Identitas Buku
Judul
|
:
|
Keajaiban Toko Kelontong Namiya
|
Penulis
|
:
|
Keigo Higashino
|
Penerjemah
|
:
|
Faira Ammadea
|
Penyunting
|
:
|
Pandam Kuntaswari
|
Penerbit
|
:
|
PT Gramedia Pustaka Utama
|
Tahun terbit
|
:
|
2020
|
Cetakan
|
:
|
VI
|
Tebal
|
:
|
400 halaman
|
Harga
|
:
|
Rp130.000,-
|
ISBN
|
:
|
9786020648293
|
Genre
|
:
|
Drama, low fantasy, fantasi kontemporer, misteri
|
Tentang
Penulis
Keigo
Higashino adalah penulis yang lahir di Jepang pada 4 Februari 1958. Dia adalah
lulusan Fakultas Teknik di Osaka Prefecture University. Sebelum jadi penulis,
dia bekerja sebagai insinyur. Dia memulai karir menulisnya dengan menulis novel
sewaktu dia menjadi insinyur. Kesuksesannya sebagai penulis membuatnya
memutuskan untuk berhenti sebagai insinyur dan fokus pada karir menulisnya.
Karya-karya
Keigo Higashino sudah dijual dan diterjemahkan ke berbagai negara. Dia terkenal
berkat novel-novel misterinya, seperti “Malice”
(1996) dan “Black Showman dan
Pembunuhan di Kota Tak Bernama.” Selain novel misteri, Keigo Higashino juga
menulis novel-novel terkenal dari genre lain, seperti “Keajaiban Toko Kelonton Namiya” (2012) yang bergenre drama dan
fantasi.
Sebagai
seorang penulis, Keigo Highashino telah meraih banyak penghargaan. Dia meraih
penghargaan Naoki Prize untuk Novel Terbaik atas bukunya “The Devotion of Suspect X” (2005). Dia juga pernah meraih
penghargaan Japan Mystery Writer Association Award atas bukunya Himitsu (1998) di tahun 1999. Selain
itu, dia pernah meraih penghargaan Edogawa Rampo Prize, sebuah award tahunan untuk novel misteri di
Jepang, atas bukunya “Hōkago” (1985).
Sinopsis
Tiga
orang pemuda: Atsuya, Shota, dan Kohei sedang melarikan diri setelah mencuri. Mobil
yang mereka gunakan untuk kabur mogok, maka mereka terpaksa bersembunyi di
sebuah rumah tua tak berpenghuni. Dari penampilannya, rumah tersebut juga
digunakan sebagai toko kelontong—Toko Kelontong Namiya namanya.
Tidak
ada yang tampak istimewa dari rumah tersebut, tetapi tetap ada yang janggal.
Kemudian, tiba-tiba ada sepucuk surat misterius dimasukkan ke rumah itu. Sepucuk
surat anonim itu untuk Toko Kelontong Namiya yang berisi curhat. Itu bukan
surat biasa karena surat itu akan membawa ketiga pemuda tersebut melintasi
waktu dan membuat keajaiban.
Kelebihan
Keajaiban Toko Kelontong Namiya mempunyai ide cerita yang unik. Ide ceritanya yang ada unsur
surat-menyurat mengingatkanku pada manga/anime “Orange” dan novel ringan/anime
“Violet Evergarden.” Sama seperti
kedua cerita tersebut, Keajaiban Toko
Kelontong Namiya juga fokus pada emosi masing-masing tokoh. Para tokoh
mencurahkan kegalauan dan perasaan mereka melalui surat dan isi surat-surat
tersebut merupakan salah satu bagian yang menyentuh dari buku ini.
Oh
iya, buku ini terbagi menjadi lima bab dan setiap bab menceritakan satu kasus
yang berbeda. Setiap kasus menceritakan satu tokoh pendukung dengan masalah
mereka sendiri-sendiri yang dikonsultasikan kepada Toko Kelontong Namiya. Yang
aku suka ialah setiap kasus mempunyai masalah yang sama menariknya. Eh, bahkan
sebenarnya, setiap kasus di buku ini lebih menarik daripada kasus
sebelumnya—jadi ada kesan bertumbuh. Itu menjadikan cerita di buku ini begitu page-turning.
Bagiku
pribadi, kasus yang paling aku suka adalah kasusnya si Musisi Toko Ikan. Aku
tidak menyangka cerita dia akan berakhir seperti itu. Selesai membacanya, mataku
berkaca-kaca dan speechless. Kasus
yang lain juga menarik dan emosional, tetapi tidak ada yang seberkesan cerita
si Musisi Toko Ikan.
Selain
itu, cerita dalam buku ini tidak hanya disajikan dari perspektif satu tokoh, melainkan
semua tokoh. Pembaca jadi dapat mengerti sudut pandang masing-masing tokoh atas
kasus yang sedang diceritakan. Secara tidak langsung, buku ini mengajak kita
untuk mengerti masalah orang tidak hanya dari sudut pandang sendiri sebagai
pengamat atau teman curhat, tetapi dari sudut pandang orang yang mengalami
masalahnya.
Namun,
yang membuatku paling amazed adalah bagaimana
Keigo Higashino menyatukan semua kasus. Awalnya, aku pikir setiap kasus itu
terpisah, seperti di “Violet Evergargen”,
tetapi ternyata setiap kasus memiliki keterhubungan. Keigo Higashino berhasil
merangkai perjalanan setiap tokoh sedemikian rupa sehingga keterhubungan cerita
mereka tidak terkesan “bertabrakan.” Semua orang di dalam buku ini seperti ada
di jaring laba-laba yang sama, saling terhubung dan memengaruhi—mengingatkanku
pada “Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh”
(2000) karya Dee Lestari.
Awalnya
aku merasa bosan karena ada unsur yang repetitif di setiap kasus, (spoiler alert) yaitu Rumah Perlindungan Anak Taman Marumatsu. Hal itu membuat
cerita buku ini mudah ditebak. Waktu aku membaca, aku berpikir “apa ini akan
ada hubungannya dengan Taman Marumatsu?” dan rupanya iya. Namun, ternyata nanti
akan dijelaskan hubungannya Taman Marumatsu dengan Toko Kelontong Namiya. Itu
menarik sekali, actually. Aku rasa
judul buku ini bisa diubah menjadi “Keajaiban Toko Kelontong Namiya dan Rumah
Perlindungan Anak Taman Muramatsu.”
Di
samping itu, bahasa yang digunakan Keigo Higashino mudah sekali dipahami dan
ringan. Dia menuturkan cerita dengan teratur dan fokus, tidak ada
peristiwa-peristiwa yang tidak penting. Detail-detail sederhana dalam cerita
ini pun ternyata akan berpengaruh dan muncul lagi nantinya, termasuk muncul di
kasus yang lain. Deskripsi detailnya jadi terasa tidak sia-sia.
Kemudian,
aku pikir, orang-orang yang suka dijadikan teman curhat harus membaca buku ini.
Mungkin kalian ragu apakah masukan atau nasihat kalian berguna bagi teman-teman
kalian atau tidak. Namun, dari buku ini aku belajar bahwa tidak masalah apakah
masukan dan nasihat kalian berguna atau tidak, apakah teman kalian mengikuti
nasihat kalian atau tidak, karena itu semua kembali lagi pada orang tersebut
sebagai pembuat keputusan. Namun, kebersediaan kalian untuk mendengar curhat
mereka dan effort kalian untuk
merespons dengan sungguh-sungguh sudah bagus sekali. Kalian tidak harus menjadi
pembuka pintu keluar bagi masalah teman-teman kalian, kalian cukup jadi
penuntun jalan yang bersedia mendengar dan merespons.
Aku
pun kagum dengan sosok Namiya-san, si pemilik Toko Kelontong Namiya. Dia tidak
pernah meremehkan masalah orang-orang yang berkonsultasi kepadanya. Dia juga
tidak menghakimi orang-orang itu, apapun masalah mereka dan seremeh apapun
masalah mereka. Seharusnya, kita bisa meniru Namiya-san yang tidak meremehkan
masalah orang lain dan justru menanggapinya dengan serius karena masalah setiap
orang berbeda-beda. Masalah sepele bagi satu orang bisa jadi masalah besar bagi
orang lain—yang dibutuhkan untuk mengerti itu adalah simpati.
Kelemahan
Yang
terasa kurang dari cerita ini adalah akhirnya. Aku merasa akhir buku ini masih
belum selesai, masih ada sesuatu yang seharusnya bisa diceritakan. Di
penghujung cerita, kita tahu bahwa (spoiler
alert) Taman Marumatsu sedang
mengalami masalah manajerial dan salah satu tokoh di buku ini, yakni Harumi
hendak menyelesaikan itu. Namun, cerita berakhir tanpa menceritakan
penyelesaian masalah tersebut.
 |
Sampul "Keajaiban Toko Kelontong Namiya" versi negara lain |
Kemudian,
seharusnya ada sedikit cerita tentang perkembangan karakter Atsuya, Shota, dan
Kohei di akhir cerita. Cerita berakhir begitu saja (spoiler alert) setelah mereka keluar dari Toko Kelontong Namiya di
pagi hari. Aku berharap setelah itu, ada adegan mereka bertiga membebaskan
Harumi dan meminta maaf agar terlihat perkembangan karakter mereka. Sayangnya,
itu tidak ada.
Berikutnya,
ini adalah kekurangan yang sepele, yaitu ketiadaan ilustrasi Toko Kelontong
Namiya itu sendiri. Aku melihat sampul novel Keajaiban Toko Kelontong Namiya versi negara lain (tapi aku tidak
tahu apakah itu versi di Jepang atau bukan) yang menggambarkan ilustrasi Toko
Kelontong Namiya. Gambar tersebut mempermudah pembaca untuk menggambarkan toko
tersebut dalam imajinasinya. Ilustrasi toko tersebut tidak harus ditaruh di
sampul—karena sampul yang versi bahasa Indonesia ini sudah bagus menurutku.
Ilustrasi tersebut dapat ditaruh di dalam buku di halaman sebelum masuk
bab pertama.
Kesimpulan
Keajaiban Toko Kelontong Namiya merupakan novel asal Jepang yang sangat menyentuh hati.
Dengan gaya penulisan yang ringan, cerita yang penuh emosi dari berbagai
perspektif ini jadi mudah dinikmati. Ceritanya pun dipenuhi keajaiban, sesuai
judulnya, sehingga kalian tidak akan menduga apa yang akan terjadi pada setiap
tokoh serta bagaimana kisah mereka berakhir. Yang kurang mungkin adalah akhir
ceritanya, tetapi itu sepele sekali dibandingkan dengan keajaiban-keajaiabn yg
ada di buku ini. Aku memberikan skor 9/10 untuk Toko Kelontong Namiya.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar