Serial TV Terfavorit 2021
Di tahun 2021, aku banyak menghabiskan waktu di rumah akibat
pandemi—kurang lebih sama seperti tahun lalu. Untuk mengisi waktu luang, aku
menonton banyak serial TV di layanan-layanan streaming daring. Aku menonton berbagai judul serial dalam berbagai
format, entah live-action atau
animasi, serta berbagai genre. Banyak sekali serial seru dan penuh hikmah yang
telah kutonton sepanjang tahun 2021. Oleh karena itu, seperti tahun sebelumnya,
aku juga ingin menulis reviu dari beberapa judul serial TV terfavoritku di
tahun ini.
Judul-judul yang aku tulis ini
adalah judul-judul yang aku tonton di tahun 2021 dan yang aku anggap paling
bagus. Namun, bukan berarti judul yang tidak ada di sini itu tidak bagus. Kalau
tidak ada judul-judul favorit kalian di sini, itu berarti mungkin aku belum
menontonnya atau itu bukan termasuk favoritku. Judul-judul yang aku
rekomendasikan ini dapat berupa serial Barat, drama Korea, anime, ataupun
serial dalam format lainnya. Genrenya pun tidak aku batasi. Kemudian, aku juga
minta maaf di awal kalau nanti ada spoiler.
Baiklah, mari kita mulai dengan judul yang pertama.
***
Daftar Isi
While You were Sleeping
(2017)
Judul
|
:
|
While You
were Sleeping
|
Sutradara
|
:
|
Oh Choong
Hwan
|
Penulis
|
:
|
Park Hye
Ryun
|
Produser
|
:
|
Teddy
Hoon Tak Jung, Hwan Ki Yong
|
Musim/Episode
|
:
|
1
Musim/16 Episode
|
Pemeran
|
:
|
Lee Jong
Suk, Bae Suzy, Jung Hae In, Lee Sang Yeob
|
Genre
|
:
|
Romantis, fantasi, thriller, drama hukum
|
While
You were Sleeping (disingkat WYWS) adalah drama Korea yang tayang
pada tahun 2017 dan happening pada saat
itu, tapi baru aku tonton di tahun 2021 (maaf ya agak terlambat dengan hype-nya hehehe). Drama Korea ini termasuk
yang paling aku suka di tahun ini karena memiliki campuran genre yang unik
banget: drama hukum, fantasi, dan romantis. Kalian bisa menonton drama ini di
Netflix, Viu, Vidio.com, iQIYI, dan KOCOWA.
WYWS mengisahkan tiga orang yang memiliki kemampuan istimewa
untuk melihat kejadian di masa depan melalui mimpi. Awalnya, kemampuan itu
hanya dimiliki perempuan bernama Nam Hong Joo (Bae Suzy). Dia sering kali
memimpikan peristiwa masa depan secara acak dan semua peristiwa itu selalu
terjadi. Tidak jarang dia memimpikan kematian seseorang dan itu membuatnya
frustrasi karena tidak pernah berhasil mencegah nasib tersebut. Oleh karena
itu, dia memutuskan untuk tidak ikut campur atas nasib orang-orang yang dia
mimpikan. Akan tetapi, setelah dia memimpikan kematian ibunya, Hong Joo
bertekad untuk melakukan segala cara agar mimpinya itu tidak menjadi kenyataan.
Sementara itu, Hong Joo mendapatkan tetangga baru, seorang
pria tampan bernama Jung Jae Chan (Lee Jong Suk) yang bekerja sebagai jaksa. Jae
Chan kemudian memimpikan kematian Hong Joo setelah dia gagal mencegah kematian
ibunya seakan-akan itu adalah pertanda. Awalnya dia tidak percaya, tetapi
lama-lama semua yang dia mimpikan terjadi. Walau hanya bermodalkan pertanda
mimpi dan nekat, Jae Chan berusaha untuk mengubah nasib Hong Joo.
Sebagaimana yang kubilang sebelumnya, drama WYWS memiliki
campuran genre yang disajikan dengan baik. Genre utamanya: romantis, fantasi,
dan drama hukum dicampur dengan tepat tanpa salah satu lebih mendominasi
cerita. Kalian pasti bisa merasakan atmosfer ketiga genre tersebut sepanjang
cerita. Kalian tidak akan merasa bahwa drama ini adalah kisah cinta yang cringe ataupun drama hukum yang terlalu
ruwet.
Di dalam drama ini, para tokoh utamanya menggunakan kemampuan
mimpi mereka untuk menyelesaikan berbagai kasus kriminal dan mengadili para
pelakunya. Ada banyak kasus yang diselesaikan sepanjang drama ini sehingga
cerita tidak hanya berpusat pada para tokoh utama, tetapi juga para korban
kejahatannya. Dalam drama ini pun ada banyak adegan persidangan yang dilakukan
oleh Jae Chan yang berprofesi sebagai jaksa.
Alur kisah cinta antara Hong Joo dan Jae Chan di drama ini tidak
berbelit-belit. Kisah mereka tidak diwarnai drama putus nyambung atau orang
ketiga sehingga cerita bisa fokus pada penyelesaian kasus kriminal. Walaupun
begitu, atmosfer romantisnya tetap terasa.
Oh iya, dalam drama ini, sering
kali Hong Joo dan Jae Chan sudah tahu siapa pelaku kejahatannya melalui mimpi
mereka, tetapi mereka tidak lantas menuduh orang tersebut. Mereka berdua tetap
mencari bukti dan tidak termakan asumsi-asumsi yang ada. Episode tentang
kematian seorang pemain tenis terkenal adalah contohnya. Di episode tersebut,
Hong Joo dan Jae Chan tidak lantas termakan apa yang orang-orang percaya,
tetapi terus mencari bukti. Itu menjadi insight
bahwa pertanda mimpi dan asumsi orang-orang tidak bisa menjadi kebenaran
yang bisa dikonfirmasi; diperlukan bukti empiris untuk mengonfirmasi kebenaran.
Ada dialog yang menggambarkan itu di drama ini, kira-kira bunyinya seperti ini:
“Kalian seharusnya mengumpulkan dulu puzzlenya, lalu menyusun gambarnya; bukan menentukan
gambarnya apa, lalu menyusun puzzlenya sesuai gambar yang kalian inginkan.”
Aku sangat suka salah satu soundtrack drakor ini yang berjudul “When Night Falls” oleh Eddy Kim dan “It’s You” oleh
Henry. Kalian bisa menonton trailer-nya
di sini.
***
Alice in Borderland
Season 1
(2020—on going)
Judul
|
:
|
Alice
in Borderland
|
Sutradara
|
:
|
Shinsuke
Sato
|
Penulis
|
:
|
Yoshiki
Watabe, Yasuko Kuramitsu, Shinsuke Sato
|
Produser
eksekutif
|
:
|
Kaata
Sakamoto
|
Produser
|
:
|
Akira
Morii
|
Musim/Episode
|
:
|
1
Musim/8 Episode (on going)
|
Pemeran
|
:
|
Kento
Yamazaki, Tao Tsuchiya, Nijirou Murakami, Aya Asahina
|
Genre
|
:
|
Fiksi
ilmiah, thriller, drama, isekai
|
Alice
in Borderland (disingkat AiBL) adalah serial Jepang yang
diadaptasi dari manga berjudul sama karangan Haro Aso. Serial Jepang ini diproduksi
dengan kolaborasi internasional antara Jepang, Singapura, Amerika Serikat, dan
India, maka tidak heran dia mendapatkan sambutan baik dari banyak pihak. AiBL
dapat ditonton di layanan streaming Netflix.
AiBL memiliki tokoh utama
bernama Ryouhei Arisu (Kento Yamazaki), seorang pemuda pengangguran yang tidak
punya ambisi, meskipun dia adalah seorang jenius. Arisu memiliki dua sahabat
baik yang selalu mendukungnya, yaitu Chouta Segawa (Yuuki Morinaga) dan
Daikichi Karube (Keita Machida).
Suatu ketika, mereka bertiga
mendapati kota Tokyo kosong tanpa orang selain mereka bertiga. Kemudian, muncul
arahan agar mereka pergi ke suatu tempat yang merupakan venue sebuah game. Apabila
mereka memenangkan game tersebut,
mereka akan memperoleh visa untuk hidup di dunia paralel tersebut. Kalau visa
mereka habis, mereka akan mati ditembak laser oleh drone yang mengawasi seluruh kota. Kalau mereka mencoba kabur dari game, mereka juga akan mati ditembak
laser. Kalau mereka bermain pun, mereka bisa mati kalau kalah. Dengan begitu,
pilihan mereka adalah bermain dan menang.
Mau tidak mau, Arisu dan
teman-temannya harus memperpanjang visa mereka dengan mengikuti game tersebut. Mereka membutuhkannya
untuk bertahan hidup, serta untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi dan mencari
jalan keluar.
Serial Jepang ini, sesuai
namanya, mengambil beberapa referensi dari kisah Alice in Wonderland. Nama tokoh utamanya, Arisu, merupakan ejaan
Jepang dari Alice. Tokoh-tokoh penting lainnya pun merupakan adaptasi dari
tokoh-tokoh Alice in Wonderland.
Plot AiBL sangatlah seru karena
ceritanya tidak berbelit-belit dan fokus pada bagaimana Arisu berjuang bertahan
hidup. Selain itu, menurutku plotnya cukup tidak terduga. Namun, terkadang
transisi waktu antarepisode terasa kurang jelas. Aku tidak bisa tahu jarak
waktu antarepisode itu sudah berapa hari, padahal itu cukup penting untuk
mengetahui sudah berapa lama Arisu terjebak di dunia tersebut. Selain itu, kita
tidak diceritakan mengapa hubungan Arisu dan keluarganya tidak akur, padahal
itu cukup penitng untuk menggambarkan karakter Arisu sebagai tokoh utama.
Sementara itu, penyajian efek
visualnya itu keren banget. Serial ini sudah seperti produksi Hollywood. Efek
visual tersebut sangat mendukung suasana mendebarkan serial ini. Kalian pasti
akan terbawa suasana tegang di setiap game-nya.
Kemudian,
games yang ada di serial ini pun keren
banget. Penonton akan dibuat berpikir bagaimana cara memenangkan game-nya. Aku selalu kagum kepada Arisu
yang selalu tahu apa yang harus dilakukan untuk memenangkan game. Menurutku, serial ini mempunyai vibes yang serupa dengan The Hunger Games atau The Maze Runner, maka kalau kalian suka
tontonan seperti itu, kalian harus menonton ini.
Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.
***
Normal People
(2020)
Judul
|
:
|
Normal
People
|
Sutradara
|
:
|
Lenny
Abrahamson, Hettie Macdonald
|
Penulis
|
:
|
Sally
Rooney, Alice Birch, Mark O’Rowe
|
Produser
eksekutif
|
:
|
Ed
Guiney, Andrew Lowe, Emma Norton, Anna Ferguson, Sally Rooney, Lenny
Abrahamson
|
Produser
|
:
|
Catherine
Magee
|
Musim/Episode
|
:
|
1
Musim/12 episode
|
Pemeran
|
:
|
Daisy
Edgar-Jones, Paul Mescal
|
Genre
|
:
|
Romantis,
drama psikologis
|
Normal
People (disingkat NP) merupakan serial TV asal Irlandia. Serial ini
merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Sally Rooney. Sally
Rooney sendiri ikut terlibat dalam penulisan naskah serial TV ini. NP dapat
ditonton di platform streaming Hulu dan Catchplay+.
NP bercerita tentang dinamika hubungan asmara sepasang
pemuda-pemudi bernama Connell Waldron (Paul Mescal) dan Marianne Sheridan
(Daisy Edgar-Jones) dari mereka SMA hingga kuliah. Mereka berdua adalah teman
sekolah, tetapi memiliki pergaulan yang sangat berbeda. Connell adalah anak
populer di sekolah, tampan, dan pintar. Marianne juga pintar, tetapi dia tidak
pandai bergaul dan dijauhi anak-anak lain di sekolah. Di sekolah, keduanya
hanya bertegur sapa, tidak pernah benar-benar mengobrol.
Ibunya Connell bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah
Marianne. Dari situlah keduanya berteman, meskipun tidak pernah mereka
perlihatkan di sekolah. Mereka pun mengakui bahwa mereka tertarik terhadap satu
sama lain, lalu mereka memulai hubungan romantis tanpa status—bukan pacaran,
tetapi juga bukan sekadar berteman. Connell tidak mau kedekatan mereka
diketahui anak-anak lain di sekolah.
Akan tetapi, Marianne kecewa sekali dengan tindakan Connell
yang pengecut itu. Dia merasa Connell tidak menghargainya sehingga “hubungan” mereka
harus berakhir. Di sisi lain, Connell amat menyesal dan terus berharap Marianne
akan memaafkannya. Namun, hubungan mereka tidak benar-benar selesai karena di
kampus, mereka bertemu lagi. Connell mendapatkan kesempatan kedua untuk
memperbaiki kesalahannya itu.
NP adalah serial TV dengan alur yang natural dan sederhana.
Alur ceritanya mengalir begitu saja tanpa ada arah yang jelas. Tidak ada suatu
konflik inti yang ingin diselesaikan di dalamnya. Cerita benar-benar tentang
putus nyambung hubungan Marianne dan Connell serta tentang bagaimana mereka
belajar lebih dewasa dalam menjalin hubungan.
Namun, poin unggul dari serial ini ialah emosi yang
dihadirkannya. Biarpun alurnya sederhana, emosi yang ditampilkan sangat terasa.
Semua emosi, entah itu senang, marah, sedih, depresi, atau putus asa
ditampilkan dengan bagus di setiap episode, baik melalui ekspresi wajah,
suasana, maupun scoring.
Kemudian, tokoh yang menarik menurutku adalah Connell. Dia
kesulitan untuk menentukan apa yang dia inginkan, terutama dalam cinta sehingga
dia terus membuat keputusan salah. Keputusannya tersebut membuat dia menyesal
kemudian. Dia sering kali lebih memikirkan pendapat orang lain daripada
keinginannya sendiri—dia takut pada apa kata orang tentang dirinya. Watak
Connell tersebut nyatanya dimiliki banyak orang.
Namun, aku kurang suka dengan transisi waktu antarepisode
yang terkadang terlalu cepat. Ketika menonton NP, aku sering kebingungan
mengenai tranisisi waktu tersebut—"berapa
sih jarak waktu episode ini dengan episode sebelumnya”, kira-kira itu yang
aku pertanyakan. Transisi waktunya diperlihatkan secara tersirat, seperti lewat
suasana musim atau kegiatan perkuliahan mereka, tetapi aku tidak bisa mengertinya
(karena aku tinggal di negara dengan musim yang berbeda dan sistem perkuliahan
yang berbeda dengan mereka).
Oh iya, NP mempelihatkan banyak
adegan seks. Maka dari itu, sebaiknya serial ini ditonton dengan bertanggung
jawab. Kalian bisa menonton trailer-nya
di sini.
***
The Uncanny Counter
Season 1
(2020—on going)
Judul
|
:
|
The Uncanny Counter
|
Sutradara
|
:
|
Yoo Seon Dong, Park Bong Seop
|
Penulis
|
:
|
Yeo Ji Na, Yoo Seon Dong, Kim Sae Bom
|
Produser
|
:
|
Kim Jin Yi, Lee Hyang Bong, Bae Ik Hyuk
|
Musim/Episode
|
:
|
1 Musim/16 episode (on going)
|
Pemeran
|
:
|
Jo Byung Gyu, Yoo Jun Sang, Kim Se Jeong,
Yeom Hye Ran
|
Genre
|
:
|
Supranatural, fantasi kontemporer, action, shounen
|
The Uncanny Counter (disingkat TUC) adalah drama Korea yang
diadaptasi dari webtoon berjudul “Amazing Rumor” karya Jang Yi. Drama Korea ini
terbilang unik karena mirip dengan anime-anime shounen. TUC dapat ditonton di Netflix.
TUC mengisahkan aksi
sekelompok orang yang disebut Counter, yaitu pemburu roh jahat. Awalnya, ada seorang
anak SMA bernama So Mun (Jo Byung Gyu) yang kehilangan kedua orang tuanya waktu
dia kecil akibat kecelakaan mobil. Salah satu kaki Mun juga menjadi lumpuh
akibat kecelakaan tersebut. Kemudian, Mun bermimpi aneh bertemu dengan seorang
wanita tua bernama Wi Gen (Moon Sook) yang menawarinya pekerjaan sebagai
Counter. Setelah itu, Mun bertemu dengan Counter lainnya: Ga Mo Tak (Yu Jun
Sang), Do Ha Na (Kim Se Jeong), dan Chu Mae Ok (Yum Hye Ran).
Para Counter bekerja kepada
orang-orang di afterlife ‘alam akhirat’
untuk melawan dan memburu roh jahat. Roh jahat adalah jiwa manusia yang kabur
dari afterlife untuk memburu jiwa
manusia yang masih hidup. Roh jahat membutuhkan inang dan inang mereka adalah
manusia dengan keinginan untuk membunuh. Roh jahat memakan jiwa manusia dan
untuk itu, mereka akan mendorong inang mereka untuk membunuh manusia.
Awalnya Mun ragu untuk
menjadi Counter. Namun, setelah dia melihat bagaimana para Counter beraksi
menyelematkan orang lain, Mun akhirnya mau bergabung. Mun ingin menggunakan
kekuatannya untuk bisa melindungi orang-orang tak berdaya dan melawan roh
jahat. Akan tetapi, petualangannya sebagai Counter tersebut akan membawanya
berhadapan dengan orang-orang jahat sungguhan serta membuka kebenaran atas
kematian orang tuanya.
TUC memiliki kemiripan
dengan anime/manga shounen, yakni
memiliki unsur kepahlawanan yang ada pada sosok Mun. Ketika menonton ini,
kalian mungkin akan teringat dengan anime sejenis Naruto, One Piece, atau Bleach.
Pengembangan alur ceritanya pun mirip dengan anime shounen yang diawali dengan pengenalan kehidupan dan latihan
seorang Counter hingga nantinya mereka harus berhadapan dengan musuh yang kuat.
Kemudian, aku suka bagian
ketika Mun diperlihatkan kalah. Itu menunjukkan bahwa pahlawan tidak harus selalu
menang, mereka juga bisa kalah dan biasanya dari situlah kita diperlihatkan
tentang bagaimana untuk bangkit kembali dan tidak menyerah. Melalui momen
tersebut pula, Mun belajar untuk tidak terlalu berbangga diri dengan
kelebihannya.
Salah satu momen cerita yang
paling aku suka adalah di bagian awal ketika Mun baru menjadi Counter dan
menggunakan kekuatannya untuk melawan para bully
di sekolahnya. Padahal, Mun sudah diperingatkan bahwa kekuatan seorang
Counter hanya boleh digunakan untuk melawan roh jahat, bukan manusia, tetapi
dia tetap menggunakannya untuk melawan bully
yang mengganggu teman-temannya. Sebetulnya, itu bisa dibilang
penyalahgunaan kekuatan, tetapi apa yang Mun lakukan adalah benar—untuk apa dia
punya kekuatan jika dia tidak bisa melindungi orang yang lebih lemah? Itu juga
memperlihatkan karakter Mun yang masih remaja, yaitu penuh semangat dan
idealis.
Akan tetapi, ada beberapa
hal yang kurang aku suka dari drakor ini. Menurutku, pertarungan para Counter
melawan Ji Chung Shin (Lee Hong Nae) itu terlalu sering diulang-ulang.
Berkali-kali mereka bertemu dan bertarung, diulang begitu terus dan menjadi
membosankan—apalagi ketika para Counter menggunakan senjata tongkat sakti, lalu
diinterupsi oleh anak kecil (maaf spoiler).
Bagian itu menurutku terlalu dipaksakan. Selain itu, terkadang aku merasa
adegan bertarungnya kurang gereget dan terlalu dibuat dramatis. TUC juga memiliki
utang penjelasan. Sejak awal, Mun diperlihatkan memiliki keistimewaan daripada
Counter lainnya, tetapi sampai cerita selesai pun keistimewaan tersebut tidak
dijelaskan.
Meskipun
begitu, TUC masih merupakan drakor yang seru. Bagi penggemar cerita shounen sepertiku, rasanya menyenangkan
ada drama Korea yang seperti itu. Drama Korea ini juga sudah dikonfirmasi akan
berlanjut ke season 2. Kalian bisa
menonton trailer-nya di sini.
***
It’s Okay to Not Be Okay
(2020)
Judul
|
:
|
It’s Okay to Not Be Okay
|
Sutradara
|
:
|
Park Shin Woo
|
Penulis
|
:
|
Jo Yong
|
Produser eksekutif
|
:
|
Bae Sun Hae, Kim Jung Mi, Kim Min Hye, Lee
Ro Bae, So Jae Hyun, You Chul Yong
|
Musim/Episode
|
:
|
1 Musim/16 episode
|
Pemeran
|
:
|
Kim Soo Hyun, Seo Yea Ji, Oh Jung Se, Park
Gyu Young
|
Genre
|
:
|
Romantis, drama psikologis, komedi
|
It’s
Okay to Not Be Okay (disingkat IOTNBO) adalah salah satu drama Korea yang
mendapat sambutan baik dari orang-orang pada tahun 2020. Drama ini memiliki
judul asli “Psycho but It’s Okay.” IOTNBO adalah drama comeback-nya Kim Soo Hyun usai menjalani wajib militer. Drakor ini adalah
salah satu drakor terbagus yang aku tonton tahun ini. Kalian bisa menontonnya
di Netflix.
IOTNBO bercerita tentang seorang perawat bernama Moon Gang
Tae (Kim Soo Hyun) yang adalah yatim piatu. Dia hanya tinggal bersama kakak
laki-lakinya yang mengidap autisme—namanya
Moon Sang Tae (Oh Jung Se). Sang Tae memiliki trauma masa lalu tentang kematian
ibunya. Dia sering mengalami mimpi buruk bahwa pembunuh ibunya, yang dia sebut
sebagai “Kupu-kupu” terus mengejar dia dan adiknya. Oleh sebab itulah kakak
beradik tersebut selalu berpindah tempat tinggal.
Selain itu, Sang Tae sangat suka membaca buku dongeng anak-anak
yang ditulis oleh Ko Moon Young (Seo Yea Ji). Ko Moon Young sendiri adalah
penulis buku anak-anak yang terkenal dan memiliki gangguan kepribadian berupa
gejala-gejala psikopat.
Suatu hari, Moon Young bertemu dengan Gang Tae dan langsung
suka padanya. Sejak itulah Moon Young hadir dalam kehidupan Gang Tae dan Sang
Tae dan menjadikan kehidupan mereka lebih berwarna. Mereka bertiga lalu harus
kembali ke kota asal mereka untuk menghadapi trauma masa lalu mereka.
IOTNBO merupakan drama Korea yang bertema trauma healing. Ketiga tokoh utamanya
memiliki trauma masa kecil yang menghantui mereka. Di sepanjang cerita, mereka
belajar untuk berdamai dengan trauma tersebut. Maka dari itu, drakor ini penuh
dengan adegan emosional yang bisa membuat penonton bersimpati hingga menangis.
Mungkin, untuk orang-orang yang punya pengalaman seperti para tokoh utama
tersebut, kalian akan cukup relate
dengan perasaan mereka.
Yang paling aku suka dari cerita ini ialah relasi antara Gang
Tae, Sang Tae, dan Moon Young. Di awal cerita, relasi ketiganya itu sangat
lucu. Mereka bertiga itu seperti tokoh-tokoh Beauty and the Beast—Gang Tae sebagai Belle, Moon Young sebagai
Beast, dan Sang Tae sebagai ayahnya Belle. Hubungan mereka bertiga lalu menjadi
lebih baik setelah mereka melalui banyak masalah.
Episode favoritku adalah (maaf spoiler) ketika Gang Tae dan Moon Young pergi jalan-jalan berdua
tanpa Sang Tae, lalu ketika Gang Tae pulang, kakaknya marah sekali dan bilang
bahwa dia benci pada Gang Tae. Episode itu adalah roller-coaster bagi Gang Tae—dia baru saja bahagia setinggi langit,
lalu ditarik jatuh oleh gravitasi hingga hancur. Aku sangat suka menyaksikan proses
hubungan mereka bertiga hingga akhir cerita, apalagi setelah Sang Tae
mengatakan “Moon Gang Tae belongs to Moon
Gang Tae.”
Di samping itu, perjalanan cinta Gang Tae dan Moon Young juga
menarik banget. Keduanya punya karakter yang bertolak belakang. Rasanya gemas
sekali melihat Moon Young terus menggoda Gang Tae. Apalagi, kehadiran Sang Tae
dan Nam Ju Ri (Park Gyu Young) membuat hubungan keduanya semakin seru. Momen
mereka berdua favoritku adalah waktu Gang Tae menemani Moon Young di hari ulang
tahunnya—keesokan harinya, senyum Gang Tae jadi lebih cerah dari biasanya.
Selain itu, cerita-cerita tokoh pendampingnya pun disajikan
dengan baik. Cerita mereka tetap menarik walaupun tidak mencuri spotlight dari para tokoh utama.
Menurutku, para tokoh pendampingnya mempunyai porsi cerita yang pas dengan
akhir bahagia masing-masing.
Hal lain yang bagus dari drakor ini adalah sentuhan
dongengnya. IOTNBO memiliki efek visual serta latar yang bertema dongeng. Di
samping itu, setiap episode juga ada cerita dongeng yang menjiwai cerita tiap
episode. Menurutku, IOTNBO memperlihatkan bahwa dongeng itu bukan sekadar
cerita anak-anak, tetapi juga cerita berisi hikmah yang bisa juga dinikmati
orang dewasa.
Aku suka dengan salah satu soundtrack-nya yang berjudul “Breath”
oleh Sam Kim. Kalian bisa menonton trailer-nya
di sini.
***
18 Again
(2020)
Judul
|
:
|
18 Again
|
Sutradara
|
:
|
Ha Byung Hoon
|
Penulis
|
:
|
Ah Eun Bin, Choi Yi Ryool, Kim Do Yeon
|
Produser eksekutif
|
:
|
Im Byung Hoon
|
Produser
|
:
|
Kim Ji Won, Park Woo Ram
|
Musim/Episode
|
:
|
1 Musim/16 episode
|
Pemeran
|
:
|
Kim Ha Neul, Yoon Sang Hyun, Lee Do Hyun,
Han So Eun
|
Genre
|
:
|
Komedi romantis, drama, low fantasy
|
18 Again
merupakan
drama Korea yang diadaptasi dari film Hollywood berjudul “17 Again” oleh Jason
Filardi yang diperankan oleh Matthew Perry dan Zac Efron. 18 Again adalah drama Korea yang paling aku suka di tahun 2021
selain IOTNBO. Kalian bisa menontonnya di Netflix, Viu, Vidio.com, dan iQIYI.
18 Again
bercerita
tentang sepasang kekasih yang menikah setelah lulus SMA karena hamil duluan.
Mereka adalah Hong Dae Young (Yoon Sang Hyun) dan Jung Da Jung (Kim Ha Neul). Pernikahan
mereka dikaruniai dua anak kembar. Namun, setelah delapan belas tahun menikah, rumah
tangga mereka menjadi kurang harmonis. Karir Dae Young tidak berkembang karena
dia bukan sarjana dan Da Jung kesulitan mencari pekerjaan sebagai pembaca
berita karena usianya. Dae Young juga tidak begitu dekat dengan kedua anaknya
yang kini sudah SMA. Ditambah lagi, Dae Young dan Da Jung kerap bertengkar di
rumah. Bahkan, mereka berdua sedang mengurus perceraian.
Semua masalah itu membuat Dae Young mempertanyakan
keputusannya menikahi Da Jung waktu dulu. Dia merasa hidupnya yang sekarang
berantakan sekali. Dae Young ingin kembali ke masa mudanya, ketika dia menjadi
idola sekolah dan pemain basket yang hebat.
Suatu malam, keinginannya itu terkabul. Dae Young kembali ke
wujud masa mudanya (Lee Do Hyun), tepatnya ke wujud usia 18 tahunnya. Dae Young
yang kembali muda kemudian ingin memulai hidup baru karena hidupnya yang
sebelumnya dia rasa sudah kacau. Dia akan kembali bersekolah dan mengejar
cita-citanya menjadi pemain basket profesional. Dia mengganti namanya menjadi
Ko Woo Young.
Rupanya Dae Young bersekolah di sekolah yang sama dengan
kedua anaknya. Dia mendapat kesempatan untuk menjadi lebih dekat dengan
anak-anaknya dan istrinya sebagai Ko Woo Young, yang adalah orang asing bagi
keluarganya. Baru pada saat itulah Dae Young menyadari apa yang sebetulnya dia
inginkan dan dia pun berjuang untuk itu.
Saat menonton drakor ini, awalnya aku pikir ceritanya hanya
berupa romcom antara Dae Young dan Da
Jung. Namun, rupanya cerita ini juga tentang relasi antara Dae Young dan Da
Jung serta anggota keluarga lainnya. Bahkan, di beberapa episode pertama, hal
yang paling diperlihatkan adalah relasi antara Dae Young dengan kedua anaknya,
Hong Shi A (Roh Jeong Ui) dan Hong Shi Woo (Ryeo Un). Drakor ini memperlihatkan
dengan begitu bagus bahwa cinta orang tua kepada anak itu unconditional dan unlimited.
Ada banyak episode favoritku di 18 Again (maaf spoiler).
Episode favoritku yang pertama adalah episode 3 yang membuatku sangat jatuh
hati pada drama ini. Aku suka sekali dengan after-credit
scene yang ditampilkan pada episode itu yang memperlihatkan Dae Young muda
bersama anak-anaknya yang masih kecil sedang berjalan di tengah hujan. Episode
favoritku yang kedua adalah ketika Dae Young/Woo Young menang dalam
pertandingan basket. Dia kemudian berbicara kepada ayahnya dengan bahasa
isyarat dan ayahnya langsung mengerti bahwa Ko Woo Young adalah Hong Dae Young,
anaknya. Episode favoritku yang ketiga adalah ketika Da Jung menjadi pembawa
acara reality show tentang
perceraian. Di episode tersebut, Da Jung menyampaikan speech yang bagus sekali tentang pentingnya komunikasi dalam
hubungan, dan aku pikir orang-orang harus mendengarnya.
Walaupun begitu, ada beberapa hal yang aku kurang suka dari
drakor ini. Aku kurang begitu suka ketika cerita masuk pada bagian cinta
segitiga antara Ko Woo Young/Dae Young muda, Da Jung, dan Ye Ji Hoon (Wi Ha
Joon). Bagian tentang cinta segitiga tersebut terasa membosankan setelah banyak
momen mengharukan di episode-episode sebelumnya. Hal lain yang kurang aku suka
adalah beberapa lagu soundtrack-nya
yang terlalu diulang-ulang hampir di setiap momen. Lagunya seperti itu-itu saja
sampai jadi membosankan.
Namun, 18 Again tetaplah
serial TV yang bagus sekali secara keseluruhan. Dia menghadirkan banyak momen
emosional antaranggota keluarga. Drakor ini memberi insight bahwa penyesalan kita atas keputusan yang kita ambil demi
orang lain dapat membuat orang tersebut terluka. Ada quote yang aku suka sekali dari drakor ini: “Jangan pernah sesali
hal yang membuatmu tersenyum.”
Oh iya, walaupun beberapa lagu soundtrack-nya terlalu sering diputar,
aku menyukai beberapa di antaranya—mungkin karena terngiang-ngiang di kepalaku
sepanjang menonton drama ini. Aku suka “One Person” oleh
Solji, “Hello” oleh
Sohyang, dan “If You” oleh Choi
Nakta. Kalian bisa menonton trailer-nya
di sini.
***
WandaVision
(2021)
Judul
|
:
|
WandaVision
|
Sutradara
|
:
|
Matt Shakman
|
Pencipta
|
:
|
Jac Schaeffer
|
Produser eksekutif
|
:
|
Kevin Feige, Louise D’Esposito, Victoria Alonso,
Matt Shakman, Jac Schaeffer
|
Produser
|
:
|
Chuck Hayward
|
Musim/Episode
|
:
|
1 Musim/9 episode
|
Pemeran
|
:
|
Elizabeth Olsen, Paul Bettany, Kathryn
Hahn, Teyonah Parris, Randall Park, Kat Dennings
|
Genre
|
:
|
Drama, romantis, sitcom, superhero
|
WandaVision
(disingkat
WV) adalah serial Marvel pertama yang plotnya terhubung langsung dengan
film-film Marvel Cinematic Universe (MCU). Serial ini memiliki keunikannya tersendiri,
yaitu berupa format sitcom. WV
mendapat banyak apresiasi selama masa penayangannya dan selalu menjadi
pembicaraan di media sosial. WV juga adalah cerita pembuka untuk MCU phase 4—setelah phase 3 diakhiri dengan film “Spiderman: Far From Home.” Bagi fans MCU, WV adalah tontonan wajib. Kalian
bisa menontonnya di Disney+ Hotstar.
WV mengambil latar waktu pasca-blip, yaitu peristiwa kembalinya orang-orang yang telah dihilangkan
Thanos berkat perjuangan para Avengers (tonton “Avengers: Endgame” dan
“Spiderman: Far From Home”). Usai pertempuran melawan Thanos, Wanda Maximoff
(Elizabeth Olsen) kini tinggal di kota kecil bernama West View. Akan tetapi,
ada keanehan di kota tersebut. Di sana, Wanda dan suaminya, Vision (Paul
Bettany), hidup dalam dunia sitcom
yang terus berganti era. Tidak hanya itu, terkadang muncul keanehan-keanehan
lain di kota tersebut, seperti perilaku orang-orangnya yang aneh dan kemunculan
sosok-sosok misterius.
Rupanya Kota West View terjabak dalam anomali aneh yang
mengurung seluruh orang yang ada di dalamnya. Mereka semua, termasuk Wanda dan
Vision, terjebak dalam realitas alternatif berupa sitcom. Sementara itu, sebuah organisasi bernama S.W.O.R.D. bersama
polisi setempat kini berusaha menyelamatkan Wanda dan Vision serta seluruh
warga kota West View dari anomali tersebut.
Sebagai seorang penggemar MCU, serial ini sangat bagus
menurutku. Saat pertama kali teaser-nya
keluar, kita tahu bahwa WV ini akan menjadi sitcom
dan aku menduga serial ini akan menjadi semacam alternatif dari plot utama MCU.
Begitu menontonnya, aku cukup terhibur dengan unsur-unsur khas sitcom-nya, terutama di episode-episode
awal. Namun, MCU rupanya mengejutkanku dengan sentuhan-sentuhan misterinya.
Cerita menjadi berubah di luar ekspektasi begitu saja setelah mengetahui bahwa
Wanda dan Vision terjebak dalam realitas alternatif. Semakin lama ditonton, semakin
banyak hal-hal tak terduga yang terjadi di serial ini.
Kemudian, aku pikir ceritanya Wanda itu layak diceritakan secara
khusus seperti pahlawan super lainnya. Wanda pertama kali muncul di film
“Avengers: Age of Ultron”, tetapi tidak pernah benar-benar diceritakan secara
khusus. Namun, di dalam WV, kita mendapat kesempatan untuk mengenal Wanda lebih
jauh, tentang masa lalunya dan dukanya. Wanda mungkin terlihat sebagai superhero yang kuat sekali yang katanya
bisa mengalahkan Thanos sendirian, tetapi di dalam hatinya, dia begitu hancur.
Selain itu, hal menarik lainnya dari WV adalah kemunculan
tokoh-tokoh pendukung dari film-film MCU sebelumnya. Kita bertemu lagi dengan
Monica Rambeau (Teyonah Parris) yang sebelumnya muncul di film “Captain
Marvel”, Randall Park (Jimmy Woo) yang sebelumnya muncul di film “Antman and
the Wasp”, dan Darcy Lewis (Kat Dennings) yang terakhir kali muncul di film
“Thor: The Dark World.” Kemunculan mereka di serial ini adalah pertanda bahwa
mereka akan kembali hadir di film-film MCU berikutnya.
Kalau kalian penggemar MCU,
kalian harus menonton ini karena WV adalah salah satu pengantar film “Doctor
Strange in the Multiverse of Madness” yang akan tayang pada tahun 2022. Kalian
bisa melihat trailer-nya di sini.
***
Sense8
Season 1-2
(2015—2018)
Judul
|
:
|
Sense8
|
Sutradara
|
:
|
Lana Wachowski, Lilly Wachowski, Tom
Tykwer, James McTeigue, Dan Glass
|
Penulis
|
:
|
Lana Wachowski, Lilly Wachowski, J.
Michael Straczynski, David Mithcell, Aleksandar Hemon
|
Produser eksekutif
|
:
|
Grant Hill, Lana Wachowski, Lilly
Wachowski, J. Michael Straczynski, Cindy Holland, Peter Friedlander, Tara
Duncan, Deepak Nayar, Leon Clarance, Marc Rosen, John Toll, Laura Delahaye
|
Produser
|
:
|
Marcus Loges, L. Dean Jones Jr., Alex
Boden, Terry Needham, Roberto Malerba
|
Musim/Episode
|
:
|
2 Musim/24 episode
|
Pemeran
|
:
|
Brian J. Smith, Tuppence Middleton, Jamie
Clayton, Miguel Angel Silvestre, Tina Desai, Max Riemelt, Bae Doona, Aml
Ameen, Toby Onwumere
|
Genre
|
:
|
Fiksi ilmiah, drama, action, romantis,
komedi
|
Sense8 merupakan serial asli
Netflix yang produksinya terbilang tidak biasa. Produksi serial ini melibatkan
kru lintas negara karena mengambil lokasi di berbagai kota di berbagai negara.
Serial ini termasuk tontonan terkeren yang pernah ku tonton. Sense8 juga mendapat banyak apresiasi
dari masyarakat karena mengangkat berbagai isu-isu sosial tentang keberagaman
identitas. Serial ini dapat ditonton di Netflix.
Sense8 bercerita tentang delapan
orang yang tidak saling mengenal yang kemudian saling terhubung melalui
pikiran. Kedelapan orang tersebut adalah Will Gorski (Brian J. Smith), Riley
“Blue” Gunnarsdóttir (Tuppence Middleton), Sun Bak (Bae Doona), Lito Rodriguez
(Miguel Angel Silvestre), Capheus Onyango (Aml Ameen/Toby Onwumere), Nomi Marks
(Jamie Clayton), Wolfgang Bogdanow (Max Riemelt), dan Kala Dandekar (Tina
Desai). Mereka tinggal di kota-kota yang berbeda, di negara yang berbeda dan
mereka tidak pernah saling kenal sebelumnya.
Sejak
mereka sama-sama melihat penampakan perempuan misterius yang bunuh diri,
pikiran mereka mulai saling terhubung. Mereka bisa mengetahui apa yang
dipikirkan satu sama lain, mengalami apa yang dialami satu sama lain, dan
merasakan apa yang dirasakan satu sama lain. Orang-orang seperti mereka disebut
sensate.
Pada
awalnya, mereka merasa itu menakjubkan sekali. Namun, bakat mereka tersebut
membuat mereka diincar oleh organisasi misterius bernama Biological
Preservation Organization (BPO) yang ingin menjadikan sensate sebagai bahan eksperimen.
Sense8 adalah serial yang sangat
menunjukkan inklusivitas, baik dari sisi produksi maupun ceritanya. Kalian bisa
melihat asal negara para tokoh utamanya yang beragam, yang menyesuaikan dengan
latar belakang peran yang dimainkan mereka. Bahkan, peran Nomi yang adalah
seorang transpuan diperankan oleh Jamie Clayton yang juga adalah seorang
transpuan. Selain itu, dalam produksinya, mereka juga menggunakan kru dan artis
lokal di negara tempat mereka melaksanakan syuting.
Sementara
itu, dalam hal cerita, serial ini penuh sekali dengan semangat berempati dalam
keberagaman. Kalian bisa melihat bahwa setiap tokoh utama berasal dari negara
yang berbeda dan ras yang berbeda. Mereka pun memiliki kultur dan permasalahan
sosial yang berbeda pula. Namun, kedelapan orang itu dapat memahami satu sama
lain dan tidak saling menghakimi; mereka malah saling berempati terhadap apa
yang dirasakan, dipikirkan, dan dialami satu sama lain. Melalui serial ini,
kita diberi tahu bahwa manusia, apapun perbedaannya, bisa saling memahami jika
mau mencobanya.
Bagian
favoritku di serial ini adalah ketika mereka saling menolong waktu salah satu
dari mereka terlibat masalah. Misalnya, waktu Nomi ingin kabur dari kejaran BPO
atau waktu mereka semua ingin menolong Sun yang mau dibunuh saat dalam penjara.
Namun, yang paling berkesan adalah ketika mereka semua berkumpul untuk
menyelamatkan salah satu dari mereka yang sedang dalam bahaya besar. Pada saat
itu, mereka dapat bekerja sama meskipun tidak benar-benar bertemu secara fisik
dan itu keren sekali. Aku juga suka waktu mereka merayakan ulang tahun
bersama—mereka mengalatmi delapan pesta ulang tahun sekaligus dan itu terlihat
menyenangkan. Pokoknya, aku sangat suka melihat mereka semua bersama untuk saling
membantu dan mendukung.
Serial
Sense8 juga penuh dengan kritik
sosial mengenai berbagai isu kemanusiaan, seperti perbedaan keyakinan, LGBTQ+,
rasisme, kemiskinan, dan masalah keluarga. Di India, ada Kala yang menghadapi
perselisihan antara masyarakat religus dengan ateis. Kemudian, di Amerika
Serikat, ada Nomi yang harus mengalami penolakan dari keluarganya karena
menjadi transpuan. Di Mexico, ada Lito yang mendapat kecaman dari masyarakat
karena coming out sebagai seorang gay. Ada juga Capheus di Kenya yang
harus berurusan dengan kemiskinan dan kriminalitas di kotanya. Sementara di
Korea Selatan, ada Sun dengan polemik keluarganya yang gila harta. Melalui para
tokoh tersebut, kita diajari untuk bisa berempati pada orang-orang yang berbeda
dari kita dan untuk tidak menghakimi hidup mereka.
Akan
tetapi, serial ini memiliki kekurangan, yaitu antagonisnya yang kurang
menonjol. Sosok BPO di sini kurang tampak berbahaya dan kurang dieksplorasi.
Interaksi antara kedelapan tokoh utama dengan BPO sebagai musuh mereka kurang
terasa gereget. Sepanjang cerita, hanya Will, Nomi, dan Riley yang banyak fokus
melawan BPO, sedangkan yang lain lebih banyak mengurusi masalah sendiri. Ketegangan
antara kedua kubu tersebut pun biasanya hanya terasa di penghujung cerita. Akibatnya,
fungsi BPO sebagai antagonis terasa kurang mendapat perhatian.
Oh iya, aku suka sekali dengan soundtrack-nya yang berjudul “What’s Up?” oleh 4 Non Blondes.
Kemudian, ada banyak sekali adegan seks di dalam serial ini, maka sebaiknya
serial ini ditonton dengan penuh tanggung jawab. Kalian bisa melihat trailer-nya di sini.
Sebelumnya (Tahun 2020)
Selanjutnya
***
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar