Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1] (2017) yang lalu menjadi buku best-...
Enola Holmes: Petualangan Adiknya Sherlock Holmes dengan Kritik-Kritik Feminisme
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Identitas Film
Judul
:
Enola Holmes
Sutradara
:
Harry
Bradbeer
Produser
:
Marry Parent, Alex Garcia, Millie Bobby
Brown, Paige Brown
Tanggal rilis
:
23 September 2020
Rumah produksi
:
Legendary Pictures, PCMA Productions
Penulis naskah
:
Jack
Torne (screenplay) dan Nancy Springer (buku)
Durasi tayang
:
2 jam 3 menit
Pemeran
:
Millie
Bobby Brown, Henry Cavill, Sam Claflin, Helena Bonham Carter, dan Louis
Partridge
Enola Holmes (Millie Bobby
Brown), adik dari Mycroft Holmes (Sam Claflin) dan Sherlock Holmes (Henry
Cavill) si detektif yang masyhur, sejak kecil hanya tinggal bersama ibunya
(Helena Bonham Carter). Enola sudah lama tidak bertemu dengan kedua kakaknya
dan ayahnya sudah tiada. Yang Enola miliki hanyalah ibunya seorang.
Ibu Enola membesarkan Enola
dengan cara yang tidak konvensional. Enola tidak pergi ke sekolah, tapi diajari
langsung oleh ibunya. Enola juga diajari ilmu bela diri. Dia tidak diajari
bagaimana menjadi seorang wanita bertata krama sebagaimana lazimnya perempuan
di era Victoria.
Akan tetapi, di hari ulang
tahunnya yang ke-16, Enola mendapati ibunya menghilang tanpa jejak. Enola yang
merindukan ibunya, nekat memulai misi pencariannya. Dia kabur dari kedua
kakaknya dan berangkat ke London seorang diri.
Dalam perjalanannya, Enola
bertemu dengan Viscount Tewkesbury (Louis Partridge) yang sedang melarikan diri
dari keluarganya. Akan tetapi, Tewkesbury dikejar oleh seorang pembunuh sehingga
Enola pun terlibat dalam konflik Tewkesbury. Apakah mungkin Enola menemukan
ibunya?
Kelebihan
Film Enola Holmes ini
memiliki ide cerita yang menarik. Kita semua pasti sudah tidak asing mendengar
nama Sherlock Holmes serta kemasyuharannya dalam memecahkan berbagai kasus.
Bahkan nama Sherlock Holmes sendiri sudah menjadi istilah yang merujuk pada
detektif yang sangat cemerlang. Namun, kalau Enola Holmes? Ini pertama kalinya
nama tersebut diangkat ke layar, bukan sekadar sebagai adik Sherlock Holmes,
tetapi sebagai detektif perempuan muda yang memiliki keberanian, potensi, dan
kemampuan. Dengan ide cerita tersebut, film ini berhasil menarik rasa ingin
tahuku.
Kemudian di film Enola Holmes,
ada banyak nilai-nilai feminisme
yang mewarnai jalan ceritanya. Tokoh Enola sendiri bisa menjadi contohnya. Sosok
Enola menggambarkan perempuan muda yang mandiri dan berani, sosok perempuan
yang berdaya. Di era Victoria, zaman film Enola Holmes mengambil latar,
perempuan dididik untuk sekadar menjadi perempuan bertata krama, bukan perempuan
cerdas dan berdaya.
Hal ini terlihat pada saat Enola
mengikuti sekolah tata krama yang orientasinya adalah menjadikan perempuan
sebagai sosok istri idaman. Spoiler
alert, Enola pun melawan dan kabur. Dia teringat perkataan ibunya bahwa
dialah yang harus membentuk masa depannya sendiri. Tindakan Enola tersebut
sangat berani sebab dia mau melawan diskriminasi gender sistematis yang ada di
masyarakatnya. Itu sebabnya tokoh Enola sangat cocok dijadikan panutan untuk
perempuan-perempuan muda saat ini.
Bicara tentang feminisme dalam
film Enola Holmes, ada banyak sekali kritik feminisme yang ada di film. Misalnya,
sosok ibu Enola yang membesarkan Enola dengan cara yang tidak konvensional. Dia
mendidik Enola langsung karena dia tahu kalau Enola pergi ke sekolah, Enola
tidak akan menjadi perempuan hebat. Dia ingin menjadikan putrinya perempuan
yang berdaya dan tangguh sehingga tidak perlu bergantung pada orang lain.
Ada satu kutipan dialog paling
aku suka di film ini, yaitu ketika Enola bicara pada Sherlock, “Maybe this
world needs to change.” Kalimat itu menyiratkan kritik terhadap sistem masyarakat
yang patriarkis pada
zaman itu, ketika peran perempuan di masyarakat masih sangat terbatas. Sebenarnya,
kritik sederhana itu pun sebenarnya relate dengan situasi masyarakat
saat ini yang masih kerap merendahkan gender feminin dan perempuan.
Kutipan kesukaanku lainnya adalah
pesan yang ditinggalkan ibunya Enola, “We have to make our own future.” Pesan
itu meyiratkan kritik terhadap paradigma bahwa perempuan harus menjadi ibu
rumah tangga dan istri yang baik, perempuan harus di rumah, perempuan harus
begini, perempuan harus begitu. Kalimat itu mengkritik konsep “kodrat perempuan”
atau peran gender perempuan dalam masyarakat yang membatasi pilihan perempuan,
yang tidak memberikan kesempatan bagi perempuan untuk menentukan diri mereka ingin
menjadi apa. Kritik tersebut juga masih relate dengan situasi hari ini.
Kemudian, kritik feminisme lainnya
yang ada dalam film Enola Holmes adalah ketika Sherlock dikritik oleh Edith
(Susan Wokoma), teman ibunya Enola. Sherlock yang adalah laki-laki yang apatis
terhadap politik dikritik oleh Edith. Edith mengatakan bahwa terang saja
Sherlock apatis, untuk apa laki-laki sepertinya ambil pusing dengan dunia yang sudah
memberikan privilese kepadanya. Kritik tersebut sebenarnya ditujukan kepada
kaum laki-laki yang tidak mendukung atau tidak peduli dengan gerakan feminisme
dan ingin mempertahankan masyarakat yang patriarkis.
Selain adanya gagasan-gagasan
feminisme di dalamnya, kelebihan lain film iniadalah ada sentuhan break
the 4th wall. Bagian break the 4th wall dalam
film ini umumnya ada pada saat Enola bermonolog atau menjadi narator. Terkadang,
unsur break the 4th wall ini
juga hanya berupa tatapan ke kamera, seperti waktu Enola jengkel kepada
Tewkesbury. Unsur break through the 4th wall tersebut memberi
kesan yang menyenangkan pada film karena penonton seperti diajak bicara dengan
Enola.
Kelebihan berikutnya adalah alur
cerita yang tidak terduga. Kalau dilihat dari trailer filmnya, Enola
Holmes ini beriksah tentang petualangan Enola untuk menemukan ibunya, dan film
ini memang benar begitu di seperempat pertama. Namun, rupanya sisa tiga
perempat film merupakan petualangan Enola dan Tewkesbury. Jujur saja, aku tidak
menyangka ceritanya justru beralih seperti itu, tapi itu tetap seru!
Oh iya, keberadaan Louise
Partrige, yang memerankan tokoh Viscount Tewkesbury, menjadi sosok baru bagi
kebanyakan orang. Aku sendiri baru pertama kali melihatnya di film Enola
Holmes ini. Kehadirannya menjadi daya tarik tersendiri bagi film karena berhasil
memerankan Tewkesbury yang manis, tetapi terkadang menjengkelkan dan payah.
Terakhir, aku pribadi senang
melihat adegan-adegan Enola dan Tewkesbury. Adegan mereka berdua di padang
rumput dengan suasana langit jingga, lalu diikuti malam api unggun merupakan
salah satu adegan favoritku dalam film ini. Kemudian, saat Enola ada di rumah
pohonnya Tewkesbuury juga adalah adegan favoritku. Ada chemistry romantis
antara mereka berdua, tetapi tidak ada adegan berciuman. Itulah yang aku suka,
karena adegan-adegan romantis tidak harus selalu diperlihatkan dengan adegan ciuman
atau adegan seksual.
Kelemahan
Biarpun film ini memiliki cukup
banyak kelebihan, ada beberapa kekuangan yang aku rasakan di film ini. Salah
satunya adalah ketika Enola sedang mencoba memecahkan petunjuk misteri. Ketika
mencari petunjuk, alur cerita cukup lambat dan dapat diikuti. Namun, ketika
Enola mencoba menghubungkannya, adegan menjadi sangat cepat dan tiba-tiba saja
Enola tahu jawabannya apa. Tidak ada penjelasan juga, baik melalui monolog
ataupun dialog Enola, agar penonton bisa mengikuti alur.
Selanjutnya, adegan break
through the 4th wall dalam film ini sedikit terlalu banyak.
Menurutku, adegan semacam itu cukup ada ketika Enola sedang bermonolog atau
ketika dialognya cocok untuk interaktif dengan penonton, misalnya waktu Enola
menanyakan ide kepada penonton. Namun, ketika adegan dia sedang berbicara
dengan tokoh lain di film, tidak perlu ada unsur break the 4th wall.
Kelemahan terakhir adalah (spoiler alert) keberadaan ibu Enola di
penghujung film. Padahal, dengan berubahnya sebagian besar alur cerita dari
mencari ibu Enola menjadi menolong Tewkesbury, film ini akan lebih menarik
dengan tidak menghadirkan ibu Enola sama sekali. Paling tidak itu menurutku.
Dengan begitu, ada peluang untuk sekuel film yang akan menceritakan petualangan
Enola yang sudah menjadi detektif profesional untuk mencari ibunya.
Kesimpulan
Kalau kalian penggemar film detektif,
kalian harus menonton film Enola Holmes. Film ini menawarkan petualangan
detektif yang berbeda, dengan menghadirkan tokoh utama detektif perempuan muda
yang pemberani dan cerdas. Film ini juga penuh dengan kritik-kritik feminisme
dan kesetaraan gender yang sangat relate dengan masyarakat hari ini. Skor
film ini adalah 8,6/10. Walaupun film ini masih memiliki beberapa kekurangan, Enola
Holmes memberikan suasana baru, hiburan, dan kritik yang menarik sekali.
Film ini cocok sekali untuk ditonton bersama keluarga di akhir pekan.
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar