A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Brahmāstra: Part One – Shiva: Film Petualangan-Aksi India dengan Visual yang Magical

Identitas Film

Judul

:

Brahmāstra: Part One – Shiva

Sutradara

:

Ayan Mukerji

Produser

:

Karan Johar, Apoorva Mehta, Namit Malhotra, Ranbir Kapoor, Marijke DeSouza, Ayan Mukerji

Tanggal rilis

:

9 September 2022 (Amerika Serikat),

Rumah produksi

:

Star Studios, Dharma Productions, Prime Focus, Starlight Pictures

Penulis naskah

:

Hussain Dalal (dialog), Ayan Mukerji

Durasi tayang

:

2 jam 47 menit

Pemeran

:

Ranbir Kapoor, Alia Bhatt, Amitabh Bachchan, Nagarjuna Akkineni, Shah Rukh Khan, Mouni Roy

Genre

:

Fantasi kontemporer, petualangan, action, romantis

 

Sinopsis

Di tanah India kuno, tepatnya di Himalaya, terlahir senjata-senjata langit dari enegi Brahm-shakti, yang disebut astra. Masing-masing astra[1] memiliki kekuatan ajaib, entah itu kekuatan alam, hewan, maupun tumbuhan. Sejak dahulu hingga sekarang, ada sekelompok resi[2] yang disebut Brahmānsh, yang bertugas menjaga astra-astra tersebut dan menjinakkan astra terkuat yang dapat menghancurkan seluruh dunia, Brahmāstra.

Di masa kini, Brahmāstra telah dipecah menjadi 3 potongan dan disembunyikan agar tak ada yang dapat menggunakan kekuatannya yang berbahaya itu. Namun, ada sekelompok pembunuh yang mencari potongan-potongan Brahmāstra tersebut.

Shiva (Ranbir Kapoor), seorang pemuda dengan profesi sebagai DJ, entah mengapa mendapatkan visi tentang para pembunuh tersebut. Dia lalu tergerak untuk mencegah para pembunuh tersebut mengumpulkan pecahan-pecahan Brahmāstra, walau dia masih belum paham betul situasinya. Namun, Shiva tak mengetahui bahwa sesungguhnya ada kekuatan besar di dalam dirinya.

Kemudian, dia pun memulai misinya untuk menghentikan para pembunuh tersebut, mencegah bangkitnya Brahmāstra. Shiva harus menempuh perjalanan penuh bahaya untuk menemukan diri, masa lalu, dan cintanya.

 

Kelebihan

Brahmāstra: Part One – Shiva sudah cukup populer sejak perilisan trailer-nya. Penyebabnya ialah visual effect film ini yang ciamik. Dan benar saja, visual effect tersebut adalah salah satu kelebihan utama film ini. Brahmāstra: Part One – Shiva menyuguhkan visual yang tampak cantik dan megah kepada penonton. Bahkan, visual effect dari beberapa film superhero buatan Hollywood saja tidak bisa sememukau ini.

Sewaktu menonton film ini, aku selalu terpesona dengan visualnya yang tampak magical. Seandainya saja film adaptasi live-action The Last Airbender (2010) punya visual effect sebagus ini, pasti film tersebut akan laris. Selain melalui visual effect-nya, film ini juga akan memanjakan mata penonton dengan keindahan panorama Himlaya sebagai latar tempatnya. Aku yakin penonton akan betah menonton film ini karena itu.

Kemudian, film ini diperankan oleh aktor-aktor papan atas India yang namanya sudah biasa didengar. Mulai dari Ranbir Kapoor, Alia Bhatt, Shah Rukh Khan, sampai Amitabh Bhachchan ada di film ini. Untuk urusan akting, mereka tak perlu lagi dipertanyakan ya. Aku yakin budget yang dikeluarkan untuk film ini sangat besar dan hasilnya pun sepadan, tidak mengecewakan.

Aku suka sekali dengan akting Ranbir Kapoor dan Alia Bhatt sebagai Shiva dan Isha. Chemistry mereka sebagai pasangan bagus sekali—mungkin karena mereka memang suami istri sungguhan ya. Chemistry mereka sangat mendukung film ini yang ceritanya juga penuh dengan elemen romansa. Aku salut sekali melihat betapa besarnya cinta Shiva dan Isha, walau mereka belum lama kenal.

Omong-omong soal Isha, aku suka sekali dengan karakternya. Dia adalah tokoh utama perempuan yang jauh dari karakter perempuan yang tampak lemah dan hanya sebagai pemanis. Isha turut bertualang bersama Shiva, bahkan ikut bertarung bersamanya meski dia tidak punya kekuatan apa-apa. Di pertarungan akhir pun, Isha berperan banyak. Dia memiliki keberanian yang besar untuk membantu Shiva. Itulah yang menjadikan karakternya mengagumkan.

Selain itu, aku juga suka dengan perkembangan karakter Shiva. Pertumbuhannya dalam hal mengendalikan kekuatan astra-nya disajikan dengan baik dalam film ini. Aku suka karena film ini menekankan pencarian diri (self-discovery) dan pemulihan trauma kepada Shiva agar dia dapat mengendalikan kekautannya. Agar dapat menguasai kekuatannya sendiri, Shiva harus berdamai dengan masa lalu, rasa takut, dan keresahannya—menerima itu semua sebagai bagian dari dirinya.

Maka, ketika Shiva akhirnya berhasil mengendalikan kekuatannya, dia tampak sangat keren. Cara dia mengendalikan api seperti para pengendali api di serial kartun Avatar: The Legend of Aang (2005–2008)—keren sekali! Lagi-lagi, itu semua berkat visual effect dan akting yang bagus. Apalagi dengan diiringi soundtrack-nya, Deva Deva oleh Arijit Singh dan Jonita Gandhi, adegan tersebut terkesan magical.

Berikutnya, dalam sebuah film petualangan-aksi, adegan pertarungan terakhir pasti menjadi yang ditunggu-tunggu. Brahmāstra: Part One – Shiva telah berhasil menghadirkan pertarungan final yang begitu epik. Ketegangan pada adegan puncak tersebut sangat terasa. Aksinya pun nonstop, membuat penonton tak mungkin memalingkan wajah, dan terus berdebar. Aksi Shiva dan teman-temannya pun keren banget, begitu epik dan apik. Pokoknya, memuaskan sekali menonton pertarungan terakhir film ini.

 

Kelemahan

Biarpun aku bilang sangat suka chemistry Ranbir Kapoor dan Alia Bhatt sebagai Shiva dan Isha, aku merasa agak risih dengan mereka di awal film. Mereka berdua baru saja bertemu, tetapi sudah yakin dengan mantap bahwa mereka adalah cinta sejati satu sama lain. Itu terlalu lebay, apalagi mengingat mereka baru kenal beberapa hari. Perkembangan hubungan mereka terasa cepat sekali, terlalu cepat—walau memang pada akhirnya terlihat manis dan mengagumkan.

Kemudian, untuk cerita fantasi, worldbuilding[3] dan konsep harus kuat sebagai pondasi cerita dan sebisa mungkin mudah dipahami penonton agar mereka dapat mengerti ceritanya. Akan tetapi, menurutku penjelasan tentang astra dan sebagainya di awal sebagai prolog agak sulit dipahami. Ada banyak istilah diperkenalkan dan beberapa di antaranya mirip. Aku yakin beberapa penonton akan kebingungan membedakan maksud dari tiap istilah, padahal penggunaan istilah-istilah tersebut makin sering menjelang akhir film.

 

Kesimpulan

Brahmāstra: Part One – Shiva adalah sebuah film fantasi dengan visual yang memukau, magical, dan megah berkat latar tempat serta visual effect-nya. Tidak hanya itu, film ini juga didukung oleh pemeran-pemerannya yang merupakan bintang papan atas Bollywood dengan kualitas akting yang tak perlu diragukan lagi. Terutama duet romantis Ranbir Kapoor dan Alia Bhatt—mereka berhasil menampilkan chemistry luar biasa, walau di awal hubungan mereka terasa terburu-buru. Akan tetapi, istilah-istilah dalam film ini agak sulit dipahami karena terlalu banyak dan mirip. Meskipun begitu, Brahmāstra: Part One – Shiva adalah tontonan yang tepat bagi kalian yang suka cerita fantasi dan aksi, sehingga aku beri skor 8,7/10.

Kalian dapat menonton Brahmāstra: Part One – Shiva di Disney+ Hotstar. Kalian bisa melihat trailer-nya di bawah sini.

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!


[1] Astra dalam Hinduisme adalah senjata langit yang dimiliki oleh dewa/dewi tertentu yang memiliki kekuatan spiritual dan supranatural.

[2] Petapa; orang suci (sumber: KBBI).

[3] Worldbuilding adalah proses mengonstruksi dunia imajiner, terkadang diasosiasikan dengan semesta fiksional (sumber: Wikipedia). 

Komentar