Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1] (2017) yang lalu menjadi buku best-...
Barbie: Sebuah Film Women Empowerment yang Keren—Salah Satu Film Terbaik Tahun 2023!
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Identitas
Film
Judul
:
Barbie
Sutradara
:
Greta Gerwig
Produser
:
David
Heyman, Margot Robbie, Tom Ackerley, Robbie Brenner
Tanggal
rilis
:
21
Juli 2023
Rumah
produksi
:
Heyday
Films, LuckyChap Entertainment, NB/GG Pictures, Mattel Films
Penulis
naskah
:
Greta
Gerwig, Noah Baumbach
Durasi
tayang
:
1
jam 54 menit
Pemeran
:
Margot
Robbie, Ryan Gosling, America Ferrera, Ariana Greenblatt, Helen Mirren
Di
Barbieland, hiduplah berbagai versi Barbie, Ken, serta teman-teman mereka yang
lain. Para Barbie hidup dengan bahagia di sana, di dalam masyarakat yang
matriarki[1]
tempat mereka bisa lebih unggul daripada laki-laki dan bisa menjadi apa saja.
Para Barbie mengira bahwa eksistensi mereka sebagai mainan di dunia nyata telah
berhasil menginspirasi anak-anak perempuan di seluruh dunia sehingga kini
mereka dapat hidup senang layaknya para Barbie di Barbieland.
Segalanya
tampak menyenangkan, termasuk bagi Barbie Stereotipikal (Margot Robbie). Dia
hidup dengan keajaiban Barbieland, hingga suatu hari benaknya memikirkan
kematian, selulit muncul di tubuhnya, dan telapak kakinya rata menginjak tanah.
Ada yang salah dengannya, seluruh keajaiban Barbieland yang biasa dialaminya
hilang. Dia lalu berkonsultasi ke Barbie Aneh yang mengatakan bahwa anak
perempuan yang sedang bermain dengan versi boneka dirinya sedang mengalami
masalah. Barbie Stereotipikal harus pergi ke dunia nyata dan membantu anak
perempuan tersebut.
Dengan
begitu, Barbie berangkat—bersama teman tak terduga dan tampak meragukan, Ken
Pantai (Ryan Gosling) yang selalu mengikutinya ke mana-mana. Ketika mereka tiba,
ternyata dunia nyata tak seperti yang mereka kira selama ini. Barbie dan para
barbie lainnya di Barbieland mengira perempuan di dunia nyata begitu berdaya,
tetapi kenyataannya patriarki yang berjaya.
Walaupun
ditampar kenyataan pahit bahwa dunia nyata sangat kejam terhadap perempuan,
Barbie tetap harus menuntaskan misinya. Bahkan, kini misinya menjadi lebih
penting—dia juga harus mencegah Barbieland hancur oleh pengaruh patriarki.
Kelebihan
Dari
berbagai film tentang pemberdayaan perempuan yang kutonton, Barbie adalah
salah satu yang paling berkesan. Berbagai hal tentang film ini begitu unik dan
segar. Begitu banyak isu yang ingin disinggung, begitu banyak ketidakadilan
yang ingin dikritisi, dan semua itu mampu disampaikan dengan cara yang tepat.
Akan ada banyak hal menarik yang dapat dibahas dari film satu ini. Mari dibahas
satu per satu.
Pertama,
ide ceritanya sendiri sudah membuatku terkesan. Sepengetahuanku, barbie telah
lama dianggap sebagai simbol objektifikasi perempuan. Boneka barbie yang dianggap
cantik oleh anak-anak telah menjadi standar kecantikan. Banyak perempuan yang
ingin berpenampilan layaknya boneka barbie—tinggi, langsing, berkaki jenjang,
dan lain sebagainya—supaya dibilang cantik. Akan tetapi, seperti yang banyak
diketahui, standar kecantikan merupakan bagian dari permasalahan
ketidaksetaraan gender. Perempuan yang dianggap cantik adalah yang
berpenampilan seperti boneka barbie; tapi ketika perempuan sudah secantik
barbie pun, mereka kerap dianggap berpikiran dangkal alias hanya modal cantik.
Namun,
film ini mendobrak itu semua. Barbie yang selama ini dianggap sebagai simbol
dari masalah standar kecantikan tersebut menjadi simbol baru dari pemberdayaan
perempuan. Para pembuat film telah dengan sangat tepat memilih aktris dengan
berbagai latar belakang, etnis, warna kulit, bentuk tubuh, dan lain sebagainya
supaya dapat merepresentasikan keberagaman perempuan. Itu merupakan wujud usaha
untuk mematahkan standar kecantikan barbie yang selama ini eksis. Para barbie
di Barbieland menunjukkan bahwa perempuan itu cantik seperti apapun penampilan
fisik mereka dan mereka juga bisa menjadi pintar dan hebat—kecantikan dan
kepintaran bukan sebuah trade-off bagi perempuan. Perempuan seperti
apapun dapat menjadi apapun, tak ada yang bisa membatasi mereka. Semangat
itulah yang kurasakan saat melihat kehidupan para Barbie di Barbieland.
Hanya
saja, Barbieland bukan negeri utopia, tetap ada ketidakadilan di sana, yakni
terhadap para Ken. Jika dunia kita dikuasai patriarki, Barbieland dikuasai
matriarki yang berarti jenis kelamin perempuan memiliki kedudukan sosial yang
lebih tinggi daripada laki-laki. Hal tersebut terlihat dari sikap para Barbie
yang menyepelekan para Ken, tidak merangkul mereka dalam urusan-urusan sosial,
dan lain sebagainya. Para Ken hanya bersaing untuk mendapatkan perhatian para
Barbie, seperti kebanyakan bayangan para laki-laki bahwa perempuan bersaing untuk
mendapatkan perhatian mereka. Dengan kata lain, Barbieland adalah anekdot dari
dunia kita—sebuah menarik yang segar untuk menunjukkan masalah ketidakadilan dan
ketidaksetaraan gender.
Tidak
hanya itu, ada banyak sekali isu lain yang ingin dikritisi film ini. Film ini
ingin memperlihatkan bahwa patriarki adalah akar dari berbagai permasalahan
ketidakadilan yang ada, termasuk kapitalisme. (Spoiler alert) saat
Barbie muncul di dunia nyata, para petinggi perusahaan besar Mattel berusaha
untuk menangkapnya. Ternyata, para petinggi perusahana yang memproduksi mainan
boneka anak perempuan adalah laki-laki semua. Dengan kata lain, merekalah
dalang yang membuat Barbie menjadi simbol objektifikasi perempuan: laki-laki
dan pikiran patriarki mereka.
Kemudian,
omong-omong tentang kritik sosial dalam film ini, aku suka sekali dengan
monolog panjang yang disampaikan Gloria (America Ferrera). Monolog panjangnya
tersebut tidak kuhafal, tetapi aku setuju dengannya (hahaha, you get what I
mean, right?). Dia mengungkapkan betapa beratnya menjadi perempuan, bahwa
apapun yang dilakukan perempuan tidak pernah benar dan tidak pernah cukup.
Perempuan selalu salah, selalu kurang. Ada terlalu banyak ekspektasi yang
dibebankan kepada mereka, tetapi begitu sedikit apresiasi mereka. Perempuan
selalu saja dinomorduakan dalam kedudukan sosial, sekalipun mereka telah mejadi
lebih unggul daripada laki-laki. Kalian harus mendengarnya sendiri, itu seperti
wake-up call untuk sadar akan ketidakadilan gender.
Baiklah,
mungkin cukup ya tentang kritik sosialnya. Aku yakin kita semua sepakat bahwa
Greta Gerwig telah sangat pintar untuk mengemas semua itu dalam film ini.
Kelebihan lainnya yang menarik bagiku adalah perkembangan karakter Barbie
sendiri. Perjalanannya ke dunia nyata membuka matanya bahwa menjadi perempuan
tidak semudah itu, bahkan dunia begitu kejam terhadap perempuan. Itu membawanya
dalam perjalanan pencarian diri, tentang arti menjadi dirinya yang sebenarnya.
Barbie belajar bahwa menjadi perempuan tidak harus selalu tampil sempurna. Tidak
masalah jika dirimu tidak cantik atau tidak sukses karena standar kecantikan
dan kesuksesan yang ada diciptakan patriarki. Bahkan, aku suka dengan
kesimpulan di akhirnya, (spoiler alert) yaitu bahwa Barbie dapat
menentukan sendiri akhir kisahnya, bukan orang lain yang menentukannya untuk
dirinya.
Tidak
hanya Barbie yang mengalami perkembangan karakter, tetapi juga Ken. Melalui
karkater Ken, kita mendapat gambaran perasaan para perempuan yang selama ini
termarginalkan. Seperti para perempuan di dunia kita, para Ken di Barbieland
juga ingin diperlakukan setara dan adil. Ken tidak hanya ingin dilihat sebagai
pelengkap Barbie, dia ingin lebih daripada itu. Hanya karena boneka barbie
diciptakan lebih dulu daripada boneka ken, bukan berarti ken hanya sebatas
pelengkap barbie dan tidak bisa bebas menjadi apapun yang diinginkannya. Dan
hei, aku malah teringat kisah penciptaan Nabi Adam dan Hawa gara-gara itu; Hawa
diciptakan setelah Nabi Adam, lalu tanpa sadar berkembanglah ide bahwa
perempuan merupakan pelengkap laki-laki. Itu sebuah anekdot yang menohok,
tetapi tepat sasaran. Para Ken tidak ada bedanya dengan Barbie, mereka juga
memiliki potensi menjadi apa saja.Maka dimulailah pencarian jati
diri Ken—sebuah kesimpulan yang terasa melegakan hati.
Terakhir,
kejutan menyenangkan lainnya dari film ini adalah elemen musikalnya. Itu
sesuatu yang sangat tidak kusangka-sangka. Aku terkejut dengan adegan
musikalnya yang begitu megah, ramai, dan asyik. Lagunya pun, I’m Kenough,
terdengar catchy di telinga. Penampilan Ryan Gosling, Simu Liu, dan para
aktor pemeran Ken lainnya juga sangatlah menghibur.
Kelemahan
Secara
umum, film ini sangat bagus menurutku. Salah satu film terbaik yang pernah
kutonton, dan film tentang pemberdayaan perempuan dengan pengemasan yang
menyenangkan. Akan tetapi, tentu masih ada kelemahannya—walaupun tidak terlalu berpengaruh.
Dengan banyaknya isu yang ditampilkan film ini, aku agak khawatir penonton akan
kebingungan dengan maksud dari film ini. Film ini ramai sekali sampai-sampai
agak sulit untuk mengikuti jalan ceritanya. Ditambah lagi, dengan isu-isu
sosialnya yang berat, aku rasa film ini sulit dipahami anak-anak, padahal
Barbie adalah mainan anak-anak. Maka, mungkin tidak semua kalangan dapat
mengerti film ini sepenuhnya.
Kesimpulan
Barbie
adalah
sebuah karya yang begitu hebat dari Greta Gerwig. Film ini mengombinasikan
berbagai elemen genre yang menarik—fantasi, musikal, petualangan, dan pencarian
jati diri—ke dalam ceritanya. Tidak hanya itu, film ini memiliki banyak sekali
kritik tentang feminisme, patriarki, kapitalisme, serta ketidakadilan lainnya
dalam tatanan sosial kita. Meski isunya banyak sekali dan kurang relate terhadap
anak-anak, Barbie tetap bisa menghibur penonton dengan penyajian cerita
yang unik dan segar. Baik laki-laki maupun perempuan, kalian harus menonton
film ini. Aku beri skor 9,3/10 dan aku berani bilang bahwa ini adalah salah
satu film terbaik di tahun 2023.
Kalian dapat menonton Barbie di AppleTV dan Catchplay+. Silakan tonton trailer-nya di bawah ini.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
[1] Matriarki
adalah lawan dari patriarki, yaitu sistem sosial yang didominasi oleh
kepemimpinan perempuan (sumber: Wikipedia).
Komentar
Posting Komentar