A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Mirai: Film Animasi Anak-Anak yang Menenangkan dan Menyenangkan

Identitas Film

Judul

:

Mirai

Sutradara

:

Mamoru Hosoda

Produser

:

Yuichiro Saito, Takuya Itou, Yuuichi Adachi, Genki Kawamura

Tanggal rilis

:

20 Juli 2018 (Jepang)

Rumah produksi

:

Studio Chizu

Penulis naskah

:

Mamoru Hosoda

Durasi tayang

:

1 jam 38 menit

Pengisi suara

:

Moka Kamishiraishi, Haru Kuroki, Kaede Hondo, Gen Hoshino, Kumiko Aso

Genre

:

Potongan kehidupan, fantasi

 

Sinopsis

Kun (Moka Kamishiraishi) sedang menunggu orang tuanya pulang dari rumah sakit. Bocah kecil itu sangat kangen ibunya yang baru saja melahirkan. Dia juga tidak sabar ingin bertemu dengan adik barunya. Saat dia melihat mobil orang tuanya parkir di depan rumah, dia begitu gembira tidak sabaran.

Akan tetapi, kehadiran adiknya yang bernama Mirai di rumah mereka membawa perubahan besar. Kedua orang tuanya kini lebih banyak memperhatikan Mirai ketimbang dirinya. Kun tidak suka itu. Dia ingin seluruh perhatian orang tuanya.

Namun, tiba-tiba dia bertemu dengan Mirai dari masa depan, yang sudah remaja. Apakah yang diinginkan Mirai dari masa depan?


Kelebihan

Mirai sebetulnya adalah film yang begitu sederhana. Premisnya pun sederhana sekali. Namun, film yang bergenre slice of life ini bisa memberikan ketenangan berkat ceritanya yang sederhana tersebut.

Untuk sebuah film anak-anak, Mirai tidak menggunakan premis yang terlalu rumit. Justru, konfliknya begitu relatable, yakni tentang menjadi seorang kakak. Semua kakak pasti merasakan yang dirasakan Kun ketika Mirai lahir. Perhatian orang tua terbagi, tidak lagi hanya untuk dirimu seorang. Bahkan, orang tua tampak lebih sayang pada adik kecilmu daripada kamu. Di sisi lain, bagi para orang tua, cerita ini juga bisa relatable karena mereka pun merasakan repotnya punya anak yang cemburu pada adiknya sendiri seperti Kun.

Meskipun konflik dalam Mirai itu sederhana, cara penyampaian ceritanya itu menarik karena dipadukan dengan elemen fantasi. Elemen fantasi tersebut pasti disukai sekali oleh anak-anak. To be honest, aku terkesan sekali dengan caranya Mamoru Hosoda memasukkan elemen fantasi pada cerita ini—terasa imajinatif dan menyenangkan. Ditambah lagi, visualnya memanjakan mata.

Selanjutnya, (spoiler alert) garis besar dari film ini ialah tetang proses perkembangan karkater Kun yang manja menjadi seorang kakak. Kun belajar menjadi lebih “dewasa” dari anggota keluarganya sendiri, seperti bertemu anjing peliharaannya dalam wujud manusia, bertemu Mirai dari masa depan, bertemu ibunya sewaktu anak-anak, dan lain sebagainya.

Pertemuan Kun dengan mereka membantunya untuk menjadi kakak yang lebih baik dengan cara yang menarik. Terutama ketika dia belajar untuk berani dari kakek buyutnya. Itu salah satu momen paling kusuka dari film ini. Hingga pada akhirnya, di adegan terakhir, ketika Kun lebih memilih celana birunya daripada celana kuningnya, itu membanggakan sekali. Untuk sebuah film slice of life anak-anak seperti ini, aku tidak menyangka akan melihat perkembangan karakter yang begitu menarik.

Selain itu, biarpun Mirai merupakan film anak-anak, film ini juga memiliki berbagai insight menarik bagi orang dewasa. Film ini memperlihatkan bahwa tidak harus perempuan yang bekerja di rumah. Hal tersebut terlihat dari kedua orang tua Kun dan Mirai yang mana si Ibu yang bekerja dan si Ayah yang mengurusi rumah dan anak sambil bekerja dari rumah atau WFH.[1] Pembagian kerja seperti itu memperlihatkan potret keluarga yang progresif, yang tidak lagi terjebak sistem pembagian kerja tradisional.

Tidak hanya itu, film ini juga memperlihatkan bahwa mengurus rumah bukanlah pekerjaan mudah, apalagi harus sambil bekerja. Zaman sekarang, sebagai solusi agar perempuan tetap bisa bekerja sambil mengurus rumah, banyak perempuan yang memilih pekerjaan yang bisa dikerjakan dari rumah. Akan tetapi, itu tidak mudah untuk dilakukan, sebagaimana yang diperlihatkan oleh ayahnya Kun dan Mirai. Dia sampai keteteran dan kelelahan saking repotnya melakukan semua itu sendirian. Itu seakan memberi pesan agar laki-laki jangan meremehkan pekerjaan perempuan yang harus mengurus rumah tangga sekaligus mencari nafkah.

Insight lain yang menarik ialah ada di bagian akhir film, (spoiler alert) ketika Kun dan Mirai dari masa depan melihat kakek buyut mereka lomba lari dengan nenek buyut mereka. Pada saat itu, Mirai dari masa depan bilang (kurang lebih begini):

“Jika dulu kakek buyut tidak berenang sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri, jika dulu nenek buyut tidak sengaja kalah lomba lari dari kakek buyut, kita mungkin tidak akan ada di sini. Hal-hal sederhana seperti itu dapat berdampak besar bagi kita.”

Itu kalimat yang begitu dalam untuk sebuah film anak-anak. Aku tidak menyangka bahwa akan ada insight tentang eksistensial seperti itu di film yang tampak begitu sederhana ini.

Kemudian, film ini juga memperlihatkan bahwa menjadi orang tua itu tidaklah gampang, tetapi begitu fulfilling. Di film, (spoiler alert) Ibunya Kun dan Mirai mengatakan bahwa menjadi orang tua bukan perkara mudah karena dia beberapa kali meninggikan suara ketika Kun nakal. Selain itu, Ayahnya Kun dan Mirai juga beberapa kali terlihat kerepotan mengurusi kedua anaknya seorang diri.

Walau demikian, mereka tetap menyayangi anak mereka dan terus berusaha yang terbaik. Bahkan, mereka merasa bahwa peran tersebut begitu fulfilling, (spoiler alert) seperti ketika Kun bisa naik sepeda roda dua, Ayahnya yang justru sangat bahagia dan bangga. Selain itu, menjadi orang tua juga membuat mereka menjadi orang yang lebih baik, termasuk kepada pasangan sendiri. Mereka jadi lebih paham betapa repotnya satu sama lain dalam mengurus anak, mereka jadi lebih berinisiatif dan pengertian terhadap perasaan satu sama lain.

 

Kelemahan

Satu hal yang mungkin terasa menjadi kelemahan film ini adalah unsur fantasinya yang agak membingungkan. Biasanya, film fantasi akan menjelaskan serangkaian aturan main, tetapi film ini tidak. Tidak dijelaskan apa yang menjadi pemicu Kun masuk ke dunia fantasi tersebut dan lain sebagainya. Maka dari itu, cara kerja dari elemen fantasinya membingungkan.

Selain itu, film seperti ini bukanlah film yang akan mudah disukai banyak orang. Aku yakin ada banyak yang tidak menyukainya dan menganggap ini membosankan dan membingungkan. Bukan tontonan semua orang.

 

Kesimpulan

Mirai adalah film animasi anak-anak yang begitu menenangkan dan menyenangkan. Tingkah Kun yang menggemaskan akan membuat penonton sulit untuk marah padanya. Ceritanya relatable juga—aku yakin semua kakak pernah meraskan ini. Walau premisnya sederhana, cerita ini dikemas dengan begitu imajinatif dan menghangatkan hati, dengan dilengkapi visual animasi yang cantik. Walau elemen fantasi dari film ini tak memiliki aturan main yang jelas, film ini tetaplah menarik dan cocok untuk anak-anak dan orang dewasa. Bahkan, insight yang didapat oleh anak-anak dan orang dewasa dari film ini bisa berbeda. Oleh karena itu, aku beri skor 8/10 untuk film yang cocok ditonton bersama keluarga ini.  

Kalian bisa menonton Mirai di Catchplay+ dan Vidio.com. Kalau kalian tertarik dengan filmnya, kalian bisa menonton trailer-nya di bawah ini.

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!


[1] Work from home 

Komentar