A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Ant-Man and the Wasp: Quantumania: (Kurang) Mantap! Tapi Masih Oke dan Menghibur



Identitas Film

Judul

:

Ant-Man and the Wasp: Quantumania

Sutradara

:

Peyton Reed

Produser

:

Kevin Feige, Stephen Broussard

Tanggal rilis

:

15 Februari 2023 (Indonesia), 17 Februari 2023 (Amerika Serikat)

Rumah produksi

:

Marvel Studios

Penulis naskah

:

Jeff Loveness, Stan Lee, Larry Lieber

Durasi tayang

:

2 jam 4 menit

Pemeran

:

Paul Rudd, Evangeline Lily, Michael Douglas, Michelle Pfeiffer, Kathryn Newton, Jonathan Majors

Genre

:

Superhero, fantasi ilmiah, fiksi ilmiah, action, drama, komedi

 

Sinopsis

Seusai pertempuran melawan Thanos, Scott Lang (Paul Rudd) melanjutkan hidup dengan senang dan santai bersama orang-orang yang paling dia sayangi. Dia bahkan menerbitkan sebuah buku! Semua terasa baik-baik saja.

Namun, ketika acara makan bersama keluarga, putrinya, Cassie Lang (Kathryn Newton), dan Profesor Hank Pym (Michael Douglas) mempresentasikan sebuah teknologi baru temuan mereka yang dapat memetakan Alam Kuantum (Quantum Realm). Alat itu mengirim sinyal ke Alam Kuantum, lalu menerima kembali sinyal dari sana. Segalanya tiba-tiba menjadi kacau saat alat itu malah membuat mereka semua terdampar di Alam Kuantum.

Mereka mendapati bahwa ada peradaban di Alam Kuantum, bagaikan semesta tersembunyi di luar ruang dan waktu. Akan tetapi, kehadiran Scott dan yang lain diketahui oleh penguasa jahat dunia tersebut, Sang Penakluk (Jonathan Majors). Dia punya urusan dengan Janet dan Scott.

Scott dan Hope (Evangeline Lily) harus menyelamatkan keluarga mereka dan meninggalkan Alam Kuantum sebelum mereka ditemukan oleh Sang Penakluk. Namun, mereka juga tidak bisa membiarkan Sang Penakluk begitu saja karena jika dia sampai keluar dari Alam Kuantum, multisemesta dalam bahaya besar.

 

Kelebihan

Sayang sekali dulu aku tidak sempat menonton ini di bioskop, karena kota tempat kutinggal sekarang tidak ada bioskopnya. Padahal, ini film yang bagus untuk membuka fase lima Marvel Cinematic Universe (MCU). Meskipun banyak kritik negatif terhadap film ini, aku tetap bisa menikmatinya.

Ant-Man and the Wasp: Quantumania sebenarnya termasuk film MCU yang decent. Film ini bisa dibilang telah memenuhi standar film MCU lainnya, tidak buruk memang. Plotnya tidak terlalu rumit dan dipenuhi dengan petualangan serta aksi pertarungan yang seru.

Film ini setidaknya memiliki dua purpose: sebagai sekuel dari film Ant-Man dan sebagai pembuka fase kelima MCU yang katanya akan fokus pada multisemesta. Sebagai sebuah sekuel, Ant-Man and the Wasp: Quantumania masih bisa membawa gaya khas yang ada pada dua film pendahulunya. Bahkan, ada kehadiran beberapa tokoh dan easter egg yang berasal dari dua film sebelumnya.

Film ini masih memiliki vibes yang sama dengan dua film Ant-Man lainnya. Masih Scott Lang yang sama dengan gaya komedi yang sama. Scott Lang yang tidak heroik-heroik amat selalu mampu membuat penonton terhibur. Sekalipun sudah resmi menjadi Avengers dan turut membantu melawan Thanos, Scott Lang tetap saja lawak dengan gaya khasnya. It’s all thanks to Paul Rudd—mungkin kalau bukan dia pemerannya, tidak akan sama rasanya.

Selain karakter Scott Lang yang jenaka, film Ant-Man juga selalu tentang keluarga, terutama hubungan Scott dan Cassie. Kasih sayang seorang ayah kepada putrinya menjadi salah satu poin penting di sini. Ada beberapa adegan yang menunjukkannya, seperti (spoiler alert) ketika Scott mengajari Cassie bertarung menggunakan kostum supernya dan ketika Scott memanggil putrinya dengan sebutan peanut—itu manis sekali. Akan tetapi, adegan paling memorable tentang Scott Lang sang ayah yang cinta putrinya adalah (spoiler alert) ketika semua varian Scott—yang muncul akibat badai probabilitas—bersatu bekerja sama demi menyelamatkan Cassie, yang tampak seperti kawanan semut yang bekerja sama.

Sementara itu, sebagai pembuka fase kelima MCU, film ini juga bisa dibilang berhasil dengan baik. Katanya, film ini terhubung langsung dengan film Avengers: The Kang Dynasty nanti. Hal itu diperkuat dengan kemunculan Kang sang Penakluk sebagai antagonis utama. Oh iya, tetapi sebenarnya, Kang—tepatnya, salah satu variannya—sudah pernah muncul di serial TV Loki (silakan baca reviunya di sini). Kalian yang sudah pernah menamatkan Loki pasti sudah lebih familier terhadap sosok Kang, dan setidaknya punya gambaran seberapa berbahayanya dia.

Di film ini, Kang diperlihatkan sebagai sosok yang misterius, keji, dan haus kekuasaan. Mungkin agak berbeda dengan Thanos yang sebenarnya mempunyai tujuan yang baik, hanya saja caranya yang salah; Kang tampaknya rakus kekuasaan dan pada dasarnya sinting, membuatnya menjadi sosok yang teramat mengerikan dan berbahaya. Hal tersebut terlihat dari betapa jahatnya dia terhadap para penghuni Alam Kuantum dengan menganggap dirinya berhak dan berkuasa. Apalagi, setelah melihat mid-credit scene-nya, aku yakin dia akan menjadi sosok msuuh yang berat dan jadi lebih penasaran dengan sosok Kang ke depannya.

Kemudian, aku menyukai penggambaran Alam Kuantum dalam film ini. Visualnya terasa megah, aneh, dan mengesankan. Penduduk-penduduk di Alam Kuantum pun tampak menarik. Film ini mengajak kita mengeksplorasi dunia tersebut, sebuah semesta tersembunyi di luar ruang dan waktu. Meskipun multisemesta tidak terlalu disinggung di sini, tetapi penggambaran Alam Kuantum sudah cukup untuk memberi kesan kebaruan bagiku.

Yang menjadi pencuri perhatian dalam film ini adalah Janet van Dyne yang diperankan oleh Michelle Pfeiffer. Sejak awal, dia tampak memiliki trauma terhadap Alam Kuantum dan menyimpan rahasia yang tidak ingin dia bahas dengan siapapun. Namun, sejak mereka terdampar di sana, perlahan-lahan penonton diperlihatkan dengan masa lalu Janet selama terjabak di sana. Itulah salah satu faktor yang membuatku penasaran dengan film ini.

Selain itu, ada satu adegan yang berkesan sekali bagiku: (spoiler alert) ketika Hope kembali untuk membantu Scott melawan Kang. Itu aksi heroik yang romantis sekali! Adegan tersebut menunjukkan bahwa Ant-Man dan Wasp adalah mitra yang tak mungkin terpisahkan dan saling mencintai. Aku sampai tertegun menotonnya. Entah mengapa jadi teringat Asuna yang memilih tetap tinggal bersama Kirito di Underworld dalam Sword Art Online: Alicization–War of the Underworld; meskipun tidak persis sama sih, hahaha.


Kelemahan

Walaupun aku ada di kubu yang menikmati film ini, aku harus membenarkan beberapa pendapat yang kurang suka film ini. Iya, film ini sekadar memenuhi standar, tanpa memiliki keistimewaannya sendiri. Padahal, dulu film Ant-Man (2015) yang pertama itu sebuah kebaruan berkat komedinya yang khas. Namun, meskipun komedi tersebut masih ada, tetapi pada beberapa bagian terasa kurang. Terutama, kelakuan antagonis sekundernya yang terasa terlalu lawak sehingga tak terkesan sebagai antagonis sama sekali. Aku justru merindukan komedi dari tiga temannya Scott yang selalu iconic dalam dua film Ant-Man sebelumnya.

Kemudian, interaksi Scott dan Cassie juga masih kurang, atau mungkin kesan film keluarga secara umumnya kurang. Aku berharap keluarga Scott dan Hope bisa bekerja sama sebagai satu tim dan ada satu adegan yang mampu menunjukkan itu, tetapi tidak ada. Jadi, rasanya film ini manis pada beberapa momen, tetapi biasa saja pada momen-momen lainnya.

Selain itu, aku merasa karakter Cassie ini kurang diperdalam. Padahal, kita tahu dia terpisah dari Scott dan yang lainnya selama lima tahun, tetapi hal itu tidak dibahas. Dia hanya tampak sebagai remaja biasa yang cuma memasuki fase berontak. Sudah tidak jago bertarung, keras kepala pula—itu malah membuat karakternya jadi cenderung tidak disukai. Aku berharap rasa kerinduan Cassie kepada Scott dan Hope lebih dieksplorasi, seperti pada Clint alias Hawkeye atau Yelena.

Oh iya, ada satu tokoh yang menurutku sia-sia sekali: Lord Krylar yang diperankan Bill Murray. Dia sangat tidak penting dan bahkan, tidak ada pun tidak akan mengubah apa-apa. Padahal, dia tokoh yang masuk poster film, sehingga membuatku berekspektasi macam-macam terhadapnya, bahkan mengira dialah antagonis sekundernya atau sekutu baru mereka di Alam Kuantum. Namun, rupanya dia tidak penting sama sekali, hanya untuk promosi di poster film.

 

Kesimpulan

Ant-Man and the Wasp: Quantumania, meski mendapat reviu kurang bagus dari banyak orang, tetaplah sebuah film MCU yang decent, memenuhi standarnya. Film ini masih membawakan kejenakaan khas film-film Ant-Man, meskipun agak dirusak dengan lawakan yang berlebihan pada beberapa bagiannya. Sebagai film keluarga pun, masih ada kekuragannya, walaupun ada beberapa momen manis antara Scott dan Cassie serta Scott dan Hope. Akan tetapi, berkat kemunculan Kang sang Penakluk yang mengintimidasi dan Janet van Dyne yang misterius, cerita ini menjadi menarik untuk diikuti. Apalagi, latar Alam Kuantumnya tampak memukau dengan segala keanehan dan kemegahannya yang memanjakan mata. Aku berikan skor 7/10 untuk film ketiga dari serial film Ant-Man ini, sebab dia masih berhasil menuntaskan purpose-nya. Oh iya, aku sarankan sebaiknya selesaikan dulu serial Loki sebelum menonton ini untuk lebih mengerti tentang sosok antagonisnya. 

Kalian bisa menonton Ant-Man and the Wasp: Quantumania di Disney+ Hotstar. Kalau kalian penasaran dengan filmnya, silakan tonton dulu trailer-nya di bawah ini.


***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!

Komentar