Identitas
Buku
Judul
|
:
|
Komet
Minor
|
Penulis
|
:
|
Tere
Liye
|
Co-author
|
:
|
Diena
Yashinta
|
Penerbit
|
:
|
PT
Gramedia Pustaka Utama
|
Tahun
terbit
|
:
|
2019
|
Cetakan
|
:
|
IV
|
Tebal
|
:
|
376
halaman
|
Harga
|
:
|
Rp105.000,-
|
ISBN
|
:
|
9786020623399
|
Genre
|
:
|
Petualangan, fantasi ilmiah, isekai, coming of age
|
Tentang
Penulis
Tere Liye adalah seorang penulis novel ternama dari
Indonesia. Dia lahir di pedalaman Sumatera pada tanggal 21 Mei 1979. Dia adalah
lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Tere
Liye sudah menciptakan banyak karya bestseller,
seperti Hafalan Shalat Delisa (2005),
Moga Bunda Disayang Allah (2005), Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (2010),
dan Pulang (2015). Novel Komet Minor sendiri adalah novel ketujuh dari serial Petualangan Dunia Paralel, menyusul Bumi (2014), Bulan
(2015), Matahari (2016), Bintang (2017), Ceros dan Batozar (2018), dan Komet
(2018).
Sinopsis
Petualangan Raib, Seli, dan Ali sudah sampai di
penghujungnya untuk melawan Si Tanpa Mahkota. Namun, mereka telah ditipu di
Klan Komet. Sekarang, Si Tanpa Mahkota sudah membuka portal menuju klan yang
hanya legenda, klan yang portalnya hanya terbuka dua ribu tahun sekali, Klan
Komet Minor.
Di sini, di Klan Komet Minor, pertarungan melawan Si
Tanpa Mahkota akan berakhir, entah siapa yang menang dan kalah. Di klan inilah
pernah terbentuk Aliansi Para Pemburu yang dahulu menjaga perdamaian antarkonstelasi
di dunia paralel. Ketiga sahabat tersebut bertemu dengan teman seperjalanan
yang hebat dan orang-orang luar biasa. Mereka belajar teknik bertarung baru
demi melawan musuh yang tak terbayangkan hebatnya. Misi terakhir mereka adalah
mencegah Si Tanpa Mahkota mendapatkan tombak pusaka yang memiliki kekuatan tak
terbilang.
Petualangan ini mengisahkan tentang perjuangan. Tentang pengorbanan.
Tentang persahabatan sejati. Tentang kesetiaan. Tentang memaafkan. Namun, ini
semua adalah tentang keluarga. Raib yang bisa menghilang, Seli yang bisa
mengeluarkan petir, dan Ali yang bisa berubah menjadi beruang raksasa—inilah
babak terakhir kisah mereka untuk melawan Si Tanpa Mahkota dan menyelamatkan
masa depan empat klan dunia paralel.
Kelebihan
Wah, jujur saja aku terkesan sekali dengan novel
ini. Novel puncak dari Saga Si Tanpa Mahkota dari seial “Petualangan Dunia
Paralel”-nya Tere Liye yang berjudul Komet Minor ini patut diapresiasi.
Setelah kedua novel terakhir, yakni “Bintang”
dan “Komet” yang aku
pikir terlalu biasa, novel satu ini berhasil membuat aku terkesan. Kita bahas
satu-satu poin unggulnya ya.
Pertama, Klan
Komet Minor terbilang unik. Dibandingkan klan-klan lainnya, portal menuju klan
ini sangat unik. Tere Liye sepertinya terinspirasi dari kehidupan
mikroorganisme yang ada di tubuh makhluk hidup lain. Makhluk hidup di Klan
Komet Minor pun digambarkan menyerupai mikroorganisme, hanya saja berukuran
lebih besar. Selain itu, penduduknya hidup nomaden—unik sekali karena sebuah peradaban
maju dengan teknologi sangat canggih masih memilih hidup nomaden (meskipun cara
nomaden mereka agak berbeda).
Kedua,
musuh di buku ini akhirnya adalah sosok yang kuat banget, siapa lagi kalau
bukan Si Tanpa Mahkota sendiri. Aku senang sekali karena setelah dari dulu
semua tokoh bilang bahwa Si Tanpa Mahkota itu kuat, di buku ini hal tersebut
dibuktikan. Dari segi kekuatan, Tere Liye berhasil menggambarkan betapa kuatnya
Si Tanpa Mahkota sebagai antagonis terakhir. Pokoknya, kalian harus baca
sendiri supaya tahu seberapa kuat dia.
Ketiga,
perkembangan karakter Seli di sini sangat signifikan. Dibandingkan dengan yang
lain, Seli berkembang sangat pesat di petualangan kali ini. Teknik kinetiknya meningkat
drastis. Dia bisa (spoiler alert)
membaut baju zirah terakota dan membentuk tangan besar dari tanah—bisa dibilang
Seli seperti pengendali tanah di “Avatar: The Legend of Aang.”
Kemudian, saat dia (spoiler alert) berjuang hidup mati melawan efek samping racun cacing
pasak, aku ikut deg-degan sendiri. Aku membayangkan kejadiannya benar-benar
mengerikan, terutama bagi Raib. Maka, ketika Seli selamat (meskipun aku sudah tebak),
aku merasa sangat lega. Aku pun speechless di bagian ketika Seli
bertarung dengan sangat hebatnya melawan Si Tanpa Mahkota satu lawan satu. Besar
sekali perkembangan kekuatannya.
Keempat, pola
petualangan mereka kali ini sangat menyenangkan menurutku. Memang, sekuensnya
masih repititif, tetapi Tere Liye berhasil memberikan sentuhan yang sangat
berbeda agar terkesan tidak ada repetisi. Tantangan yang harus mereka hadapi
lebih kompleks dan sulit karena hidup-mati mereka dipertaruhkan, seperti ketika
Seli digigit cacing pasak. Apa yang mereka kali ini hadapi di setiap
tantangannya berbeda dari yang ada di buku-buku sebelumnya.
Kelima, aku
suka sekali ketika (spoiler alert) Ali menjelaskan tentang definisi
keluarga. Sekali lagi, buku ini mau menyampaikan sesuatu kepada pembacanya,
menyampaikan pesan moral. Akan tetapi, beberapa kali novel serial “Petualangan
Dunia Paralel” karya Tere Liye itu menghadirkan dialog eksposisi yang terlalu menggurui
untuk pesan moralnya. Namun, eksposisi yang disampaikan Ali mengenai definisi
keluarga di buku Komet Minor sangat
pas penempatannya, dengan suasana yang memang mendukung adegan tersebut. Ketika
(spoiler alert) dia membahas satu per satu keluarga Raib, Seli, dan dirinya,
terbongkarlah sedikit rahasia Ali selama ini. Rahasia itu sangat menyedihkan
dan mengejutkan, bahkan aku sendiri sampai hampir menangis.
Keenam, di
buku ini banyak sekali informasi baru yang membuka peluang untuk petualangan
baru. Ada beberapa fakta menarik tentang dunia paralel, seperti tentang
konstelasi dan juga nama-nama klan lainnya. Di buku ini, (spoiler alert) kita
bertemu dengan dua anak bernama ST4R dan SP4RK yang berasal dari konstelasi
Proxima Centauri. Mereka berasal dari dunia paralel yang berbeda dan memiliki
musuh sendiri. Menariknya adalah Tere Liye sudah mengatakan bahwa dia akan
membuat satu seri petualangan spin-off dengan
ST4R dan SP4RK sebagai tokoh utamanya. Kemudian, ada pula beberapa rahasia
mengejutkan yang terbongkar di sini, dan rahasia menimbulkan banyak misteri
baru yang artinya akan ada petualangan baru bersama Raib, Seli, dan Ali.
Kelemahan
Kalau membicarakan soal kelemahan, masih ada
koreksi untuk buku Tere Liye ini. Tokoh utama kita, Raib, sepanjang buku ini
tuh biasa saja. Mengingat ini adalah buku puncak dan Raib adalah tokoh utama,
tidak ada sama sekali perkembangan dari Raib yang signifikan. Semua orang tetap
mengagumi Raib sebagai seorang keturunan murni, tetapi Raib tidak mengelami
perkembangan apa-apa. Justru, Seli-lah yang paling maju pesat di buku ini. Berapa
kali mereka melawan Si Tanpa Mahkota dan Raib dengan mudahnya babak belur.
Berbeda dengan Seli yang justru bisa menggunakan teknik baru.
Setelah itu, lagi-lagi ada terlalu banyak dialog
yang berupa penjelasan atau eksposisi. Tere Liye ingin menambahkan wawasan
untuk kita, tetapi cara menyampaikannya itu yang menurutku harus diperbaiki.
Dia selalu menggunakan format eksposisi sehingga terkadang agak memaksakan
situasi.
Kelemahan berikutnya adalah adegan pertarungan
finalnya. Biasanya, kalau pertarungan terakhir itu semua tokoh, dari buku
pertama sampai terakhir, akan berkumpul untuk membantu melawan musuh terjahat.
Namun, di sini tidak dan itulah yang aku sayangkan. Padahal, kalau tiba-tiba
muncul Miss Selena atau Faar, aku yakin sekali efeknya bagi pembaca akan jauh
lebih seru. Menurutku, pertarungan akhirnya memang seru, tetapi masih bisa
lebih seru lagi.
Kemudian, aku menemukan ada beberapa salah ketik
atau typo di buku ini. Beberapa hanya
salah ketik biasa, tetapi ada salah ketik yang cukup besar. Waktu membicarakan
ibunya Raib, Batozar bilang bahwa ibunya Raib berasal dari Distrik Danau-Danau
Jauh, padahal seharusnya Distrik Sungai-Sungai Jauh.
Terakhir, aku menyayangkan ketiadaannya epilog yang
menceritakan kabar Klan Bulan, Klan Matahari, dan Klan Bintang pascapertarungan
besar dengan Si Tanpa Mahkota dan pasukannya. Buku ini adalah akhir dari
petualangan melawan Si Tanpa Mahkota, maka setidaknya, Tere Liye harus
menjelaskan bagaimana ketiga klan tersebut memulihkan keadaan usai pertarungan
tersebut. Tere Liye seharusnya menceritakan sedikit kepulangan Raib, Seli, dan
Ali dari Klan Komet Minor dan pertemuan kembali mereka dengan Miss Selena, Av,
dan Faar yang telah banyak membantu mereka. Bahkan, kepulangan Raib ke rumahnya
untuk berkumpul dengan keluarganya juga bagus kalau diceritakan. Aku mengerti
Tere Liye ingin membuat cerita ini bersambung ke buku selanjutnya, tetapi ada
cara yang lebih baik untuk mengakhirinya.
Kesimpulan
Akhirnya serial Bumi Tere Liye sudah sampai di buku
terakhir. Eh, tidak juga—masih akan ada petaulangan-petualangan dunia paralel
lainnya, seperti kisah tentang ST4R dan SP4RK serta Si Putih, kucing peliharaan
Raib. Bahkan, akan ada pula petualangan baru Raib, Seli, dan Ali. Namun, semua
pertarungan melawan Si Tanpa Mahkota berakhir di sini. Itu sebabnya, kalian
wajib sekali untuk membaca buku ini, apalagi kalau kalian sudah mengikuti serialnya
atau fansnya Tere Liye. Meski, masih banyak hal-hal yang perlu di-improve
dari segi cerita, tetapi overall sudah
bagus. Tere Liye, you did a great job! Untuk skor aku kasih 8,8/10.
Sebelumnya (Komet)
Selajutnya (Selena)
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar