Identitas
Buku
Judul
|
:
|
Progresnya
Berapa Persen?
|
Penulis
|
:
|
Soraya
Nasution
|
Penerbit
|
:
|
PT
Elex Media Komputindo
|
Tahun
terbit
|
:
|
2019
|
Cetakan
|
:
|
IV
|
Tebal
|
:
|
360
halaman
|
Harga
|
:
|
Rp110.000
|
ISBN
|
:
|
9786230003475
|
Genre
|
:
|
Komedi
romantis, metropop, romansa kantor
|
Tentang
Penulis
Soraya Nasution lahir dan besar di kota Medan,
Sumatera Utara. Dia adalah seorang lulusan teknik sipil Universitas Sumatera
Utara dan sekarang bekerja di sebuah kantor konsultan perencana dan pengawas. Sebagai
penulis, salah satu karyanya yang paling laris adalah Progresnya Berapa Persen? (2019). Selain itu, Soraya Nasution juga
menulis dua buku lain, yaitu Over the Moon
(2019) dan Fit and Proper Test (2021).
Sinopsis
Sudah setahun April bekerja di sebuah kantor konsultan
perencana dan pengawasan konstruksi. Dia senang-senang saja bekerja di sana
karena lingkungan kerjanya menyenangkan, pekerjaannya sesuai dengan passion-nya, dan teman-teman kantornya
juga seru, terlepas dari bobot pekerjaan yang gila-gilaan, deadline yang bisa tiba-tiba dimajukan, dan kendala-kendala
lainnya.
Namun, yang paling membuat April dan staf lainnya
ketar-ketir adalah manajer teknis mereka yang kaku banget: Dewangga Bayuzena.
Walaupun berwajah tampan, Dewangga selalu memuat April kesal. Dia dan
teman-temannya selalu waswas ketika Dewangga menanyakan pertanyaan
kebanggaannya: progresnya berapa persen?
Kelebihan
Kalau kalian suka cerita romcom atau office romance, buku
ini cocok sekali untuk kamu. Progresnya
Berapa Persen? menyuguhkan cerita yang ringan dan manis tentang cinta
lokasi seorang atasan dan bawahan. Namun, buku ini tidak terasa cringe, malah terasa lucu banget.
Pertama-tama, aku suka sekali cara buku ini
dibuka dengan tampilan group chat Whatsapp-nya
April dan teman-teman kantornya. Jadi, ketika mau membaca buku ini, pastikan
kalian membacanya dari halaman paling pertama. Oh iya, group chat tersebut juga akan muncul berkali-kali dalam cerita loh.
Padahal biasanya, tampilan chatting seperti
itu tidak begitu sering muncul, hanya sesekali pada bagian penting saja. Itu
cara yang kreatif dan asyik banget untuk menarasikan cerita.
Bagian awal cerita ini tampaknya difokuskan untuk
menjelaskan latarnya. Kurang lebih seratus halaman pertama adalah untuk
menceritakan suasana tempat kerja April serta teman-temannya di kantor:
Clinton, Naufal, Bang Adrinta, Sheila, Kenzo, Ryan, dan tentu saja Pak Dewangga
alias Pakde. Padahal, pada bagian ini arah ceritanya belum jelas dan hanya
tentang kelucuan sehari-hari mereka di kantor, tapi menghibur banget. Kalimat-kalimat
yang dipakai Soraya Nasution itu sederhana sehingga enak dibaca. Apalagi,
candaan-candaan yang dilontarkan para tokohnya juga lekat dengan sehari-hari.
Soraya Nasution pun berhasil menghidupkan suasana
tempat kerjanya April. Elemen teknis dari pekerjaan konsultan perencana dan
pengawasan konstruksinya terasa sekali menjadi bagian dari karakter dan latar.
Mungkin karena penulisnya memang bekerja di bidang tersebut, elemen teknisnya itu
tidak terkesan asal-asalan ditulis atau sekadar informasi. Penulisnya tahu
betul tentang bidang tersebut sehingga dapat ditempatkan dengan baik ke dalam
cerita.
Penokohannya juga didesain dengan baik. Walaupun
cerita berpusat pada April dan Dewangga, tokoh-tokoh lain juga mencuri
perhatian. Mereka memiliki karakter unik masing-masing yang membuat suasana
makin berwarna. Aku pribadi dibuat invested
ke tokoh-tokoh lainnya juga. Dan yang aku suka adalah karakter dari tiap
tokoh itu konsisten dari awal sampai akhir—tidak ada tokoh yang tiba-tiba
menjadi sok bijak atau apa.
Ceritanya pun makin seru ketika memasuki babak
kedua. This is where the romance starts.
Di babak pertama kan kita sudah melihat suasana sehari-hari tempat kerja April
serta karakter tiap tokoh, lalu di babak kedua mulailah fase romantisnya yang
diceritakan dengan pelan dan smooth banget.
Bak orang PDKT sungguhan, elemen romansanya muncul sedikit-sedikit dan sangat
tipis di awal, tetapi pelan-pelan makin intensif, hahaha. PDKT-nya Dewangga itu
mulus banget, yang bisa membuat pembaca tersengsem sendiri.
Karakter Dewangga juga didesain dengan baik.
Alih-alih menjadi bos yang memanfaatkan superioritasnya untuk mendekati April,
dia bisa bersikap profesional. Dia juga bisa bersikap dewasa dan lebih bijak mengendalikan
sikap dan emosi ketimbang April. Itu bagus banget karena mampu menekankan
perbedaan usia mereka yang cukup jauh. Jadi, biarpun April terkesan
kekanak-kanakan, Dewangga bisa menyikapinya dengan dewasa, bukan sok dewasa.
Kemudian, aku suka dengan cerita cinta mereka
karena tidak ada cinta segitiga dalam buku ini, padahal ada ‘modal’ yang bisa
dijadikan ke arah sana. Aku mengapresiasi sekali karena itu tidak terjadi, sehingga
ceritanya pun bisa fokus tentang April dan Dewangga saja, tanpa perlu ada orang
ketiga.
Karena tidak ada cinta segitiga klise, yang
menjadi konflik dalam hubungan April dan Dewangga adalah (spoiler alert) April sendiri. Cerita akan lebih fokus pada
bagaimana April bisa merasa percaya diri dan tidak insecure jika berpacaran dengan Dewangga yang mapan dan tampan.
Selain itu, cerita ini juga akan fokus pada proses April menyadari bahwa
dirinya tidak selalu bisa mengatasi segala hal sendirian, bahwa pasti dia aakn
membutuhkan bantuan orang lain. Jadi, cerita romance itu tidak harus tentang cinta segitiga, cinta terhalang
restu, atau cinta yang tarik ulur; cerita romance
bisa tentang pengembangan diri juga.
Bagian yang paling aku suka adalah (spoiler alert) ketika Dewangga mengajak
April mengunjungi rumahnya yang masih dibangun. Terang-terangan sekali pada
momen itu bahwa Dewangga sangat jatuh cinta pada April, sampai memperlihatkan
masa depan yang dia harapkan kepadanya. Waktu Dewangga bilang, “Saran dari kamu
itu penting”, itu rasanya wah…. Itu ungkapan cinta yang sangat romantis in its own way.
Kelemahan
Yang kurang dari buku ini adalah ketiadaan cerita
dari sudut pandang Dewangga. Tentu sebagai pembaca, kalian pasti penasaran isi
pikiran Dewangga. “Mengapa dia suka April?” dan “Sejak kapan?” adalah dua
pertanyaan utama yang aku harap dijawab juga dalam buku ini, tetapi tidak—sebenarnya
terjawab tapi kurang memuaskan bagiku, hahaha. Padahal, kalau jawaban atas dua
pertanyaan itu ada—jawaban yang memuaskan ya, bukan sekadar jawaban—pasti
keromantisan ceritanya akan meningkat sekali.
Selain itu, aku kurang suka dengan tata layout halamannya. Ukuran buku ini cukup
kecil dengan ukuran font yang lumayan
besar. Teks serta header dan footer pada halamannya sangat padat
sehingga kurang enak dilihat—terkesan tidak rapih. Bahkan, nomor halaman sangat
mepet dengan tepi kertas.
Kesimpulan
Progresnya
Berapa Persen? merupakan sajian romcom yang ringan dan menggemaskan,
serta ditulis dengan sangat baik.
Alurnya tidak berbelit, fokus pada kisah asmara kedua tokoh utamanya dan konflik
internal si protagonis perempuan. Kalian pasti akan dibuat gemas sekali oleh
jurus-jurus PDKT Dewangga yang smooth.
Selain itu, berkat penokohannya yang rapih, pembaca juga akan tertarik dengan
tokoh-tokoh lain dalam buku ini. Latar suasana kantornya juga terasa sekali,
menunjukkan bahwa penulisnya memang mengerti bidang tersebut. Namun, sayang
sekali tidak ada cerita dari sudut pandang Dewangga; padahal kalau ada, itu
bisa membuat pembaca lebih baper.
Walaupun tata layout halamannya
kurang rapih, buku ini tetap bisa menghibur kalian dengan ceritanya yang
romantis dan lucu banget. Ini cocok sekali untuk penggemar cerita office romance. Skor untuk buku ini
adalah 9/10.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Tersengsem adalah turunan kata dari “sengsem”, yang merupakan bentuk baru dari “semsem”.
Tersengsem berarti sangat tertarik hati sehingga lupa diri; sangat asyik;
sangat birahi; jatuh cinta (sumber: KBBI).
Komentar
Posting Komentar