Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1] (2017) yang lalu menjadi buku best-...
Belle: Adaptasi Kontemporer Beauty and the Beast yang Indah dengan Elemen Modern
Di dunia dengan teknologi yang makin canggih, ada
aplikasi yang dapat orang-orang gunakan untuk masuk ke dunia virtual bernama U
(baca: Yu). Di U, orang-rang dapat menjadi apapun yang mereka inginkan. Di U,
orang-orang dapat menjadi diri mereka yang baru dengan mengatur sendiri avatar[1]
mereka. Di U, orang-orang dapat mengaktualisasikan potensi diri mereka.
Maka dari itu, banyak orang menggunakan aplikasi
U, termasuk Naito Suzu (Nakamura Kaho). Suzu mulanya adalah gadis periang saat
masih kecil, tetapi setelah kepergian ibunya, Suzu menjadi sosok yang pendiam
dan menutup diri dari orang-orang, termasuk ayahnya. Dia tidak lagi dapat
bernyanyi, walaupun itu adalah hobinya. Namun di dunia U, Suzu dapat menjadi
dirinya dan bernyanyi sepuasnya dengan identitas baru bernama Belle. Kemudian, avatarnya
yang bernama Belle tersebut dengan cepat menjadi sangat terkenal di U. Suzu
sebagai Belle bagaikan selebritas.
Ketika dia sedang mengadakan konser di U, ada
penyusup, yang merupakan seorang buronan, muncul di konsernya. Penyusup buronan
tersebut bernama Ryuu (Satoh Takeru). Ryuu adalah avatar yang telah mengusik
ketenteraman dunia U sehingga membuatnya menjadi buronan. Meskipun begitu, saat
melihatnya pertama kali, Suzu penasaran pada sosok Ryuu. Siapakah sebenarnya
Ryuu dan apa yang terjadi padanya?
Kelebihan
Belle adalah film anime yang terinspirasi dongeng Eropa “Bauty and the Beast”, dongeng yang
begitu populer dan telah banyak diadaptasi. Judul versi bahasa Jepangnya adalah
“Ryū to Sobakasu no Hime”, yang
berarti “The Dragon and the Freckled
Princess” Yang membuatku terkagum-kagum
pada film ini adalah caranya mengadaptasi kisah “Beauty and the Beast” menjadi berlatar dunia modern dengan
perkembangan teknologi virtual reality.
Itu sama sekali tidak pernah terpikirkan olehku. Keren banget pokoknya!
Belle adalah adaptasi kontemporer dari “Beauty and the Beast.” Namun, jalan ceritanya bukan lagi tetang
romantisme antara perempuan cantik dengan pria yang dikutuk menjadi monster,
tetapi tentang usaha untuk berani menjadi diri sendiri dan mengatasi rasa
takut. Salah satu fokus ceritanya tentang kesehatan mental. Maka dari itu, film
ini tidak hanya terasa indah, tetapi juga lekat dengan kita.
Salah satu insight
menarik yang diangkat film ini adalah tentang anonimitas. Di dunia maya
tempat kita dapat membuat identitas baru tanpa ketahuan orang lain di dunia
nyata, kita bisa berbuat seenaknya, bicara seenaknya karena tak ada yang mengenali
kita. Dalam film ini, itu terlihat ketika orang-orang berkomentar buruk
terhadap Belle di dunia U. Oleh karena itu, dalam film ini, (spoiler alert) hukuman bagi orang yang
mengganggu ketentraman dunia U adalah diungkap identitasnya, atau istilahnya unveil.
Namun di sisi lain, anonimitas tidak hanya berakibat buruk. Anonimitas juga
bisa memungkinkan orang-orang seperti Suzu yang pemalu di dunia nyata untuk
dapat berekspresi, menjadi dirinya.
Di samping itu, (spoiler alert) Belle juga
menyinggung tentang kekerasan terhadap anak. Aku tidak menduga sama sekali
cerita “Beauty and the Beast” bisa
jadi seperti itu. Bahkan, itu salah satu isu utama dalam film ini, dan bukan
soal “Beauty and the Beast”-nya. Itu
sebabnya film ini memiliki alur yang tidak terduga, tapi tetap menyenangkan
untuk disimak.
Aku juga suka tokoh-tokoh dalam film ini. Mereka
semua unik dengan karkaternya masing-masing. Ada Betsuyaku “Hiro” Hiroka (Ikuta
Lilas) yang begitu semangat dan ekspresif, Chikami “Kamishin” Shinjiro (Sometani
Shouta) yang agak kikuk dan begitu menyukai hobinya mendayung kano, Watanabe
Ruka (Tamashiro Tina) yang cantik dan ramah, dan Hisatake Shinobu (Narita Ryou)
yang cool dan perhatian.
Namun, yang paling menarik adalah karakternya
Suzu. Cara film ini pelan-pelan menceritakan kisah hidup Suzu mulai dari dia
kecil, kehilangan ibunya, hingga Suzu yang sekarang itu rapih dan
menyentuh—membuat kita bisa mengerti keadaannya. Kemudian, aku suka melihatnya
yang perlahan-lahan berubah menjadi versi dirinya yang lebih baik, (spoiler alert) seperti membuka dirinya
pada Ruka dan menolong Ryuu.
Selanjutnya, dari segi animasinya, itu keren
banget. Aku suka cara film ini membedakan desain animasi untuk dunia nyata dan
dunia U-nya. Di dunia U, animasinya lebih 3D, sedangkan desain animasi untuk
dunia nyatanya tampak lebih sederhana, lebih 2D. Kemudian, kalau kalian
perhatikan, desain latar dunia nyatanya tampak lebih realistis, sementara
desain tokoh-tokoh dan objek yang dijadikan fokus dibuat lebih sederhana lagi
dengan shading yang minimum. Maka
dari itu, film ini memiliki visual yang begitu indah dan dapat memanjakan mata
kalian.
Selain itu, karena ini adalah film musikal,
lagu-lagu dan scoring-nya
juga bagus. Lagu-lagunya Belle unik sekali dan enak didengar. Lagu-lagunya juga
ekspresif banget, sesuai dengan suasana adegannya. Apalagi, penempatan scoring-nya juga tepat. Salah satu lagu
yang kusuka dari film ini adalah “U” oleh millennium
parade, Belle dan “A Million Miles Away” oleh Belle.Ditamah
lagi, Nakamura Kaho, pengisi suara Suzu/Belle, juga adalah seorang penyanyi,
maka pasti kualitas lagunya terjamin oke.
Berikutnya, adegan favoritku di film ini adalah
ketika Belle/Suzu menyanyikan lagu “A
Million Miles Away” di akhir film. Adegan tersebut sangat indah. Audio visual di adegan tersebut begitu memukau. Aku
sampai ternganga saat menontonnya karena terlalu memukau.
Kelemahan
Hal yang aku rasa kurang dari film ini adalah
hubungan antara Suzu dengan teman-temannya. Aku merasa hubungan mereka underdeveloped, kecuali hubungan Suzu
dengan Hiro dan Ruka. Sementara itu, hubungan Suzu dan Kamishin, misalnya, itu
agak tidak jelas. Bahkan, kita juga tidak tahu apakah mereka di sekolah
berteman atau tidak. Kemudian, hubungannya dengan Shinobu juga terasa tanggung—seperti
tidak sampai selesai. Walaupun itu bukan poin fokus film ini, tapi aku rasa
porsi cerita tentang itu bisa diperbanyak sedikit lagi.
Kemudian, bagian lain yang kurang aku suka adalah
(spoiler alert)ketika Suzu dan Hiro mencari tahu identitas si Ryuu layaknya
detektif. Aku merasa bagian tersebut terlalu cepat. Aku merasa adgan tersebut
berlalu cepat sekali dan sedikit membingungkan. Aku agak sulit untuk mengikuti
proses penyelidikannya Hiro dan Suzu.
Selain itu, kalau diperhatikan, teknologi yang
digunakan untuk masuk ke dunia U di film ini agak tidak jelas. Kalau kita
bandingkan dengan serial “Sword Art
Online”, di anime tersebut kita diberi tahu alat yang digunakan, yaitu NerveGear.
Namun di film ini, itu tidak terlihat. Teknologi yang digunakan pun tampak
seperti wireless earphone biasa. Kita
juga tidak dijelaskan bagaimana caranya orang-orang masuk ke dunia U. Memang,
itu bukan sesuatu yang memengaruhi plot utama cerita, tetapi akan lebih baik
kalau itu ada.
Kesimpulan
Belle merupakan film adaptasi kontemporer dari dongeng “Beauty and the Beast.” Film ini
memiliki tema dan alur cerita yang menarik sekali, bahkan mengandung dengan insight tentang etika di dunia maya. Ditambah
lagi, film ini memiliki audio visual yang luar biasa indah. Memang, ada
beberapa kelemahan dalam film ini, tetapi itu tidak mengurangi kesan film ini
yang bagaikan dongeng tapi dengan latar dunia modern. Oleh karena itu, aku beri
skor 8,5/10 untuk Belle.
Kalian dapat menonton Belle di Netflix. Kalau kalian penasaran dengan filmnya, cek aja trailer-nya di sini!
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
[1]
Gambar tiga dimensi yang digunakan untuk menggambarkan seseorang dalam dunia
maya (sumber: KBBI).
Komentar
Posting Komentar