Sebelumnya
Polusi Plastik Merugikan Kita Semua
Plastik yang mulanya adalah terobosan, sekarang menjadi sumber masalah
Merusak dan Merugikan Wilayah Perkotaan
 |
Gambar 10: Seorang anak mencari
sampah besi di Kanal Banjir Barat Sungai Ciliwung, Jakarta.
Sumber: Garry Andrew Lotulung/Kompas.com |
Jumlah sampah di kota seperti di Jakarta sudah terlalu banyak
dan tidak masuk akal. Saking banyaknya, sampah tersebut berserakan di berbagai
tempat, seperti di jalan, depan bangunan, dan saluran air. Di Jakarta, sungai,
kali, dan saluran air yang dipenuhi sampah sudah menjadi pemandangan
sehari-hari. Padahal, warga Jakarta sendiri tahu bahwa sungai yang penuh sampah
merupakan sumber masalah. Sampah-sampah tersebut akan mengurangi kapasitas
sungai dan kali sehingga saat hujan turun, akan terjadi banjir.
 |
Gambar
11: Pertumbuhan
kunjungan turis internasional di Bali sampai dengan tahun 2018 dan jumlah
sampah di Bali yang dikelola dan tidak.
Sumber: Monica Serrano/National Geographic |
Selain banjir, sampah plastik yang berserakan tersebut juga
akan mengurangi keindahan kota
dan itu berpengaruh buruk terhadap
sektor pariwisata di kota tersebut. Sebagai contoh, provinsi Bali adalah
provinsi yang sektor pariwisatanya terdampak oleh polusi plastik. Dikutip dari National Geographic, Bali adalah salah satu provinsi di Indonesia yang sektor
pariwisatanya berkembang pesat sekali yang terlihat dari meningkatnya jumlah
kunjungan turis lokal dan internasional. Akan tetapi, peningkatan kunjungan
turis tersebut diikuti dengan peningkatan sampah plastik yang berserakan.
Pantai-pantai Bali yang indah menjadi kotor akibat sampah
plastik yang berserakan. Hal tersebut berdampak negatif bagi pariwisata di sana
sehingga ada opportunity cost
karena pemerintah daerah, masyarakat, dan wisatawan tidak mengelola sampah
dengan baik. Biaya tersebut masih ditambah lagi dengan biaya yang dikeluarkan
pemerintah daerah dan pengelola wisata untuk membersihkan sampah tersebut.
Dengan begitu, daerah-daerah yang berhadapan dengan polusi plastik seperti Bali
dan Jakarta akan mengalami kerugian ekonomi di sektor pariwisata.
Bukan hanya banjir dan kerugian sektor pariwisata, dampak
buruk akibat sampah plastik lainnya ialah pencemaran sumber air bersih di
perkotaan yang dapat meningkatkan risiko kesehatan apabila dikonsumsi.
Mikroplastik dapat ditemukan di air bersih yang digunakan orang-orang
sehari-hari, seperti air keran dan air minum botolan. Berdasarkan sebuah
laporan dari WHO, mikroplastik ditemukan di perairan air tawar dengan
konsentrasi 0 sampai 1.000 partikel/liter. Di dalam laporan yang sama,
disebutkan bahwa konsentrasi mikroplastik dalam air minum—yang dilaporkan dalam
beberapa sampel individual—bervariasi pada kisaran 0 sampai lebih dari 10.000
partikel/liter dengan nilai rata-rata pada kisaran 0,001 partikel/liter (dari
sebuah sampel yang diambil dari air tanah) sampai 1.000 partikel/liter—itu
menandakan bahwa air tanah lebih tidak terkontaminasi polusi plastik.
Sementara itu, studi lain menunjukkan bahwa partikel plastik
ditemukan di air keran dengan konsentrasi 0 sampai 57 partikel/liter dengan
nilai rata-rata 4,34 partikel/liter (Kosuth, et al., 2017). Studi tersebut
menjadikan air keran di Jakarta sebagai salah satu sampel dan menyebutkan bahwa
persentase partikel plastik dalam air keran di Jakarta adalah 76%. Yang patut
dikhawatirkan dari fakta-fakta tersebut ialah risiko kesehatan yang mungkin
timbul dalam jangka panjang akibat tidak sengaja mengonsumsi partikel plastik
tersebut.
Bahaya dan Kerugian Akibat Mikroplastik
Mikroplastik adalah segala jenis
plastik berukuran 5 milimeter sampai dengan 1 mikrometer (Technical
University Munich, 2019). Kemudian, ada pula submikroplastik, yakni plastik
berukuran lebih kecil dari 1 mikrometer sampai dengan 100 nanometer, serta nanoplastik, yakni plastik berukuran lebih
kecil dari 100 nanometer. Mikroplastik, submikroplastik, dan nanoplastik
berasal dari plastik berukuran lebih besar yang terurai menjadi lebih kecil.
Terurai yang dimaksud ialah hanya terpecah menjadi ukuran lebih kecil, tapi
komposisi kimianya masih plastik, bukan terdekomposisi. Plastik dapat terurai
karena sinar matahari, ombak, angin, dan panas. Untuk menyederhanakan istilah,
istilah mikroplastik akan digunakan untuk merujuk pada mikroplastik,
submikroplastik, dan nanoplastik.
Walaupun ukurannya jauh lebih kecil daripada plastik
biasanya, mikroplastik juga bisa menimbulkan masalah. Mikroplastik dapat
ditemukan di laut, darat, dan udara. Mikroplastik di laut sering kali tidak
sengaja dimakan hewan laut seperti ikan, burung laut, kerang, dan penyu. Dikutip
dari National Geographic, mikroplastik yang tertelan tersebut dapat memblokir saluran pencernaan, mengurangi
nafsu makan, dan mengubah perilaku memberi makan (feeding behavior) pada
hewan-hewan laut sehingga memengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan mereka (Royte, 2018).
 |
Gambar 12: Polusi mikroplastik
di lautan.
Sumber: Tunatura/EcoWatch |
Kemudian, diambil dari sumber yang sama, sebuah penelitian
mengatakan bahwa ikan yang terkontaminasi mikroplastik berbahan polyethylene
mengalami kegagalan fungsi hati yang lebih parah daripada ikan yang
terkontaminasi plastik perawan (resin plastik dari bahan petrokimia yang belum
digunakan atau diproses, atau bisa dibilang bahan plastik mentah). Dengan
begitu, kerja hati pada ikan akan terganggu
sehingga tidak bisa berfungsi untuk detoksifikasi, metabolisme, dan lainnya. Di
samping itu, penelitian lainnya mengungkapkan bahwa tiram yang terkontaminasi mikroplastik
berbahan polystryne (bahan plastik untuk wadah makanan, seperti
Tupperware) menghasilkan telur lebih sedikit dan sperma yang kurang motil.
Manusia juga harus mewaspadai dampak buruk mikroplastik,
apalagi mengingat mikroplastik dapat masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan
minuman yang dikonsumsi. Misalnya, ketika kita mengonsumsi ikan yang
terkontaminasi mikroplastik, partikel plastik tersebut bisa masuk ke tubuh kita
juga. Air mineral botol pun bisa mengandung mikroplastik. Sebagaimana yang
telah disebutkan sebelumnya, dalam sebuah laporan dari WHO, terdapat partikel
mikroplastik di dalam air minum—dari sampel berupa air minum botol, air keran,
dan air tanah—sebanyak 0 sampai dengan 10.000 partikel/liter (World Health
Organization, 2019).
 |
Gambar 13: Air mium kemasan
botol yang biasa diminum orang-orang juga mengandung mikroplastik.
Sumber: TimeMagazine |
Namun, apakah mikroplastik berbahaya bagi kesehatan manusia?
Jawabannya adalah belum jelas. Sampai saat ini, belum ada penelitian
yang bisa memastikan apakah mikroplastik bisa membahayakan kesehatan manusia
atau tidak. Walaupun mikroplastik masuk ke jaringan tubuh tertentu pada
manusia, hal tersebut tidak menunjukkan toxicity. Belum ada bukti
mengenai gangguan kesehatan manusia akibat mikroplastik. Akan tetapi, sebaiknya
kita tetap berhati-hati karena mungkin saja dalam jangka panjang,
gangguan-gangguan kesehatan tersebut baru akan menunjukkan gejalanya. Mungkin
saja, ketika mikroplastik dalam tubuh kita sudah mencapai kadar tertentu,
gangguan-gangguan kesehatan baru akan muncul. Untuk saat ini, penelitian lebih
lanjut masih diperlukan.
Di samping partikel plastiknya, bahan kimia campuran dalam
produk plastik, seperti BPA dan phthalate,
juga perlu dikhawatirkan sebab dapat mengganggu sistem hormon (North & Halden, 2013). Sudah ada beberapa
studi pada hewan tentang efek kontaminasi BPA dan phthalate yang menunjukkan pengaruh buruk terhadap kesehatan dan
reproduksi, seperti kematangan seksual yang lebih dini, penurunan kesuburan
pada laki-laki, dan perilaku agresif. Kemudian, studi lain terhadap phthalate menunjukkan bahwa zat kimia
tersebut bisa menimbulkan efek negatif bagi tubuh, seperti perubahan pada
sistem reproduksi laki-laki dan perempuan, peningkatan lingkar pinggang, dan
resistensi insulin.
Akan tetapi, walaupun beberapa studi tersebut telah
menunjukkan efek negatif BPA dan phthalate
terhadap sistem hormon, pertumbuhan, dan reproduksi hewan dan manusia,
studi terhadap manusia masih kurang sehingga belum dapat disimpulkan dengan
pasti apa efek BPA dan phthalate
terhadap kesehatan manusia (Meeker, et al., 2009). Masih diperlukan
lebih banyak penelitian yang lebih andal terhadap manusia untuk memastikan efek
kedua zat tersebut terhadap
kesehatan. Namun, saat ini terdapat kendala dalam pengumpulan data karena
orang-orang hanya terpapar zat kimia tersebut dalam kadar yang kecil sekali dan
itupun tidak sama pada setiap orang. Peneliti pun tidak mungkin meminta orang
untuk mengonsumsi BPA dan phthalate secara
sukarela.
Biarpun dampaknya pada kesehatan manusia belum terlihat, mikroplastik
memiliki dampak buruk secara ekonomi bagi manusia. Mikroplastik yang mengganggu
pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan, kerang, dan hewan-hewan laut lainnya
akan memengaruhi mata pencaharian orang-orang pesisir, seperti nelayan dan
pengelola akuakultur. Polusi
plastik di laut mengurangi ketersediaan ikan untuk ditangkap serta menimbulkan
penyakit dan gangguan kesehatan terhadap ikan di tempat budi daya—hal itu
semakin diperparah oleh krisis iklim dan overfishing.[2]
Oleh karenanya, mikroplastik bisa mengurangi jumlah tangkapan ikan oleh nelayan
dan panen ikan oleh pembudi daya, baik dari sisi jumlah maupun berat. Hal
tersebut akan memengaruhi pendapatan para nelayan dan pengelola akuakultur,
terutama yang masih menggunakan metode tradisional. Pada akhirnya, polusi
plastik akan berpengaruh juga terhadap produktivitas sektor perikanan.
 |
Gambar 14: Polusi plastik di
wilayah pesisir Jakarta mengancam mata pencaharian para nelayan tradisional di
sana. Sumber: Andi Sagita/ConversationStrategy Fund |
Kesimpulan
Manusia telah berhasil
menciptakan bahan sintetis bernama plastik yang begitu praktis, murah, dan
berkualitas baik. Bahan sintetis tersebut telah membantu manusia dalam berbagai
hal, mulai dari kebutuhan perang sampai beberlanja. Akan tetapi, sekarang
manusia menjadi ketergantungan terhadap plastik dan menganggapnya
cuma-cuma. Kini, plastik ada di
mana-mana dan planet kita sedang tenggelam di dalamnya.
Ketergantungan manusia terhadap
plastik telah memunculkan masalah yang sebelumnya belum pernah ada, yaitu
polusi plastik. Oleh karena tidak dikelola dengan baik, plastik yang menjadi
sampah mencemari lingkungan dan mengganggu kehidupan spesies lain. Di dalam
laut, sampah plastik membunuh hewan-hewan laut dan mengganggu pertumbuhan dan
reproduksi mereka. Di darat, sampah plastik juga mengganggu hewan-hewan darat
dan mencemari air bersih. Bahkan, plastik di dalam tanah juga mengganggu
pertumbuhan dan produktivitas tumbuh-tumbuhan. Itu semua akan berdampak buruk kembali
ke manusia, seperti kerugian ekonomi di sektor perikanan dan pertanian. Di
samping itu, sampah plastik di wilayah perkotaan akan meningkatkan risiko
terjadinya banjir, mengurangi keindahan kota, serta mencemari air bersih. Akibatnya
adalah kerugian ekonomi di sektor pariwisata serta peningkatan risiko kesehatan
bagi manusia yang meminum air yang terkontaminasi plastik.
Selain plastik yang berukuran
besar, ada juga mikroplastik, submikroplastik, dan nanoplastik yang tak
terlihat oleh manusia, tetapi juga memiliki bahayanya sendiri bagi kehidupan
kita. Partikel plastik yang begitu kecil tersebut ada di mana-mana, baik di
darat, di laut, di perairan tawar, di udara, di dalam tubuh hewan, di dalam
makanan, dan di dalam tubuh kita. Mikroplastik telah terbukti berefek buruk
bagi kesehatan ikan di laut dan pertumbuhan tumbuhan, tetapi belum terbukti
berefek buruk bagi kesehatan manusia. Walaupun begitu, bukan berarti manusia
bisa tenang karena ada zat campuran plastik, seperti BPA dan phthalate yang terlepas saat plastik
terurai. Zat-zat kimia tersebut bisa terkonsumsi oleh manusia dan telah
terbukti menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, terutama pada sistem
hormon, pertumbuhan, dan reproduksi. Akan tetapi, tetap masih dibutuhkan
penelitian lebih lanjut untuk itu.
Masalah plastik juga bukan hanya
soal pengelolaan sampahnya, tetapi juga soal produksi dan konsumsinya. Konsumsi
plastik global terus meningkat sehingga mendorong produksinya meningkat pula.
Padahal, plastik terbuat dari minyak bumi yang tidak ramah lingkungan. Proses
memproduksi plastik serta mengolahnya menjadi produk plastik itu sangatlah
intensif energi dan emisi. Industri plastik pun dikatakan menyumbang emisi CO2
sebanyak dua kali lipat emisi industri penerbangan global.
Jadi, sampah plastik bukan hanya
mengancam keselamatan spesies nonmanusia, tetapi juga mengancam keselamatan manusia
itu sendiri. Plastik yang mulanya adalah terobosan, sekarang menjadi sumber
masalah. Masalah yang ditimbulkan plastik bukan hanya mengancam keanekaragaman
hayati dan lingkungan, tetapi juga menimbulkan kerugian sosial ekonomi bagi
manusia, terutama di sektor kesehatan, pariwisata, perikanan, dan pertanian. Polusi
plastik tidak hanya merugikan ikan di laut, tumbuhan di lahan pertanian, hewan
yang sedang mencari makan, atau penduduk di negara tertentu, tetapi itu
merugikan kita semua yang hidup di planet ini.
Sebelumnya
Referensi
Kosuth, M.,
Wattenberg, E. V., Mason, S. A., Tyree, C., & Morrison, D. (16 Mei 2017). Synthethic
polymer contamination in global drinking water. Orb Media.
https://orbmedia.org/stories/Invisibles_final_report/multimedia
Mathieu-Denoncourt,
J., Wallace, S. J., de Solla, S. R., & Langlois, V. S. (2015). Platicizer
endocrine disruption: Highlighting developmental and reproductive effects in
mammals and non-mammalian aquatic species. General and Comparative
Endocrinology, 219, 74-88. doi:https://doi.org/10.1016/j.ygcen.2014.11.003
Meeker, J. D.,
Sathyanarayana, S., & Swan, S. H. (2009). Phthalates and other additive in
plastics: Human exposure and associated health outcomes. Phil. Trans. R.
Soc. B, 364, 2097-2113. doi:https://doi.org/10.1098/rstb.2008.0268
Moharam, R.,
& Maher, A. A. (2014). The impact of plastic bags on the environment: A
field survey of the City of Sana'a and the surrounding areas, Yemen. International
Journal of Engineering Research and Reviews, 2, 61-69.
https://www.researchgate.net/publication/268686081
North, E. J.,
& Halden , R. U. (2013). Platics and environmental health: The road ahead. Reviews
on Environmental Health, 28(1), 1-8.
doi:https://dx.doi.org/10.1515%2Freveh-2012-0030
Parker, L. (7
Agustus 2020). Microplastics have moved into virtually every crevice on Earth. National
Geographic. https://on.natgeo.com/2UXNvLV
Royte, E. (Juni
2018). We know plastic is harming marine life. What about us? National
Geographic.
https://www.nationalgeographic.com/magazine/2018/06/plastic-planet-health-pollution-waste-microplastics/
Siddharta, A.
T. (14 Oktober 2019). Bali fights for its beautiful beaches by rethinking
waste, plastic trash. National Geographic.
https://www.nationalgeographic.com/science/article/bali-fights-for-its-beautiful-beaches-by-rethinking-waste-plastic-trash
Technical
University Munich. (11 Januari 2019). How dangerous is microplastic? Phys.org.
https://phys.org/news/2019-01-dangerous-microplastic.html
World Health
Organization. (2019). Microplastic in drinking-water. Geneva: World
Health Organization.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar