Moon Knight (disingkat MK) adalah serial superhero produksi Marvel Studio yang termasuk dalam Marvel
Cinematic Universe (MCU). Moon Knight sendiri adalah pahlawan baru dari MCU dan
uniknya adalah dia tidak diperkenalkan pertama kali lewat film, melainkan lewat
serial ini. Kalian dapat menontonnya di Disney+ Hotstar.
MK menceritakan petualangan seorang pria bernama Steven Grant
(Oscar Isaac) dalam menghentikan sebuah sekte jahat yang menyembah Ammit,
Dewi Pembalasan Langit (Goddess of
Heavenly Retribution) dari mitologi Mesir kuno. Steven yang hanya seorang
pekerja toko cendera mata di museum mulanya kebingungan dan merasa seperti
orang gila karena “melihat” kepribadian lain dalam dirinya, bernama Marc
Spector, dan sosok Khonsu, Dewa
Bulan (God of the Moon) dari mitologi
Mesir.
Kemudian, Steven bertemu dengan Layla El-Fouly (May Calamwy)
yang mengaku sebagai istri dari Marc Spector, kepribadian lainnya tersebut. Itu
mengonfirmasi bahwa Steven memang memiliki kepribadian lain bernama Marc, dan
juga mengonfirmasi bahwa Khonsu yang dia “lihat” itu nyata. Rupanya,
Steven/Marc adalah avatar atau inkarnasi dari Dewa Bulan Khonsu, yang bertugas
membawa keadilan dengan menghukum orang-orang yang telah berbuat jahat di
dunia. Kali ini, misi Steven/Marc adalah menghentikan sekte penyembah Ammit.
Sekte yang menyembah Ammit tersebut dipimpin oleh Arthur
Harrow (Ethan Hawke). Tujuan mereka adalah membangkitkan Dewi Ammit, lalu
menegakkan keadilan versinya dengan membunuh semua orang yang memiliki hati
kotor, yakni mereka yang memiliki potensi berbuat jahat di dalam dirinya. Itu
adalah persekusi dengan prinsip keadilan yang keliru bagi Steven/Marc dan
Khonsu. Maka dari itu, Steven/Marc, Layla, dan Khonsu harus lebih dulu
menemukan tempat Ammit disegel sebelum Arthur dan sektenya berhasil
membangkitkan sang Dewi.
Serial MK begitu unik karena tidak menunjukkan adanya
keterkaitan dengan cerita-cerita superhero
lain dari MCU. Bahkan, para tokohnya tidak menyebutkan superhero MCU lainnya. Itu menunjukkan bahwa cerita MCU tetap bisa
seru tanpa memasukkan bumbu multisemesta atau Avengers ke dalamnya. Selain itu,
dengan tidak memasukkan bumbu-bumbu tersebut, cerita MK terasa lebih otentik.
Tokoh utamanya, Steven Grant/Marc Spector adalah seorang
penderita gangguan identitas disosiatif (dissociative
identity disorder) yang membuatnya memiliki kepribadian ganda. Superheroes MCU sebelumnya belum ada
yang seperti itu. Ini menjadi semacam terobosan lain dalam hal inklusivitas
yang dilakukan MCU, yaitu dengan mengangkat tokoh superhero dengan gangguan kesehatan mental. Aku pun suka dengan
pendalaman serta perkembangan karakter Steven/Marc yang dikemas apik.
Kemudian, akting Oscar Isaac yang harus memerankan Steven
Grant dan Marc Spector sekaligus sangat mengesankan. Steven dan Marc memiliki
kepribadian yang bertolak belakang. Steven adalah pria beraksen Inggris dan berpengetahuan
banyak, lembut, dan kikuk; Marc adalah pria beraksen Amerika dan seorang mantan
tentara bayaran yang kuat dan jago bertarung. Oscar Isaac dapat dengan baik
memerankan keduanya. Apalagi, (spoiler
alert) ketika nanti Steven/Marc dapat berganti-ganti kepribadian dengan lancar,
aksen mereka kan ikut berubah dari Amerika ke Inggris dan sebaliknya—Oscar
Isaac bisa melakukannya dengan begitu meyakinkan. Penonton dapat langsung
merasakan perubahan kepribadian pada karakter Steven/Marc berkat akting kualitas
jempolan Oscar Isaac.
Kemudian, hal lain yang menarik perhatianku adalah temanya,
yakni mitologi Mesir. Sebelumnya, kita sudah melihat ada Thor dan Loki dari
mitologi Nordik dan para Eternals dari mitologi Sumeria dan Yunani. Di serial
MK, MCU memperluas cakrawalanya dengan menghadirkan mitologi Mesir. Namun,
elemen mitologi Mesir dalam serial ini telah mengalami adaptasi sehingga tidak
persis sama dengan kisah-kisah orisinalnya.
Biarpun tidak akurat sesuai kisah orisinalnya, visualisasi
mitologi Mesir kuno di serial ini terbilang bagus sekali dan sesuai dengan
kisah orisinalnya. Begini, orang-orang Mesir kuno percaya dewa-dewi berwujud
separuh manusia dan separuh hewan yang melambangkan bahwa dewa-dewi adalah
perantara antara manusia dan alam. Serial MK dapat merealisasikan imajinasi
orang-orang Mesir kuno tersebut. Aku sebagai penggemar kisah-kisah mitologi
sangat puas melihat visualisasi Khonsu, Ammit, alam Duat (alam gaib Mesir kuno),
serta hal-hal lainnya tentang mitologi Mesir.
Oh iya, sosok Moon Knight sendiri disebut sebagai avatar
(inkarnasi atau titisan) Khonsu. Konsep avatar seperti itu memang ada di sistem
kepercayaan Mesir kuno. Zaman dulu, orang-orang penting di Mesir kuno, seperti
para firaun dan penyihir, dipercaya sebagai avatar dewa-dewi. Aku jadi teringat pada serial novel “The
Kane Chronicles” yang ditulis Rick Riordan karena memiliki ide serupa.
Akan tetapi, aku tidak melihat adanya efek dari menjadi
avatar Khonsu pada diri Steven/Marc dan itu sedikit mengecewakan. Maksudku,
selain dari kemampuan regenerasi dan kostum yang keren, Steven/Marc sepertinya
tidak memiliki kekuatan super apa-apa. Aku berharap setidaknya dia punya
kekuatan cahaya bulan atau yang lainnya, tetapi tidak ada. Yang ada malah
Khonsu membebani pikiran Steven/Marc yang memang sudah kacau.
Di sisi lain, unsur action
dari serial ini bisa dibilang termasuk brutal dan berdarah-darah (walau masih belum di level
sadis). Di samping pertarungan yang serius, terkadang adegan action-nya diselingi “skip”, lalu tiba-tiba musuh sudah
bonyok berdarah-darah. Itu memberikan kesan misteri dan horor. Namun, terkadang
action-nya juga terasa lucu ketika
Steven yang bertarung sebagai Moon Knight. Jadi, suasana film ini juga suka
berganti-ganti mengikuti perubahan kepribadian Steven/Marc.
Di samping itu, aku mengapresiasi tim produksinya yang
berkolaborasi dengan Mohamed Diab, seorang sutradara asal Mesir, sehingga
detail-detail tentang kebudayaan Mesir di serial ini diperhatikan dengan baik. Itu
juga menjadikan serial ini tidak terjebak dalam prasangka orang-orang Barat
atas Mesir yang hanya berisi gurun pasir dengan color tone serba kuning. Oh iya, aku juga mengapresiasi tim produksi
karena memilih May Calamawy yang seorang aktris asal Mesir untuk bergabung
dalam serial ini.
Akan tetapi, ada bagian yang membingungkan bagiku dari serial ini, yaitu (spoiler alert) bagian di rumah sakit jiwa. Aku
tidak paham apakah itu ilusi ciptaan Arthur untuk memengaruhi Steven/Marc atau
itu murni khayalan Steven/Marc sendiri, atau apa. Bagian itu masih menjadi
tanda tanya bagiku.
Sayangnya, sejauh ini tak ada wacana apakah MK akan berlanjut ke musim
kedua, tetapi mari kita berdoa semoga ada musim kedua ya. Kalian dapat menonton
trailer-nya di sini.
***
Our Blues
(2022)
Judul
|
:
|
Our Blues
|
Sutradara
|
:
|
Kim Kyu Tae
|
Penulis
|
:
|
Noh Hee Kyung
|
Produser eksekutif
|
:
|
Jang Jeong Do
|
Produser
|
:
|
Lee Dong Gyu, Kim Seong Min, Kim Nuri
|
Musim/Episode
|
:
|
1 Musim/20 episode
|
Pemeran
|
:
|
Lee Jung Eun, Cha Seung Won, Bae Hyun Sung,
Roh Yoon Seo, Park Ji Hwan, Choi Young Joon, Lee Byung Hun, Shin Min Ah, Uhm
Jung Hwa, Kim Woo Bin, Han Ji Min, Jung Eun Hye, Go Doo Shim, Ki So Yu, Kim
Hye Ja
|
Genre
|
:
|
Antologi,
drama, potongan kehidupan, romantis, drama psikologis,
coming of age
|
Our Blues adalah drama Korea terunik
yang pernah kutonton. Ini adalah salah satu drakor paling paling favoritku tahun ini. Drakor ini unik bukan karena
ceritanya, melainkan formatnya yang berkonsep omnibus, yang berarti dalam satu
judul drama, terdapat beberapa cerita—mungkin, rasanya seperti membaca buku
kumpulan cerita. Drakor ini mendulang kesuksesan dengan menjadi peringkat
kesebelas dari daftar drakor yang paling banyak ditonton di TV kabel. Kalian
dapat menonton Our Blues di platform Netflix.
Our Blues menceritakan lika-liku
kehidupan sekumpulan orang yang tinggal di kampung Pureung, Pulau Jeju, Korea
Selatan. Ceritanya berfokus pada manis pahitnya kehidupan mereka pada fase
muda, dewasa, dan tua. Setiap orang di kampung ini memiliki
masalah dalam hidupnya yang membuat mereka terpuruk, tetapi pada akhirnya
mereka dapat melihat kembali cerahnya kehidupan dan melanjutkannya dengan
tersenyum.
Kalau membahas Our Blues, akan sulit untuk menjelaskan isi ceritanya karena drakor
ini memiliki beberapa cerita. Semua tokoh dalam drakor ini adalah tokoh utama.
Masalah mereka secara bergantian dan bertahap dibahas dalam drakor ini. Itulah
salah satu keunikan Our Blues.
Selain itu, shots yang ditampilkan drakor ini juga begitu indah, apalagi
ditambah dengan pemandangan Pulau Jeju yang memukau. Penempatan soundtrack dan scoring-nya juga tepat, tidak
berlebihan sampai menjadi lebay.
Kemudian, yang paling keren adalah ide-ide dan
cara penuturan ceritanya. Setiap cerita seperti memiliki kejutannya sendiri dan
cerita-cerita tersebut disampaikan dengan cara yang tepat, menyentuh, dan tidak
menyinggung walaupun topiknya sensitif.
Setelah ini, aku akan menuliskan kesanku
untuk setiap cerita di Our Blues. Aku
tidak akan menceritakan premis masing-masing cerita, supaya kalian menontonnya
langsung. Akan ada banyak spoiler,
maka sebaiknya kalian berhenti baca dan lanjut ke serial berikutnya jika tidak
ingin terkena spoiler. Baiklah, mari
mulai.
Pertama, cerita Han Soo dan Eun
Hee. Awalnya aku pikir ini akan menjadi cerita perselingkuhan. Aku sudah
deg-degan karena treatment ceritanya
membuat Choi Han Soo (Cha Seung Won) dan Jeong Eun Hee (Lee Jung Eun) tampak
manis sekali. Namun ternyata, cerita mereka adalah tentang mengejar masa lalu.
Han Soo tampak ingin kembali ke hari-hari sekolahnya ketika dia sangat populer dan Eun Hee ingin kembali ke hari-hari
sekolahnya ketika Han Soo, cinta pertamanya, tampak mudah untuk digapai. Itu
konflik yang relatable bagi siapapun
karena banyak orang yang rindu masa-masa jaya mereka dulu. Pada akhirnya,
mereka jadi belajar untuk melepaskan masa lalu dan fokus mengejar masa depan.
Kedua, cerita Young Joo dan
Hyeon. Cerita mereka mirip dengan film “Dua
Garis Biru” (2019), tetapi sensasinya berbeda. Yang aku suka dari cerita
mereka adalah itu tidak menglorifikasi hamil di luar nikah. Justru, aku melihat
cerita mereka adalah tentang membuat keputusan terbaik dan bertanggung jawab.
Ada beberapa hal di cerita mereka yang menunjukkan bahwa hamil di luar nikah sebaiknya dihindari, tetapi itu diimbangi dengan pemikiran-pemikiran
yang lebih progresif. Selain itu, cerita mereka memberi kita insight tentang aborsi dan risikonya. Aku
pun suka karena di sini, Jung Hyeon (Bae Hyun Sung) dan Bang Young Joo (Roh
Yoon Seo) memilih mempertahankan bayi mereka bukan karena agama, norma, atau
kata orang dewasa, melainkan karena keinginan mereka sendiri dengan rasa
tanggung jawab. Kemudian, aku juga kagum pada Hyeon yang dapat bersikap
kesatria dengan selalu siap mendampingi Young Joo.
Ketiga, cerita In Gwon dan Ho Sik.
Jung In Gwon (Park Ji Hwan) adalah ayah dari Hyeon dan Bang Ho Sik (Choi Young
Joon) adalah ayah dari Young Joo. Cerita mereka menyambung cerita kedua anak
mereka. Inti dari cerita mereka adalah tentang mengalahkan ego, karena dalam
konflik antara orang tua dan anak, ego masing-masing biasanya menjadi sebabnya.
Tampak dalam cerita mereka, In Gwon dan Ho Sik memiliki egonya sendiri dan
mereka sangat keras. Mereka tidak merestui hubungan kedua anak mereka karena
mereka berdua saling bermusuhan. Aku selalu deg-degan sewaktu melihat mereka bertengkar
karena seperti mau bunuh-bunuhan. Maka, ketika Hyeon dan Young Joo memilih
mengalahkan ego mereka dan meminta maaf kepada In Gwon dan Ho Sik, lalu mereka
menangis, aku pun menangis. Itu momen yang emosional dan menyentuh banget. Kemudian, yang
sangat aku suka adalah In Gwon dan Ho Sik mengalah sepenuhnya kepada permintaan kedua anak mereka, tanpa syarat
karena cinta mereka kepada anak-anak mereka lebih besar daripada ego mereka.
Keempat, cerita Dong Seok dan Seon
Ah. Cerita mereka berdua ini mulanya tampak biasa saja, seperti cerita CLBK
yang tipikal. Namun, ketika karakter keduanya dieksplorasi, cerita mereka
ternyata kompleks. Keduanya memiliki masalah masing-masing di masa lalu yang
memengaruhi hubungan mereka. Aku suka sekali drakor ini mengangkat isu
kesehatan mental yang tampak dari karakter Min Seon Ah (Shin Min Ah) yang
mengidap depresi. Maka dari itu, yang aku
lihat, cerita Min Seon Ah dan Lee Dong Seok (Lee Byung Hun) adalah tentang trauma healing. Keduanya memiliki trauma
masa lalu dan dengan menghabiskan waktu bersama serta terbuka kepada satu masa
lain, mereka berdua belajar untuk pulih dari itu semua dan menjadi berani menghadapinya.
Kemudian, yang menarik ialah tidak ada yang namanya cinta menyelesaikan segalanya.
Setelah ceritanya selesai, Seon Ah dan Dong Seok masih harus berproses untuk
benar-benar sembuh. Mereka ingin menyelesaikan problem personal mereka dulu,
lalu memikirkan hubungan mereka berdua.
Kelima, cerita Mi Ran dan Eun Hee.
Cerita Go Mi Ran (Uhm Jung Hwa) dan Jeong Eun Hee (Lee Jung Eun) bisa dibilang
yang paling biasa, tetapi cerita mereka tetap menyentuh dengan caranya sendiri.
Cerita mereka adalah tentang persahabatan dan pasti relatable bagi siapapun, termasuk aku. Yang aku suka dari cerita
mereka adalah itu mengajarkan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah
dengan teman, yaitu dibicarakan, bukan dipendam. Cerita mereka selesai dengan
itu: komunikasi, sesuatu yang seharusnya dilakukan, tetapi seringkali malah
dihindari. Aku setuju dengan Mi Ran bahwa teman yang baik itu ngomong ke kita kalau ada masalah dengan
kita agar kita dapat memperbaiki diri, bukan pura-pura tidak apa-apa tapi malah
menjelek-jelekan kita di belakang.
Keenam, cerita Jeong Joon, Young
Ok, dan Young Hui. Cerita mereka bertiga sangat berisiko karena menghadirkan
tokoh Down Syndrome. Jika penceritaannya salah,
ceritanya malah akan melecehkan orang-orang dengan Down Syndrome. Namun, rupanya ceritanya bukan tentang kelainan
tersebut, tetapi tentang sisterhood.
Aku dapat bersimpati pada perasaan Lee Young Ok (Han Ji Min) dan Lee Young Hui
(Jung Eun Hye) yang ingin bisa hidup bersama, tetapi dunia seakan mempersulitnya.
Kemudian, drakor ini secara tersirat mengajari kita cara bersikap terhadap
orang Down Syndrome atau orang disabilitas
lainnya. Mereka itu cuma berbeda dari kita, maka tidak harus dikasihani,
apalagi dianggap aneh. Oh iya, selain itu, karkater Park Jeong Joon (Kim Woo
Bin) di sini juga keren banget. Dia bagaikan kesatria untuk Young Ok. Dia mau
menerima keadaan Young Ok dan Young Hui apa adanya.
Ketujuh, cerita Chun Hee dan Eun
Gi. Mereka berdua adalah pasangan yang rentang usianya paling jauh di drakor
ini. Hubungan keduanya adalah nenek dan cucu. Aku gemas sekali melihat kelakuan
Son Eun Gi (Ki So Yu) yang lucu dan manis. She’s
so adorable! Namun, di episode selanjutnya, cerita berubah menjadi heart-breaking. Aku sedih banget
ketika mendengar Nenek Hyeon Chun Hee (Go Doo Shim) siap merelakan anaknya (ayahnya
Eun Gi) pergi dan bersedia merawat Eun Gi. Sebagai seorang ibu, tentu Nek Chun
Hee begitu hancur ketika mengucapkan itu. Kemudian, adegan terakhir dari cerita
mereka itu sangat indah. Rupanya seratus bulan yang selalu ingin dilihat Eun Gi
adalah hasil kerja sama semua orang—itu indah sekali. Seratus bulan tersebut
melambangkan harapan, dan itulah inti cerita mereka: jangan berhenti berharap.
Terakhir, cerita Dong Seok dan Ok
Dong. Cerita mereka adalah tentang memaafkan. Cerita mereka termasuk yang
paling aku tunggu-tunggu karena aku penasaran mengapa Dong Seok dapat membenci
ibunya, Nenek Kang Ok Dong (Kim Hye Ja) yang pendiam, perhatian, ramah, dan
lembut. Begitu alasannya terungkap, rupanya dulu Nek Ok Dong adalah sosok orang tua yang toksik. Yang aku suka dari cerita ini adalah itu tidak berusaha menjustifikasi
toxic parent. Ketika Nek Ok Dong
mengakui kesalahannya ke Dong Seok, dia tidak mencari alasan untuk membenarkan
perbuatannya. Dia mengakui bahwa dia gila, bodoh, dan tidak waras karena telah
melakukan itu semua kepada Dong Seok, anaknya sendiri. Setelah itu, Dong Seok
memaafkan ibunya bukan karena ibunya sedang sekarat, melainkan karena dia sudah
dapat memahami dan mengenal ibunya berkat quality
time yang mereka lakukan. Astaga, cerita mereka termasuk yang paling sedih.
Ada banyak momen sepanjang perjalanan mereka yang membuatku menangis. Cerita
mereka sangat pas untuk dijadikan penutup drama ini.
Jika kalian menonton Our Blues, kalian akan mendapatkan banyak hikmah dari setiap
kisahnya. Ada pelajaran tentang melangkah ke depan, pembuatan keputusan dan tanggung jawab, mengalahkan ego, keberanian, persahabatan, menerima perbedaan, harapan, serta memaafkan. Kalian akan merasa sebagai bagian dari kampung itu—seakan kalian
dapat ikut merasakan penderitaan yang dialami para tokoh di sini. Kemudian,
saat menonton bagian epilognya, kalian akan merasa bahagia setelah menonton perjalanan setiap tokoh yang penuh duka dan
tangis.
Oh iya, aku juga suka sekali
dengan soundtrack-nya, seperti “With You” oleh
Jimin dan HA SUNG WOON, “For Love” oleh 10cm, dan “The Last” oleh
HEIZE. Kalian dapat menonton trailer-nya
di sini.
***The Sound of Magic
(2022)
Judul
|
:
|
The Sound of Magic
|
Sutradara
|
:
|
Kim Seong Yoon
|
Penulis
|
:
|
Kim Min Jeong
|
Musim/Episode
|
:
|
1 Musim/6 episode
|
Pemeran
|
:
|
Ji Chang Wook, Choi Sung Eun, Hwang In
Youp
|
Genre
|
:
|
Fantasi, coming of age,
misteri, musikal
|
The Sound of Magic (disingkat menjadi TSoM) adalah sebuah drama Korea yang
diadaptasi dari webtoon terkenal berjudul “Annarasumanara”
karya Ha Il Kwon. Oh iya, sekadar informasi, aku tidak membaca webtoonnya ya. Kemudian, berbeda dari kebanyakan drakor, TSoM memiliki format
drama musikal. Menurutku, drakor ini underrated
karena tak banyak yang membicarakannya, walaupun ceritanya memiliki pesan yang
bagus. Kalian dapat menonton TSoM di Netflix.
TSoM
bercerita tentang seorang gadis SMA bernama Yoon Ah Yi (Choi Sung Eun) yang
miskin, tidak tinggal bersama kedua orang tuanya, memiliki utang, dan harus
menjaga adiknya. Ah Yi yang semasa kecil hidup dengan ceria dan percaya pada
keajaiban, sekarang hidup dengan kemurungan karena berbagai beban kehidupan yang
dia tanggung. Meskipun begitu, Ah Yi adalah anak yang pintar di sekolah. Dia
tidak sabar ingin bisa menjadi dewasa agar bisa bekerja dan mencari uang.
Pada
suatu hari, Ah Yi bertemu seorang pesulap misterius bernama Lee Eul (Ji Chang
Wook) yang tinggal di taman hiburan terbengkalai di kotanya. Pesulap itu selalu
mananyai orang-orang apakah mereka percaya sihir. Dia juga selalu mengklaim
dirinya sebagai pesulap sungguhan dan sihirnya nyata.
Mulanya
Ah Yi takut pada pesulap tersebut. Akan tetapi, setelah berkali-kali ditolong
olehnya dan melihat sendiri sulap-sulapnya, Ah Yi mulai berteman dengannya. Bahkan,
Ah Yi belajar sulap darinya. Namun, ada rumor buruk mengenai sang pesulap tersebut.
Siapakah sebenarnya pesulap misterius itu?
Pada
awalnya ketika menonton drakor ini, aku sempat ingin menyerah. Di dua episode
pertama, tidak tampak sama sekali arah ceritanya, juga konflik utamanya. Namun,
konflik mulai menyeruak di episode empat hingga episode terakhir—baru akhirnya
jelas arah ceritanya. Aku tidak menyangka bahwa cerita ini berbicara tentang
menjadi dewasa. Walaupun di awal sempat tidak jelas, konklusi ceritanya di
episode terakhir terasa paid-off atau
sepadan dan cukup mengena.
Rupanya,
serial ini berbicara tentang apakah menjadi dewasa itu menyenangkan. Ada kritik
tentang orang dewasa di dalamnya, yaitu bahwa banyak orang dewasa berbuat
seenaknya, termasuk berbuat jahat kepada orang lain, dan merendahkan anak muda.
Di drakor ini pun terlihat Ah Yi beberapa kali bertemu dengan orang dewasa yang jahat, seperti gurunya di sekolah dan juga bosnya di tempat kerja
paruh waktunya. Namun di sisi lain, drakor ini juga memperlihatkan sosok orang dewasa
yang bijaksana, seperti sang pesulap misterius dan polisi yang baik hati. Melalui
berbagai contoh orang dewasa tadi, TSoM memberi pertanyaan ini kepada Ah Yi:
kamu ingin menjadi orang dewasa yang seperti apa?
Kemudian,
sosok Lee Eul si pesulap misterius juga mengajari Ah Yi bahwa menjadi dewasa
tidak selalu seindah itu. Banyak orang dewasa yang berwatak buruk dan menjalani
hidup yang semu. Lee Eul lalu mengajari Ah Yi bahwa menjadi anak-anak jauh
lebih mengasyikan karena anak-anak memiliki hidup dan imajinasi yang lebih bebas.
Itu sebuah insight yang bagus karena memang
kebanyakan orang dewasa menjalani hidup yang tidak passionate, hanya mengikuti rutinitas tanpa menikmatinya. Makanya, menjadi
dewasa sesungguhnya tidak seenak itu. Bukannya banyak orang dewasa yang rindu
masa muda mereka?
Selain
itu, drakor ini juga mengajari kita untuk bebas menjadi diri sendiri, mejadi
apa yang kita mau. Ah Yi selalu memberi sugesti kepada dirinya untuk menjadi
orang dewasa yang tipikal dan itu membuatnya berbuat curang, (spoiler alert) seperti
mengerjakan tugas teman sekolahnya demi bayaran.
Kemudian, ada pula adegan ketika Ah Yi berusaha agar bisa diterima masyarakat sekalipun dia harus berbuat hal yang tidak dia sukai. Namun, Lee Eul mengingatkan Ah Yi agar dia sesekali melakukan apa yang ia inginkan. Dia menunjukkan kepada Ah Yi bahwa ada banyak kemungkinan lain bagi Ah Yi selain menjadi orang dewasa yang membosankan dan curang. Berusaha agar diterima masyarakat memang perlu, tetapi kalau sampai melupakan diri kita yang sesungguhnya, itu sama saja dengan menjual diri.
Selain
itu, drakor ini uga unik karena konsepnya musikal. Di setiap episode, kita
akan disuguhi beberapa lagu yang dibawakan oleh para tokoh, lengkap dengan
tarian dan efek visual yang magical. Menurutku,
efek visual drakor ini juga bagus dan berhasil memperlihatkan kesan ajaib kepada
penonton. Namun, beberapa lagunya menurutku memiliki feel yang sama sehingga agak membosankan.
Oh
iya, tadi kan aku bilang bahwa alur cerita TSoM membosankan di awal sampai
membuatku mau menyerah. Nah, yang membuatku tetap melanjutkan nonton adalah kemisteriusan
sosok Lee Eul sang pesulap. Karakternya pasti akan membuat penonton
bertanya-tanya apakah dia benar pesulap sungguhan yang bisa melakukan sihir
betulan atau hanya pesulap biasa dengan trik saja. Sampai akhir pun kita akan
dibuat bertanya-tanya soal itu. Untungnya, kemisteriusan sosok Lee Eul tetap dipertahankan sampai akhir cerita.
Akan
tetapi, aku merasa ada inkonsistensi pada karakternya. (Spoiler alert) pada akhirnya, serial ini membuat Lee Eul sebagai
orang dewasa berkarakter baik. Akan tetapi, kita yang sudah menonton tahu bahwa
dia sempat mencekik seorang anak SMA, seperti ingin membunuhnya. Bagaimanapun,
itu tindakan kekerasan. Itu plot hole pada
karakternya.
Kemudian,
masih ada satu tokoh utama lainnya, yakni Na Il Deung (Hwang In Youp). Dia
adalah teman sebangku Ah Yi. Dia anak yang cerdas dan kaya. Yang menarik
darinya adalah dia memiliki orang tua yang terlalu mengontrolnya, bahkan sampai
di level toksik. Orang tua Il Deung terlalu mengekangnya sampai dia merasa stres.
Aku
suka perkembangan karakternya yang dari anak penurut menjadi berontak. Namun,
berontaknya Il Deung bukan seperti anak durhaka, melainkan seperti anak yang
ingin bebas. Dia ingin mengeksplorasi berbagai hal dan merasakan berbagai
pengalaman, termasuk pengalaman gagal. Akan tetapi, Il Deung tidak mendapatkan ending yang memuaskan karena tak diceritakan apa yang terjadi padanya setelah semua konflik yang
dia lalui.
Karena ini adalah drakor musikal, beberapa soundtrack-nya enak sekali didengar.
Misalnya, “Do You Believe in Magic?” dan “A Curse of Asphalt” oleh Ji Chang Wook; “Don’t Make Me Dream”, “Merry-Go-Round”,
dan “Annarasumanara”
oleh Ji Chang Wook dan Choi Sung Eun; dan “I Mean It” oleh Hwang In Youp. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.
***
Melancholia
(2021)
Judul
|
:
|
Melancholia
|
Sutradara
|
:
|
Kim Sang Hyeob
|
Penulis
|
:
|
Ki Ji Woon
|
Produser eksekutif
|
:
|
Lee Hye Young, Kim Rak Hyun
|
Produser
|
:
|
Moon Seok
Hwan, Oh Kwang Hee, Yoo Beom Sang, Ham Geun Ho
|
Musim/Episode
|
:
|
1 Musim/16 episode
|
Pemeran
|
:
|
Im Soo Jung, Lee Do Hyun, Jin Kyung, Woo
Da Vi, Shin Soo Yeon
|
Genre
|
:
|
Melodarama,
drama romantis
|
Melancholia adalah sebuah drama Korea yang bercerita tentang cinta
seorang murid kepada guru serta skandal korupsi di sekolah mereka. Serial ini
merupakan proyek spesial untuk merayakan ulang tahun ke-15 saluran tvN. Melancholia dapat ditonton di platform iQIYI, Viu, dan Netflix.
Cerita Melancholia berawal
dari seorang guru matematika bernama Ji Yoon Soo (Im Soo Jung) yang mulai
mengajar di SMA Ahseong, sebuah sekolah swasta prestisius, tetapi sarat korupsi
dalam manajemennya. Yoon Soo dipercaya untuk mengajar klub matematika di
sekolah tersebut. Namun, karena prinsip pribadinya dan metode mengajarnya yang
tidak biasa, Yoon Soo seperti mendapat penolakan dari direktur sekolah, Noh
Jung Ah (Jin Kyung), serta para orang tua murid yang bersekongkol dengannya.
Di sisi lain, Yoon Soo bertemu dengan seorang murid yang
berbakat sekali di bidang matematika, seorang jenius yang saat masih 10 tahun
pernah berkuliah di MIT—namanya Baek Seung Yoo (Lee Do Hyun). Namun, karena
trauma masa lalu, Seung Yoo berubah menjadi pribadi yang pendiam dan tidak
memiliki tujuan. Itu semua berubah ketika dia bertemu Bu Guru Ji Yoon Soo yang
membantunya menemukan kembali kesenangan dalam matematika. Dia pun jatuh cinta
pada guru matematikanya itu.
Akan tetapi, keberadaan Yoon Soo di sekolah tersebut mengusik
orang-orang korup di SMA Ahseung. Mereka melihat Yoon Soo sebagai ancaman, maka
mereka memfitnah Yoon Soo dengan menyebarkan rumor bahwa Yoon Soo dan Seung Yoo
memiliki hubungan istimewa. Dalam sekejap, karir Yoon Soo sebagai guru hancur. Beberapa
tahun kemudian, keduanya bertemu kembali dan memiliki rencana masing-masing
untuk membalas dendam dan membongkar segala korupsi di SMA Ahseung.
Hal yang paling aku suka dari Melancholia ialah berbagai insight
tentang pendidikannya. Dalam serial ini, penonton dapat melihat bagaimana
perbedaan hasil antara murid yang belajar untuk pengetahuan dan murid yang belajar
untuk nilai semata. Sosok Seung Yoo mewakili murid yang belajar karena memang ingin
belajar, bukan karena nilai. Bagi dia, belajar matematika adalah hobi, tidak
ada tekanan; yang ada malah kesenangan.
Di sisi lain, ada teman Seung Yoo, namanya Seong Ye Rin (Woo
Da Vi) yang kontras sekali dengannya. Dia belajar demi nilai, sampai menggunakan
cara-cara licik demi mendapatkan nilai tertinggi. Karena dia berorientasi
nilai, Ye Rin tidak menemukan kesenangan dalam belajar. Bahkan, (spoiler alert) ketika dia memenangkan
Olimpiade Matematika pun dia tidak merasa bahagia karena dia menang dengan cara
curang.
Yang menarik ialah Yoon Soo sempat menyinggung itu di salah
satu episode bahwa penting bagi murid untuk merasakan kesusahan dalam belajar
agar mereka dapat merasakan momen “eureka” dalam proses belajar. Itu sebenarnya
seperti bermain gim ya. Ketika kita berhasil memenangkan suatu level di gim
dengan usaha sendiri, tentu akan ada perasaan bahagia sekali yang membuat kita
ketagihan bermain. Belajar pun sebenarnya bisa dibuat seperti itu,
semenyenangkan bermain gim.
Di dalam serial ini pula penonton dapat melihat alasan yang
menyebabkan belajar jadi tak dapat semenyenangkan bermain gim: tekanan dari
orang dewasa. Baik orang tua Seung Yoo dan Ye Rin, mereka sangat menekan anak-anak
mereka untuk berprestasi di sekolah. Bahkan, semua orang tua murid di SMA
Ahseung menjadikan prestasi anak mereka sebagai penentu status sosial
mereka—orang tua dari murid berprestasi memiliki status sosial tinggi di
sekolah, begitu pula sebaliknya. Akibatnya, para orang tua menekan anak-anak
mereka untuk mendapatkan nilai bagus di sekolah, sekalipun dengan cara curang. Bahkan,
tekanan-tekanan tersebut dijustifikasi dengan alasan bahwa itu demi masa depan
anak-anak mereka—kesuksesan, karir, jabatan, dan kekayaan.
Drakor ini pun lebih lanjut lagi memperlihatkan bahwa tekanan
seperti itu berbahaya sekali bagi anak. Misalkan, (spoiler alert) tekanan yang dialami Ye Rin dari orang tuanya dan
Direktur Noh Jung Ah membuat dia kerap mengalami stres berat dan serangan
kepanikan (panic attack). Itu
memperlihatkan bahwa belajar telah menjadi sebegitu tidak menyenangkannya
sampai mengganggu kesehatan mentalnya. Kalau sudah seperti itu, apakah prestasi
yang diraih masih berharga?
Selain Ye Rin, orang tua Seung Yoo juga tampak toksik dengan
memberikan tekanan padanya untuk berprestasi. Bahkan, (spoiler alert) ayah Seung Yoo sempat memukulnya karena dia tidak
mau serius bersekolah. Ayah Seung Yoo menggunakan alasan bahwa dia ingin
anaknya menjadi orang hebat dan sukses, melebihi dirinya agar bahagia. Akan
tetapi, tindakannya justru membuat Seung Yoo makin tertekan karena dia tidak
pernah menghargai pendapat Seung Yoo. (Spoiler
alert) pada akhirnya, Seung Yoo memang menjadi matematikawan hebat dan sukses,
tetapi dia memutus hubungan dengan ayahnya. Mungkin bagi beberapa, orang itu
adalah suatu tindakan durhaka, tetapi perlu diingat bahwa itu salah ayahnya
yang tidak menghargai anaknya sebagai individu yang juga punya kehendak.
Di luar ceritanya, aku suka dengan efek visual yang
digunakan drakor ini. Ada beberapa adegan yang menampakkan efek visual berupa coret-coretan
matematika, seperti angka, rumus, dan garis vektor. Coret-coretan tersebut
memberi kesan bahwa matematika ada di mana-mana. Namun, efek tersebut makin
jarang muncul di serial ini ketika cerita makin bergulir.
Kemudian, bagian yang aku kurang suka dari drakor ini adalah elemen
isu kesehatan mentalnya yang tak diselesaikan dengan proper. Di drakor ini ada beberapa tokoh dengan masalah kesehatan
mental, seperti Seung Yoo dengan traumanya. Akan tetapi, serial ini tidak
memperlihatkan cara yang benar untuk menyembuhkan itu.
Misal, (spoiler alert)
ketika Seung Yoo mengalami panic attack,
dia tiba-tiba bisa mengatasinya berkat mendapat inspirasi pemecahan soal
matematika, lalu dia tidak lagi mengalami panic
attack tersebut. Kemudian, diperlihatkan Yoon Soo menolong Seung Yoo
mengatasi traumanya itu, lalu Seung Yoo tak pernah lagi terlihat memiliki trauma.
Dia sembuh begitu saja setelah bercerita ke guru yang dia sukai.
Aku pikir sudah tidak zaman ya untuk membuat cerita di mana
cinta mampu menyelesaikan segala problem, termasuk kesehatan mental. Seung Yoo
dapat sembuh dari traumanya yang bertahun-tahun itu hanya berkat sekali curhat
kepada Yoon Soo—itu tidak masuk akal. Seharusnya sebagai guru yang baik, Yoon
Soo membawa Seung Yoo ke psikolog profesional. Dengan begitu, cerita
menjadi lebih masuk akal dan memberi pengetahuan yang bagus kepada penonton.
Selain itu, aku pribadi kurang suka dengan elemen romantis
pada drakor ini. Aku merasa perkembangan hubungan Yoon Soo dan Seung Yoo kurang
dikembangkan dengan baik untuk menjadi sepasang kekasih. Menurutku, mereka
lebih cocok sebagai guru dan murid saja. Namun, itu tidak terlalu jadi masalah karena
persoalan selera saja. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.
***
Stranger
Things
Season 4
(2022)
Judul
|
:
|
Stranger Things
|
Pencipta
|
:
|
The Duffer Brothers
|
Produser eksekutif
|
:
|
The Duffer Brothers, Shawn Levy, Dan
Cohen, Cindy Holland, Brian Wright, Matt Thunell, Karl Gajdusek, Iain
Paterson, Curtis Gwinn
|
Musim/Episode
|
:
|
4 Musim/34 episode
|
Pemeran
|
:
|
Millie Bobby Brown, Finn Wolfhard, Noah
SchnappCaleb McLaughlin, Gaten Matarazzo, Saddie Sink, Winona Ryder, David
Harbour, Natalia Dyer, Charlie Heaton, Joe Keery, Maya Hawke, Priah Ferguson,
Brett Gelman, Joseph Quinn, Eduardo Franco, Jamie Campbell Bower
|
Genre
|
:
|
Fiksi ilmiah, horor, dark fantasy, drama, petualangan
|
Stranger Things (disingkat menjadi ST) adalah
salah satu serial orisinal Netflix yang paling populer. Serial yang telah
meraih banyak perhargaan dan mendapat banyak pujian ini diproduksi oleh The Duffer
Brothers. ST bercerita tentang misteri dan fenomena supranatural yang terjadi
di kota Hawkins yang terhubung dengan sebuah dimensi lain, yang disebut Upside
Down. ST mengambil latar waktu tahun 1980-an. Ada banyak cerita serta
film horor yang populer pada era ’80-an tersebut yang dijadikan referensi untuk
memproduksi serial ini. Kalian bisa menonton ST di Netflix.
Serial ini pertama kali tayang pada tahun 2016
untuk musim pertamanya. Ceritanya dimulai ketika seorang anak bernama Will
Byers (Noah Schnapp) hilang secara misterius. Ibunya, Joyce Byers (Winona
Ryder), dan kakaknya, Jonathan Byers (Charlie Heaton), menjadi cemas sekali.
Teman-teman Will: Mike Wheeler (Finn Wolfhard), Dustin Henderson (Geten
Matarazzo), dan Lucas Sinclair (Caleb McLaughlin), juga mencarinya. Namun,
mereka justru menemukan seorang anak perempuan misterius, bernama Eleven
(Millie Bobby Brown) yang ternyata memiliki kekuatan super.
Kemunculan Eleven dan hilangnya Will menjadi awal
fenomena-fenomena aneh di Hawkins. Di tengah penyelidikan mereka untuk
menemukan Will, mereka menemukan bahwa ada dunia lain yang bersisian dengan
dunia kita, yang diisi oleh kejahatan yang ingin menguasai dunia kita. Kalian
dapat menonton trailer musim
pertamanya di sini. Kalau
kalian belum pernah menonton ST, sebaiknya kalian berhenti membaca di sini
karena yang selanjutnya akan penuh dengan spoiler.
Setelah 3 tahun sejak musim ketiganya tayang
pertama kali, ST kembali dengan musim keempatnya. Kali ini, cerita masih tentang
anak-anak Hawkins yang menghadapi teror monster dari dimensi Upside Down.
Di Lenora, Will dan Eleven tengah beradaptasi
dengan lingkungan baru setelah mereka pindah. Bagi Eleven, itu sulit karena dia
merasa dirinya berbeda, apalagi dia kehilangan kekuatannya dan di-bully di sekolah.
Di belahan dunia lain, tepatnya di suatu fasilitas
penjara Uni Soviet, Jim Hopper (David Harbour) rupanya masih hidup. Dia telah ditangkap
oleh tentara Uni Soviet. Jim mencoba menghubungi Joyce, mengabarinya bahwa dia
masih hidup. Dia juga sedang merencanakan pelarian diri. Akan tetapi, ada
rahasia berbahaya yang disimpan di fasilitas penjara tersebut. Tentara Uni
Soviet tampaknya tidak hanya membawa Hopper dari Hawkins—ada hal lain yang juga
mereka bawa.
Di Hawkins, anak-anak Hawkins sedang beradaptasi
dengan kehidupan SMA mereka dan beberapa sedang mempersiapkan diri untuk
kuliah. Namun, tidak bagi Max Mayfield (Saddie Sink) yang masih dihantui trauma
sejak kakaknya, Billy Hargrove (Dacre Montgomerry) meninggal (tonton ST S3). Sejak
itu, Max menjadi jauh dari teman-temannya.
Di sisi lain, teror baru mulai menghantui Hawkins. Satu
per satu remaja tewas mengenaskan secara misterius dan sadis. Beberapa orang
mengira bahwa ini adalah ulah pembunuh berantai atau penyembah setan, tetapi
Dustin, Lucas, Max, dan yang lainnya tahu bahwa itu adalah ulah makhluk jahat dari
dimensi lain. Sekali lagi, mereka harus berhadapan dengan kekuatan jahat dari
Upside Down.
Akan tetapi, kali ini mereka harus bertarung
sendiri. Mereka tidak punya Eleven dan kekuatannya untuk menolong mereka. Namun,
dalang di balik teror kali ini berbeda dari sebelum-sebelumnya—lebih kuat dan
berbahaya. Mungkinkah mereka berhasil lagi atau mereka akan gagal dan
kehilangan teman?
ST S4 sungguh jauh
sekali melampaui ekspektasiku. Bagiku, musim ketiganya sudah sangat bagus
dan diakhiri dengan baik, maka awalnya aku skeptis terhadap musim keempatnya.
Biasanya pula, serial yang terlalu banyak musimnya akan menjadi membosankan.
Akan tetapi, The Duffer Brothers berhasil membuat ST S4 melampaui ekspektasi
banyak orang. Tidak pernah kusangka cerita ST bisa seperti ini.
Dari proses produksinya saja sudah beda kelas dari
ketiga musim sebelumnya. Production value
ST S4 tinggi sekali. Latar ceritanya saja tidak hanya di Hawkins, tetapi
setidaknya ada empat tempat karena ada empat subplot yang terjadi secara
paralel: 1. Eleven yang berlatih untuk mendapatkan kekuatannya kembali di suatu
fasilitas rahasia; 2. Mike, Will, dan Jonathan yang sedang mencari Eleven; 3.
Joyce dan Murray Bauman (Brett Gelman) yang pergi menyelamatkan Hopper di Uni
Soviet; dan 4. Max, Dustin, Lucas, Nancy Wheeler (Natalia Dyer), Steve
Harrington (Joe Keery), Robin Buckley (Maya Hawke), dan Erica Sinclair (Priah
Ferguson) yang menyelidiki teror baru di Hawkins.
Dengan adanya empat subplot tersebut, suasana ST S4
menjadi berbeda. Meskipun begitu, keempat subplot dapat diceritakan dengan
seimbang. Setiap tokoh mendapatkan porsinya masing-masing dengan tepat. Bahkan,
masing-masing subplot tersebut memiliki kejutannya yang akan membuat penonton
tidak bosan. Oleh karena itu, ceritanya menjadi lebih menyenangkan,
menyeramkan, mendebarkan, dan menegangkan.
Kemudian, ST S4 sangat berhasil membangun suasana
cerita horornya, bahkan sejak episode pertama. Adegan ketika Vecna membunuh
korbannya mengingatkanku pada film “The
Exorcism of Emily Rose” (2005). Selain itu, treatment ceritanya juga menarik karena membuat terornya
seakan-akan ulah pembunuh berantai (serial
killer) sehingga membuat warga kota Hawkins ikut waspada terhadap teror
ini. Padahal, di musim-musim sebelumnya warga kota Hawkins itu tidak pernah
“dilibatkan” dalam cerita, apatis saja. (Spoiler
alert) ST S4 juga memasukkan adegan perburuan penyihir (witch hunting) ketika Jason Carver
(Mason Dye) mengajak warga Hawkins untuk memburu anggota-anggota klub Hellfire
yang dia tuduh sebagai satanis yang menjadi dalang kematian-kematian misterius
di Hawkins. Itu membuat konflik di musim keempat ini terasa lebih kompleks
daripada sebelum-sebelumnya.
Kompleksitas dan suasana tegang cerita pun kian
meningkat seiring cerita berjalan. Alurnya terus membuat penonton penasaran ketika
makin banyak pertanyaan yang terjawab. Alur ceritanya pun begitu tidak terduga.
Menariknya adalah di musim ini penonton akan mengetahui dalang di balik semua
teror yang terjadi sejak musim pertama. Walaupun durasi tiap episodenya
termasuk lama, itu tidak terasa ketika menontonnya.
Selanjutnya, di musim keempat ini, ada beberapa tokoh menarik
yang mencuri perhatian. Misal, Robin Buckley yang debut di musim ketiga. Kali
ini, karakternya lebih dieksplorasi sehingga mencuri perhatian. Keterlibatannya
pada konflik pun makin besar. Max juga mendapat lebih banyak sorotan dan
menjadi salah satu tokoh sentral di musim ini.
(Spoiler
alert) selain itu, ada dua tokoh baru, yakni Eddie Munson (Joseph Quinn)
dan Argyle (Eduardo Franco). Karakter Eddie penuh dengan potensi. Dia berhasil
mendapatkan simpati dari banyak penonton berkat perjuangannya bersama Dustin
dan kawan-kawan menyelamatkan Hawkins. Sementara Argyle, dia itu kocak banget
dan si paling santai, tetapi karakternya tidak memiliki banyak peran daripada
itu.
Kemudian, yang aku suka dari ST S4 adalah setiap
tokoh memiliki fungsi penting dalam cerita. Karena cerita terbagi menjadi empat
subplot, setiap tokoh harus memaksimalkan peran mereka di subplot
masing-masing. Yang paling aku suka adalah Dustin yang menjadi MVP berkat
kejeniusannya memecahkan masalah.
Kemudian, ketika pertarungan terakhir, para
pahlawan Hawkins seperti bertarung bersama-sama meskipun mereka terpisah-pisah. Mereka menolong satu sama lain demi
mengalahkan Vecna. Yang aku suka adalah mereka tidak bergantung pada Eleven
sebagaimana yang terjadi di musim-musim sebelumnya, sehingga mereka semua
mendapat kesempatan menjadi pahlawan, bukan hanya pembantu pahlawan. Itu momen paling
epik yang keren banget dari keseluruhan cerita ST.
Aspek-aspek di luar ceritanya pun juga patut
diapresiasi. Transisi adgannya keren dan asik banget. Misal, (spoiler alert) ketika transisi dari anak-anak
Hawkins yang naik sepeda di dunia kita ke anak-anak Hawkins yang naik sepeda di
Upside Down. Kemudian, visualnya juga patut diacungi jempol—keren banget. Penggambaran mind lair dan Upside Down-nya
mengesankan sekali berkat efek CGI-nya berkualitas tinggi. Oh iya, ada juga
adegan action yang one-take shot loh. Pemilihan soundtrack-nya juga perlu dipuji karena
mampu menghadirkan suasana ’80-an serta menghidupkan suasana cerita, terutama
lagu “Running Up That Hill” oleh Kate Bush. Anggaran yang dihabiskan untuk
memproduksi serial ini tidak sia-sia deh.
Untuk adegan favorit, aku punya beberapa. Pertama, tentu adalah (spoiler alert) adegan Max kabur dari
Vecna di episode 4. Itu adegan yang membuat aku deg-degan banget. Aku suka
semua aspek adegan itu, terutama ketika flashback
memori bahagia Max. Kemudian, ketika Max berlari sambil diiringi lagu “Running Up That Hill”, itu momen epik dan
iconic banget. Waktu menontonnya aku
sampai tidak sadar bahwa aku menahan napas.
Kedua, ketika akhirnya terungkap
identitas Vecna yang sebenarnya. Itu plot
twist banget. Ketiga, ketika El
menghancurkan helikopter, itu terasa banget vibes
the-hero-comes-back-nya. Keempat, ketika Eddie bermain gitar di Upside Down— that’s the most metal ever! Yang terakhir, kelima, tentu ketika semua tokoh bertarung secara terpisah demi
mengalahkan Vecna, dengan diiringi lagu “Running
Up That Hill.” Mereka layak
sekali disebut pahlawan Hawkins.
Pokoknya, ST S4 ini jauh dari
bayangan banyak orang dengan cerita yang lebih mengerikan, menegangkan, dan
epik. Kalau kalian tipe yang cengeng ketika menonton sesuatu, sebaiknya kalian
menyiapkan tisu atau sapu tangan. Kalian dapat menonton trailer ST musim keempat di sini.
Sebelumnya
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar