Identitas Buku
Judul
|
:
|
SagaraS
|
Penulis
|
:
|
Tere Liye
|
Penerbit
|
:
|
PT Sabak Grip Nusantara
|
Tahun terbit
|
:
|
2022
|
Cetakan
|
:
|
I
|
Tebal
|
:
|
384 halaman
|
Harga
|
:
|
Rp89.000,-
|
ISBN
|
:
|
9786239726256
|
Genre
|
:
|
Petualangan, fantasi ilmiah, isekai, coming of age, drama
|
Tentang Penulis
Tere Liye adalah seorang penulis novel ternama dari
Indonesia. Dia lahir di pedalaman Sumatera pada tanggal 21 Mei 1979. Dia adalah
lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Tere
Liye sudah menciptakan banyak karya bestseller,
seperti Hafalan Shalat Delisa (2005),
Moga Bunda Disayang Allah (2005), Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (2010),
dan Pulang (2015). Novel SagaraS sendiri adalah novel ketiga belas dari serial Petualangan Dunia Paralel, menyusul Bumi (2014), Bulan
(2015), Matahari (2016), Bintang (2017), Ceros dan Batozar (2018), Komet
(2018), Komet Minor (2019), Selena (2020), Nebula (2020), Lumpu
(2021), Si Putih (2021), dan Bibi Gill (2022).
Sinopsis
Si
biang kerok itu, Ali, lagi-lagi tidak masuk sekolah. Kepala sekolah sampai
meminta Raib dan Seli untuk mengantarkan surat dari sekolah kepadanya. Namun,
saat Raib dan Seli datang ke rumahnya untuk memberikan surat itu, Ali tidak mau
ditemui. Dia sibuk di basemen rumahnya dan tak ingin diganggu.
Beberapa
hari kemudian, Batozar alias Master B muncul di sekolah mereka. Itu pasti
situasi darurat. Benar saja, rupanya Ali menghilang dan telah mencuri catatan
perjalanan lama Master B. Ali pergi mencari tempat yang sangat sulit ditemukan,
SagaraS. Tempat tersebut begitu berbahaya dan sulit dimasuki, bahkan oleh
Batozar sang Penjagal sekalipun.
Namun,
Ali sudah membulatkan tekad untuk menemukan tempat itu. Dia sangat putus asa
untuk menemukan jawaban yang selama ini dia cari. Jawaban tentang identitas
orang tuanya. Dia yakin SagaraS menyimpan semua jawaban yang dia inginkan. Akankah
Ali menemukan SagaraS dan jawaban yang selama ini dia cari?
Kelebihan
Ketika membaca SagaraS, aku merasa Tere Liye telah
berhasil mengalahkan dirinya sendiri. Buku SagaraS
terasa lebih bagus daripada beberapa buku “Petualangan Dunia Paralel”
sebelumnya, termasuk “Komet Minor” (2019). Sebenarnya, SagaraS kurang lebih mirip dengan “Lumpu” (2021), tetapi buku ini
bisa menjadi seru dengan caranya sendiri. Salut untuk Tere Liye.
Berbeda dengan “Bibi Gill”
(2022), SagaraS memiliki suasana
petualangan yang seru dan mendebarkan. Aku langsung merasa deg-degan sejak
Batozar muncul di sekolah Raib dan Seli. Mulai dari situ, ketegangan dan excitement cerita terus bertambah.
Terutama ketika (spoiler alert) Raib,
Seli, Ali, dan Batozar bertarung mati-matian melawan badai laut. Itu seru
sekali!
Kemudian, di buku ini, pembaca
juga bisa merasakan perkembangan karakter dan kekuatan Raib, Seli, dan Ali. Ada
banyak adegan pertarungan di buku ini. Dari pertarungan-pertarungan tersebut,
pembaca dapat melihat seberapa kuat ketiga sahabat itu sekarang. Ketiga sahabat
itu, dan juga Batozar, menunjukkan teknik-teknik bertarung baru yang mereka
kuasai. Yang menarik adalah aku bukan hanya melihat perkembangan kekuatan serta
teknik baru mereka saat bertarung, tetapi juga perkembangan kepercayaan diri
dan tekad mereka. Raib, Seli, dan Ali tampak lebih optimistis dan bersemangat
saat bertarung, tidak ada rasa putus asa dan ragu.
Selanjutnya, aku suka banget
melihat persahabatan Raib, Seli, dan Ali di sini. Mereka memikirkan satu sama
lain, serta dapat mengerti perasaan satu sama lain. Meskipun Ali sudah sangat
nekat pergi mencari SagaraS seorang diri, tanpa memberi tahu Raib dan Seli,
mereka berdua tidak marah padanya. Mereka—terutama Raib—justru dapat mengerti
perasaan Ali. Mereka bahkan mendukung Ali. Itu persahabatan yang begitu indah.
Oh iya, Master B juga sweet banget
loh, hahaha.
Berikutnya, sesuai dengan tujuan
buku ini, akhirnya pembaca bisa tahu siapa orang tua Ali, setelah selama ini
tidak pernah muncul. Aku tidak akan membocorkan apapun soal itu, biarlah kalian
membacanya sendiri. Namun, aku mau memberi tahu bahwa kisah orang tua Ali penuh
dengan drama yang membuat tangis. Sedikit petunjuk, kisah orang tua Ali
mengambil referensi dari cerita The
Little Mermaid—itu menarik. Namun, sebagaimana cerita The Little Mermaid, cerita orang tua Ali juga memiliki tragedinya
sendiri yang membuat haru. Kalian mungkin akan tersenyum lebar dan barangkali
sambil menangis saat tiba di akhir cerita, seperti kata blurb di
sampul belakang buku ini.
Di samping itu semua, SagaraS memberikan fakta-fakta menarik
lain tentang dunia paralel. Sejauh ini, sejarah paling tua dari dunia paralel
yang kita sama-sama tahu ialah ekspedisi besar-besaran Klan Aldebaran. Namun,
dalam SagaraS, disebutkan sejarah
yang lebih tua lagi dibandingkan itu. Bahkan, (spoiler alert) di buku ini juga disinggung tentang keanehan
ekspedisi Klan Aldebaran tersebut. Tentu saja itu menarik sekali, juga
memancing rasa penasaran terhadap buku “Aldebaran” yang sudah direncanakan itu.
Aku pribadi makin tidak sabar menunggu buku “Aldebaran” terbit.
Terakhir, aku sangat menyukai
desain sampulnya. Seperti buku “Bibi Gill”, aku menyukai desain sampul SagaraS versi Sabak Grip ini. Desain
versi Sabak Grip tampak lebih hidup dan fun.
Ilustratornya telah melakukan kerja sangat bagus!
Kelemahan
Walaupun sensasi petualangan buku
ini terasa seru, (spoiler alert)
sayangnya pembaca tidak dapat kesempatan untuk melihat peradaban SagaraS. Buku
ini hanya fokus pada usaha Raib, Seli, Ali, dan Batozar untuk menembus gerbang
dan pertahanan SagaraS, tetapi tidak ada tentang mereka menjelajahi SagaraS. Pembaca
hanya “melihat” SagaraS dari cerita-cerita yang dinarasikan buku, tidak
“melihat” langsung. Padahal akan sangat menyenangkan bila Raib, Seli, Ali, dan
Batozar bisa berkeliling SagaraS.
Kemudian, aku merasa akhir
cerita SagaraS itu tanggung, terlalu
cepat selesai. Padahal, buku “Bibi Gill” dan “Si Putih” (2021)—dua buku
sebelumnya—bisa memiliki akhir cerita yang proper,
tetapi SagaraS tidak. Cerita berakhir
ketika (spoiler alert) Ali belum
sempat mengucapkan satu kata pun untuk orang tuanya dan itu sangat menyebalkan,
meskipun mengharukan juga. Tere Liye seharusnya paling tidak memberikan
kesempatan kepada Ali dan orang tuanya untuk bercakap-cakap, bertukar cerita.
Aku yakin itu akan membuat buku ini semakin menyentuh hati.
Kelamahan terakhir buku ini
adalah masalah pengetikan. Aku menemukan beberapa typo atau salah ketik di
dalamnya, seperti pada halaman 213. Kemudian, ada beberapa kalimat langsung
yang tidak menggunakan tanda petik (“…”). Itu agak membuat bingung pembaca
karena kalimat tersebut bisa dikira kalimat tidak langsung. Padahal, aku tidak
mendapati salah ketik semacam itu di “Bibi Gill” yang juga diterbitkan oleh
Sabak Grip.
Kesimpulan
SagaraS adalah
cerita petualangan yang begitu seru dan mendebarkan. Tidak hanya menyajikan
petualangan, buku ini dipenuhi pertarungan epik yang menjadikannya page-turning.
Selain itu, buku ini dipenuhi persahabatan yang terasa hangat dan drama yang
memancing tangis haru. Juga menibulkan rasa penasaran lebih besar terhadap
buku-buku selanjutnya. Meskipun kita tidak sempat melihat-lihat SagaraS, buku
ini tetaplah menyenangkan. Aku memberikan skor 9/10 untuk SagaraS.
Terakhir, aku harap Tere Liye
cukup berbaik hati untuk segera mempertemukan Raib dengan Tazk dan Si Putih
dengan N-ou, seperti mempertemukan Ali dengan orang tuanya.
Sebelumnya (Bibi Gill)
Selanjutnya (Matahari Minor)
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Sebuah buku yang sangat menarik, menyenangkan, dan mendebarkan, biasanya sebuah
novel (sumber: The Free Dictionary).
Komentar
Posting Komentar