Identitas Film
Judul
|
:
|
Losmen Bu Broto
|
Sutradara
|
:
|
Ifa
Isfansyah, Eddie Cahyono
|
Produser
|
:
|
Andi Boediman, Pandu Birantoro, Robert
Ronny
|
Tanggal rilis
|
:
|
18 November 2021
|
Rumah produksi
|
:
|
Ideosource Entertainment, Paragon
Pictures, Fourcolours Films, Ideoworks
|
Penulis naskah
|
:
|
Alim Sudio (screenplay)
|
Durasi tayang
|
:
|
1 jam 49 menit
|
Pemeran
|
:
|
Maudy Koesnaedi, Mathias Muchus, Putri
Marino, Maudy Ayunda, Baskara Mahendra
|
Genre
|
:
|
Drama
|
Sinopsis
Losmen Bu Broto merupakan film yang diadaptasi dari serial TV berjudul
“Losmen” yang tayang di TVRI pada tahun ’80-an. Cerita film ini adalah tentang Bu
Broto (Maudy Koesnaedi) dan Pak Broto (Mathias Muchus) yang mengelola sebuah
bisnis losmen di Yogyakarta. Dalam mengelola usaha losmen tersebut, Bu Broto dan
Pak Broto dibantu ketiga anak mereka.
Namun,
keluarga mereka bukanlah keluarga sempurna karena masing-masing anak memiliki
masalah. Mbak Pur (Putri Marino) masih teringat mantan kekasihnya yang sudah
meninggal, Jeng Sri (Maudy Ayunda) tidak didukung ibunya untuk bermusik, dan
Tarjo (Baskara Mahendra) bermalas-malasan kuliah. Semua masalah tersebut lalu meledak ketika sebuah skandal
terjadi di losmen tersebut. Mampukah keluarga Broto mengatasi masalah keluarga
mereka dan mempertahankan usaha losmen mereka?
Kelebihan
Losmen Bu Broto adalah film drama keluarga yang dikemas dengan apik. Mulai
dari introduction scene, film ini
sudah memikat mata dan membuat bahagia. Biasanya, introduction scene hanya memunculkan nama-nama pemeran dan kru
sambil lalu, tetapi di film ini tidak begitu. Introduction scene-nya disajikan dengan menarik sehingga kita jadi
memperhatikan.
Oh iya,
film ini mengingatkan aku pada film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” (2019)
atau NKCTHI yang juga bertema drama keluarga. Akan tetapi, kalau dibandingkan
dengan NKCTHI, aku masih lebih suka film ini karena konflik yang dihadirkan
lebih relatable. Salah satunya adalah
tentang perbedaan antara cita-cita anak dengan keinginan orang tua dan perselisihan antarsaudara karena
perbedaan perlakuan orang tua terhadap mereka. Masalah-masalah tersebut sepertinya
umum dialami keluarga-keluarga di Indonesia, maka orang yang menonton bisa relate.

Film
ini pun konsisten untuk menampilkan keluarga Broto sebagai keluarga Jawa. Cara
keluarga ini berinteraksi dan menghadapi masalah masih tampak perilaku orang
Jawanya. Kalau kita melihat NKCTHI, si anak mengutarakan kekesalannya kepada
orang tuanya dengan amarah meledak-ledak, karena memang mereka orang Jakarta
dan mereka tumbuh dengan value seperti
itu. Namun
di Losmen Bu Broto, si anak
membicarakan masalah dengan tutur ucapan yang santun, tidak meledak-ledak
karena memang begitulah value yang
diajarkan kepada mereka—value keluarga
Jawa.
Daya
tarik lainnya dari film ini adalah para pemerannya. Chemistry para pemeran utamanya sebagai sebuah keluarga bagus
banget. Interaksi mereka terlihat sangat cair, tampak seperti keluarga
sungguhan sehingga konflik dapat disajikan dengan mengalir. Selain para pemeran
utamanya, pemeran-pemeran pendukungnya juga keren dengan deretan nama selebritas
terkenal, seperti Darius Sinathrya, Danilla Riyadi, Teuku Rizky, dan Marthino
Lio. Peran mereka sebagai tokoh pendukung juga tidak sekadar lalu, tetap punya impact terhadap cerita.

Penokohan
film ini pun bagus karena setiap tokoh punya konflik dan peran. Ada Bu Broto
sebagai pemilik losmen yang berkharisma. Karakter dia kuat sekali sebagai sosok
seorang ibu, mulai dari cara dia bersikap, mengatur anak, marah, sampai
mengelola losmen. Ada juga Sri yang tampil sebagai “bintang” di keluarganya. Peran
dia di losmen kelihatan penting sekali. Sejak awal film, Sri tampak sibuk
ini-itu di losmen dan (spoiler alert)
begitu dia pergi, ketidakhadirannya langsung kelihatan berdampak kepada losmen.
Kemudian,
ada Mbak Pur yang selalu murung teringat kekasihnya. Masalah yang dia hadapi
memang menyesakkan sekali. Kerennya, akting Putri Marino sebagai Mbak Pur
sukses mengekspresikan kesedihan tersebut. Penonton jadi bisa ikut bersimpati
pada duka yang dirasakan Mbak Pur. Selain dukanya Mbak Pur, ikan gurame bumbu
kecombrangnya juga menjadi hal iconic dari
karakternya.
Walaupun
para perempuan dalam keluarga Broto tampak lebih dominan, peran para laki-laki
dalam ceritanya tetap menarik perhatian. Pak Broto sebagai kepala keluarga
tampak sebagai penyeimbang yang bijaksana. Salah satu dialog dia yang ku ingat,
dan bagus sekali, adalah “Kita terlalu berharap anak-anak kita sempurna,
padahal mereka juga sama seperti kita.” Oh iya, fun fact: Mathias Muchus yang berperan sebagai Pak Broto dulunya ada
di serial TV “Losmen” tahun ’80-an dengan peran sebagai Tarjo, anak laki-laki
satu-satunya Pak Broto.

Di
samping itu, keunggulan lain film ini ialah setting-nya.
Losmen Bu Broto sebagai latar utama film tampil dengan suasana bersahaja. Interaksi
para pekerja losmen dengan para tamu terlihat begitu hangat. Visual losmennya
juga catchy sekali di mata. Ditambah
lagi, Mas Atmo (Erick Estrada) dengan tingkah jenakanya sukses membuat penonton
tertawa. Konsep losmen yang menjual keramah-tamahan benar-benar tergambarkan dalam
film ini. Namun, walaupun sebagian besar setting
ada di losmen, tempat-tempat lain di Yogyakarta juga ditampilkan sehingga
suasana kota Jogjanya semakin kuat. Hati-hati, film ini bisa membuat kalian
ingin liburan ke Jogja.
Kelemahan
Salah
satu kelemahan yang terasa dari film ini ada di bagian akhir film. Klimaksnya
kurang terasa menurutku. Sejak awal, film ini tidak ada santai-santainya,
langsung memunculkan problem. Banyak
adegan setelahnya yang terasa berat dan serius. Akibatnya, klimaks film sudah
tidak begitu terasa. Tidak ada sesuatu yang “besar” pada tahap resolusinya.
Kemudian,
(spoiler alert) kemunculan keluarga
Mas Jarot (Marthino Lio) sebagai penyelamat agak dipaksakan. Dalam cerita,
ternyata ibunya Mas Jarot adalah istri kedua dan itulah alasan mengapa ayahnya
meninggalkan dia dan ibunya. Mas Jarot lalu mencari ayahnya dan menemukan
keluarga ayahnya, keluarga tirinya. Namun, ternyata ayahnya sudah meninggal.
Yang aneh adalah keluarga tirinya Mas Jarot langsung menerima dia begitu saja. Maksudku,
Mas Jarot sendiri adalah seorang anak dari istri kedua, tetapi dengan mudahnya
dia diterima keluarga tirinya. Itu agak tidak masuk akal, mengingat budaya
orang Indonesia seperti apa.
Kesimpulan
Losmen Bu Broto merupakan film
keluarga yang mengharukan dan menghangatkan. Film ini menampilkan keluarga
Broto selayaknya keluarga lainnya, yaitu tidak sempurna, tidak ideal, tetapi
tetap saling menyayangi. Para pemerannya sukses menampilkan keluarga Broto
dengan apik. Penyajian film pun sangat catchy
dan bersahaja, bahkan sejak film dimulai. Selain itu, film ini penuh dengan
adegan dan dialog yang bisa dijadikan refleksi bagi semua keluarga. Aku
memberikan skor 8/10 untuk Losmen Bu
Broto. Kalian harus mengajak keluarga kalian untuk menontonnya!
Kalian bisa menonton Losmen Bu Broto di Disney+ Hotstar. Kalian dapat menonton trailer filmnya di bawah ini.
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar