A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Doctor Strange in the Multiverse of Madness: Film Superhero dengan Sentuhan Horor, tapi Kebanyakan Fan Service dan Plot yang Hambar

Identitas Film

Judul

:

Doctor Strange in the Multiverse of Madness

Sutradara

:

Sam Raimi

Produser

:

Kevin Feige

Tanggal rilis

:

5 Mei 2022 (Indonesia), 6 Mei 2022 (Amerika Serikat)

Rumah produksi

:

Marvel Studios

Penulis naskah

:

Michael Waldron

Durasi tayang

:

2 jam 6 menit

Pemeran

:

Benedict Cumberbatch, Elizabeth Olsen, Benedict Wong, Xochitl Gomez, Rachel McAdams

Genre

:

Superhero, dark fantasy, horor, petualangan, action, fiksi ilmiah

 

Sinopsis

Stephen Strange alias Doctor Strange (Benedict Cumberbatch) sedang menghadiri acara penikahan mantan kekasihnya, Christine Palmer (Rachel McAdams). Seakan hari itu belum cukup buruk, Strange melihat seorang anak perempuan yang sedang dikejar-kejar monster. Anehnya, itu adalah gadis yang muncul dalam mimpinya.

Strange lalu menolong gadis itu. Namanya adalah America Chavez (Xochitl Gomez). Menurut America, dia sedang dikejar sesosok iblis yang mengincar kekuatannya, yakni kekuatan untuk menjelajahi multisemesta (multiverse). Itu adalah kekuatan yang amat berbahaya karena dapat mengancam realitas berbagai semesta, maka akan sangat buruk jika kekuatan itu jatuh ke tangan sosok iblis tersebut.

Demi melindungi America dan keteraturan di multisemesta, Doctor Strange meminta bantuan Wanda Maximoff (Elizabeth Olsen). Akan tetapi, keadaan telah berubah menjadi sangat buruk dan multisemesta pun sedang terancam.

 

Kelebihan

Doctor Strange in the Multiverse of Madness adalah film Marvel Cinematic Universe (MCU) yang menarik sekali. Sam Raimi, sebagai sutradaranya, dengan ciamik berhasil memasukkan elemen-elemen horor ke dalam film ini. Unsur horor tersebut tidak terasa berlebihan ataupun dipaksakan—mungkin karena superhero-nya adalah penyihir. Audio dan scoring-nya pun mendukung sekali untuk meningkatakan suasana horornya. Itulah yang memuat film ini tidak sama dengan film-film superhero pada umumnya.

Kemudian, sosok yang sangat memukau dalam film ini bagiku ialah Wanda alias Scarlet Witch. Setelah tampil bagus di serial “WandaVision” (baca reviunya di sini), Elizabeth Olsen sebagai Wanda Maximoff kembali memukau dengan aktingnya. Penampilannya di film ini begitu mengesankan, dan menyeramkan. Penampilannya yang tampak seperti penyihir gila berhasil membuat penonton tegang. Adegan-adegan jump scare-nya juga keren dan ditempatkan dengan tepat. Salah satu iconic line-nya di film ini yang paling kusuka adalah ini: “You break the rules and become a hero. I do it and I become the enemy. That doesn’t seem fair.”

Selain itu, sosok Wanda juga menarik karena dikembangkan lebih lanjut dari yang sudah ada di serial “WandaVision.” Makanya, sebaiknya sebelum menonton ini, kalian harus sudah menonton “WandaVision” lebih dulu agar dapat memahami duka Wanda. Kalau kalian sudah menontonnya, kalian dapat mengerti alasan Wanda melakukan itu semua. Kalian dapat mengerti segala kesedihan dan pengorbanan yang sudah Wanda lakukan. Itulah mengapa aku pikir, Wanda was being reasonable. Namun, tetap saja bukan berarti itu dapat menjustifikasi perbuatannya ya.

Sementara itu, Doctor Strange juga tampil sama memukaunya. Meskipun secara pendalaman karakter dia masih kalah oleh Wanda; secara aksi dia sangat keren. Di film ini, aksi Doctor Strange terasa lebih imajinatif. Sejak awal, sejak dia bertarung dengan monster bermata satu, Doctor Strange sudah menampilkan mantra-mantra baru. Adegan pertarungannya dengan dirinya yang versi jahat dari semeseta lain juga menarik banget. Dia bertarung menggunakan not-not musik dan diiringi audio yang merupakan ekspresi dari not-not tersebut—itu unik sekali.

Yang paling keren menurutku ialah ketika dia menggunakan roh-roh terkutuk untuk menjadi sayapnya. Itu melampaui imajinasi dan ekspektasiku terhadap film ini. Aku tidak menyangka film superhero MCU bisa seperti ini, karena biasanya film-film MCU banyak menunjukkan superhero dengan alat-alat canggih. Itu mengingatkanku pada serial “Chilling Adventures of Sabrina”. Pertarungan sihir di film superhero ini bahkan lebih asik untuk diikuti dibanding pertarungan sihir di film “Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore” (2022) yang notabene adalah film penyihir.

Oh iya, selain Wanda dan Doctor Strange, film ini juga menampilkan sosok iconic baru, yang merupakan tokoh baru dalam MCU, yakni America Chavez. Dia juga menjadi pusat dalam cerita film ini. Meskipun perannya tidak terlalu banyak, America tetaplah tokoh yang menarik. Kekuatannya untuk menjelajahi multisemesta dapat menjadi kunci untuk memperluas jagat MCU. Karakternya masih penuh potensi sehingga cukup menjanjikan untuk film-film selanjutnya. Bahkan, banyak penggemar yang sudah menduga-duga America akan tergabung dalam Young Avengers (meskipun itu rumor).

Kemudian, kalau dari segi teknis, aku suka sekali visual film ini. Mengusung tema multisemesta bukanlah hal mudah, tetapi Doctor Strange in the Multiverse of Madness dapat mengeksekusikannya dengan cukup baik dari segi visual. Film ini mampu menampilkan multisemesta dengan sangat keren. Film ini pun berhasil memperlihatkan pertarungan penyihir dengan visual yang apik. Misalnya, ketika Scarlet Witch bertarung dengan pasukan penyihir di Kamar-Taj. Itu makin membuat film Doctor Strange in the Multiverse of Madness ini patut diapresiasi karena imajinasinya yang totalitas.


Kelemahan

Yang menurutku agak mengecewakan dari film ini adalah storyline-nya yang rupanya terlalu sederhana. Premis ceritanya hanya tentang Doctor Strange melindungi America Chavez dari iblis yang mengejarnya. Itu terlalu biasa, bahkan seperti bukan cerita yang lengkap. Makanya menurutku, film ini seperti bagian kedua dari “WandaVision.” Ditambah lagi, aku merasa alur film ini begitu diburu-buru. Itu membuat alur ceritanya agak sulit untuk diikuti.

Kemudian, konsep multisemesta di film ini seperti masih tidak jelas ingin dijadikan seperti apa ke depannya. Sebelumnya, multisemesta di MCU sudah ada di serial “Loki” (2021), serial“What if…?” (2021), dan film “Spider-Man: No Way Home” (2021). Multisemesta di semua tontonan itu sudah memiliki konsepnya sendiri, lalu ditambah lagi dengan multisemesta di Doctor Strange in the Multiverse of Madness ini.

Akan tetapi, bukannya menjadi benang merah dari konsep-konsep multisemesta di ketiga tontonan tersebut, Doctor Strange in the Multiverse of Madness justru menambah lagi yang baru. Aku pikir akan lebih baik jika, misalkan, di film ini muncul petugas-petugas TVA (tonton “Loki”) ketika Doctor Strange dan America melintasi multisemesta. Atau mungkin film ini sebaiknya memunculkan tokoh-tokoh yang ada di serial “What if…?” (Ya, memang ada tokoh seperti Captain Carter, tetapi itu Captain Carter yang yang berbeda dari yang ada di “What if…?”)

Di samping itu, film ini juga tidak memperdalam konsep multisemesta itu sendiri. Itu berbeda sekali dengan konsep multisemesta di “Loki” yang dijelaskan dengan detail dan begitu ditekankan kepentingannya. Namun, aku tidak merasakan itu di film ini. Salah satu yang membuatku bingung itu adalah mengapa setiap America berpindah semesta, dia selalu tiba di bangunan yang sama. Hal-hal seperti itu akan membuat penonton kebingungan untuk memahami isi cerita.

Yang paling mengecewakan di film ini adalah The Illuminati yang berasal dari semesta lain. Kemunculan mereka di film ini hanya sekadar fan service.[1] Padahal, mereka adalah sekelompok pahlawan super yang sangat jago, tetapi mereka kalah oleh Wanda dengan sangat mudah. Itu sungguh mengecewakan.

Ditambah lagi, mereka juga tidak membantu Doctor Strange, apalagi si Baron Mordo (Chiwetel Ejiofor). Dia bahkan tidak membantu sama sekali, ataupun memberikan pertarungan yang berarti untuk Doctor Strange. Perannya dan The Illuminati lainnya hanya untuk meramaikan cerita, tetapi tidak penting untuk cerita.


Kesimpulan

Doctor Strange in the Multiverse of Madness merupakan film superhero MCU yang sangat berbeda dari film-film sebelumnya. Film ini memiliki elemen horor yang dapat membuat penonton merasa tegang dan takut, serta vibes film superhero dan film penyihir yang begitu imajinatif. Namun sayang, premis ceritanya terlalu sederhana dan terlalu banyak fan service yang tidak perlu. Meskipun begitu, dengan dilengkapi audio visual yang bagus, Doctor Strange in the Multiverse of Madness dapat menjadi tontonan yang menghibur bagi kalian. Aku memberi skor 8,2/10. Pokoknya, kalian jangan berekspektasi tinggi-tinggi terhadap film ini ya.

Kalian dapat menonton Doctor Strange in the Multiverse of Madness di Disney+ Hotstar. Tonton trailer-nya di sini ya.

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!



[1] Fan service adalah material dalam sebuah karya fiksi atau serial fiksi yang secara intensional ditambahkan untuk menarik audien (sumber: Wikipedia).

Komentar