak-anak mereka untuk berprestasi di sekolah. Bahkan, semua orang tua murid di SMA Ahseung menjadikan prestasi anak mereka sebagai penentu status sosial mereka—orang tua dari murid berprestasi memiliki status sosial tinggi di sekolah, begitu pula sebaliknya. Akibatnya, para orang tua menekan anak-anak mereka untuk mendapatkan nilai bagus di sekolah, sekalipun dengan cara curang. Bahkan, tekanan-tekanan tersebut dijustifikasi dengan alasan bahwa itu demi masa depan anak-anak mereka—kesuksesan, karir, jabatan, dan kekayaan.

Drakor ini pun lebih lanjut lagi memperlihatkan bahwa tekanan seperti itu berbahaya sekali bagi anak. Misalkan, (spoiler alert) tekanan yang dialami Ye Rin dari orang tuanya dan Direktur Noh Jung Ah membuat dia kerap mengalami stres berat dan serangan kepanikan (panic attack). Itu memperlihatkan bahwa belajar telah menjadi sebegitu tidak menyenangkannya sampai mengganggu kesehatan mentalnya. Kalau sudah seperti itu, apakah prestasi yang diraih masih berharga?

Selain Ye Rin, orang tua Seung Yoo juga tampak toksik dengan memberikan tekanan padanya untuk berprestasi. Bahkan, (spoiler alert) ayah Seung Yoo sempat memukulnya karena dia tidak mau serius bersekolah. Ayah Seung Yoo menggunakan alasan bahwa dia ingin anaknya menjadi orang hebat dan sukses, melebihi dirinya agar bahagia. Akan tetapi, tindakannya justru membuat Seung Yoo makin tertekan karena dia tidak pernah menghargai pendapat Seung Yoo. (Spoiler alert) pada akhirnya, Seung Yoo memang menjadi matematikawan hebat dan sukses, tetapi dia memutus hubungan dengan ayahnya. Mungkin bagi beberapa, orang itu adalah suatu tindakan durhaka, tetapi perlu diingat bahwa itu salah ayahnya yang tidak menghargai anaknya sebagai individu yang juga punya kehendak.

Di luar ceritanya, aku suka dengan efek visual yang digunakan drakor ini. Ada beberapa adegan yang menampakkan efek visual berupa coret-coretan matematika, seperti angka, rumus, dan garis vektor. Coret-coretan tersebut memberi kesan bahwa matematika ada di mana-mana. Namun, efek tersebut makin jarang muncul di serial ini ketika cerita makin bergulir.

Kemudian, bagian yang aku kurang suka dari drakor ini adalah elemen isu kesehatan mentalnya yang tak diselesaikan dengan proper. Di drakor ini ada beberapa tokoh dengan masalah kesehatan mental, seperti Seung Yoo dengan traumanya. Akan tetapi, serial ini tidak memperlihatkan cara yang benar untuk menyembuhkan itu.

Misal, (spoiler alert) ketika Seung Yoo mengalami panic attack, dia tiba-tiba bisa mengatasinya berkat mendapat inspirasi pemecahan soal matematika, lalu dia tidak lagi mengalami panic attack tersebut. Kemudian, diperlihatkan Yoon Soo menolong Seung Yoo mengatasi traumanya itu, lalu Seung Yoo tak pernah lagi terlihat memiliki trauma. Dia sembuh begitu saja setelah bercerita ke guru yang dia sukai.

Aku pikir sudah tidak zaman ya untuk membuat cerita di mana cinta mampu menyelesaikan segala problem, termasuk kesehatan mental. Seung Yoo dapat sembuh dari traumanya yang bertahun-tahun itu hanya berkat sekali curhat kepada Yoon Soo—itu tidak masuk akal. Seharusnya sebagai guru yang baik, Yoon Soo membawa Seung Yoo ke psikolog profesional. Dengan begitu, cerita menjadi lebih masuk akal dan memberi pengetahuan yang bagus kepada penonton.

Selain itu, aku pribadi kurang suka dengan elemen romantis pada drakor ini. Aku merasa perkembangan hubungan Yoon Soo dan Seung Yoo kurang dikembangkan dengan baik untuk menjadi sepasang kekasih. Menurutku, mereka lebih cocok sebagai guru dan murid saja. Namun, itu tidak terlalu jadi masalah karena persoalan selera saja. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Stranger Things
Season 4

(2022)

Judul

:

Stranger Things

Pencipta

:

The Duffer Brothers

Produser eksekutif

:

The Duffer Brothers, Shawn Levy, Dan Cohen, Cindy Holland, Brian Wright, Matt Thunell, Karl Gajdusek, Iain Paterson, Curtis Gwinn

Musim/Episode

:

4 Musim/34 episode

Pemeran

:

Millie Bobby Brown, Finn Wolfhard, Noah SchnappCaleb McLaughlin, Gaten Matarazzo, Saddie Sink, Winona Ryder, David Harbour, Natalia Dyer, Charlie Heaton, Joe Keery, Maya Hawke, Priah Ferguson, Brett Gelman, Joseph Quinn, Eduardo Franco, Jamie Campbell Bower

Genre

:

Fiksi ilmiah, horor, dark fantasy, drama, petualangan

 

Stranger Things (disingkat menjadi ST) adalah salah satu serial orisinal Netflix yang paling populer. Serial yang telah meraih banyak perhargaan dan mendapat banyak pujian ini diproduksi oleh The Duffer Brothers. ST bercerita tentang misteri dan fenomena supranatural yang terjadi di kota Hawkins yang terhubung dengan sebuah dimensi lain, yang disebut Upside Down. ST mengambil latar waktu tahun 1980-an. Ada banyak cerita serta film horor yang populer pada era ’80-an tersebut yang dijadikan referensi untuk memproduksi serial ini. Kalian bisa menonton ST di Netflix.

Serial ini pertama kali tayang pada tahun 2016 untuk musim pertamanya. Ceritanya dimulai ketika seorang anak bernama Will Byers (Noah Schnapp) hilang secara misterius. Ibunya, Joyce Byers (Winona Ryder), dan kakaknya, Jonathan Byers (Charlie Heaton), menjadi cemas sekali. Teman-teman Will: Mike Wheeler (Finn Wolfhard), Dustin Henderson (Geten Matarazzo), dan Lucas Sinclair (Caleb McLaughlin), juga mencarinya. Namun, mereka justru menemukan seorang anak perempuan misterius, bernama Eleven (Millie Bobby Brown) yang ternyata memiliki kekuatan super.

Kemunculan Eleven dan hilangnya Will menjadi awal fenomena-fenomena aneh di Hawkins. Di tengah penyelidikan mereka untuk menemukan Will, mereka menemukan bahwa ada dunia lain yang bersisian dengan dunia kita, yang diisi oleh kejahatan yang ingin menguasai dunia kita. Kalian dapat menonton trailer musim pertamanya di sini. Kalau kalian belum pernah menonton ST, sebaiknya kalian berhenti membaca di sini karena yang selanjutnya akan penuh dengan spoiler.

Setelah 3 tahun sejak musim ketiganya tayang pertama kali, ST kembali dengan musim keempatnya. Kali ini, cerita masih tentang anak-anak Hawkins yang menghadapi teror monster dari dimensi Upside Down.

Di Lenora, Will dan Eleven tengah beradaptasi dengan lingkungan baru setelah mereka pindah. Bagi Eleven, itu sulit karena dia merasa dirinya berbeda, apalagi dia kehilangan kekuatannya dan di-bully di sekolah.

Di belahan dunia lain, tepatnya di suatu fasilitas penjara Uni Soviet, Jim Hopper (David Harbour) rupanya masih hidup. Dia telah ditangkap oleh tentara Uni Soviet. Jim mencoba menghubungi Joyce, mengabarinya bahwa dia masih hidup. Dia juga sedang merencanakan pelarian diri. Akan tetapi, ada rahasia berbahaya yang disimpan di fasilitas penjara tersebut. Tentara Uni Soviet tampaknya tidak hanya membawa Hopper dari Hawkins—ada hal lain yang juga mereka bawa.

Di Hawkins, anak-anak Hawkins sedang beradaptasi dengan kehidupan SMA mereka dan beberapa sedang mempersiapkan diri untuk kuliah. Namun, tidak bagi Max Mayfield (Saddie Sink) yang masih dihantui trauma sejak kakaknya, Billy Hargrove (Dacre Montgomerry) meninggal (tonton ST S3). Sejak itu, Max menjadi jauh dari teman-temannya.

Di sisi lain, teror baru mulai menghantui Hawkins. Satu per satu remaja tewas mengenaskan secara misterius dan sadis. Beberapa orang mengira bahwa ini adalah ulah pembunuh berantai atau penyembah setan, tetapi Dustin, Lucas, Max, dan yang lainnya tahu bahwa itu adalah ulah makhluk jahat dari dimensi lain. Sekali lagi, mereka harus berhadapan dengan kekuatan jahat dari Upside Down.

Akan tetapi, kali ini mereka harus bertarung sendiri. Mereka tidak punya Eleven dan kekuatannya untuk menolong mereka. Namun, dalang di balik teror kali ini berbeda dari sebelum-sebelumnya—lebih kuat dan berbahaya. Mungkinkah mereka berhasil lagi atau mereka akan gagal dan kehilangan teman?

ST S4 sungguh jauh sekali melampaui ekspektasiku. Bagiku, musim ketiganya sudah sangat bagus dan diakhiri dengan baik, maka awalnya aku skeptis terhadap musim keempatnya. Biasanya pula, serial yang terlalu banyak musimnya akan menjadi membosankan. Akan tetapi, The Duffer Brothers berhasil membuat ST S4 melampaui ekspektasi banyak orang. Tidak pernah kusangka cerita ST bisa seperti ini.

Dari proses produksinya saja sudah beda kelas dari ketiga musim sebelumnya. Production value ST S4 tinggi sekali. Latar ceritanya saja tidak hanya di Hawkins, tetapi setidaknya ada empat tempat karena ada empat subplot yang terjadi secara paralel: 1. Eleven yang berlatih untuk mendapatkan kekuatannya kembali di suatu fasilitas rahasia; 2. Mike, Will, dan Jonathan yang sedang mencari Eleven; 3. Joyce dan Murray Bauman (Brett Gelman) yang pergi menyelamatkan Hopper di Uni Soviet; dan 4. Max, Dustin, Lucas, Nancy Wheeler (Natalia Dyer), Steve Harrington (Joe Keery), Robin Buckley (Maya Hawke), dan Erica Sinclair (Priah Ferguson) yang menyelidiki teror baru di Hawkins.

Dengan adanya empat subplot tersebut, suasana ST S4 menjadi berbeda. Meskipun begitu, keempat subplot dapat diceritakan dengan seimbang. Setiap tokoh mendapatkan porsinya masing-masing dengan tepat. Bahkan, masing-masing subplot tersebut memiliki kejutannya yang akan membuat penonton tidak bosan. Oleh karena itu, ceritanya menjadi lebih menyenangkan, menyeramkan, mendebarkan, dan menegangkan.

Kemudian, ST S4 sangat berhasil membangun suasana cerita horornya, bahkan sejak episode pertama. Adegan ketika Vecna membunuh korbannya mengingatkanku pada film “The Exorcism of Emily Rose” (2005). Selain itu, treatment ceritanya juga menarik karena membuat terornya seakan-akan ulah pembunuh berantai (serial killer) sehingga membuat warga kota Hawkins ikut waspada terhadap teror ini. Padahal, di musim-musim sebelumnya warga kota Hawkins itu tidak pernah “dilibatkan” dalam cerita, apatis saja. (Spoiler alert) ST S4 juga memasukkan adegan perburuan penyihir (witch hunting) ketika Jason Carver (Mason Dye) mengajak warga Hawkins untuk memburu anggota-anggota klub Hellfire yang dia tuduh sebagai satanis yang menjadi dalang kematian-kematian misterius di Hawkins. Itu membuat konflik di musim keempat ini terasa lebih kompleks daripada sebelum-sebelumnya.

Kompleksitas dan suasana tegang cerita pun kian meningkat seiring cerita berjalan. Alurnya terus membuat penonton penasaran ketika makin banyak pertanyaan yang terjawab. Alur ceritanya pun begitu tidak terduga. Menariknya adalah di musim ini penonton akan mengetahui dalang di balik semua teror yang terjadi sejak musim pertama. Walaupun durasi tiap episodenya termasuk lama, itu tidak terasa ketika menontonnya.

Selanjutnya, di musim keempat ini, ada beberapa tokoh menarik yang mencuri perhatian. Misal, Robin Buckley yang debut di musim ketiga. Kali ini, karakternya lebih dieksplorasi sehingga mencuri perhatian. Keterlibatannya pada konflik pun makin besar. Max juga mendapat lebih banyak sorotan dan menjadi salah satu tokoh sentral di musim ini.

(Spoiler alert) selain itu, ada dua tokoh baru, yakni Eddie Munson (Joseph Quinn) dan Argyle (Eduardo Franco). Karakter Eddie penuh dengan potensi. Dia berhasil mendapatkan simpati dari banyak penonton berkat perjuangannya bersama Dustin dan kawan-kawan menyelamatkan Hawkins. Sementara Argyle, dia itu kocak banget dan si paling santai, tetapi karakternya tidak memiliki banyak peran daripada itu.

Kemudian, yang aku suka dari ST S4 adalah setiap tokoh memiliki fungsi penting dalam cerita. Karena cerita terbagi menjadi empat subplot, setiap tokoh harus memaksimalkan peran mereka di subplot masing-masing. Yang paling aku suka adalah Dustin yang menjadi MVP berkat kejeniusannya memecahkan masalah.

Kemudian, ketika pertarungan terakhir, para pahlawan Hawkins seperti bertarung bersama-sama meskipun mereka terpisah-pisah. Mereka menolong satu sama lain demi mengalahkan Vecna. Yang aku suka adalah mereka tidak bergantung pada Eleven sebagaimana yang terjadi di musim-musim sebelumnya, sehingga mereka semua mendapat kesempatan menjadi pahlawan, bukan hanya pembantu pahlawan. Itu momen paling epik yang keren banget dari keseluruhan cerita ST.

Aspek-aspek di luar ceritanya pun juga patut diapresiasi. Transisi adgannya keren dan asik banget. Misal, (spoiler alert) ketika transisi dari anak-anak Hawkins yang naik sepeda di dunia kita ke anak-anak Hawkins yang naik sepeda di Upside Down. Kemudian, visualnya juga patut diacungi jempol—keren banget. Penggambaran mind lair dan Upside Down-nya mengesankan sekali berkat efek CGI-nya berkualitas tinggi. Oh iya, ada juga adegan action yang one-take shot loh. Pemilihan soundtrack-nya juga perlu dipuji karena mampu menghadirkan suasana ’80-an serta menghidupkan suasana cerita, terutama lagu Running Up That Hill” oleh Kate Bush. Anggaran yang dihabiskan untuk memproduksi serial ini tidak sia-sia deh.

Untuk adegan favorit, aku punya beberapa. Pertama, tentu adalah (spoiler alert) adegan Max kabur dari Vecna di episode 4. Itu adegan yang membuat aku deg-degan banget. Aku suka semua aspek adegan itu, terutama ketika flashback memori bahagia Max. Kemudian, ketika Max berlari sambil diiringi lagu “Running Up That Hill”, itu momen epik dan iconic banget. Waktu menontonnya aku sampai tidak sadar bahwa aku menahan napas.

Kedua, ketika akhirnya terungkap identitas Vecna yang sebenarnya. Itu plot twist banget. Ketiga, ketika El menghancurkan helikopter, itu terasa banget vibes the-hero-comes-back-nya. Keempat, ketika Eddie bermain gitar di Upside Down that’s the most metal ever! Yang terakhir, kelima, tentu ketika semua tokoh bertarung secara terpisah demi mengalahkan Vecna, dengan diiringi lagu “Running Up That Hill. Mereka layak sekali disebut pahlawan Hawkins.

Pokoknya, ST S4 ini jauh dari bayangan banyak orang dengan cerita yang lebih mengerikan, menegangkan, dan epik. Kalau kalian tipe yang cengeng ketika menonton sesuatu, sebaiknya kalian menyiapkan tisu atau sapu tangan. Kalian dapat menonton trailer ST musim keempat di sini.

Sebelumnya

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!

Komentar