Identitas Buku
Judul
|
:
|
Magnus Chase and the Gods of Asgard #1: The
Sword of Summer
|
Penulis
|
:
|
Rick Riordan
|
Penerjemah
|
:
|
Reni Indardini
|
Penyunting
|
:
|
Rina Wulandari
|
Penerbit
|
:
|
Penerbit Noura Books PT Mizan Publika
|
Tahun terbit
|
:
|
2015
|
Cetakan
|
:
|
I
|
Tebal
|
:
|
623 halaman
|
Harga
|
:
|
Rp129.000,-
|
ISBN
|
:
|
9786023850204
|
Genre
|
:
|
Fantasi urban, high fantasy,
mitologi, petualangan,
komedi
|
Tentang Penulis
Rick Riordan adalah seorang penulis #1 New York Times Best-Selling di
Amerika Serikat. Dia terkenal dengan serial best-seller-nya,
yaitu Percy Jackson and the Olympians yang bertemakan mitologi Yunani yang digabungkan dengan peradaban modern. Dia
kemudian melanjutkan serial ini dengan melahirkan dua serial baru yaitu The Heroes of Olympus dan The Trials of Apollo.
Di samping dua serial tersebut, Rick Riordan juga
menulis beberapa serial best-seller
lainnya: The Kane Chronicles yang
yang mengombinasikan mitologi Mesir dan
peradaban modern serta Magnus Chase and
the Gods of Asgard yang mengombinasikan mitologi Nordik dan peradaban
modern. Keunikan dari setiap novelnya adalah mereka semua terjadi di satu universe, meskipun berdasarkan pada
mitologi yang berbeda-beda.
Karya-karya hebat Rick Riordan tersebut semuanya
sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk di Indonesia. Karya
terbarunya adalah The Daughter of the
Deep.
Sekarang ini, Rick Riordan tinggal di Boston,
Massachusetts, Amerika Serikat bersama istri dan kedua putranya. Jika kalian ingin mengenalnya lebih dekat,
kalian bisa melihatnya di www.rickriordan.com atau follow twitternya di @camphalfblood.
Sinopsis
 |
Magnus Chase, Putra Frey, Dewa Musim Panas |
Sudah dua tahun Magnus Chase hidup menggelandang di
jalanan Boston sejak ibunya meninggal. Pagi itu dia terkejut sekali karena
keluarga yang lama tidak dia temui sedang mencarinya. Pamannya, Randolph Chase—orang
yang selalu diingatkan ibunya untuk dijauhi—muncul untuk membawanya pergi. Paman
Randolph mengoceh tentang sejarah bangsa Nordik di Amerika Utara dan hak lahir
Magnus, yaitu sebuah pusaka sakti yang telah hilang selama ribuan tahun. Paman
Randolph juga bilang bahwa itu semua ada hubungannya dengan ayah Magnus, ayah
yang tidak pernah dia tahu identitasnya. Dia yakin pamannya sudah gila.
Namun, cerita-cerita Paman Rendolph tentang
dewa-dewi, serigala, dan raksasa—termasuk tentang pusaka yang hilang tersebut—mulai
menggugah ingatan masa lalu Magnus. Semua mulai tampak masuk akal. Akan tetapi,
dia tidak memiliki waktu untuk memproses semua itu. Dia harus menemukan kembali
pusaka yang menjadi hak lahirnya tersebut dan melawan raksasa api demi mencegah
Ragnarok, kiamat bagi Sembilan Dunia.
Kelebihan
Rick Riordan telah menulis serial novel yang
bertemakan mitologi Yunani, Romawi, dan Mesir. Kali ini, dia menulis serial Magnus Chase and the Gods of Asgard yang
bertemakan mitologi Nordik. Tentu saja itu adalah ide yang segar! Penggemarnya,
termasuk aku, merasa sangat senang karena disuguhi dengan petualangan baru,
dunia baru, dan pahlawan-pahlawan baru. Bagiku yang tidak tahu banyak tentang
mitologi Nordik, kecuali dari yang aku tonton di film Marvel, buku ini berhasil
membuatku tertarik membaca kisah-kisah dewa-dewi Asgard, bangsa Viking, peri, kurcaci,
dan raksasa.
Kemudian, premis cerita buku ini termasuk unik. Kalau
premis cerita buku-buku Percy Jackson
and the Olympians terinspirasi dari satu kisah pahlawan Yunani Kuno untuk
masing-masing buku, The Sword of Summer memiliki
premis yang terinspirasi dua kisah Nordik kuno: (spoiler alert) kisah
Pedang Musim Panas Dewa Frey dan kisah Fenris Serigala. Rick Riordan sangat
jenius mengombinasikan kedua cerita tersebut menjadi satu cerita petualangan
yang epik, apalagi dengan konteks zaman modern.
 |
Blitzen si Kurcaci, Putra Freya, Dewi Cinta dan Kecantikan |
Di samping itu, jalan ceritanya pun beda dari
buku-bukunya yang lain. Alurnya yang seru itu tidak melulu berisi pertarungan
melawan monster atau demigod jahat. Misalnya saja, (spoiler alert) sewaktu di Nidavellir, Dunia Bangsa Kurcaci, Blitz harus
terlibat dalam pertarungan kriya kurcaci. Tantangan-tantangan unik tersebut menjadikan
pembaca tidak bosan sekaligus menjadikan cerita petualangan Magnus berbeda dari
petualangannya Percy.
Kemudian, penuturan cerita di buku ini masih
sangat khas Rick Riordan, seperti ketika kita membaca buku-buku Percy Jackson and the Olympians dan The Kane Chronicles, tetapi dengan
gaya khas Magnus Chase. Bahasa yang digunakan, lelucon yang dilontarkan, dan
gaya cerita dituturkan terasa sangat Magnus. Itu sangat bagus untuk membantu pembaca
mengenal karakter pahlawan baru tersebut. Selain itu, aku senang karena karakter
Magnus tidak terbawa-bawa karakternya Percy dalam menuturkan ceritanya.
Magnus menuturkan cerita dengan penuh kelucuan karena keluguannya
tentang dunia dewa-dewi Nordik. Terkadang, humornya muncul dari sinismenya yang
bisa membuat suasana tegang jadi lucu. Lucunya lagi, Magnus Chase bukan sosok
bernyali besar seperti Percy Jackson, maka sering kali aku terhibur dengan
curahan hatinya yang bernyali kecil itu.
Selanjutnya, penokohan cerita ini sangat
menarik—lebih menarik daripada buku-buku Rick Riordan yang lain. Pada serial
sebelumnya, The Heroes of Olympus,
Rick Riordan telah membuat sekolompok pahlawan dari berbagai etnis sebagai
tokoh utama. Akan tetapi, kelompok pahlawan dalam The Sword of Summer memiliki keberagaman yang lebih menarik karena
tidak sekadar tentang etnis. Dalam kelompok tersebut, (spoiler alert) ada Samirah “Sam” Al-Abbas, Putri Loki, yang
beragama Islam serta Hearthstone, seorang peri yang tunarungu.
 |
Samirah "Sam" Al-Abbas, Putri Loki, Dewi Kejahilan |
Bahkan, karakter Sam lebih menarik lagi. Dia
adalah seorang muslim yang teguh beriman, walaupun nyata di depan matanya
eksistensi dewa-dewi Nordik. Aku pikir dia tokoh pertama (atau mungkin
satu-satunya) dalam buku-buku Rick Riordan yang sangat religius. Kemusian, sebagai seorang muslim, aku senang
karena ada pahlawan perempuan muslim dalam cerita karangan Rick Riordan. Aku
juga senang karena sosok Sam dapat mengangkat citra orang Islam di luar sana,
terutama di Amerika Serikat.
Selain itu, dia adalah seorang putri Loki, Dewa
Kejahilan dan Kebohongan, dewa yang dimusuhi dewa-dewi lainnya. Makanya, banyak
orang yang tidak memercayainya, mereka curiga Sam bekerja untuk ayahnya.
Padahal, sebenarnya Sam tidak memihak ayahnya sama sekali. Itu mengingatkanku
pada Luke Castellan dari serial Percy
Jackson and the Olympians yang disukai semua orang tapi ternyata
pengkhianat. Sam kebalikan dari Luke. Menurutku, desain tokoh Sam menyiratkan
pesan agar kita tidak menghakimi seseorang dari orang tuanya.
Momen paling aku suka di buku ini ada dua. (Spoiler alert) pertama, momen sewaktu Magnus dan teman-temannya sedang bersiap
berangkat untuk menghadapi Fenris Serigala. Mereka saling menguatkan satu sama
lain dan menyebut bahwa mereka sudah menjadi keluarga. Momen tersebut sangat
menghangatkan hati, mengingat mereka adalah orang-orang yang telah kehilangan
keluarga. (Spoiler alert) kedua,
momen ketika Magnus bertemu dengan ayahnya di dalam mimpi. Itu pertemuan pertama
mereka—memang singkat, tapi bermakna. Berbeda dengan Percy yang kesal ketika
pertama kali bertemu Poseidon, Magnus justru seperti anak kecil yang rindu
pelukan keluarga. Aku sampai berkaca-kaca membacanya.
Kelemahan
Ada beberapa hal yang kurang aku suka dalam
cerita The Sword of Summer. Pertama,
aku kurang suka dengan bonding kelompok
Magnus dan teman-temannya yang terlalu cepat.
(Spoiler alert) saat kelompok mereka
pertama kali bertemu, mereka mencoba saling bunuh dan saling tidak percaya.
Akan tetapi, cepat sekali mereka jadi bisa bekerja sama sebagai tim yang
kompak. Begitu menjadi satu tim, hilang sudah ketidakpercayaan mereka terhadap
satu sama lain, dengan begitu saja.
Kemudian, aku tidak suka karena mereka sering sekali berpisah, sementara cerita
hanya dari sudut pandang Magnus. Aku sebagai pembaca jadi penasaran dengan apa
yang terjadi pada tim yang tidak ada Magnus-nya. Rintangan yang mereka hadapi
memang direkap setelah mereka berkumpul kembali, tetapi itu kurang seru. Tentu
akan lebih seru jika masalah yang dihadapi tim yang tidak ada Magnus-nya
diceritakan langsung melalui sudut pandang tokoh lainnya.
 |
Hearthstone si Peri |
Hal lainnya yang janggal adalah (spoiler alert) perkembangan mendadak kekuatan
Hearth si peri saat melawan Fenris Serigala. Sepanjang cerita, Hearth tampak
hanya mampu menggunakan satu atau dua sihir rune sebelum dia kolaps kehabisan
tenaga—satu rune saja menguras tenaganya. Namun, tiba-tiba, saat menghadapi
Fenris Serigala, Hearth dapat menggunakan rune tanpa tampak kelelahan, padahal
dia tidak melalui latihan dulu. Seandainya perkembangan tersebut terlihat
perlahan-lahan sepanjang petualangan mereka, aku bisa menerimanya. Namun, nyatanya
tidak seperti itu—Hearth tiba-tiba saja menjadi lebih kuat.
Selain itu, untuk sebuah cerita petualangan, aku
merasa pertarungan dalam cerita ini terlalu sedikit. Memang cerita jadi unik
dengan bentuk tantangan yang lebih bervariasi, seperti pertarungan kriya
kurcaci tadi, tetapi adegan pertarungan tetap tidak tergantikan. Ketiadaannya
membuat cerita ini terasa ada yang kurang. Setidaknya, aku ingin ada lebih
banyak pertarungan dalam buku ini agar cerita terasa lebih menegangkan dan
berbahaya.
Selanjutnya, aku merasa misi mereka lama sekali
dimulainya. Petualangan mereka kalau tidak salah dimulai di halaman 200-an. Sebelum
itu, (spoiler alert) cerita banyak berisi tentang intro
cerita dan pengenalan Hotel Valhalla dan dunia mitologi Nordik. Menurutku,
bagian itu agak membosankan karena terlalu panjang.
Terakhir, aku merasa desain layout halaman pada buku ini terlalu penuh. Aku melihat ada banyak
sekali tulisan dalam satu halaman sehingga terasa terlalu padat. Itu mungkin
karena ukuran font-nya yang sedikit
terlalu besar atau header pada setiap
halaman yang juga agak membuat halaman penuh.
Kesimpulan
Magnus
Chase and the Gods of Asgard adalah sebuah serial petualangan epik karya
Rick Riordan yang bertemakan mitologi Nordik. Buku pertamanya, The Sword of Summer, menawarkan cerita
petualangan yang segar, seru, dan lucu. Buku ini mengajak kalian bertualang keliling
dunia-dunia lain yang ada di Pohon Yggdrasil serta bertemu dengan dewa-dewi,
peri, kurcaci, raksasa, dan monster dari mitos-mitos Nordik kuno. Dengan
diwarnai tokoh-tokoh yang sangat beragam, buku ini tidak hanya seru, tapi juga
humanis. Tidak akan sulit bagi kalian untuk menyukai Magnus Chase dan
teman-temannya yang lucu dan hebat. Skor untuk The Sword of Summer adalah 9/10.
Selanjutnya (The Hammer of Thor)
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Tidak
dapat mendengar; tuli (sumber: KBBI).
Komentar
Posting Komentar