A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Noktah Merah Perkawinan: Lebih Bagus (dan Bikin Stres) daripada Marriage Story!

Identitas Film

Judul

:

Noktah Merah Perkawinan

Sutradara

:

Sabrina Rochelle Kalangie

Produser

:

Gope T. Samtani

Tanggal rilis

:

15 Oktober 2022

Rumah produksi

:

Rapi Films

Penulis naskah

:

Titien Wattimena (screenplay), Sabrina Rochelle Kalangie (screenplay)

Durasi tayang

:

1 jam 59 menit

Pemeran

:

Marsha Timothy, Oka Antara, Sheila Dara Aisha

Genre

:

Drama

 

Sinopsis

Gilang (Oka Antara) dan Ambar (Marsha Timothy) sudah menikah selama bertahun-tahun. Mereka juga telah dikaruniai seorang putra dan seorang putri yang lucu-lucu. Sekilas, mereka tampak sebagai keluarga bahagia.

Namun, sesungguhnya ada masalah yang merundungi keluarga tersebut. Ambar dan Gilang sudah satu bulan perang dingin. Ada masalah di antara mereka berdua, tetapi tiap kali Ambar mengajak Gilang untuk membicarakannya, Gilang selalu menghindar. Makin lama, perselisihan di antara keduanya makin kentara. Belum lagi kedatangan orang ketiga di antara mereka, yakni Yuli (Sheila Dara Aisha) memperparah suasana.

Bisakah Ambar dan Gilang mempertahankan rumah tangga mereka? Atau berpisah adalah jalan terbaik untuk mereka menemukan kebahagiaan?

 

Kelebihan

Noktah Merah Perkawinan adalah film drama Indonesia terbaik di 2022! Bagi yang belum tahu, Noktah Merah Perkawinan diadaptasi dari sinetron lawas dengan judul yang sama. Film ini disajikan dengan begitu brilian, juga dilengkapi dengan akting kualitas terbaik dari para pemerannya. Ceritanya juga begitu bermakna dan menyentuh hati.

Dari segi kualitas akting, akting Marsha Timothy, Oka Antara, dan Sheila Dara itu tidak akan mengecewakan. Mereka adalah aktor-aktris papan atas Indonesia. Namun, aku ingin memberikan apresiasi lebih kepada Marsha Timothy yang berhasil menunjukkan akting yang membuatku speechless. Emosi yang ia perlihatkan sebagai Ambar, terutama ketika adegan bercekcok di dapur, itu lebih dari mengagumkan.

Adegan tersebut, adegan ketika Ambar dan Gilang bertengkar hebat di dapur menjadi adegan favoritku di film ini. Adegan itu mengingatkanku pada film Marriage Story (2019), tetapi aku lebih suka yang ini. Di adegan tersebut, baik Oka Antara dan Marsha Timothy berhasil memperlihatkan akting yang luar biasa sekali. Aku sampai merinding melihatnya, lalu menangis karena terbawa suasana. Kalian harus lihat sendiri ya!

Alurnya pun terbilang pelan atau slow-burn. Di awal, penonton tak tahu apa-apa, dibuat bertanya-tanya apa yang terjadi antara Ambar dan Gilang. Segala emosi tertahan sampai akhirnya meledak dahsyat pada adegan pertengkaran di dapur tersebut. Penonton yang belum menikah pasti akan stres melihatnya, sementara penonton yang sudah menikah akan lebih stres lagi, bahkan mungkin merasa relate.

Kemudian, walau konflik yang disuguhkan film ini seperti konflik sinetron, konflik tersebut sesungguhnya lekat dengan potret rumah tangga-rumah tangga di Indonesia. Misalnya saja, tentang campur tangan orang luar dalam permasalahan rumah tangga seseorang. (Spoiler alert) di film ini, salah satuya itu terlihat dari ibunya Gilang (Ratna Riantiarno) yang terlalu menyindir Ambar sebagai istri yang kurang cekatan dan menuduh keluarga Ambar memanfaatkan Gilang. Ada juga sahabatnya Ambar, Dina (Nazyra C. Noer) yang lancang menceritakan masalah rumah tangga Ambar ke orang lain. Ketika semakin banyak pihak luar yang ikut campur, masalah rumah tangga akan semakin runyam, bukannya selesai.

Selain itu, film ini memberikan perspektif menarik tentang orang ketiga dalam suatu hubungan. Alih-alih menggambarkan Yuli sebagai wanita penggoda atau pelakor yang tipikal, film ini malah bisa membuatku bersimpati pada Yuli. Film ini menunjukkan bahwa terkadang orang ketiga dalam rumah tangga tidak ingin merusak hubungan, bahkan Yuli berusaha membantu Ambar dan Gilang. Yuli hanya jatuh cinta pada orang yang salah.

Bukan hanya Yuli, tokoh yang tak disangka bisa mencuri perhatian adalah Bagas (Jaden Ocean), putra sulung Ambar dan Gilang. Padahal dia masih kecil, tetapi aktingnya sudah cukup bagus. Penonton bisa mengerti kegalauan Bagas akibat perselisihan kedua orang tuanya dari ekspresinya.

Ada satu adegan yang membuatku menyukai karakter Bagas, (spoiler alert) yakni ketiga Bagas mengambil satenya Ambar. Di situ, terlihat sekali bahwa Bagas sudah paham yang ibunya rasakan dan cukup dewasa untuk tahu harus bersikap apa. Itu menyiratkan bahwa anak-anak dengan orang tua yang kurang akur cenderung dewasa lebih cepat.

Selain itu, (spoiler alert) di film ini diceritakan bahwa Bagas memiliki penyakit kulit di punggungnya yang tak kunjung sembuh. Bukannya makin membaik, penyakit kulit tersebut makin parah seiring film berjalan. Kemudian, ada satu kalimat yang diucapkan Gilang ketika sedang mengoleskan salep di punggung Bagas (kalau tidak salah begini bunyinya), “Kamu jangan stres dong, Mas, biar cepet sembuh.” Rupanya penyakit kulit Bagas adalah metafora untuk beban pikiran Bagas akibat pertengkaran orang tuanya. Karena memang ketika kedua orang tua bertengkar, anak yang menjadi korbannya.

Sebenarnya, masih ada banyak simbol tersembunyi dalam film ini selain penyakit kulitnya Bagas. Contoh pertama, di bagian awal film, (spoiler alert) ada adegan Gilang membantu ibunya Ambar memasang kembali tanaman tanduk rusa yang jatuh. Ibunya Ambar bilang bahwa tanaman ini adalah simbol keberuntungan dan kebaikan, maka ia khawatir akan ada nasib buruk sebab tanaman tersebut malah jatuh. Kemudian, langsung muncul Yuli mengantar anak-anaknya Gilang karena Ambar sedang tidak bisa mengatar mereka. Itu menyiratkan bahwa kehadiran Yuli adalah nasib buruk bagi rumah tangga Ambar dan Gilang.

Contoh kedua, ada satu adegan yang disajikan dengan cantik sekali serta penuh makna. (Spoiler alert) dalam adegan tersebut, terlihat Ambar sedang asik membentuk keramik, lalu muncul Gilang yang berbicara kepadanya. Namun, Ambar menanggapinya dengan dingin, bahkan ketika Gilang hendak mengecup keningnya, Ambar menghindar. Adegan tersebut ditampilkan dengan angle yang keren sekali—menyiratkan bahwa Ambar dan Gilang sedang ada di dua “tempat” yang berbeda, dan Ambar belum bisa menerima Gilang untuk masuk ke “tempatnya.”

Contoh ketiga adalah taman di rumah Ambar dan Gilang. Sedari awal penonton diperlihatkan sketsa rancangan taman tersebut serta progresnya yang sangat jauh dari rancangannya. Itu menyiratkan bahwa dalam rumah tangga, apa yang direncanakan, diekspektasikan, atau diharapkan bisa tidak sejalan dengan kenyataan. Seperti taman di rumah Ambar dan Gilang yang diharapkan menjadi taman yang cantik, tetapi nyatanya kering dan layu.

Namun, simbol taman tersebut juga sebenarnya menyindir sikap Gilang. Gilang bekerja sebagai arsitek lanskap yang biasa mendesain taman dan kebun. (Spoiler alert) dalam film ini, ia mengerjakan proyek taman café pacarnya Yuli—dan dari situlah Gilang dan Yuli menjadi dekat. Ketika Gilang sibuk mengurusi taman orang lain, dia malah menelantarkan tamannya sendiri. Ketika Gilang sibuk bersama Yuli, dia malah membiarkan masalahnya dengan Ambar tak terselesaikan.

Contoh keempat, ada adegan ketika Ambar tidak sengaja menghancurkan keramik yang sedang ia kerjakan. Kemudian di akhir film, penonton melihat keramik tersebut sudah disatukan kembali menjadi vas yang utuh dan cantik walau ada garis retakan di sana-sini. Itu simbol yang kuat banget, yang menyiratkan suatu hubungan dapat diperbaiki, meski tak akan lagi sama seperti sebelumnya atau sesuai harapan. Namun, ia tetap bisa diperbaiki menjadi sesuatu yang utuh dan cantik.

Baiklah, sudah terlalu banyak simbol-simbol dalam film ini yang aku bocorkan. Selain simbol-simbol, yang membuatku menyukai film ini adalah insight penikahannya. Dalam hubungan Ambar dan Gilang, penonton tahu bahwa masalahnya adalah Gilang yang selalu menghindar dari masalah. Dia tak mau membicarakannya dan kabur terus, menyalahkan Ambar yang katanya gampang sekali marah.

Hal yang seperti itu disebut silent treatment, yaitu bentuk penolakan untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Silent treatment bisa menjadi bentuk kekerasan emosional.[1] Gilang memang tidak memukul Ambar, tetapi sikapnya membuat Ambar terus tertekan dan bingung. Dia tak mau menyelesaikan masalah, padahal masalah tersebut tak akan selesai dengan sendirinya. Maka dari itu, sebaiknya masalah rumah tangga segera diselesaikan sebelum meledak besar seperti bom. Menghindar bukanlah solusi.

Insight pernikahan menarik lainnya datang dari ucapan si konsultan pernikahan yang diperankan oleh Ayu Azhari. Oh iya, omong-omong Ayu Azhari adalah pemeran Ambar di sinetron lawas Noktah Merah Perkawinan loh. Dia mengatakan bahwa fungsi dia selaku konsultan pernikahan bukan menyelesaikan masalah Ambar dan Gilang, malainkan hanya membantu keduanya menemukan kebahagiaan, walau bisa jadi kebahagiaan itu ada di jalan yang terpisah bagi keduanya. Ucapannya itu memberikan pesan bahwa terkadang bersama bukan berarti bahagia, dan berpisah bukan berarti buruk. Mungkin saja, jalan agar para pihak dalam suatu hubungan bisa bahagia adalah dengan berpisah jalan.

 

Kelamahan

Jujur saja, di awal aku sempat merasa risih dengan film ini karena penonton tidak diberikan penjelasan terlebih dahulu. Yang penonton tahu adalah bahwa Ambar dan Gilang ada dalam hubungan yang agresif pasif[2], tetapi penonton tak tahu apa yang terjadi. Memang itu bagus untuk memunculkan tanda tanya dalam benak penonton, tetapi aku malah merasa agak risih. Apalagi, penonton tidak diberitahukan seperti apa bahagianya hubungan Ambar dan Gilang sebelum itu, supaya penonton bisa tahu betapa kontrasnya keadaan mereka sekarang.

Kemudian, aku kurang setuju dengan karakter Gilang yang memang dibuat selalu menghindar seperti itu. Dengan sikapnya yang begitu, wajar saja penonton akan bersimpati ke Ambar dan menyalahkan Gilang. Jadi, terkesan berat sebelah. Padahal, bisa saja konflik dibuat lebih kompleks daripada itu dengan menunjukkan keabu-abuan setiap tokoh.

 

Kesimpulan

Noktah Merah Perkawinan layak disebut film drama Indonesia terbaik di tahun 2022. Film ini memberikan banyak insight pernikahan dan perspektif baru tentang orang ketiga dalam hubungan. Selain itu, film ini disajikan dengan sinematografi yang cantik serta simbol-simbol yang memberikan pesan tersirat di sana-sini—sebuah desain produksi yang memukau. Film ini cocok ditonton siapapun, terutama bagi yang sudah menikah—karena mungkin saja relate dengan permasalahannya—dan yang ingin menikah—agar mematangkan diri dulu sebelum melangkah lebih jauh. Aku tidak mau banyak bicara lagi, aku beri skor 9,3/10 untuk film ini. Kalau kalian mau menontonnya, kalian harus siapkan tisu yang banyak ya!

Kalian bisa menonton Noktah Merah Perkawinan di Netflix. Kalau kalian tertarik dengan filmnya, silakan tonton dulu trailer-nya berikut ini.

***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

[2] Agresif pasif (passive aggressive) adalah perilaku penyingkapan perasaan negatif secara tersirat dan bukannya menyampaikan langsung dengan terbuka. Perilaku pasif-agresif sering membuat orang lain bingung dan berisiko merusak hubungan personal (sumber: sehatq.com). 

Komentar