A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

His House: Sebuah Film Horor Rumah Hantu dengan Pendekatan Baru

Identitas Film

Judul

:

His House

Sutradara

:

Remi Weekes

Produser

:

Aidan Elliott, Martin Gentles, Arnon Milchan, Ed King, Roy Lee

Tanggal rilis

:

27 Januari 2020 (Festival Film Sundance) 30 Oktober 2020

Rumah produksi

:

Regency Enterprises, BBC Films, Vertigo Entertainment, Starchild Pictures

Penulis naskah

:

Remi Weekes (screenplay), Felicity Evans (story), Toby Venables (story)

Durasi tayang

:

1 jam 33 menit

Pemeran

:

Sope Dirisu, Wunmi Mosaku, Malaika Wakoli-Abigaba

Genre

:

Horror thriller, horor supranatural, drama

 

Sinopsis

Sepasang suami istri imigran dari Sudan Selatan, Bol Majur (Sope Dirisu) dan Rial Majur (Wunmi Mosaku) pergi mencari suaka di Inggris karena perang saudara yang terjadi di tempat asal mereka. Mereka tidak langsung diterima sebagai penduduk di sana. Mereka diharuskan untuk tinggal sementara waktu di suatu rumah di bawah pengawasan pemerintah untuk melihat apakah mereka dapat beradaptasi atau tidak. Apabila mereka bisa melewatinya, mereka akan diterima sebagai penduduk.

Akan tetapi, sejak tinggal di rumah itu, pasutri tersebut mengalami kejadian-kejadian supranatural yang mengganggu mereka. Ada makhluk mengerikan yang tidak suka dengan keberadaan mereka di rumah tersebut. Dapatkah Bol dan Rial bertahan dan menetap di Inggris?

 

Kelebihan

Film horor satu ini mempunyai pendekatan yang unik. Karena tokoh utamanya keluarga imigran dari Afrika, ketidaknyamanan yang dirasakan tokoh utama tak hanya berasal dari kejadian-kejadian supranatural, tetapi juga dari perlakuan rasis di lingkungan mereka. Ada beberapa adegan yang memperlihatkan perilaku rasis orang-orang di sekitar Bol dan Rial, mulai dari tatapan mata yang merendahkan sampai perkataan yang menghina. Bahkan, perilaku rasis tersebut juga mereka dapatkan dari sesama orang etnis Afrika. Perlakuan rasis tersebut menambah rasa tidak nyaman Bol dan Rial yang sedang berusaha beradaptasi di lingkungan baru.

Rasa tidak nyaman tersebut sangat tergambar di wajah mereka berdua. Akting Sope Dirisu sebagai Bol dan Wunmi Mosaku sebagai Rial sukses mengekspresikan ketidaknyamanan tersebut. Kelihatan sekali wajah Rial yang merasa rumah itu bukan tempat mereka. Wajah Bol juga terlihat stres karena terus menyangkal gangguan-gangguan supranatural yang terjadi, karena mau tidak mau dia harus menyangkalnya agar tidak dianggap gila oleh orang-orang pemerintah.

Kemudian, ekspresi mereka berdua di akhir film sudah terlihat sekali berubah daripada sebelumnya. Mereka sudah tampak lebih tenang tinggal di rumah tersebut yang terlihat dari raut wajah mereka yang lebih relaks dan pakaian mereka yang lebih rapih.

Hal menarik lainnya dari film ini adalah ide hantunya yang mengangkat mitos lokal dari tempat asal Bol dan Rial. (Spoiler alert) film ini mengangkat sosok hantu Apeth atau The Night Witch, yang berasal dari mitos lokal di Sudan Selatan. Makanya, film horor ini tidak terasa seperti film rumah angker yang tipikal.

Selain itu, suasana menakutkan film ini juga terasa lain daripada kebanyakan film dengan konsep serupa, apalagi dengan setting rumahnya yang tampak tidak terawat. Latar rumah yang tak terawat tersebut memberikan kesan menjijikan kepada para penonton, yang makin meyakinkan bahwa tempat terebut sangat tidak nyaman.

Kemudian, hal lain yang membuat film ini berbeda daripada film-film rumah berhantu lain adalah status tokoh utamanya yang adalah imigran dalam pengawasan. Di film-film rumah berhantu lain, tokoh utama sebetulnya memiliki pilihan untuk pindah, tetapi kebanyakan dari mereka keras kepala untuk tidak pindah. Akan tetapi, berbeda dengan mereka, Bol dan Rial tidak punya pilihan tersebut. Mereka harus bertahan di rumah itu apapun yang terjadi dan tetap berpura-pura bahwa semua baik-baik saja. Mereka juga tidak bisa minta tolong ke siapapun di negeri yang asing bagi mereka tersebut. Pilihan mereka hanya bertahan walaupun diganggu hantu atau pulang ke Sudan Selatan.

Untuk adegan favorit, aku suka dengan adegan-adegan film ini yang sederhana tapi disturbing. Salah satunya adalah (spoiler alert) adegan waktu Rial tersasar saat pergi ke luar rumah. Di adegan itu, Rial menemukan jalan buntu dan ada anak kecil bermain bola di sana. Waktu dia mencari jalan lain, dia menemukan jalan buntu yang berbeda tapi ada anak kecil yang sama. Itu menurutku cukup disturbing karena tidak masuk akal, meskipun adegannya sesederhana itu saja.

Film ini juga memiliki adegan-adegan menegangkan yang tidak sekadar mengandalkan jumpscare. Misalnya, (spoiler alert) adegan lampu mati-menyala saat Bol dikerubungi hantu serta adegan ketika Bol menarik tali dari balik tembok lalu menemukan sebuah boneka. Adegan-adegan menegangkan dengan scoring yang mengejutkan tersebut sukses memberikan vibes horor bagi penonton.

Terakhir, aku sangat menyukai alur ceritanya yang penuh pertanyaan. Di pertengahan film, penonton akan dibuat bertanya-tanya dengan teror hantu tersebut karena (spoiler alert) hantu tersebut menjelma dalam wujud anak mereka. Kemudian, penonton juga akan bertanya-tanya apa hubungan cerita mitos Apeth dengan teror hantu di rumah mereka tersebut. Semua pertanyaan tersebut nantinya dijawab dengan sebuah plot twist yang tidak disangka-sangka.

 

Kelemahan

Sayangnya, film ini mempunyai alur yang agak lambat. Separuh pertama film, ada banyak teror hantu dengan adegan-adegan jumpscare, tetapi cerita tampak tidak bergerak ke mana-mana. Baru di separuh akhir film, cerita tampak bergerak dan tense-nya naik terus sampai pada klimaks. Walaupun plot twist film ini paid-off, alur lambat yang tidak ke mana-mana tersebut bisa membuat penonton bosan.

Namun yang paling mengecewakan adalah bagaimana Bol dan Rial mengusir hantu yang mengusik mereka. (Spoiler alert) hantu di film ini kalah dengan digorok lehernya dengan pisau. Itu tampak sangat mudah. Kalau memang semudah itu mereka dapat mengalahkan hantunya, seharusnya mereka tidak usah repot-repot menghadapi teror. Mereka hadapi hantu itu secara langsung dengan pisau. Sayang sekali, alur film yang sudah dibangun rapih harus diakhiri dengan adegan yang mengecewakan.

 

Kesimpulan

His House adalah film horor dengan konsep rumah hantu yang tidak mainstream. Film ini menggunakan pendekatan berbeda, yaitu pasutri imigran sebagai tokoh utamanya. Dengan mengangkat mitos lokal Afrika dan menampilkan adegan-adegan seram dengan scoring mengejutkan, film ini bisa membuat penonton merasa deg-degan dari awal sampai akhir. Namun, separuh awal film ini memiliki alur yang agak lambat, tetapi itu akan terbayar dengan plot twist yang tidak tertebak di akhir. Selain itu, film ini juga memperlihatkan isu rasisme yang dialami imigran di Inggris, yang dapat menjadi suatu insight bagi penonton. Aku memberi skor 7,6/10 untuk His House. 

Kalian dapat menonton His House di Netflix. Kalian bisa langsung menonton trailer-nya di bawah ini ya.

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!

Komentar