Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1] (2017) yang lalu menjadi buku best-...
Not Friends: Surat Cinta Manis dan Hangat untuk Film dan Persahabatan
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Identitas
Film
Judul
:
Not
Friends
Sutradara
:
Atta Hemwadee
Produser
:
Vanridee
Pongsittisak, Baz Poonpiriya
Tanggal
rilis
:
26
Oktober 2023 (Thailand), 24 Januari 2024 (Indonesia)
Rumah
produksi
:
Houseton
Films
Penulis
naskah
:
Atta
Hemwadee
Durasi
tayang
:
2
jam 10 menit
Pemeran
:
Anthony
Buisseret, Pisitpol Ekaphongpisit, Thitiya Jirapornsilp
Genre
:
Coming
of age, komedi, drama remaja
Sinopsis
Pae
(Anthony Buisseret) adalah murid baru di sekolahnya. Sebelumnya dia terpaksa
pindah pada semester terakhir di masa SMA-nya karena suatu masalah. Pae tidak
berencana untuk berteman dengan siapa-siapa, tetapi teman sebangkunya baru, Joe
(Pisitpol Ekaphongpisit) terus mengusiknya dan ingin mengajaknya berteman.
Akan
tetapi, tak lama sejak Pae pindah, Joe meninggal karena kecelakaan. Namun,
suasana duka di sekolah tak berlangsung lama, dan orang-orang melanjutkan hidup
seperti biasa—termasuk Pae.
Kemudian,
Pae menemukan ada tawaran beasiswa kuliah dengan syarat membuat film pendek
orisinal sebagai portofolio. Pae lalu ingin membuat film pendek tentang Joe
karena tahu itu pasti akan menjadi film yang menyentuh. Dia mengajak seluruh
sekolah untuk berpartisipasi dengan dalih mengenang teman mereka yang telah
tiada. Padahal, Pae dan Joe tidak berteman sedekat itu.
Hanya
satu orang yang tahu rahasia Pae tersebut: Bokeh (Thitiya Jirapornsilp), teman lama Joe. Dapatkah Pae
menyelesaikan filmnya dan memastikan Bokeh tidak memberi tahu siapa-siapa?
Kelebihan
Aku
adalah penggemar film komedi Thailand—hampir semua judul film komedi Thailand
yang kutonton aku suka, tak terkecuali yang satu ini. Malahan, Not Friends
menjadi salah satu yang terbaik di antaranya.
Ada
dua hal yang menjadi tema utama Not Friends: film dan persahabatan. Sesuai
premisnya, para tokoh dalam film ini berusaha membuat film pendek. Yang menarik
bagiku ialah film ini menunjukkan betapa serunya proses pembuatan film itu. Aku
sangat senang menyaksikan semangat Pae dan teman-teman mengekspresikan
imajinasi liar mereka untuk film tersebut. Not Friends mampu
memperlihatkan bahwa pembuatan film merupakan aktivitas yang menyenangkan dan
seru, bukan yang njlimet. Ya, sesuai tagline-nya: “Filmmaking
is friend-making”.
Selain
itu, film ini juga mengambil referensi dari beberapa film-film dan budaya pop terkenal.
Tidak semuanya ditunjukkan secara gamblang, beberapa secara tersirat. Beberapa
kali One Piece disebutkan karena Joe adalah maniak One Piece. Kemudian,
dalam pembuatan film pendeknya, mereka meniru Mission: Impossible dan Tenet.
Film ini juga sedikit mengambil referensi dari Doraemon dan film Korea Parasite.
Kemudian,
tema keduanya, yakni persahabatanlah yang paling aku suka. Film ini
mengeksplorasi berbagai konflik persahabatan masa SMA—membuatku merindukan
kembali masa-masa tersebut. Yang paling berkesan bagiku adalah betapa
konfliknya sangat lekat dan sederhana, serta penyajiannya pun tidak terlalu
dramatis ataupun berlebihan.
Dalam
film ini, kalian tidak hanya akan melihat pertemuan dengan teman baru dan
keseruan menghabiskan waktu bersama teman-teman, tetapi juga teman dikhianati
teman, teman dikecewakan oleh teman, dan teman yang saling bertengkar sampai
saling mendiamkan untuk waktu yang lama. Aku secara pribadi merasa relate dengan
konflik itu. Aku juga pernah merasa dikecawakan teman, marah dengan teman
sampai tak bicara untuk waktu yang lama, juga kehilangan teman. Maka, ketika
melihat itu semua ada di film ini, aku tidak mungkin tidak terbawa perasaan.
Oh
iya, tidak perlu khawatir ya kalau kalian merasa tidak relate dengan
konfliknya. Menurutku, film ini pun tetap dapat dinikmati penonton yang tak
pernah mengalami masalah-masalah persahabatan seperti itu. Mereka tetap bisa
terbawa suasana saat menonton karena film ini mampu menampilkan emosi-emosinya
dengan baik dalam setiap adegannya.
Namun,
bagi kalian yang cengeng sepertiku, bersiap-siaplah untuk menangis menonton
film ini. Ada banyak adegan yang bisa membuat kalian menangis karena walau
genrenya komedi, film ini juga memperlihatkan proses orang menghadapi duka atas
kehilangan sahabat. Aku ikut merasa sesak saat menyaksikan Bokeh melihat
foto-foto lamanya dengan Joe. Aku pun ikut merasa sedih ketika Pae mengenang masa-masanya
mengenal Joe yang singkat itu. “Joe, dunia paralel, aku berharap itu benar ada.
Dan aku berharap ada dunia di mana kamu dan aku benar-benar berteman dekat,”
saat Pae mengatakannya, air mataku menetes.
Berikutnya,
aku suka sekali dengan ketiga tokoh utamanya: Pae, Joe, dan Bokeh. Mereka
adalah jantung film ini. Dinamika pertemanan merekalah yang membuat jalan
cerita ini menarik. Apalagi, beberapa interaksi Pae dan Bokeh sengaja dibuat
paralel dengan interaksi antara Pae dan Joe maupun Bokeh dan Joe. Ada kesan
yang hangat dari adegan-adegan tersebut, di sisi lain aku juga berandai-andai
dapatkah ketiganya menjadi teman karib, apalagi mengingat bahwa Pae dan Bokeh
bertemu setelah Joe meninggal. Aku merasa sedih bahwa mereka berdua berteman
karena kehilangan seorang teman lainnya; padahal seharusnya mereka bertiga bisa
bersama-sama.
Perkembangan
karakter Pae juga menjadi hal yang aku sukai. Di awal, kita tahu bahwa Pae tak
berniat membuat teman baru dan dirinya cenderung menutup diri. Namun, seiring
berjalannya cerita kita melihat Pae berteman dengan Bokeh, Ping (Tanakorn
Tiyanont), dan yang lainnya. Terlihat jelas bahwa Pae senang memiliki teman di
sekolahnya itu. Dia pun turut berterima kasih kepada Joe karena telah
menginspirasi dirinya untuk mengejar sesuatu. Memang teman yang baik adalah
teman yang membuatmu menjadi orang yang lebih baik.
Untuk
adegan favorit, aku punya beberapa—dan itu adalah adegan-adegan yang membuatku
meneteskan air mata. Aku suka dengan visualisasi cerpen Joe. Aku suka ketika
Bokeh mengenang foto-foto dia dan Joe semasa SMP. Aku suka adegan flashback Joe
ketika hari karyawisata, hari terakhirnya. Aku suka ketika Pae berandai-andai
dunia paralel itu ada dan di sana dia dan Joe berteman sungguhan. Aku suka
ketika film pendek tentang Joe ditayangkan pada acara perpisahan. Aku suka
adegan penutup film ini yang mampu membuatku rindu pada teman-teman lamaku.
“Jika kita tidak pernah bertemu lagi karena ada perubahan dalam mimpi kita,
dekat atau tidak, itu tidaklah penting. Jika saatnya tiba, mari saling
merindukan, teman tidak dekatku.”
Kelemahan
Bagiku
pribadi, film ini hampir sempurna, almost perfect. Hanya ada sedikit kekurangan
yang mengganjal bagiku. Salah satunya adalah peran tokoh Liew (Natticha
Chantaravareelekha) sebagai love interest Joe. Perannya tidak terlalu
banyak, tetapi memang porsinya pas. Hanya saja, tampaknya dia menjadi salah
satu tokoh utama, bahkan masuk dalam poster. Padahal, dalam film perannya tidak
jauh berbeda dengan Boom (Jirapat Siwakosit), Art (Pathaseth Kooncharoen), dan
Pop (Panachanok Wattanavrangkul).
Selain
itu, kekurangan lainnya terletak pada detail adegan yang agak memaksakan. (Spoiler
alert) salah satunya adalah ketika harddisk Joe terjatuh dari tasnya
sewatu dalam bus. Menurutku, itu agak memaksakan, dan aku agak risih, tetapi
memang itu bagian penting dari plot cerita. Memang yang satu ini tergantung
selera ya.
Kesimpulan
Not
Friends merupakan film yang istimewa sekali. Film ini berhasil
menyuguhkan cerita yang menghangatkan hati tentang film dan persahabatan.
Sesuai tagline di posternya, film ini menunjukkan bahwa dalam proses
pembuatan film, kita akan berinteraksi dan menjadi dekat dengan banyak
orang—yang menjadikannya aktivitas menyenangkan karena kita akan mendapatkan
teman baru. Film ini juga mengapresiasi beberapa film terkenal dan budaya pop
lain dengan menjadikannya referensi. Namun, yang paling menarik adalah cara
film ini menyajikan konflik persahabatan remaja karena terasa begitu lekat,
sederhana, dan emosional. Sepertinya, banyak orang yang pernah mengalami
konflik persahabatan yang dialami para tokohnya. Walaupun film ini tak
sempurna, aku sangat menyukainya. Skor dariku adalah 9,3/10. Mengutip kata
Ping, “Panjang umur sinema, kawan.”
Film ini bisa kalian tonton di KlikFilm dan Netflix (Thailand). Silakan tonton trailer filmnya di bawah ini ya.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar