Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1] (2017) yang lalu menjadi buku best-...
The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes: Sebuah Cerita Origin Villain yang Rapih dan Apik
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Identitas
Film
Judul
:
The Hunger Games: The Ballad of Songbirds
and Snakes
Sutradara
:
Francis
Lawrence
Produser
:
Nina Jacobson, Brad Simpson, Francis
Lawrence
Tanggal rilis
:
17 November 2023
Rumah produksi
:
Color Force, about: blank
Penulis naskah
:
Michael Leslie, Michael Arndt
Durasi tayang
:
2 jam 37 menit
Pemeran
:
Tom Blyth, Rachel Zegler, Viola Davis,
Hunter Schafer, Peter Dinklage, Josh Andrés Rivera
Coriolanus
“Corio” Snow (Tom Blyth) adalah putra dari Jenderal Crassus Snow, sosok yang
begitu berjasa selama perang pemberontakan para distrik. Namun, sepeninggal
sang Jenderal, keluarga Snow tak lagi hidup seenak dulu. Corio yang kini
seorang murid di akademi elit di Capitol bertekad untuk mengembalikan kejayaan
keluarganya dan menaikkan posisinya setinggi mungkin.
Di
tahun kesepuluh Hunger Games, dibuat pembaruan berupa sistem mentor. Beberapa
murid terpilih dari akademi Capitol akan menjadi mentor untuk tiap tribute—dengan
tujuan menjadikan Hunger Games sebagai pertunjukan yang menghibur. Snow
terpilih menjadi mentor bagi tribute perempuan dari Distrik 12, Lucy
Gray Baird (Rachel Zegler).
Sebelumnya
Lucy Gray telah menarik perhatian orang-orang dengan aksi prank dan
nyanyiannya yang merdu, tetapi Snow tahu Lucy Gray bukanlah tipe pemenang
Hunger Games. Meskipun begitu, Snow akan melakukan apapun demi membuat Lucy
Gray menang agar dirinya bisa menjadi yang terbaik di antara teman-temannya,
dan agar bisa menyelamatkan gadis yang telah mencuri perhatiannya tersebut.
Kelebihan
Sebelum membahas filmnya, aku ingin memberikan
beberapa informasi dulu tentang film ini. Film The Hunger Games: The Ballad
of Songbirds and Snakes diadaptasi dari buku karya Suzanne Collins yang
berjudul The Ballad of Songbirds and Snakes (2020). Buku ini mengambil
latar 64 tahun sebelum Katniss Everdeen mengikuti Hunger Games pertama kali
[tonton The Hunger Games (2012)].
Kemudian, untuk yang belum paham mengenai Hunger
Games dan konteks sejarah dari semesta serial film ini, aku jelaskan dulu ya.
Jadi, semesta The Hunger Games mengambil latar di masa depan, ketika
dunia yang sekarang hancur akibat perang. Di wilayah Amerika Utara, beridirilah
negara baru dengan nama Panem. Panem memiliki ibu kota yang disebut Capitol beserta
13 distrik. Capitol memegang kekuasaan politik dan pemerintahan tertinggi,
termasuk dalam hal distribusi sumber daya.
Namun, Capitol tidak bersikap adil dalam mengelola
sumber daya dan menjalankan pemerintahan. Capitol memperkaya masyarakatnya dan
menyengsarakan distrik-distrik, padahal sumber daya yang dinikmati Capitol
diproduksi distrik-distrik. Kemudian, para distrik bersatu dipimpin Distrik 13
untuk memerangi Capitol, maka pecahlah perang pemberontakan pertama. Singkat
cerita, perang dimenangkan oleh Capitol dan sejak saat itu, kesenjangan antara
penduduk Capitol dan penduduk distrik makin terlihat. Sebagai hukuman, Capitol
menciptakan Hunger Games yang pesertanya adalah perwakilan pemuda-pemudi dari
tiap distrik. Di dalam permainan tersebut, para peserta, yang disebut tribute,
harus saling membunuh sampai tersisa satu orang, sambil ditonton secara live
oleh seluruh negeri.
Kejam banget ‘kan Hunger Games itu? Well, di
film ini kalian akan berkenalan dengan Corio Snow, sosok di balik Hunger Games.
Film ini berfokus pada perkembangan karakter Corio sehingga dia menjadi sesosok
Presiden Snow yang bengis dari trilogi film The Hunger Games.
Cerita pada film ini dibagi menjadi tiga bagian,
yang masing-masing menceritakan fase-fase perkembangan karkater Corio Snow.
Corio di masa muda tampak tidak disukai. Gurunya sendiri, Casca Highbottom
(Peter Dinklage), kerap berusaha menjatuhkannya. Hal itu menjadikan Corio makin
termotivasi, sampai mengambil tindakan-tindakan ekstrem demi bisa mendapatkan
posisi terbaik. Dialah yang mengusulkan ide untuk adanya sistem mentor dan
sponsor di Hunger Games, yang ternyata menjadikan permainan tersebut makin
diminati masyarakat hingga ramai diperbincangkan.
Akan tetapi, di bagian kedua dan ketiga cerita,
kelihatan sekali perubahan karkater Corio. Dia mulai terlihat seperti Presiden
Snow yang kita semua kenal. Terlibat dalam Hunger Games kesepuluh mendorong
hasrat serakah dalam dirinya. Dia mulai terlihat rela melakukan apapun demi
bisa bertahan, termasuk jika harus menyingkirkan orang lain. Hal tersebut
tergambar dengan sangat bagus dalam film ini. Fase-fase perubahan Corio Snow
terpotret dengan jelas dan bertahap. Itu mejadikan film ini sebuah cerita asal
mula villain yang tersusun dengan sangat rapih.
Selain Corio, tentu sang heroine, Lucy Gray
Baird, juga mencuri perhatian kita semua. Dia berbeda dari Katniss Everdeen,
tetapi juga serupa. Katniss adalah pemburu yang dipaksa untuk menghibur; Lucy
Gray adalah penghibur yang dipaksa berburu; tetapi keduanya memiliki jiwa yang
bebas dan tak mau dikekang. Keduanya akan melakukan apapun untuk selamat,
tetapi mereka tidak menikmati prosesnya jika harus mengorbankan orang lain.
Ditambah lagi, nyanyian-nyanyian Lucy Gray amat
memikat hati. Suara merdunya tak hanya menyihir masyarakat Capitol, tetapi juga
penonton di bioskop. Lagu-lagu yang dia nyanyikan sangat berkesan, mengantarkan
perasaan yang dirinya rasakan serta menghidupkan suasana cerita. Aku suka
ketika dia menyanyikan lagu The Hanging Tree, membuatku teringat kembali pada film The Hunger
Games: Mockingjay part 1 (2014). Ketika dia menyanyikan Nothing You Can Take From Me dan The Old Therebefore juga tak kalah memukau. Yang paling menarik darinya
adalah nasibnya yang seperti dengan lagu yang dinyanyikan sendiri. Kalian yang
sudah menonton pasti paham, hahaha.
Selain kedua tokoh utama, tokoh lain yang mencuri
perhatian adalah Dr. Volumnia Gaul (Viola Davis), seorang pembuat permainandari
Hunger Games. Sosoknya memberikanku rasa tidak nyaman karena cara dia memandang
Hunger Games sebagai sesuatu yang sakral dan perlu terus dilestarikan. Aku juga
cukup tertarik dengan Casca Highbottom, gurunya Corio Snow. Sikap dia yang
memusuhi Corio menjadikan dirinya seperti antagonis, agak mengingatkanku pada
Severus Snape dari Harry Potter.
Setelah itu, kalian yang rindu dengan permainan
bertahan hidup satu ini pasti akan puas. Suasana mendebarkan, menakutkan, dan
kejamnya Hunger Games kembali hadir dalam film ini. Memang Hunger Games di film
ini masih sederhana dibanginkan yang diikuti Katniss, tetapi itu tidak
mengurangi sensasi menegangkannya. Di samping perasaan seru ketika menonton
Hunger Games, selalu ada perasaan sedih ketika melihat satu per satu tribute
gugur.
Tentu saja film The Hunger Games tidak
lengkap jika tidak ada kisah cintanya. Dalam film ini, ada kisah cinta
terlarang antara Corio dan Lucy Gray. Kisah mereka dibuka dengan romantis,
tetapi ditutup dengan tragis. Harus aku akui bahwa Corio jatuh cinta sangat
dalam pada Lucy Gray. Dia terpesona oleh spirit kebebasan yang terdengar dari
nyanyian merdu gadis itu. Sungguh sayang hubungan manis mereka harus pupus
ketika rasa percaya lenyap.
Konklusinya pun membuatku merinding. Ada pertanyaan
yang ditekankan dalam film ini: “Apa tujuan Hunger Games?” Pertanyaan
tersebutlah yang mendorong perkembangan karakter Corio dan di akhir, dia
menemukan jawabannya. Aku tidak akan membocorkannya ya; kalian harus tonton
sendiri. Namun yang pasti, konklusinya itu relevan banget dengan kehidupan—kejam,
tapi memang begitu adanya. Kemudian, yang menariknya adalah dalam film ini,
Lucy Gray juga menyampaikan konklusi kontrasnya: bahwa semua manusia terlahir
baik dan menjadi jahat itu pilihan, maka sepanjang hidup manusia harus terus
berusaha menjadi baik.
Kelemahan
Secara
umum, aku menikmati film ini. Hal yang aku rasa kurang mungkin cuma bagian
ketiga cerita. (Spoiler alert) pada bagian ketiga, cerita fokus pada
kehidupan Corio Snow sebagai seorang peacekeeper (polisi di negara Panem). Di
bagian inilah karakter Corio yang bengis dan serakah mulai termanifestasi.
Namun, proses perubahan karakternya agar buru-buru, terutama ketika puncak
perseteruannya dengan Lucy Gray. Aku rasa bagian tersebut bisa lebih dramatis
lagi, terutama untuk menjadi titik balik perkembangan karakter Corio.
Kesimpulan
The
Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes adalah prekuel
yang mampu mengobati kerinduan penggemar franchise film The Hunger
Games. Film ini berfokus pada perkembangan karakter Coriolanus Snow di masa
mudanya. Pada film ini, perkembangan karakter Corio diperlihatkan dalam
fase-fase yang tersusun rapih, meskipun agak kurang di bagian akhirnya. Namun,
itu tertutupi karena film ini mampu menghadirkan kembali kekejaman, ketegangan,
dan kesadisan dari Hunger Games. Apalagi, dinamika Corio dan Lucy Gray turut
membumbui cerita ini dengan kisah cinta yang manis dan tragis. Kalian pun pasti
akan terpesona dengan suara Lucy Gray yang memikat. Maka dari itu, aku berikan
skor 8,7/10 untuk film ini. The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and
Snakes adalah cerita asal mula villain yang amat berkesan dan
tersusun rapih.
Film ini sekarang dapat kalian tonton di bioskop-bioskop kesayangan kalian. Silakan tonton dulu trailer-nya di bawah ini.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar