Once Upon A Broken Heart: Sebuah Dongeng Seru Tentang Dua Orang Yang Patah Hati

Identitas Buku Judul : Once Upon a Broken Heart Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Reni Indardini Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2022 Cetakan : I Tebal : 407 halaman Harga : Rp124.000 ISBN : 9786232423503 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1] (2017) yang lalu menjadi buku best-selling serta mendapat kritik positif. Setelah itu, S...

Serial TV Terfavorit 2021 (part 1)

Serial TV Terfavorit 2021

Di tahun 2021, aku banyak menghabiskan waktu di rumah akibat pandemi—kurang lebih sama seperti tahun lalu. Untuk mengisi waktu luang, aku menonton banyak serial TV di layanan-layanan streaming daring. Aku menonton berbagai judul serial dalam berbagai format, entah live-action atau animasi, serta berbagai genre. Banyak sekali serial seru dan penuh hikmah yang telah kutonton sepanjang tahun 2021. Oleh karena itu, seperti tahun sebelumnya, aku juga ingin menulis reviu dari beberapa judul serial TV terfavoritku di tahun ini.

Judul-judul yang aku tulis ini adalah judul-judul yang aku tonton di tahun 2021 dan yang aku anggap paling bagus. Namun, bukan berarti judul yang tidak ada di sini itu tidak bagus. Kalau tidak ada judul-judul favorit kalian di sini, itu berarti mungkin aku belum menontonnya atau itu bukan termasuk favoritku. Judul-judul yang aku rekomendasikan ini dapat berupa serial Barat, drama Korea, anime, ataupun serial dalam format lainnya. Genrenya pun tidak aku batasi. Kemudian, aku juga minta maaf di awal kalau nanti ada spoiler. Baiklah, mari kita mulai dengan judul yang pertama.

***

Daftar Isi

***

While You were Sleeping

(2017)

Judul

:

While You were Sleeping

Sutradara

:

Oh Choong Hwan

Penulis

:

Park Hye Ryun

Produser

:

Teddy Hoon Tak Jung, Hwan Ki Yong

Musim/Episode

:

1 Musim/16 Episode

Pemeran

:

Lee Jong Suk, Bae Suzy, Jung Hae In, Lee Sang Yeob

Genre

:

Romantis, fantasi, thriller, drama hukum


While You were Sleeping (disingkat WYWS) adalah drama Korea yang tayang pada tahun 2017 dan happening pada saat itu, tapi baru aku tonton di tahun 2021 (maaf ya agak terlambat dengan hype-nya hehehe). Drama Korea ini termasuk yang paling aku suka di tahun ini karena memiliki campuran genre yang unik banget: drama hukum, fantasi, dan romantis. Kalian bisa menonton drama ini di Netflix, Viu, Vidio.com, iQIYI, dan KOCOWA.

WYWS mengisahkan tiga orang yang memiliki kemampuan istimewa untuk melihat kejadian di masa depan melalui mimpi. Awalnya, kemampuan itu hanya dimiliki perempuan bernama Nam Hong Joo (Bae Suzy). Dia sering kali memimpikan peristiwa masa depan secara acak dan semua peristiwa itu selalu terjadi. Tidak jarang dia memimpikan kematian seseorang dan itu membuatnya frustrasi karena tidak pernah berhasil mencegah nasib tersebut. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk tidak ikut campur atas nasib orang-orang yang dia mimpikan. Akan tetapi, setelah dia memimpikan kematian ibunya, Hong Joo bertekad untuk melakukan segala cara agar mimpinya itu tidak menjadi kenyataan.

Sementara itu, Hong Joo mendapatkan tetangga baru, seorang pria tampan bernama Jung Jae Chan (Lee Jong Suk) yang bekerja sebagai jaksa. Jae Chan kemudian memimpikan kematian Hong Joo setelah dia gagal mencegah kematian ibunya seakan-akan itu adalah pertanda. Awalnya dia tidak percaya, tetapi lama-lama semua yang dia mimpikan terjadi. Walau hanya bermodalkan pertanda mimpi dan nekat, Jae Chan berusaha untuk mengubah nasib Hong Joo.

Sebagaimana yang kubilang sebelumnya, drama WYWS memiliki campuran genre yang disajikan dengan baik. Genre utamanya: romantis, fantasi, dan drama hukum dicampur dengan tepat tanpa salah satu lebih mendominasi cerita. Kalian pasti bisa merasakan atmosfer ketiga genre tersebut sepanjang cerita. Kalian tidak akan merasa bahwa drama ini adalah kisah cinta yang cringe ataupun drama hukum yang terlalu ruwet.

Di dalam drama ini, para tokoh utamanya menggunakan kemampuan mimpi mereka untuk menyelesaikan berbagai kasus kriminal dan mengadili para pelakunya. Ada banyak kasus yang diselesaikan sepanjang drama ini sehingga cerita tidak hanya berpusat pada para tokoh utama, tetapi juga para korban kejahatannya. Dalam drama ini pun ada banyak adegan persidangan yang dilakukan oleh Jae Chan yang berprofesi sebagai jaksa.

Alur kisah cinta antara Hong Joo dan Jae Chan di drama ini tidak berbelit-belit. Kisah mereka tidak diwarnai drama putus nyambung atau orang ketiga sehingga cerita bisa fokus pada penyelesaian kasus kriminal. Walaupun begitu, atmosfer romantisnya tetap terasa.

Oh iya, dalam drama ini, sering kali Hong Joo dan Jae Chan sudah tahu siapa pelaku kejahatannya melalui mimpi mereka, tetapi mereka tidak lantas menuduh orang tersebut. Mereka berdua tetap mencari bukti dan tidak termakan asumsi-asumsi yang ada. Episode tentang kematian seorang pemain tenis terkenal adalah contohnya. Di episode tersebut, Hong Joo dan Jae Chan tidak lantas termakan apa yang orang-orang percaya, tetapi terus mencari bukti. Itu menjadi insight bahwa pertanda mimpi dan asumsi orang-orang tidak bisa menjadi kebenaran yang bisa dikonfirmasi; diperlukan bukti empiris untuk mengonfirmasi kebenaran. Ada dialog yang menggambarkan itu di drama ini, kira-kira bunyinya seperti ini: “Kalian seharusnya mengumpulkan dulu puzzlenya, lalu menyusun gambarnya; bukan menentukan gambarnya apa, lalu menyusun puzzlenya sesuai gambar yang kalian inginkan.”

Aku sangat suka salah satu soundtrack drakor ini yang berjudul When Night Falls oleh Eddy Kim dan It’s You oleh Henry. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.

***

Alice in Borderland
Season 1

(2020—on going)

Judul

:

Alice in Borderland

Sutradara

:

Shinsuke Sato

Penulis

:

Yoshiki Watabe, Yasuko Kuramitsu, Shinsuke Sato

Produser eksekutif

:

Kaata Sakamoto

Produser

:

Akira Morii

Musim/Episode

:

1 Musim/8 Episode (on going)

Pemeran

:

Kento Yamazaki, Tao Tsuchiya, Nijirou Murakami, Aya Asahina

Genre

:

Fiksi ilmiah, thriller, drama, isekai


Alice in Borderland (disingkat AiBL) adalah serial Jepang yang diadaptasi dari manga berjudul sama karangan Haro Aso. Serial Jepang ini diproduksi dengan kolaborasi internasional antara Jepang, Singapura, Amerika Serikat, dan India, maka tidak heran dia mendapatkan sambutan baik dari banyak pihak. AiBL dapat ditonton di layanan streaming Netflix.

AiBL memiliki tokoh utama bernama Ryouhei Arisu (Kento Yamazaki), seorang pemuda pengangguran yang tidak punya ambisi, meskipun dia adalah seorang jenius. Arisu memiliki dua sahabat baik yang selalu mendukungnya, yaitu Chouta Segawa (Yuuki Morinaga) dan Daikichi Karube (Keita Machida).

Suatu ketika, mereka bertiga mendapati kota Tokyo kosong tanpa orang selain mereka bertiga. Kemudian, muncul arahan agar mereka pergi ke suatu tempat yang merupakan venue sebuah game. Apabila mereka memenangkan game tersebut, mereka akan memperoleh visa untuk hidup di dunia paralel tersebut. Kalau visa mereka habis, mereka akan mati ditembak laser oleh drone yang mengawasi seluruh kota. Kalau mereka mencoba kabur dari game, mereka juga akan mati ditembak laser. Kalau mereka bermain pun, mereka bisa mati kalau kalah. Dengan begitu, pilihan mereka adalah bermain dan menang.

Mau tidak mau, Arisu dan teman-temannya harus memperpanjang visa mereka dengan mengikuti game tersebut. Mereka membutuhkannya untuk bertahan hidup, serta untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi dan mencari jalan keluar.

Serial Jepang ini, sesuai namanya, mengambil beberapa referensi dari kisah Alice in Wonderland. Nama tokoh utamanya, Arisu, merupakan ejaan Jepang dari Alice. Tokoh-tokoh penting lainnya pun merupakan adaptasi dari tokoh-tokoh Alice in Wonderland.

Plot AiBL sangatlah seru karena ceritanya tidak berbelit-belit dan fokus pada bagaimana Arisu berjuang bertahan hidup. Selain itu, menurutku plotnya cukup tidak terduga. Namun, terkadang transisi waktu antarepisode terasa kurang jelas. Aku tidak bisa tahu jarak waktu antarepisode itu sudah berapa hari, padahal itu cukup penting untuk mengetahui sudah berapa lama Arisu terjebak di dunia tersebut. Selain itu, kita tidak diceritakan mengapa hubungan Arisu dan keluarganya tidak akur, padahal itu cukup penitng untuk menggambarkan karakter Arisu sebagai tokoh utama.

Sementara itu, penyajian efek visualnya itu keren banget. Serial ini sudah seperti produksi Hollywood. Efek visual tersebut sangat mendukung suasana mendebarkan serial ini. Kalian pasti akan terbawa suasana tegang di setiap game-nya.

Kemudian, games yang ada di serial ini pun keren banget. Penonton akan dibuat berpikir bagaimana cara memenangkan game-nya. Aku selalu kagum kepada Arisu yang selalu tahu apa yang harus dilakukan untuk memenangkan game. Menurutku, serial ini mempunyai vibes yang serupa dengan The Hunger Games atau The Maze Runner, maka kalau kalian suka tontonan seperti itu, kalian harus menonton ini. 

Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.

***

Normal People

(2020)

Judul

:

Normal People

Sutradara

:

Lenny Abrahamson, Hettie Macdonald

Penulis

:

Sally Rooney, Alice Birch, Mark O’Rowe

Produser eksekutif

:

Ed Guiney, Andrew Lowe, Emma Norton, Anna Ferguson, Sally Rooney, Lenny Abrahamson

Produser

:

Catherine Magee

Musim/Episode

:

1 Musim/12 episode

Pemeran

:

Daisy Edgar-Jones, Paul Mescal

Genre

:

Romantis, drama psikologis


Normal People (disingkat NP) merupakan serial TV asal Irlandia. Serial ini merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Sally Rooney. Sally Rooney sendiri ikut terlibat dalam penulisan naskah serial TV ini. NP dapat ditonton di platform streaming Hulu dan Catchplay+.

NP bercerita tentang dinamika hubungan asmara sepasang pemuda-pemudi bernama Connell Waldron (Paul Mescal) dan Marianne Sheridan (Daisy Edgar-Jones) dari mereka SMA hingga kuliah. Mereka berdua adalah teman sekolah, tetapi memiliki pergaulan yang sangat berbeda. Connell adalah anak populer di sekolah, tampan, dan pintar. Marianne juga pintar, tetapi dia tidak pandai bergaul dan dijauhi anak-anak lain di sekolah. Di sekolah, keduanya hanya bertegur sapa, tidak pernah benar-benar mengobrol.

Ibunya Connell bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Marianne. Dari situlah keduanya berteman, meskipun tidak pernah mereka perlihatkan di sekolah. Mereka pun mengakui bahwa mereka tertarik terhadap satu sama lain, lalu mereka memulai hubungan romantis tanpa status—bukan pacaran, tetapi juga bukan sekadar berteman. Connell tidak mau kedekatan mereka diketahui anak-anak lain di sekolah.

Akan tetapi, Marianne kecewa sekali dengan tindakan Connell yang pengecut itu. Dia merasa Connell tidak menghargainya sehingga “hubungan” mereka harus berakhir. Di sisi lain, Connell amat menyesal dan terus berharap Marianne akan memaafkannya. Namun, hubungan mereka tidak benar-benar selesai karena di kampus, mereka bertemu lagi. Connell mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya itu.

NP adalah serial TV dengan alur yang natural dan sederhana. Alur ceritanya mengalir begitu saja tanpa ada arah yang jelas. Tidak ada suatu konflik inti yang ingin diselesaikan di dalamnya. Cerita benar-benar tentang putus nyambung hubungan Marianne dan Connell serta tentang bagaimana mereka belajar lebih dewasa dalam menjalin hubungan.

Namun, poin unggul dari serial ini ialah emosi yang dihadirkannya. Biarpun alurnya sederhana, emosi yang ditampilkan sangat terasa. Semua emosi, entah itu senang, marah, sedih, depresi, atau putus asa ditampilkan dengan bagus di setiap episode, baik melalui ekspresi wajah, suasana, maupun scoring.

Kemudian, tokoh yang menarik menurutku adalah Connell. Dia kesulitan untuk menentukan apa yang dia inginkan, terutama dalam cinta sehingga dia terus membuat keputusan salah. Keputusannya tersebut membuat dia menyesal kemudian. Dia sering kali lebih memikirkan pendapat orang lain daripada keinginannya sendiri—dia takut pada apa kata orang tentang dirinya. Watak Connell tersebut nyatanya dimiliki banyak orang.

Namun, aku kurang suka dengan transisi waktu antarepisode yang terkadang terlalu cepat. Ketika menonton NP, aku sering kebingungan mengenai tranisisi waktu tersebut—"berapa sih jarak waktu episode ini dengan episode sebelumnya”, kira-kira itu yang aku pertanyakan. Transisi waktunya diperlihatkan secara tersirat, seperti lewat suasana musim atau kegiatan perkuliahan mereka, tetapi aku tidak bisa mengertinya (karena aku tinggal di negara dengan musim yang berbeda dan sistem perkuliahan yang berbeda dengan mereka).

Oh iya, NP mempelihatkan banyak adegan seks. Maka dari itu, sebaiknya serial ini ditonton dengan bertanggung jawab. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.

***

The Uncanny Counter
Season 1

(2020—on going)

Judul

:

The Uncanny Counter

Sutradara

:

Yoo Seon Dong, Park Bong Seop

Penulis

:

Yeo Ji Na, Yoo Seon Dong, Kim Sae Bom

Produser

:

Kim Jin Yi, Lee Hyang Bong, Bae Ik Hyuk

Musim/Episode

:

1 Musim/16 episode (on going)

Pemeran

:

Jo Byung Gyu, Yoo Jun Sang, Kim Se Jeong, Yeom Hye Ran

Genre

:

Supranatural, fantasi kontemporeraction, shounen


The Uncanny Counter (disingkat TUC) adalah drama Korea yang diadaptasi dari webtoon berjudul “Amazing Rumor” karya Jang Yi. Drama Korea ini terbilang unik karena mirip dengan anime-anime shounen. TUC dapat ditonton di Netflix.

TUC mengisahkan aksi sekelompok orang yang disebut Counter, yaitu pemburu roh jahat. Awalnya, ada seorang anak SMA bernama So Mun (Jo Byung Gyu) yang kehilangan kedua orang tuanya waktu dia kecil akibat kecelakaan mobil. Salah satu kaki Mun juga menjadi lumpuh akibat kecelakaan tersebut. Kemudian, Mun bermimpi aneh bertemu dengan seorang wanita tua bernama Wi Gen (Moon Sook) yang menawarinya pekerjaan sebagai Counter. Setelah itu, Mun bertemu dengan Counter lainnya: Ga Mo Tak (Yu Jun Sang), Do Ha Na (Kim Se Jeong), dan Chu Mae Ok (Yum Hye Ran).

Para Counter bekerja kepada orang-orang di afterlife ‘alam akhirat’ untuk melawan dan memburu roh jahat. Roh jahat adalah jiwa manusia yang kabur dari afterlife untuk memburu jiwa manusia yang masih hidup. Roh jahat membutuhkan inang dan inang mereka adalah manusia dengan keinginan untuk membunuh. Roh jahat memakan jiwa manusia dan untuk itu, mereka akan mendorong inang mereka untuk membunuh manusia.

Awalnya Mun ragu untuk menjadi Counter. Namun, setelah dia melihat bagaimana para Counter beraksi menyelematkan orang lain, Mun akhirnya mau bergabung. Mun ingin menggunakan kekuatannya untuk bisa melindungi orang-orang tak berdaya dan melawan roh jahat. Akan tetapi, petualangannya sebagai Counter tersebut akan membawanya berhadapan dengan orang-orang jahat sungguhan serta membuka kebenaran atas kematian orang tuanya.

TUC memiliki kemiripan dengan anime/manga shounen, yakni memiliki unsur kepahlawanan yang ada pada sosok Mun. Ketika menonton ini, kalian mungkin akan teringat dengan anime sejenis Naruto, One Piece, atau Bleach. Pengembangan alur ceritanya pun mirip dengan anime shounen yang diawali dengan pengenalan kehidupan dan latihan seorang Counter hingga nantinya mereka harus berhadapan dengan musuh yang kuat.

Kemudian, aku suka bagian ketika Mun diperlihatkan kalah. Itu menunjukkan bahwa pahlawan tidak harus selalu menang, mereka juga bisa kalah dan biasanya dari situlah kita diperlihatkan tentang bagaimana untuk bangkit kembali dan tidak menyerah. Melalui momen tersebut pula, Mun belajar untuk tidak terlalu berbangga diri dengan kelebihannya.

Salah satu momen cerita yang paling aku suka adalah di bagian awal ketika Mun baru menjadi Counter dan menggunakan kekuatannya untuk melawan para bully di sekolahnya. Padahal, Mun sudah diperingatkan bahwa kekuatan seorang Counter hanya boleh digunakan untuk melawan roh jahat, bukan manusia, tetapi dia tetap menggunakannya untuk melawan bully yang mengganggu teman-temannya. Sebetulnya, itu bisa dibilang penyalahgunaan kekuatan, tetapi apa yang Mun lakukan adalah benar—untuk apa dia punya kekuatan jika dia tidak bisa melindungi orang yang lebih lemah? Itu juga memperlihatkan karakter Mun yang masih remaja, yaitu penuh semangat dan idealis.

Akan tetapi, ada beberapa hal yang kurang aku suka dari drakor ini. Menurutku, pertarungan para Counter melawan Ji Chung Shin (Lee Hong Nae) itu terlalu sering diulang-ulang. Berkali-kali mereka bertemu dan bertarung, diulang begitu terus dan menjadi membosankan—apalagi ketika para Counter menggunakan senjata tongkat sakti, lalu diinterupsi oleh anak kecil (maaf spoiler). Bagian itu menurutku terlalu dipaksakan. Selain itu, terkadang aku merasa adegan bertarungnya kurang gereget dan terlalu dibuat dramatis. TUC juga memiliki utang penjelasan. Sejak awal, Mun diperlihatkan memiliki keistimewaan daripada Counter lainnya, tetapi sampai cerita selesai pun keistimewaan tersebut tidak dijelaskan.

Meskipun begitu, TUC masih merupakan drakor yang seru. Bagi penggemar cerita shounen sepertiku, rasanya menyenangkan ada drama Korea yang seperti itu. Drama Korea ini juga sudah dikonfirmasi akan berlanjut ke season 2. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.

***

It’s Okay to Not Be Okay
(2020)

Judul

:

It’s Okay to Not Be Okay

Sutradara

:

Park Shin Woo

Penulis

:

Jo Yong

Produser eksekutif

:

Bae Sun Hae, Kim Jung Mi, Kim Min Hye, Lee Ro Bae, So Jae Hyun, You Chul Yong 

Musim/Episode

:

1 Musim/16 episode

Pemeran

:

Kim Soo Hyun, Seo Yea Ji, Oh Jung Se, Park Gyu Young

Genre

:

Romantis, drama psikologis, komedi


It’s Okay to Not Be Okay (disingkat IOTNBO) adalah salah satu drama Korea yang mendapat sambutan baik dari orang-orang pada tahun 2020. Drama ini memiliki judul asli “Psycho but It’s Okay.” IOTNBO adalah drama comeback-nya Kim Soo Hyun usai menjalani wajib militer. Drakor ini adalah salah satu drakor terbagus yang aku tonton tahun ini. Kalian bisa menontonnya di Netflix.

IOTNBO bercerita tentang seorang perawat bernama Moon Gang Tae (Kim Soo Hyun) yang adalah yatim piatu. Dia hanya tinggal bersama kakak laki-lakinya yang mengidap autisme—namanya Moon Sang Tae (Oh Jung Se). Sang Tae memiliki trauma masa lalu tentang kematian ibunya. Dia sering mengalami mimpi buruk bahwa pembunuh ibunya, yang dia sebut sebagai “Kupu-kupu” terus mengejar dia dan adiknya. Oleh sebab itulah kakak beradik tersebut selalu berpindah tempat tinggal.

Selain itu, Sang Tae sangat suka membaca buku dongeng anak-anak yang ditulis oleh Ko Moon Young (Seo Yea Ji). Ko Moon Young sendiri adalah penulis buku anak-anak yang terkenal dan memiliki gangguan kepribadian berupa gejala-gejala psikopat.

Suatu hari, Moon Young bertemu dengan Gang Tae dan langsung suka padanya. Sejak itulah Moon Young hadir dalam kehidupan Gang Tae dan Sang Tae dan menjadikan kehidupan mereka lebih berwarna. Mereka bertiga lalu harus kembali ke kota asal mereka untuk menghadapi trauma masa lalu mereka.

IOTNBO merupakan drama Korea yang bertema trauma healing. Ketiga tokoh utamanya memiliki trauma masa kecil yang menghantui mereka. Di sepanjang cerita, mereka belajar untuk berdamai dengan trauma tersebut. Maka dari itu, drakor ini penuh dengan adegan emosional yang bisa membuat penonton bersimpati hingga menangis. Mungkin, untuk orang-orang yang punya pengalaman seperti para tokoh utama tersebut, kalian akan cukup relate dengan perasaan mereka.

Yang paling aku suka dari cerita ini ialah relasi antara Gang Tae, Sang Tae, dan Moon Young. Di awal cerita, relasi ketiganya itu sangat lucu. Mereka bertiga itu seperti tokoh-tokoh Beauty and the Beast—Gang Tae sebagai Belle, Moon Young sebagai Beast, dan Sang Tae sebagai ayahnya Belle. Hubungan mereka bertiga lalu menjadi lebih baik setelah mereka melalui banyak masalah.

Episode favoritku adalah (maaf spoiler) ketika Gang Tae dan Moon Young pergi jalan-jalan berdua tanpa Sang Tae, lalu ketika Gang Tae pulang, kakaknya marah sekali dan bilang bahwa dia benci pada Gang Tae. Episode itu adalah roller-coaster bagi Gang Tae—dia baru saja bahagia setinggi langit, lalu ditarik jatuh oleh gravitasi hingga hancur. Aku sangat suka menyaksikan proses hubungan mereka bertiga hingga akhir cerita, apalagi setelah Sang Tae mengatakan “Moon Gang Tae belongs to Moon Gang Tae.”

Di samping itu, perjalanan cinta Gang Tae dan Moon Young juga menarik banget. Keduanya punya karakter yang bertolak belakang. Rasanya gemas sekali melihat Moon Young terus menggoda Gang Tae. Apalagi, kehadiran Sang Tae dan Nam Ju Ri (Park Gyu Young) membuat hubungan keduanya semakin seru. Momen mereka berdua favoritku adalah waktu Gang Tae menemani Moon Young di hari ulang tahunnya—keesokan harinya, senyum Gang Tae jadi lebih cerah dari biasanya.

Selain itu, cerita-cerita tokoh pendampingnya pun disajikan dengan baik. Cerita mereka tetap menarik walaupun tidak mencuri spotlight dari para tokoh utama. Menurutku, para tokoh pendampingnya mempunyai porsi cerita yang pas dengan akhir bahagia masing-masing.

Hal lain yang bagus dari drakor ini adalah sentuhan dongengnya. IOTNBO memiliki efek visual serta latar yang bertema dongeng. Di samping itu, setiap episode juga ada cerita dongeng yang menjiwai cerita tiap episode. Menurutku, IOTNBO memperlihatkan bahwa dongeng itu bukan sekadar cerita anak-anak, tetapi juga cerita berisi hikmah yang bisa juga dinikmati orang dewasa.

Aku suka dengan salah satu soundtrack-nya yang berjudul “Breath” oleh Sam Kim. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini

***

18 Again

(2020)

Judul

:

18 Again

Sutradara

:

Ha Byung Hoon

Penulis

:

Ah Eun Bin, Choi Yi Ryool, Kim Do Yeon

Produser eksekutif

:

Im Byung Hoon

Produser

:

Kim Ji Won, Park Woo Ram

Musim/Episode

:

1 Musim/16 episode

Pemeran

:

Kim Ha Neul, Yoon Sang Hyun, Lee Do Hyun, Han So Eun

Genre

:

Komedi romantis, drama, low fantasy


18 Again merupakan drama Korea yang diadaptasi dari film Hollywood berjudul “17 Again” oleh Jason Filardi yang diperankan oleh Matthew Perry dan Zac Efron. 18 Again adalah drama Korea yang paling aku suka di tahun 2021 selain IOTNBO. Kalian bisa menontonnya di Netflix, Viu, Vidio.com, dan iQIYI.

18 Again bercerita tentang sepasang kekasih yang menikah setelah lulus SMA karena hamil duluan. Mereka adalah Hong Dae Young (Yoon Sang Hyun) dan Jung Da Jung (Kim Ha Neul). Pernikahan mereka dikaruniai dua anak kembar. Namun, setelah delapan belas tahun menikah, rumah tangga mereka menjadi kurang harmonis. Karir Dae Young tidak berkembang karena dia bukan sarjana dan Da Jung kesulitan mencari pekerjaan sebagai pembaca berita karena usianya. Dae Young juga tidak begitu dekat dengan kedua anaknya yang kini sudah SMA. Ditambah lagi, Dae Young dan Da Jung kerap bertengkar di rumah. Bahkan, mereka berdua sedang mengurus perceraian.

Semua masalah itu membuat Dae Young mempertanyakan keputusannya menikahi Da Jung waktu dulu. Dia merasa hidupnya yang sekarang berantakan sekali. Dae Young ingin kembali ke masa mudanya, ketika dia menjadi idola sekolah dan pemain basket yang hebat.

Suatu malam, keinginannya itu terkabul. Dae Young kembali ke wujud masa mudanya (Lee Do Hyun), tepatnya ke wujud usia 18 tahunnya. Dae Young yang kembali muda kemudian ingin memulai hidup baru karena hidupnya yang sebelumnya dia rasa sudah kacau. Dia akan kembali bersekolah dan mengejar cita-citanya menjadi pemain basket profesional. Dia mengganti namanya menjadi Ko Woo Young.

Rupanya Dae Young bersekolah di sekolah yang sama dengan kedua anaknya. Dia mendapat kesempatan untuk menjadi lebih dekat dengan anak-anaknya dan istrinya sebagai Ko Woo Young, yang adalah orang asing bagi keluarganya. Baru pada saat itulah Dae Young menyadari apa yang sebetulnya dia inginkan dan dia pun berjuang untuk itu.

Saat menonton drakor ini, awalnya aku pikir ceritanya hanya berupa romcom antara Dae Young dan Da Jung. Namun, rupanya cerita ini juga tentang relasi antara Dae Young dan Da Jung serta anggota keluarga lainnya. Bahkan, di beberapa episode pertama, hal yang paling diperlihatkan adalah relasi antara Dae Young dengan kedua anaknya, Hong Shi A (Roh Jeong Ui) dan Hong Shi Woo (Ryeo Un). Drakor ini memperlihatkan dengan begitu bagus bahwa cinta orang tua kepada anak itu unconditional dan unlimited.

Ada banyak episode favoritku di 18 Again (maaf spoiler). Episode favoritku yang pertama adalah episode 3 yang membuatku sangat jatuh hati pada drama ini. Aku suka sekali dengan after-credit scene yang ditampilkan pada episode itu yang memperlihatkan Dae Young muda bersama anak-anaknya yang masih kecil sedang berjalan di tengah hujan. Episode favoritku yang kedua adalah ketika Dae Young/Woo Young menang dalam pertandingan basket. Dia kemudian berbicara kepada ayahnya dengan bahasa isyarat dan ayahnya langsung mengerti bahwa Ko Woo Young adalah Hong Dae Young, anaknya. Episode favoritku yang ketiga adalah ketika Da Jung menjadi pembawa acara reality show tentang perceraian. Di episode tersebut, Da Jung menyampaikan speech yang bagus sekali tentang pentingnya komunikasi dalam hubungan, dan aku pikir orang-orang harus mendengarnya.

Walaupun begitu, ada beberapa hal yang aku kurang suka dari drakor ini. Aku kurang begitu suka ketika cerita masuk pada bagian cinta segitiga antara Ko Woo Young/Dae Young muda, Da Jung, dan Ye Ji Hoon (Wi Ha Joon). Bagian tentang cinta segitiga tersebut terasa membosankan setelah banyak momen mengharukan di episode-episode sebelumnya. Hal lain yang kurang aku suka adalah beberapa lagu soundtrack-nya yang terlalu diulang-ulang hampir di setiap momen. Lagunya seperti itu-itu saja sampai jadi membosankan.

Namun, 18 Again tetaplah serial TV yang bagus sekali secara keseluruhan. Dia menghadirkan banyak momen emosional antaranggota keluarga. Drakor ini memberi insight bahwa penyesalan kita atas keputusan yang kita ambil demi orang lain dapat membuat orang tersebut terluka. Ada quote yang aku suka sekali dari drakor ini: “Jangan pernah sesali hal yang membuatmu tersenyum.”

Oh iya, walaupun beberapa lagu soundtrack-nya terlalu sering diputar, aku menyukai beberapa di antaranya—mungkin karena terngiang-ngiang di kepalaku sepanjang menonton drama ini. Aku suka One Person oleh Solji, Hello oleh Sohyang, dan If You oleh Choi Nakta. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.

***

WandaVision
(2021)

Judul

:

WandaVision

Sutradara

:

Matt Shakman

Pencipta

:

Jac Schaeffer

Produser eksekutif

:

Kevin Feige, Louise D’Esposito, Victoria Alonso, Matt Shakman, Jac Schaeffer

Produser

:

Chuck Hayward

Musim/Episode

:

1 Musim/9 episode

Pemeran

:

Elizabeth Olsen, Paul Bettany, Kathryn Hahn, Teyonah Parris, Randall Park, Kat Dennings

Genre

:

Drama, romantis, sitcom, superhero


WandaVision (disingkat WV) adalah serial Marvel pertama yang plotnya terhubung langsung dengan film-film Marvel Cinematic Universe (MCU). Serial ini memiliki keunikannya tersendiri, yaitu berupa format sitcom. WV mendapat banyak apresiasi selama masa penayangannya dan selalu menjadi pembicaraan di media sosial. WV juga adalah cerita pembuka untuk MCU phase 4—setelah phase 3 diakhiri dengan film “Spiderman: Far From Home.” Bagi fans MCU, WV adalah tontonan wajib. Kalian bisa menontonnya di Disney+ Hotstar.

WV mengambil latar waktu pasca-blip, yaitu peristiwa kembalinya orang-orang yang telah dihilangkan Thanos berkat perjuangan para Avengers (tonton “Avengers: Endgame” dan “Spiderman: Far From Home”). Usai pertempuran melawan Thanos, Wanda Maximoff (Elizabeth Olsen) kini tinggal di kota kecil bernama West View. Akan tetapi, ada keanehan di kota tersebut. Di sana, Wanda dan suaminya, Vision (Paul Bettany), hidup dalam dunia sitcom yang terus berganti era. Tidak hanya itu, terkadang muncul keanehan-keanehan lain di kota tersebut, seperti perilaku orang-orangnya yang aneh dan kemunculan sosok-sosok misterius.

Rupanya Kota West View terjabak dalam anomali aneh yang mengurung seluruh orang yang ada di dalamnya. Mereka semua, termasuk Wanda dan Vision, terjebak dalam realitas alternatif berupa sitcom. Sementara itu, sebuah organisasi bernama S.W.O.R.D. bersama polisi setempat kini berusaha menyelamatkan Wanda dan Vision serta seluruh warga kota West View dari anomali tersebut.

Sebagai seorang penggemar MCU, serial ini sangat bagus menurutku. Saat pertama kali teaser-nya keluar, kita tahu bahwa WV ini akan menjadi sitcom dan aku menduga serial ini akan menjadi semacam alternatif dari plot utama MCU. Begitu menontonnya, aku cukup terhibur dengan unsur-unsur khas sitcom-nya, terutama di episode-episode awal. Namun, MCU rupanya mengejutkanku dengan sentuhan-sentuhan misterinya. Cerita menjadi berubah di luar ekspektasi begitu saja setelah mengetahui bahwa Wanda dan Vision terjebak dalam realitas alternatif. Semakin lama ditonton, semakin banyak hal-hal tak terduga yang terjadi di serial ini.

Kemudian, aku pikir ceritanya Wanda itu layak diceritakan secara khusus seperti pahlawan super lainnya. Wanda pertama kali muncul di film “Avengers: Age of Ultron”, tetapi tidak pernah benar-benar diceritakan secara khusus. Namun, di dalam WV, kita mendapat kesempatan untuk mengenal Wanda lebih jauh, tentang masa lalunya dan dukanya. Wanda mungkin terlihat sebagai superhero yang kuat sekali yang katanya bisa mengalahkan Thanos sendirian, tetapi di dalam hatinya, dia begitu hancur.

Selain itu, hal menarik lainnya dari WV adalah kemunculan tokoh-tokoh pendukung dari film-film MCU sebelumnya. Kita bertemu lagi dengan Monica Rambeau (Teyonah Parris) yang sebelumnya muncul di film “Captain Marvel”, Randall Park (Jimmy Woo) yang sebelumnya muncul di film “Antman and the Wasp”, dan Darcy Lewis (Kat Dennings) yang terakhir kali muncul di film “Thor: The Dark World.” Kemunculan mereka di serial ini adalah pertanda bahwa mereka akan kembali hadir di film-film MCU berikutnya.

Kalau kalian penggemar MCU, kalian harus menonton ini karena WV adalah salah satu pengantar film “Doctor Strange in the Multiverse of Madness” yang akan tayang pada tahun 2022. Kalian bisa melihat trailer-nya di sini.

***

Sense8
Season 1-2

(2015—2018)


Judul

:

Sense8

Sutradara

:

Lana Wachowski, Lilly Wachowski, Tom Tykwer, James McTeigue, Dan Glass

Penulis

:

Lana Wachowski, Lilly Wachowski, J. Michael Straczynski, David Mithcell, Aleksandar Hemon

Produser eksekutif

:

Grant Hill, Lana Wachowski, Lilly Wachowski, J. Michael Straczynski, Cindy Holland, Peter Friedlander, Tara Duncan, Deepak Nayar, Leon Clarance, Marc Rosen, John Toll, Laura Delahaye

Produser

:

Marcus Loges, L. Dean Jones Jr., Alex Boden, Terry Needham, Roberto Malerba

Musim/Episode

:

2 Musim/24 episode

Pemeran

:

Brian J. Smith, Tuppence Middleton, Jamie Clayton, Miguel Angel Silvestre, Tina Desai, Max Riemelt, Bae Doona, Aml Ameen, Toby Onwumere

Genre

:

Fiksi ilmiah, drama, action, romantis, komedi


Sense8 merupakan serial asli Netflix yang produksinya terbilang tidak biasa. Produksi serial ini melibatkan kru lintas negara karena mengambil lokasi di berbagai kota di berbagai negara. Serial ini termasuk tontonan terkeren yang pernah ku tonton. Sense8 juga mendapat banyak apresiasi dari masyarakat karena mengangkat berbagai isu-isu sosial tentang keberagaman identitas. Serial ini dapat ditonton di Netflix.

Sense8 bercerita tentang delapan orang yang tidak saling mengenal yang kemudian saling terhubung melalui pikiran. Kedelapan orang tersebut adalah Will Gorski (Brian J. Smith), Riley “Blue” Gunnarsdóttir (Tuppence Middleton), Sun Bak (Bae Doona), Lito Rodriguez (Miguel Angel Silvestre), Capheus Onyango (Aml Ameen/Toby Onwumere), Nomi Marks (Jamie Clayton), Wolfgang Bogdanow (Max Riemelt), dan Kala Dandekar (Tina Desai). Mereka tinggal di kota-kota yang berbeda, di negara yang berbeda dan mereka tidak pernah saling kenal sebelumnya.

Sejak mereka sama-sama melihat penampakan perempuan misterius yang bunuh diri, pikiran mereka mulai saling terhubung. Mereka bisa mengetahui apa yang dipikirkan satu sama lain, mengalami apa yang dialami satu sama lain, dan merasakan apa yang dirasakan satu sama lain. Orang-orang seperti mereka disebut sensate.

Pada awalnya, mereka merasa itu menakjubkan sekali. Namun, bakat mereka tersebut membuat mereka diincar oleh organisasi misterius bernama Biological Preservation Organization (BPO) yang ingin menjadikan sensate sebagai bahan eksperimen.

Sense8 adalah serial yang sangat menunjukkan inklusivitas, baik dari sisi produksi maupun ceritanya. Kalian bisa melihat asal negara para tokoh utamanya yang beragam, yang menyesuaikan dengan latar belakang peran yang dimainkan mereka. Bahkan, peran Nomi yang adalah seorang transpuan diperankan oleh Jamie Clayton yang juga adalah seorang transpuan. Selain itu, dalam produksinya, mereka juga menggunakan kru dan artis lokal di negara tempat mereka melaksanakan syuting.

Sementara itu, dalam hal cerita, serial ini penuh sekali dengan semangat berempati dalam keberagaman. Kalian bisa melihat bahwa setiap tokoh utama berasal dari negara yang berbeda dan ras yang berbeda. Mereka pun memiliki kultur dan permasalahan sosial yang berbeda pula. Namun, kedelapan orang itu dapat memahami satu sama lain dan tidak saling menghakimi; mereka malah saling berempati terhadap apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dialami satu sama lain. Melalui serial ini, kita diberi tahu bahwa manusia, apapun perbedaannya, bisa saling memahami jika mau mencobanya.

Bagian favoritku di serial ini adalah ketika mereka saling menolong waktu salah satu dari mereka terlibat masalah. Misalnya, waktu Nomi ingin kabur dari kejaran BPO atau waktu mereka semua ingin menolong Sun yang mau dibunuh saat dalam penjara. Namun, yang paling berkesan adalah ketika mereka semua berkumpul untuk menyelamatkan salah satu dari mereka yang sedang dalam bahaya besar. Pada saat itu, mereka dapat bekerja sama meskipun tidak benar-benar bertemu secara fisik dan itu keren sekali. Aku juga suka waktu mereka merayakan ulang tahun bersama—mereka mengalatmi delapan pesta ulang tahun sekaligus dan itu terlihat menyenangkan. Pokoknya, aku sangat suka melihat mereka semua bersama untuk saling membantu dan mendukung.

Serial Sense8 juga penuh dengan kritik sosial mengenai berbagai isu kemanusiaan, seperti perbedaan keyakinan, LGBTQ+, rasisme, kemiskinan, dan masalah keluarga. Di India, ada Kala yang menghadapi perselisihan antara masyarakat religus dengan ateis. Kemudian, di Amerika Serikat, ada Nomi yang harus mengalami penolakan dari keluarganya karena menjadi transpuan. Di Mexico, ada Lito yang mendapat kecaman dari masyarakat karena coming out sebagai seorang gay. Ada juga Capheus di Kenya yang harus berurusan dengan kemiskinan dan kriminalitas di kotanya. Sementara di Korea Selatan, ada Sun dengan polemik keluarganya yang gila harta. Melalui para tokoh tersebut, kita diajari untuk bisa berempati pada orang-orang yang berbeda dari kita dan untuk tidak menghakimi hidup mereka.

Akan tetapi, serial ini memiliki kekurangan, yaitu antagonisnya yang kurang menonjol. Sosok BPO di sini kurang tampak berbahaya dan kurang dieksplorasi. Interaksi antara kedelapan tokoh utama dengan BPO sebagai musuh mereka kurang terasa gereget. Sepanjang cerita, hanya Will, Nomi, dan Riley yang banyak fokus melawan BPO, sedangkan yang lain lebih banyak mengurusi masalah sendiri. Ketegangan antara kedua kubu tersebut pun biasanya hanya terasa di penghujung cerita. Akibatnya, fungsi BPO sebagai antagonis terasa kurang mendapat perhatian.

Oh iya, aku suka sekali dengan soundtrack-nya yang berjudul “What’s Up?” oleh 4 Non Blondes. Kemudian, ada banyak sekali adegan seks di dalam serial ini, maka sebaiknya serial ini ditonton dengan penuh tanggung jawab. Kalian bisa melihat trailer-nya di sini


Sebelumnya (Tahun 2020)

Selanjutnya

***



***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

Komentar