
Identitas Buku
Judul
|
:
|
Magnus Chase and the Gods of Asgard #3: The
Ship of the Dead
|
Penulis
|
:
|
Rick Riordan
|
Penerjemah
|
:
|
Reni Indardini
|
Penyunting
|
:
|
Yuli Pritania
|
Penerbit
|
:
|
Penerbit Noura Books PT Mizan Publika
|
Tahun terbit
|
:
|
2017
|
Cetakan
|
:
|
I
|
Tebal
|
:
|
501 halaman
|
Harga
|
:
|
Rp89.000,-
|
ISBN
|
:
|
9786023853
|
Genre
|
:
|
Fantasi urban, high fantasy,
mitologi,
petualangan, komedi
|
Tentang Penulis
Rick Riordan adalah seorang penulis #1 New York Times Best-Selling di Amerika Serikat. Dia terkenal dengan serial best-seller-nya, yaitu Percy Jackson and the Olympians yang bertemakan mitologi Yunani yang digabungkan dengan peradaban modern. Dia kemudian melanjutkan serial ini dengan melahirkan dua serial baru yaitu The Heroes of Olympus dan The Trials of Apollo.
Di samping dua serial tersebut, Rick Riordan juga menulis beberapa serial best-seller lainnya: The Kane Chronicles yang yang mengombinasikan mitologi Mesir dan peradaban modern serta Magnus Chase and the Gods of Asgard yang mengombinasikan mitologi Nordik dan peradaban modern. Keunikan dari setiap novelnya adalah mereka semua terjadi di satu universe, meskipun berdasarkan pada mitologi yang berbeda-beda.
Karya-karya hebat Rick Riordan tersebut semuanya sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk di Indonesia. Karya terbarunya adalah The Daughter of the Deep.
Sekarang ini, Rick Riordan tinggal di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat bersama istri dan kedua putranya. Jika kalian ingin mengenalnya lebih dekat, kalian bisa melihatnya di www.rickriordan.com atau follow twitternya di @camphalfblood.
Sinopsis
 |
Magnus Chase, Putra Frey, Dewa Musim Panas |
Setelah
bebasnya Loki sang Dewa Kejahilan, Magnus dan teman-temannya memiliki misi baru
untuk mencegah Ragnarok, kiamat dalam mitologi Nordik. Loki sekarang sedang
bersiap dengan mengumpulkan pasukan kaum mati dari Helheim (Dunia Orang Mati
Tak Terhormat) serta para raksasa dari Jotunheim (Dunia Kaum Raksasa) dan
Niflheim (Dunia Es) untuk menaiki Kapal Naglfar,
Kapal Kaum Mati.
Magnus
bersama teman-temannya: Sam, Hearth, Blitz, Alex, T.J., Mallory, dan Halfborn
harus menghentikan Loki sebelum Kapal Naglfar siap berlayar. Mereka harus
melakukan pelayaran lintas Sembilan Dunia serta menghadapi raksasa, naga, serta
dewa-dewi laut yang marah yang ingin menghentikan mereka. Berhasilkah Magnus
dan teman-temannya mencegah Ragnarok terjadi?
Kelebihan
Baiklah,
aku akan memulai kelebihan buku ini dengan spoiler
besar. Ada Percy Jackson di buku ini! Di bab pertamanya, Percy Jackson
muncul untuk mengajari Magnus cara berlayar. Itu seru sekali karena aku kangen
banget sama Percy, hahaha.
 |
T.J., Putra Tyr, Dewa Tantangan Personal |
Kemudian,
omong-omong soal berlayar, suasana petualangan dalam buku The Ship of the Dead terasa berbeda dari dua buku sebelumnya (The Sword of Summer (2015) dan The Hammer of Thor (2016)).
Petualangan Magnus dan teman-temannya kali ini dilakukan dengan berlayar lintas
negara dan lintas dunia. Itu sedikit membuatku teringat pada serial The Heroes of Olympus yang juga karya
Rick Riordan. Selain itu, pelayaran tersebut juga membuat petualangan Magnus
kali ini terasa lebih Viking-vibes.
Alur
ceritanya pun lebih menarik dibandingkan The
Hammer of Thor. Rick Riordan menebus kekurangannya dengan tidak membuat
alur yang repetitif dan polanya tertebak. Di buku ini, tantangannya kembali
bervariasi seperti pada buku The Sword
of Summer, tetapi dengan lebih banyak adegan pertarungan. Adegan
pertarungan di awal dan di klimaks buku ini keren sekali karena semua tokoh ada
dan terlibat bertarung sehingga kehebatan mereka semua tampak diapresiasi. Pokoknya,
seru banget! Kemudian, alur ceritanya juga diselingi flashbacks atau kilas balik-kilas balik yang sangat menarik untuk
pendalaman karakter.
 |
Mallory Keen, Putri Frigg, Dewi Pernikahan |
Akan
tetapi, keunggulan yang paling terasa pada petualangan Magnus kali ini adalah
kehadiran T.J., Mallory, dan Halfborn dalam grup. Mereka bertiga sebelumnya
cuma tokoh pendamping, tetapi kali ini mereka menjadi tokoh utama. Di The Ship of the Dead, karakter mereka
bertiga lebih diperdalam lagi dan itu sangat menarik! Bagiku pribadi, itu
adalah sesuatu yang sudah aku tunggu-tunggu sejak buku pertama. Aku selalu
penasaran dengan mereka bertiga.
Yang
mengejutkan ialah (lagi-lagi) Alex. Aku tidak menyangka ternyata masih ada
lapisan lain dari karakternya yang bisa dikupas. Dalam petualangan ini, Alex
lagi-lagi memiliki sesuatu untuk diceritakan dan itu sangat menarik, membuatku
semakin suka pada karakternya. Kemudian, (spoiler
alert) perkembangan hubungannya dengan Magnus pun terlihat menggemaskan di
sini. Itu jugalah yang menjadikan buku ini semakin terasa inklusif, dan
menggemaskan.
Oh
iya, kali ini dewa-dewi Nordik tampak berguna ya. Dewa-dewi Nordik yang muncul
di buku ini memang ada yang masih konyol, tetapi mereka berguna dalam arti
mereka membantu Magnus dan teman-temannya. Mereka terlihat sedikit lebih
bijaksana.
Kemudian,
penyelesaian dalam buku ini termasuk menarik. Ini adalah spoiler besar lainnya, jadi bisa kalian lewati kalau belum membaca
bukunya. Magnus dan teman-teman tidak mengalahkan Loki dengan adu kekuatan,
melainkan adu hinaan. Ritual adu menghina itu disebut flyting.
Itu adalah cara yang begitu menarik untuk menjadi sebuah resolusi, apalagi
dengan lawan seperti Loki yang kekuatan utamanya adalah di kata-katanya, bukan
ototnya. Itu sungguh kreatif. Sepertinya itu adalah keunikan serial Magnus Chase and the Gods of Asgard,
yaitu memiliki tantangan yang unik yang tidak harus selalu diselesaikan dengan pertarungan.
Kelemahan
Biarpun
adegan pertarungan dalam buku ini terasa lebih seru dan epik sebagaimana yang
telah kutulis sebelumnya, tetap saja masih ada yang bisa ditingkatkan. Kalau
menurutku, akan jadi lebih epik seandainya di akhir dewa-dewi Nordik turut
memantu Magnus dan teman-temannya untuk membantai pasukan yang telah Loki
kumpulkan, seperti ketika Kru Argo II bertarung bersisian dengan dewa-dewi
Yunani untuk membantai pasukan para raksasa di buku The Blood of Olympus (2014). Namun, lagi-lagi kita tidak dapat
melihat kesaktian para dewa Nordik dalam bertarung, dan itu sebenarnya ironis
karena dewa-dewi Nordik terkenal suka berperang.
 |
Halfborn Gunderson si Berserker |
Kemudian,
bagian ketika (spoiler alert) Magnus,
Hearth, dan Blitz harus kembali ke Alfheim (Dunia Kaum Peri) untuk menuntaskan
urusan mereka dengan ayahnya Hearth itu terasa agak aneh. Aku tidak mengerti
alasan Magnus harus ikut. Pokoknya,
Hearth dan Blitz sangat menekankan bahwa mereka membutuhkan Magnus untuk misi
tersebut. Akan tetapi, ternyata dari yang aku lihat, itu tidak harus Magnus,
bisa siapapun dalam kelompok tersebut.
Terakhir,
biarpun Halfborn lebih disorot dalam buku ini seperti halnya T.J. dan Mallory,
dia tidak mendapatkan porsi yang sama dengan mereka berdua. T.J. dan Mallory
bahkan mendapatkan adegan kilas balik (flashback)
untuk memperdalam karakter mereka, tetapi Halfborn tidak. Bahkan, kehebatannya
hanya sekadar diceritakan sekilas, bukan diceritakan rinci—lagi-lagi itu karena
kelompok mereka terpencar dan kebetulan Halfborn dan Magnus tidak sekelompok
sehingga Magnus melewatkan aksi hebat Halfborn. Itu sungguh disayangkan.
Halfborn jadi seperti disia-siakan.
Kesimpulan
The Ship of the Dead, sebagai buku pamungkas trilogi Magnus Chase and the Gods of Asgard, menyuguhkan pembaca dengan
petualangan yang terasa lebih Viking sekaligus
lebih epik. Dengan tokoh utama yang lebih banyak, alur cerita buku ini diwarnai
dengan berbagai drama yang menarik. Kali ini, dewa-dewi Nordik pun tampak
berguna dan berperan penting dalam misi Magnus dan teman-temannya. Meskipun
demikian, terdapat beberapa kekurangan yang untungnya tidak terlalu mengurangi
keseruan cerita. Pokoknya, sebagai penutup, The
Ship of the Dead sudah sangat bagus dan aku beri skor 9,3/10.
Sebelumnya (The Hammer of Thor)
***
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar