A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Ali dan Ratu Ratu Queens: Sebuah Perjalanan Mencari Kebahagiaan di New York

Identitas Film

Judul                               : Ali dan Ratu Ratu Queens

Sutradara                        : Lucky Kuswandi

Tanggal rilis                     : 17 Juni 2021

Rumah produksi             : Palari Films

Penulis naskah               : Gina S. Noer

Durasi tayang                 : 100 menit

Pemeran                         : Iqbaal Ramadhan, Marissa Anita, Nirina Zubir, Tika Panggabean, Asri Welas, Happy Salma, Aurora Ribero

Genre                              : Drama, romantis, komedi


Sinopsis

Waktu kecil, Ali (Iqbaal Ramadhan) hidup bahagia dengan ibu (Marissa Anita) dan ayahnya (Ibnu Jamil), semua terasa sempurna. Kemudian, ibunya pergi ke New York untuk mengejar karirnya sebagai penyanyi. Hari demi hari berlalu, berganti bulan demi bulan, tetapi ibunya tidak ada kabar. Ali tahu bahwa ayah dan ibunya sedang tidak akur, tetapi dia rindu ibunya.

Kini, Ali sudah berusia 20 tahun, bukan anak kecil lagi, dan ayahnya sudah meninggal. Dengan bermodal nekat dan uang seadanya, Ali pergi ke New York untuk mencari ibunya. Dia pergi ke alamat lama ibunya yang berada di Queens dan bertemu dengan Tante Party (Nirina Zubir), Tante Chinta (Happy Salma), Tante Ance (Tika Panggabean), dan Tante Biyah (Asri Welas). Namun, Tante Party mengatakan bahwa ibunya Ali sudah tidak tinggal lagi di sana dan tidak tahu ibunya Ali ada di mana. Akan tetapi, Ali tidak menyerah. Dengan bantuan para tante-tante baik hati dan heboh tersebut, Ali terus mencari ibunya di kota asing New York.


Kelebihan

Film “Ali dan Ratu Ratu Queens” patut dikatakan sebagai salah satu film Indonesia terbaik tahun ini. Keunggulan yang terasa sekali dari film ini adalah karakter tiap tokoh yang digambarkan dengan baik dan detil. Masing-masing tokoh mempunyai karakter unik, seperti Ali yang keras kepala dan agak rebel, Tante Chinta yang percaya takhayul (superstitious), Tante Party yang ramah dan periang, Tante Ance yang galak, dan Tante Biyah yang terkesan kampungan. Karakter mereka pun tercermin pula dari pakaian yang mereka kenakan dan isi kamar masing-masing. Bahkan, ada beberapa adegan yang memperlihatkan keunikan karakter mereka tersebut, seperti waktu menemani Ali beli pakaian.

Di samping itu, ide ceritanya pun terasa fresh dengan menghadirkan kehidupan para imigran Indonesia yang tinggal di New York dengan mimpi-mimpi mereka. Aku ikut senang waktu melihat Tante Party, Tante Biyah, Tante Ance, dan Tante Chinta—Ratu-ratu Queens—mengejar mimpi mereka membuka restoran masakan Indonesia di Queens, New York. Para Ratu Queens tersebut pun digambarkan sebagai pekerja keras dan pantang mengeluh dalam bekerja untuk meraih cita-cita mereka. Kemudian, film ini memang tidak hanya menceritakan pencarian Ali terhadap ibunya, tetapi juga pencarian jati diri Ali, termasuk apa yang dia inginkan, apa yang dia harapkan. Hal-hal tersebut cukup menggambarkan bagaimana para imigran di Amerika Serikat yang memiliki harapan untuk hidup yang lebih baik.

Ada hal trivial dalam film ini yang aku suka, yaitu wajah jerawatannya Ali. Iqbaal Ramadhan sebagai Ali di film ini terlihat berjerawat, wajahnya tidak mulus bersih. Itu memang trivial, tetapi cukup menyiratkan bahwa Ali ini juga manusia biasa, remaja biasa yang bisa berjerawat sehingga membuat karakternya makin lekat dengan kehidupan sehari-hari.

Di samping itu, aku secara personal cukup bisa memahami mengapa Ali begitu keras dan nekat ingin ke New York, meskipun keluarga besarnya menentang itu. Keluarga besar Ali tidak mau Ali bertemu ibunya dengan berdalih itu demi kebaikan Ali. Namun, menurutku pribadi, cara berpikir demikian adalah salah karena mereka sok tahu mengenai kebaikan (well-being) Ali. Apalagi, Ali itu berhak tahu ibunya ada di mana dan apa kabarnya, bukan malah dilarang-larang. Makanya, aku bisa mengerti mengapa Ali terkesan muak mendengar orang dewasa bertindak mengatasnamakan kebaikannya seakan-akan dia tidak dapat menentukan sendiri apa yang baik untuk dia. Dan aku kagum dengan para Ratu Queens (yang adalah orang dewasa) yang berbesar hati minta maaf ke Ali ketika mereka lancang bertindak sok tahu atas kebaikan Ali.

Kemudian, untuk alur cerita, film ini memiliki alur yang keren. Aku awalnya berpikir Ali akan bertemu ibunya di penghujung film, tapi ternyata di seperempat pertama film mereka sudah bertemu (maaf spoiler). Jadi, setelah mereka bertemu itu, aku tidak punya gambaran apa-apa film ini akan jadi apa. Ditambah lagi, banyak adegan-adegan kocak dan seru sepanjang film. Ada saat-saat suasana film penuh kekecewaan, seperti saat ibunya Ali menutup pintu di depan wajah Ali, tapi ada pula saat-saat suasana penuh kebahagiaan, seperti saat Ali menghabiskan waktu dengan Ratu-Ratu Queens dan Eva (Aurora Ribero).

Selain itu, bagian puncak cerita, ketika Ali marah kepada ibunya dan para Ratu Queens, itu adegan yang keren banget—penuh emosi yang campur aduk. Di situ, perasaan kecewa, marah, dan tidak percaya yang Ali rasakan tergambar sekali. Namun, setelah itu, ketika Ali minta maaf kepada para Ratu Queens, itu adegannya pendek, tetapi pas. Video yang Ali perlihatkan itu punya pesan yang menyimpulkan hikmah film ini, yaitu bahwa dunia tidak selalu sesuai harapan kita dan kita harus bisa ikhlas dengan apa yang kita miliki saat ini.

 

Kelemahan

Salah satu kelemahan film ini ialah tidak adanya penjelasan mengapa harus New York. Kita tidak dikasih tahu apa alasan yang mendorong ibunya Ali pergi merantau ke New York meninggalkan suami dan anaknya. Padahal, untuk menjadi penyanyi, dia bisa menitih karir di Indonesia atau negara lainnya selain Amerika Serikat. Tapi, mengapa harus New York itu tidak dijelaskan.

Kemudian, ini detil trivial sebetulnya, tetapi aku merasa janggal ketika Ali memutuskan untuk kuliah di New York di epilog film. Padahal, visa yang Ali pakai bukan visa untuk kuliah, tetapi dia tiba-tiba memutuskan untuk kuliah di sana. Selain itu, bukankah seharusnya dia pulang dulu ke Indonesia untuk mengurus berkas-berkas? Itu memang tidak berpengaruh ke cerita, tetapi terasa kurang masuk akal.  

 

Kesimpulan

Film “Ali dan Ratu Ratu Queens” merupakan film yang sangat bagus dan cocok sekali ditonton bersama keluarga, teman-teman, atau bahkan kekasih. Film ini bukan sekadar tentang anak yang mencari ibu. Film ini juga tentang pencarian jati diri, perjalanan mengejar mimpi, bagaimana belajar merelakan dan menerima kenyataan, serta bagaimana mensyukuri apa yang kita miliki saat ini. Aku memberikan skor 8/10 untuk “Ali dan Ratu Ratu Queens.” Aku pikir, ide cerita film ini masih dapat dikembangkan, maka aku berharap ada sequel untuk film ini, entah dalam bentuk film ataupun serial.

Kalau kalian belum menonton cuplikannya, kalian bisa liaht di bawah ini.

***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

Komentar