Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1] (2017) yang lalu menjadi buku best-...
Crazy Little Thing Called Love: Cinta itu Motivasi untuk Jadi Lebih Baik
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Identitas
Film
Judul
:
A
Little Thing Called Love
Sutradara
:
Puttipong
Pormsaka Na-Sakonnakorn, Wasin Pokpong
Produser
:
Somsak Tejcharattanaprasert, Panya Nirankol
Tanggal rilis
:
12 Agustus 2010
Rumah produksi
:
Sahamongkol
Film International Co. Ltd., Workpoint Entertainment
Penulis naskah
:
Voraluk
Klasukon, Puttipong Pormsaka Na-Sakonnakorn, dan Wasin Pokpong
Durasi tayang
:
1 jam 58 menit
Pemeran
:
Baifern
Pimchanok Luevisadpaibul, Mario Maurer
Genre
:
Komedi romantis, coming of age
Sinopsis
Film ini
bercerita tentang pengalaman sebagian besar orang-orang, yaitu tentang suatu
hal kecil yang disebut cinta. Ada seorang gadis bernama Nam (Baifern Pimchanok
Luevisadpaibul) yang duduk di bangku kelas 1 SMP. Nam jatuh cinta pada
seniornya yang duduk di kelas 1 SMA, bernama Shone (Mario Maurer). Shone adalah
pemuda tampan dan ramah yang memiliki minat pada fotografi dan sepak bola. Di
samping itu, Shone juga digandrungi banyak anak perempuan di sekolahnya karena
wajah tampannya.
Nam
ingin sekali mendapatkan perhatian Shone, tapi dia sadar dirinya tidak cantik.
Dia akan kalah saing dengan anak perempuan lainnya yang lebih cantik dari pada
dia. Maka dari itu, sahabat-sahabat Nam – Cheer, Gie, dan Nim – membantu Nam
untuk bisa menjadi cantik. Nam juga diam-diam mempraktikkan isi buku “9 Resep
Cinta” untuk memenangkan perhatian Shone, padahal Nam bilang ke teman-temannya
buku itu konyol. Tapi, apa mungkin isi buku itu berhasil membantu Nam dekat
dengan Shone?
Kelebihan
A Little
Thing Called Love adalah salah satu film romantis-komedi Thailand
yang paling terkenal. Sejak peluncurannya 10 tahun lalu, film ini masih menjadi
salah satu film favorit orang-orang. Kehebatan film ini juga sudah terbukti
dari banyaknya penghargaan yang dimenangkannya.
Film ini
memiliki premis yang sangat sederhana dan klise, yaitu tentang cinta pertama
remaja. Namun, penyajian alur ceritanya luar biasa. Alur film ini dibuat dengan
sederhana dan realistis, bahkan banyak banget orang yang mengalami kejadian
serupa. Pura-pura lewat depan kelasnya supaya bisa lihat dia, senang bukan main
waktu dia tahu nama kamu, dan menyimpan barang-barang pemberian dia selayaknya
harta karun – hal-hal tersebut tentunya pernah dialami sebagian besar orang
saat jatuh cinta. Nam adalah kita, orang yang ingin berusaha agar dilirik oleh
cintanya.
Penyajian
adegan-adegan di film ini benar-benar membuat kita nyaman menontonnya. Tidak ada
adegan yang terlalu rumit sampai membuat kita mikir. Semuanya mencerminkan
bagaimana kehidupan cinta remaja. Kemudian, adegan-adegan humornya pun berhasil
mengundang tawa. Kalian pasti ketawa melihat kelakuan Nam dan teman-temannya
waktu mereka berusaha membuat Nam terlihat cantik.
Di
samping adegan komedi, adegan menggemaskan di film ini juga bisa membuat kamu
senyum-senyum sendiri. Ketika gladi bersih pentas drama, Nam hampir terjatuh
dari panggung tapi untungnya ditahan oleh Shone – adegan itu berhasil membuat
kita gemas melihat mereka berdua. Yang dipegang tangannya Nam, tapi yang senang
aku hahaha. Kalian gak mungkin gak senang melihat sikap manis Shone kepada Nam.
Yang
paling keren dari alur cerita film ini adalah transformasi Nam. Nam yang semula
ulat bulu pada akhirnya bertransformasi menjadi kupu-kupu. Alih-alih berharap
Shone mau mencintainya apa adanya, Nam menjadikan Shone sebagai motivasinya
untuk terus berubah dan berkembang. Nam memperlihatkan bagaimana cinta bisa
menjadi motivasi bagi seseorang untuk terus memperbaiki diri menjadi orang yang
lebih baik. Kegigihan Nam tersebut lah yang membuat ku salut padanya.
Kemudian,
chemistry yang dibangun oleh Baifern Pimchanok dan Mario Maurer pun
sangat hebat. Walaupun pada saat itu mereka masih muda, akting mereka bagus
sekali. Mereka berhasil menghidupkan karakter Nam dan Shone dengan sempurna dan
terasa nyata. Bahkan, aku pribadi mendukung agar keduanya berpacaran di kehidupan
nyata, hahaha.
Terutama
untuk Baifern Pimchanok, kemampuan aktingnya sangat hebat di film ini. Adegan
ketika dia mengungkapkan cintanya kepada Shone itu sangat bagus sekali, dan
menjadi salah satu adegan favorit semua orang di film ini. Di situ, akting dia
luar biasa dan sangat nyata. Orang-orang meneteskan air mata melihat adegan
itu.
Bicara
tentang adegan favorit, adegan Nam yang mengungkapkan perasaannya itu juga
adalah salah satu adegan favoritku. Aku meneteskan air mata karena terharu pada
keberanian Nam. Dan ketika kisah cintanya tidak berakhir sesuai harapannya, aku
ikut sakit hati dan bersimpati padanya. Adegan favoritku yang lain adalah saat
Nam berbaikan dengan sahabat-sahabatnya setelah bertengkar. Waktu mereka
bernyanyi bersama dan menangis, aku ikut terharu dengan kuatnya ikatan
persahabatan mereka. Dan adegan favorit ku yang terakhir adalah ketika Shone
membuka album fotonya. Adegan itu membuatku nangis dan kesal sekali dengan
Shone. Mengutip tulisan Shone di dalam album itu, “Why our time never
matched?”
Kelemahan
Mengenai
kelemahan film ini, aku tidak bisa mengatakannya. Aku pikir, salah satu
kelemahannya adalah premis film yang sederhana itu. Seandainya film ini
memiliki permasalahan yang sedikit lebih rumit, mungkin ceritanya akan sedikit
lebih menarik. Namun, kalau terlalu rumit, nanti ceritanya jadi kurang
realistis dan terlalu lebay. Jadi sebenarnya sudah cukup premis film yang
digunakan. Hmmm… Baiklah, aku menyerah menyebutkan kekurangan film ini.
Oh
mungkin satu ini kelemahannya: adegan terakhir ketika sudah 9 tahun kemudian.
Adegan berupa syuting acara talkshow tersebut
agak maksa, menurutku. Aku tidak mengerti mengapa talkshow-nya harus membahas tentang cinta pertamanya Nam, serta
bagaimana bisa Shone memegang kancing baju yang selama ini Nam simpan. Mungkin
seharusnya, mereka bisa dipertemukan kembali di situasi berbeda, bukan talkshow.
Kesimpulan
Siapa
sih yang gak akan suka dengan film A Little Called Love? Film ini sangat
relate dengan kehidupan banyak orang. Karakter Nam tidak mungkin tidak
mencuri perhatian – usaha gigihnya untuk bertransformasi jadi cantik luar-dalam
demi Shone merupakan jiwa film ini. Nam mengajari kita untuk menggunakan cinta
sebagai motivasi untuk menjadi orang yang lebih baik. A Little Thing Called
Love berhasil membuatku tertawa, gemas, dan menangis – hebat banget! Film
ini cocok sekali kalian tonton dengan siapapun, karena sebagian besar orang pasti
punya pengalaman cinta pertama yang unik, seperti ceritanya Nam. Skor untuk
film ini adalah 9/10.
Kalau kalian belum pernah nonton filmnya, cek aja cuplikannya di sini!
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar