A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Rhea: Seorang Ibu yang Sangat Peduli pada Anak-Anaknya (Tidak seperti Suaminya)

Sebelumnya

Rhea

Queen of the Titans
Mother of the Olympians
Titaness of Ease, Comfort, and Blessings
Titaness of Motherhood, Female Fertility, and Earthly Elements
Former Lady of the Oracle of Dodona
The Great Mother

Rhea adalah seorang Titan Generasi Pertama, sekaligus ratu mereka. Rhea adalah Titan perempuan yang paling bungsu. Nama Rhea berarti “kemudahan (ease)” atau “aliran (flow).” Arti nama ‘kemudahan’ tersebut berkaitan dengan elemen yang dia kuasai, yakni kenyamanan, kemudahan, serta berkah. Sementara itu, arti nama ‘aliran’ tersebut berhubungan dengan sifat keibuan yang ia miliki, khususnya darah menstruasi, air ketuban, serta ASI. Dalam kebudayaan Romawi, namanya adalah Ops. Hewan keramat bagi Rhea adalah singa.

Rhea adalah Titan yang sangat cantik jelita. Tubuhnya termasuk mungil dibandingkan saudari-saudarinya, tetapi dia justru yang paling manis. Rambutnya sewarna daun pohon maple dan matanya yang bulat berwarna hijau seperti milik ibunya, Gaea, sedangkan kulitnya berwarna kecoklatan. Rhea senang menggerai rambutnya yang panjang itu, dan sesekali mengenakan mahkota emas karena posisinya sebagai ratu. Rhea mengenakan gaun coklat sederhana bergaya bohemian yang dihiasi sulaman benang-benang emas. Rhea selalu ditemani beberapa pelayannya dan singa-singa peliharaannya.

Senyum Rhea sangat lembut, tipikal seorang ibu yang ramah. Tatapan mataya sangat menenangkan hati. Rhea memancarkan aura yang hangat, lembut, dan sangat nyaman seperti ketika berada di pelukan seorang ibu. Tidak ada yang berani marah di hadapan Rhea, kecuali suaminya sendiri.

Sebagai Ibu Dewi (The Mother Goddess), Rhea memiliki peran yang mirip dengan Ibu Dewi Tonantzin (The Mother Goddess) dari mitologi Aztec, Dewi Langit Nut (Goddess of Sky) dari mitologi Mesir, dan Ibu Dewi dan Dewi Keibuan, Kesuburan, dan Pernikahan Parwati (The Mother Goddess and Goddess of Motherhood, Fertility, and Marriage) dari Mitologi Hindu. Selain itu, Rhea juga mirip dengan Xochiquetzal, Dewi Kesuburan, Kehamilan, Seksualitas Perempuan (Goddess of Fertility, Pregnancy, and Female Sexuality) dari mitologi Aztec.

***

Kengerian Paling Mengerikan bagi Seorang Ibu

Setelah meyakinkan dirinya, Rhea menikahi Kronos sang Raja Bangsa Titan. Pesta pernikahan Rhea dan Kronos berlangsung sangat meriah. Acara tersebut diadakan di Gunung Othrys. Rhea didampingi Tethys, Titan Air Tawar (Titaness of Fresh Water), sementara Kronos didampingi Hyperion, Titan Cahaya (Titan of Light). Semua Titan menghadiri acara tersebut untuk menyaksikan raja mereka berbahagia. Selama sepuluh hari dan sepuluh malam, para Titan tidak berhenti berpesta untuk merayakan pernikahan Rhea dan Kronos.

Kronos, Raja Bangsa Titan,
Suami Rhea
Tahun-tahun pertama pernikahan mereka berdua bahagia sekali. Kebahagiaan mereka memuncak saat Rhea hamil anak pertama mereka. Kronos yakin dia bisa menjadi ayah yang baik dan Rhea meyakini itu juga. Rhea yakin Kronos telah berubah, dia bukan lagi Kronos yang serakah dan licik.

Setelah sembilan bulan mengandung, Rhea melahirkan putri pertamanya. Namanya Hestia. Ia sangat cantik dan mirip ibunya. Hestia juga memancarkan aura kekuatan yang menghangatkan dan menenangkan. Rhea tak bisa berkata-kata selain tersenyum melihat bayi kecilnya yang catik.

Dia kemudian menyerahkan Hestia kepada Kronos untuk digendong—sebagaimana tradisi, setelah seorang bayi lahir, bayi tersebut akan digendong oleh ayahnya. Namun, di sinilah kebahagiaan pernikahan mereka sirna. Kronos tiba-tiba membuka mulutnya sangat lebar, lalu menelan Hestia bulat-bulat. Rhea menjerit menyaksikan adegan horror itu. Belum hilang rasa sakit akibat melahirkan, sekarang dia harus melihat bayinya lenyap begitu saja.

“APA YANG KAMU LAKUKAN?”, teriak Rhea.

“Bayi kita bukan seorang Titan. Aku tidak mau mengambil risiko karena mungkin di masa depan dia akan membunuhku,” balas Kronos.

Kronos si Raja Kanibal
memakan bayi Poseidon
“Kau sudah gila! Ayah macam apa yang menelan bayinya sendiri?”

“Aku melakukan ini untuk menjaga keberlangsungan bangsa kita. Jika aku digulingkan, apa kamu pikir Titan lainnya tidak akan digulingkan juga?”

“Aku tidak peduli dengan kekuasaan dan politik. Kamu sudah gila!”

“Aku minta maaf, tapi ini satu-satunya jalan untuk mencegah kutukan Ouranos.”

Rhea tidak bisa berpikir. Dia tidak peduli apapun alasan yang Kronos berikan. Rupanya Rhea salah menilai suaminya. Kronos tetaplah Kronos yang haus kekuasaan. Rhea hanya menangis menjerit-jerit saat itu, sementara Kronos pergi meninggalkannya sendiri. Rhea mengurung dirinya dan tidak mau bertemu Kronos. Rhea hanya ditemani dua ekor singa kesayangannya serta para nymph pelayannya.

Rhea tidak keluar kamar selama bertahun-tahun. Bagaimana mungkin dia bisa memaafkan suaminya setelah dia menelan bayi mereka yang susah payah dia kandung dan lahirkan. Rhea yang memiliki watak keibuan telah menanti-nanti hari ketika dia menjadi seorang ibu. Namun, suaminya sendiri menghancurkan itu.

Setelah bertahun-tahun lamanya, Rhea akhirnya keluar kamar. Dia mencoba memaafkan Kronos dan memberikannya kesempatan sekali lagi. Kronos juga memberikan Rhea hadiah-hadiah sebagai permintaan maaf.

Setelah kejadian itu, Rhea melahirkan dua anak perempuan dan dua anak laki-laki berikutnya, yakni Demeter, Hera, Hades, dan Poseidon. Namun, mereka semua ditelan oleh Kronos lekas setelah Rhea melahirkan mereka. Kronos bilang bahwa bayi-bayi yang Rhea lahirkan bukan bangsa Titan, tetapi sebuah entitas baru. Kronos khawatir kekuasaannya akan tergulingkan, tetapi Rhea sudah tidak peduli saat itu.

***

Menyelamatkan Putra Keenam

Di kehamilan keenamnya, Rhea sudah hampir putus asa. Sekalipun dia melahirkan bayinya dengan selamat, pasti suaminya, Kronos sang Raja Bangsa Titan, akan memakan anaknya lagi. Rhea sudah kehabisan cara untuk mengelabui Kronos agar bayinya bisa selamat.

Bagi Rhea, kehilangan anak adalah mimpi buruk terbesarnya—apalagi dia harus kehilangan anak-anaknya di tangan suaminya sendiri. Ouranos mungkin bukan ayah yang baik karena tega memenjarakan anak-anaknya di Tartarus, tetapi setidaknya dia tidak pernah memakan anak-anaknya sendiri.

Sudah lama sekali Rhea bermimpi bisa menjadi seorang ibu. Selama ini, dia selalu membantu saudara-saudarinya merawat anak-anak mereka. Namun, ketika dia akhirnya memiliki anaknya sendiri, dia harus berpisah dengan mereka. Rhea sendiri sedikit kecewa sebab saudara-saudarinya tidak ada yang mau menolongnya mencegah Kronos, tetapi Rhea dapat memahami ketakutan mereka terhadap Kronos. Bagaimanapun, Kronos adalah Titan terkuat di antara semua bangsa Titan.

Kini, Rhea sedang duduk sambil meratapi nasib yang akan dia hadapi. Usia kandungannya sudah hampir waktu melahirkan. Dia sempat berpikir untuk menggugurkan saja kandungannya itu karena dia tidak akan sanggup melihat bayinya dimakan untuk yang keenam kali, tapi dia juga tidak sanggup membunuh bayinya sendiri. Namun, dia juga tidak ingin menyerahkan nasib bayinya kepada suaminya. Dia ingin melakukan apapun agar bayinya selamat.

Kemudian, tanah berguncang pelan. Tidak jauh dari tempat Rhea duduk di bawah pohon di tengah hamparan padang rumput luas, tanah membentuk sesosok wajah perempuan yang sedang memejamkan mata. Walaupun terbuat dari tanah, Rhea dapat melihat kecantikan di wajah itu. Matanya terpejam seperti sedang mengantuk. Wajah tersebut familiar bagi Rhea karena itu adalah wajah ibunya, Gaea, Dewi Bumi (Goddess of Earth).

Gaea, Dewi Bumi,
Ibu Bangsa Titan
Rhea putriku.

Rhea mendengar suara ibunya. Ibunya tidak berbicara melalui mulut, melainkan langsung ke pikirannya. Suaranya tetap lembut dan terdengar keibuan, tetapi Rhea tahu bahwa wanita itu berbahaya. Dia dulu merencanakan pembunuhan suaminya sendiri dan mendorong anaknya, Kronos, untuk mengeksekusi pembunuhan tersebut.

“Oh Ibu Bumi. Oh Ibu kami,” jawab Rhea dengan suara waswas, “Apa yang terjadi hingga Ibu Bumi mendatangiku di tengah tidurnya?”

Aku datang untuk menyampaikan pesan, sebuah kabar gembira untukmu. Kronos akan jatuh dari kekuasaannya. Anakmu akan berkuasa di atas tahtanya. Bayimu akan selamat.

Rhea terkejut mendengarnya. Gaea bilang bayinya akan selamat. Akhirnya Rhea memliki secercah harapan. Apalagi, yang barusan itu bukan sekadar janji belaka. Rhea tahu bahwa itu adalah takdir Kronos. Kutukan Ouranos dahulu tentu tidak main-main dan itu adalah keniscayaan. Bahkan kini, kutukan itu diperkuat oleh titah Gaea.

Namun, kamu harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkannya.

“Apa… Apa yang harus aku lakukan, Oh Ibu Bumi, agar bayiku selamat?” tanya Rhea.

Kamu harus menyembunyikannya dari Kronos. Kamu tidak boleh melahirkan di Istana Gunung Othrys. Pergilah ke Kreta dan lahirkan bayimu di sana. Jangan sampai ada satupun pengikut Kronos yang pergi bersamamu, pastikan hanya pelayanmu yang paling setia yang menemanimu. Kali ini, bayimu akan selamat.

“Baiklah, Ibu Bumi,” jawab Rhea, “Aku akan mengikuti katamu. Terima kasih sekali, Oh Ibu Bumi.”

Kemudian, wajah tanah tersebut menghilang dan kembali menjadi tanah seakan-akan tidak pernah ada di sana. Sementara itu, Rhea bahagia bukan kepalang. Kali ini ada harapan bayinya bisa lolos dari kegilaan Kronos. Namun, Rhea tidak boleh bersantai, waktunya melahirkan hampir dekat. Dia harus mengumpulkan pelayan-pelayan yang paling setia untuk menolongnya. Kali ini, dengan bantuan dari Gaea, Rhea sangat yakin dia bisa menyelamatkan bayinya.

Menjelang beberapa hari sebelum waktu melahirkan, Rhea meminta izin kepada suaminya untuk pergi ke Kreta.

“Suamiku,” panggil Rhea, “aku akan pergi ke Kreta. Aku akan melahirkan di sana.”

“Mengapa kamu harus melahirkan di sana? Mengapa tidak di istana seperti biasanya?” jawab Kronos.

“Tidak ada alasan. Aku hanya ingin pergi melahirkan di sana.”

“Baiklah, terserah kamu saja.”

Sebetulnya, Kronos tidak peduli di mana Rhea akan melahirkan. Yang dia pedulikan adalah bayi yang Rhea lahirkan—apakah bayi itu akan menggulingkan dia di masa depan atau tidak.

Zeus, Putra Keenam Rhea
dan Kronos

Rhea kemudian pergi ke Kreta. Di sana, Rhea disambut oleh sembilan nymph setempat yang diutus oleh Gaea. Mereka telah mempersiapkan sebuah gua di kaki gunung Ida sebagai tempat melahirkan untuk Rhea. Mereka memberikan air segar dan buah-buahan agar Rhea merasa nyaman.

Pada akhirnya, Rhea melahirkan putra keenamnya. Dia memberinya nama Zeus, yang berarti “hidup.” Nama itu adalah harapan Rhea untuk anaknya. Dia ingin bayi Zeus dapat hidup, tumbuh dewasa menjadi dewa yang gagah dan tampan.

Tentu Rhea terharu sekali. Dia meneteskan banyak sekali air mata sambil melihat wajah Zeus yang sedang digendongannya. Zeus tidak banyak menangis saat itu, dia terlihat damai berada di gendongan ibunya.

Tanah tiba-tiba bergetar pelan. Tidak jauh dari tempat Rhea berada, muncul sebongkah batu dari retakan di tanah. Batu itu tidak terlalu besar dan tidak terlalu berat, kira-kira seperti Zeus bayi. Rhea mengerti apa batu itu. Itu adalah pemberian Gaea untuk menggantikan Zeus. Sesuai tradisi, setelah seorang bayi dilahirkan, dia harus diserahkan kepada ayahnya untuk digendong. Namun, Rhea tidak akan menyerahkan Zeus, tetapi batu tersebutlah yang akan dia serahkan kepada Kronos.

Rhea tidak bisa berlama-lama di Kreta karena Kronos akan curiga. Dia lalu menitipkan Zeus kepada para nymph di sana yang dipimpin oleh Hagno. Para nymph tersebut bersumpah akan merawat dan melindungi Zeus dari Kronos.

Namun, tiba-tiba saja bayi Zeus menangis, mungkin dia dapat merasakan kegelisahan ibunya. Rhea khawatir tangisannya terdengar ke dunia hingga sampai ke telinga Kronos. “Oh tidak, tolong jangan menangis anak manis,” ucap Rhea. “Apakah kalian punya solusi untuk menutupi suara tangisnya?” tanya Rhea kepada para nymph.

Para Kouretes
Saat itu juga, tanah bergetar lagi. Di dekat mereka, terlahir sosok-sosok baru, dari tanah dan campuran darah Ouranos. Kelima sosok itu berwujud menyerupai manusia dengan tubuh besar dan berambut di sana-sini. Mereka mengenakan pakaian dari rambut, bulu, dan kulit. Masing-masing dari mereka membawa senjata tombak dan perisai. “KAMI ADALAH KOURETES,” ucap salah satu dari mereka.

“Mengapa kalian bicara dengan suara sekeras itu?” tanya Rhea

“SUARA KAMI MEMANG BEGITU.”

Para Kouretes (tunggal: Kourete) adalah roh-roh lereng gunung yang liar (spirits/daimones of wild mountain side). Mereka juga dikenal sebagai dewa-dewa lereng gunung yang liar, seni kerajinan logam pedesaan, gembala domba, perburuan, dan ternak lebah (Gods of wild mountainside, rustic metalworking, shepherd, hunting, and beekeeping). Mereka memiliki suara yang sangat keras agar dapat menutupi suara tangis bayi Zeus—itulah tugas mereka. Ketika bayi Zeus menangis, para Kouretes akan bernyanyi kencang-kencang dengan lagu tradisional mereka sambil menari dengan menepuk-nepuk tombak dan perisai mereka.

Kelima Kouretes lalu melakukan tari tradisional mereka dengan menepuk-nepuk tombak dan perisai, menimbulkan bunyi gaduh yang menutupi suara tangisan Zeus. Kemudian, entah mengapa, Zeus langsung berhenti menangis, sepertinya dia menyukai para Kouretes.

Kambing Amalthea
Setelah itu, Rhea juga mendatangkan kambing Amaltheia yang sakti untuk menyusui Zeus. Amaltheia sendiri diyakini sebagai seorang nymph—salah satu Oceanid, putri-putri Oceanus—berwujud kambing dalam beberapa versi cerita. Bahkan, Amaltheia dikenal sebagai ibu susu Zeus. Amaltheia dapat menghasilkan susu ajaib dengan berbagai variasi rasa yang keluar dari puting yang berbeda-beda. Di kemudian hari, setelah Amaltheia mati, Zeus menggunakan kulit kambingnya untuk membuat perisai Aegis sebagai bentuk penghormatan.

“Aku titipkan putraku kepada kalian,” kata Rhea kepada para nymph Gunung Ida, para Kouretes, dan Amaltheia. “Tolong lindungi dia dari Kronos. Aku akan sering menjenguk.”

Bayi Zeus bersama para nymph Gunung Ida

Kemudian, sekembaliya Rhea di istana, keadaan agak menegangkan. Rhea berjalan memasuki ruang singgasana sambil menggendong sebongkah batu tadi. Dia lalu menyerahkan batu tersebut kepada Kronos dengan mengatakan bahwa batu itulah anak mereka. “Rajaku, Kronos, ini adalah putramu dan aku. Namanya Lithos.” (Lithos berarti batu.)

Kronos tidak terlalu ambil pusing karena mempunyai anak berupa batu tidak mengherankan bagi kaum abadi sepertinya. Anak-anak mereka selalu dapat lahir dalam berbagai wujud. Maka selanjutnya, tanpa pikir dua kali, Kronos menelan batu tersebut bulat-bulat. Tentu saja itu membuatnya sakit lambung selama beberapa hari. Bahkan setelah menelannya, Kronos sejujurnya ingin memuntahkan batu yang dia telan tersebut. Dan omong-omong, kelak batu tersebut dinamakan Batu Omphalos.

Rhea lalu berakting dengan sangat meyakinkan. Dia menangis, meratap, dan meronta-ronta di hadapan Kronos. “Kau gila!”

“Berhenti menentangku, wanita!” balas Kronos. “Kau tahu aku tidak ingin terjadi perang antara aku dan anak-anakku.”

“Kau adalah suami dan ayah terburuk. Aku tidak mau lagi bersamamu!”

Rhea meninggalkan ruangan singgasana. Rencananya berhasil. Kronos tidak curiga tentang anak keenamnya. Pertama kalinya, Rhea dapat merasa lega mengetahui anaknya tidak dimakan. Meskipun begitu, Rhea tidak bisa lengah karena sewaktu-waktu mungkin Kronos menyadari bahwa anak keenamnya masih hidup.

Sejak hari itu, Rhea jarang ada di Istana Gunung Orthrys. Rhea menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bersama Zeus. Akan tetapi, Rhea tidak bisa selalu bersama Zeus karena takut membuat Kronos curiga. Selagi Rhea tidak ada di Gunung Ida, para nymph, Kouretes, dan Amaltheia menjaganya. Rhea akan melakukan apapun untuk membesarkan anaknya karena dialah satu-satunya harapan untuk menghentikan tirani Kronos.

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!

Komentar