Identitas Buku
Judul
|
:
|
Dragon Pearl (Seribu Dunia #1)
|
Penulis
|
:
|
Yoon Ha Lee
|
Penerjemah
|
:
|
Reni Indardini
|
Penerbit
|
:
|
Noura Books PT Mizan Fantasi
|
Tahun terbit
|
:
|
2020 (versi orisinal bahasa Inggrisnya pertama kali terbit pada 2019)
|
Cetakan
|
:
|
I
|
Tebal
|
:
|
407 halaman
|
Harga
|
:
|
Rp99.000,-
|
ISBN
|
:
|
9786023857708
|
Genre
|
:
|
Opera
antariksa, fantasi, petualangan, middle grade
|
Tentang Penulis
Yoon
Ha Lee adalah seorang pria transgender keturunan Korea-Amerika. Dia adalah
lulusan S1 jurusan matematika Cornell University dan telah meraih gelar master di jurusan pendidikan matematika
di Stanford University.
Novel
pertamanya adalah “Ninefox Gambit” yang memenangkan Locus Award for Best First Novel pada tahun 2017. Kemudian, novel
tersebut pun menjadi finalis dalam Hugo,
Nebula, and Clarke Award. Novel-novel karyanya yang lain, yaitu Raven Stratagen dan Revenant Gu—yang merupakan sekuel dari Ninefox Gambit—juga menjadi finalis pada award tersebut. Di samping itu, sebelum menulis novel, Yoon Ha Lee
sudah menulis beberapa cerita pendek.
Sejak
kecil, Yoon Ha Lee sudah terbiasa dengan cerita-cerita dongeng Korea yang
dipenuhi makhluk-makhluk supranatural, seperti rubah, harimau, dan naga. Dia
terinspirasi dari kisah-kisah tersebut ketika ingin menulis Dragon Pearl dan akhirnya menuliskan
sebuah petualangan rubah di luang angkasa.
Sinopsis
 |
Sampul versi terbitan Amerika Serikat oleh penerbit Disney Hyperion |
Min bukanlah manusia, dia adalah gumiho—roh rubah
dengan kemampuan berubah wujud dan mantra—yang tinggal di Planet Jinju. Jinju
merupakan planet miskin karena kurang subur sebab dahulu proses teraformasi
planet ini tidak rampung.
Bagi Min, hidup di Jinju sangat menyebalkan
apalagi dia harus tinggal bersama bibi-bibi dan sepupu-sepupunya. Min ingin
seperti kakaknya, Kim Jun, yang sekarang mengabdi menjadi pasukan antariksa.
Ketika usianya cukup, dia akan mendaftar menjadi pasukan antariksa dan
bertualang ke berbagai tempat di Seribu Dunia bersama kakaknya.
Akan tetapi, pada suatu pagi, seorang pria muncul
di depan pintu rumahnya dan mengabari Min dan ibunya bahwa Jun telah melakukan
desersi. Jun dan teman-temannya meninggalkan markas pasukan antariksa atas
keinginan mereka sendiri untuk mencari Mutiara Naga. Itu adalah artefak kuno ajaib
dengan kekuatan sihir yang mampu mentransformasi suatu planet. Artefak itu
konon hilang di Koloni Keempat, planet para hantu.
Min tidak percaya kakaknya melakukan desersi,
pasti ada yang terjadi. Dengan nekat, Min yang masih berusia 13 tahun kabur
dari rumah untuk mencari kakaknya. Dia tidak tahu Jun ada di mana, tetapi dia
pikir tempat Mutiara Naga berada kemungkinan besar adalah tempat Jun berada.
Maka, berangkatlah Min untuk mencari Jun dan Mutiara Naga. Min mungkin hanya
modal nekat, tetapi nasib kakaknya bergantung pada kenekatannya itu.
Kelebihan
Ada beberapa keunggulan cerita Dragon Pearl ini, seperti ide cerita
yang sangat fresh. Tema cerita ini
adalah perpaduan opera antariksa dengan kisah-kisah mitologi Korea. Dragon Pearl tidak mengambil latar
tempat planet bumi, melainkan ruang angkasa dan planet-planet fiksi yang ada di
dalamnya, seperti Jinju dan Koloni Keempat. Di dalam semesta fiksi ini, hiduplah
makhluk-makhluk supranatural yang berasal dari mitologi Korea, seperti gumiho
atau roh rubah, naga, dokkaebi atau goblin, dan harimau. Semua konsep tersebut
terbilang fresh dan baru bagiku—walau
mungkin tidak bagi orang-orang yang terbiasa menonton drama Korea ya. Maka dari
itu, Dragon Pearl amat menarik
perhatianku.
Selain itu,
konflik di buku ini seru dan mengingatkanku pada novel-novel Percy Jackson. Di
novel-novel Percy Jackson and the
Olympians, orang-orang tersayang Percy beberapa kali hilang, seperti ibunya
(di buku The Lightning Thief); sahabatnya,
Grover (di buku The Sea of Monsters);
dan pacarnya, Annabeth (di buku The
Titan’s Curse); lalu Percy pergi dalam sebuah misi yang tujuan utamanya
sebetulnya bukan menyelamatkan mereka, melainkan tujuan lain yang lebih penting
yang menyangkut keselamatan banyak orang. Namun, Percy jauh lebih peduli
terhadap nasib orang-orang tersayangnya daripada keberhasilan misi
itu—seakan-akan itu bukanlah prioritasnya.
Min pun demikian dalam petualangannya di buku ini.
Tujuan utama dia pergi adalah untuk menyelamatkan kakaknya dan membawanya
pulang. Untuk itu, dia harus menelusuri keberadaan Mutiara Naga, meskipun itu
bukanlah tujuan akhirnya. Padahal, Mutiara Naga adalah artefak yang amat sakti
dan berbahaya. Artefak tersebut juga dapat mengubah planet Jinju yang kurang
subur. Oleh karena kesaktiannya, banyak pihak yang mengincarnya, tetapi Min
tidak sepeduli itu dengan Mutiara Naga karena nasib kakaknya adalah yang
terpenting baginya. Itulah yang kusukai dari buku ini, mengingatkanku pada
cerita-cerita Percy Jackson.
Selain itu, aku senang karena tokoh utamanya adalah
seorang gadis, berbeda dengan novel-novelnya Rick Riordan yang menjadikan
laki-laki sebagai tokoh utamanya—Percy Jackson di serial Percy Jackson and the Olympians dan Magnus Chase di serial Magnus Chase and the Gods of Asgard.
Yoon Ha Lee menjadikan seorang gadis berusia 13 tahun sebagai tokoh utamanya
yang menjalani petualangan berat menuju planet lain, jauh dari rumahnya, dan
hanya seorang diri. Biarpun Min bukan manusia (dia adalah gumiho), tetap saja
dia masih muda sekali. Aku menyukai sosok Min karena dia memperlihatkan bahwa
seorang gadis pun bisa menjadi pemberani, tangguh, dan pintar.
Kelemahan
Biarpun cerita ini memiliki sejumlah kelebihan,
aku kurang menyukai alurnya yang sempat datar di pertengahan cerita. Mulai dari
awal cerita, excitement-nya terus
naik dan sangat menarik minat pembaca. Akan tetapi, setelah Min sampai di kapal
Petir Pucat, aku merasa cerita
berjalan sangat lamban dan cenderung stagnan. Aku pikir, cerita di Petir Pucat terlalu lama dan
begitu-begitu saja. Kita memang jadi lebih mengenal tentang pasukan antariksa,
tetapi seharusnya cerita berjalan terus. Min sendiri pun sadar bahwa dia
membuang waktu telalu lama di Petir Pucat.
Di samping itu, aku agak menyayangkan Min
bertualang seorang diri. Meskipun beberapa kali dia mendapat bantuan, dia tidak
memiliki teman seperjalanan. Padahal, cerita dapat menjadi lebih seru lagi
apabila Min ditemani orang lain, entah itu manusia biasa atau kaum supranatural
lain. Namun, seandainya teman seperjalanan Min adalah manusia, itu akan jadi seru
karena manusia punya prasangka buruk terhadap gumiho—petualangan mereka akan
jadi lebih seru.
Kemudian, aku sebetulnya ingin agar cerita ini
lebih mengeksplorasi makhluk-makhluk supranatural lain, seperti naga, harimau,
dan dokkaebi. Di Dragon Pearl, Yoon
Ha Lee hanya berfokus pada Min sehingga kita sudah dapat gambaran apa saja yang
dapat dilakukan oleh seorang gumiho, seperti berubah wujud dan memantrai orang
lain. Akan tetapi, makhluk supranatural lainnya yang muncul tidak mendapat
kesempatan seperti Min. Kesaktian mereka tidak benar-benar diperlihatkan dalam
cerita, padahal aku yakin itu akan menjadi seru sekali. Aku pikir, seandainya
Yoon Ha Lee ingin membuat sekuel Dragon
Pearl atau menulis cerita baru yang masih bertemakan Seribu Dunia ini, dia
perlu mengangkat makhluk supranatural lainnya sebagai tokoh utama.
Selain itu, buku ini kekurangan glosarium yang
berisi istilah-istilah di dalam cerita. Aku pikir, glosarium tersebut akan
sangat bermanfaat dan membantu pembaca sebab ada berbagai istilah dalam cerita
ini, seperti teraformasi, shaman, dan
trans. Dengan adanya glosarium, pembaca dapat dengan mudah mengetahui definisi
istilah-istilah tersebut. Namun, sayangnya buku ini tidak dilengkapi dengan
itu.
Kesimpulan
Menurutku, Dragon
Pearl adalah novel fiksi-ilmiah yang keren. Novel ini menggabungkan opera
antariksa dengan cerita-cerita mitos Korea. Dengan konsep cerita yang berbeda,
Yoon Ha Lee menceritakan kepada kita petualangan seorang gumiho yang masih
kecil pergi bertualang menyeberangi angkasa untuk mencari kakaknya. Walaupun
alur cerita sempat stagnan di tengah cerita, petualangan Min penuh dengan
peristiwa mendebarkan. Orang-orang yang senang menonton drama Korea dan
orang-orang yang senang membaca cerita fiksi-ilmiah pasti suka dengan buku ini.
Aku memberi skor 7,6/10 untuk Dragon
Pearl.
***
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar