Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1] (2017) yang lalu menjadi buku best-...
Marriage Story: Cerita tentang Pernikahan, Keluarga, dan Perpisahan
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Identitas Film
Judul: Marriage Story
Sutradara: Noah Baumbach
Tanggal rilis: 6 Desember 2019
Rumah produksi: Heyday Film
Penulis naskah: Noah Baubach
Durasi tayang: 137 menit
Pemeran: Adam Driver, Scarlett Johansson, Azhy
Robertson
Sinopsis
Charlie
Barber (Adam Driver) adalah seorang sutradara teater dan istrinya adalah
seorang aktris yang bernama Nicole Barber (Scarlet Johansson). Keduanya sangat
bahagia, saling mencintai, dan sudah memiliki seorang putra bernama Henry (Azhy
Robertson). Semua terasa seperti akan bahagia selama-lamanya.
Namun,
kehidupan rumah tangga tidak semulus itu. Cinta yang mereka pernah rasakan
bersama tidak lagi terasa. Rumah tangga mereka perlahan berantakan dan mereka
sedang dalam proses perceraian. Siapa yang bisa menyangka bahwa menikah dan
berkeluarga dapat berakhir dengan sedihnya perceraian?
Kelebihan
Adegan
pertama film ini langsung mencuri perhatian ku. Aku tahu aku akan suka film
ini. Adegan pertamanya sangat menarik untuk membuka cerita mengenai perceraian.
Menampilkan perasaan masing-masing dan hal-hal yang disukai terhadap satu sama
lain, membuat penonton lebih mengenal alasan mereka berdua – Charlie dan Nicole
– menikah.
Kemudian,
adegan yang sangat aku suka adalah ketika Nicole curhat ke pengacaranya. Di
situ Nicole menceritakan bahwa dia menyadari dirinya “hilang” setelah menikah,
dia tidak tahu siapa dirinya. Adegan itu diperlihatkan dengan sederhana, tetapi
menyiratkan bahwa seorang pasangan yang menikah bisa saja “lupa” dirinya
sendiri. Dan aku pikir itu terjadi pada banyak orang.
Nicole
tidak bisa lagi mengenal dirinya sebagai seorang individual bernama Nicole;
selalu ada Charlie sebagai bagian dari dirinya. Dia merasa dirinya adalah orang
yang berbeda. Tidak kah itu terjadi pada banyak pasangan? Banyak orang yang
tidak sadar merelakan identitasnya, berubah menjadi orang yang berbeda demi
pasangannya. Dan begitu dia menyadari itu, dia merasa hubungan mereka tidak
bekerja, dan akan selalu ada perasaan terbebani setelahnya. Kurang lebih itu
yang aku bisa lihat dari curhatanya Nicole.
Sementara
itu, mungkin banyak yang membenci Charlie karena itu (dan karena beberapa hal
lainnya), dan aku pun begitu. Menurut aku, Charlie terbawa karakternya sebagai
seorang sutradara. Dia biasa yang menentukan bagaimana hal-hal seharusnya
terjadi, dan sepertinya kecenderungannya untuk mengatur sesuatu terbawa dalam
hubungan rumah tangganya.
Dia
menjadi bossy di rumah. Dia menentukan apa yang Nicole dan Henry suka,
apa yang mereka perlu lakukan. Hubungan keluarga tidak bekerja seperti itu.
Walaupun Charlie adalah kepala rumah tangga, bukan berarti dia yang mengatur
segalanya. Sepertinya Charlie melupakan kenyataan bahwa Nicole dan Henry juga
memiliki keinginan masing-masing.
Di
luar sana, tentu banyak pasangan yang demikian, tidak terkecuali yang sudah berumah
tangga. Orang dengan pekerjaan guru, tentu cenderung mendisiplinkan
anak-anaknya layaknya guru di sekolah, dan ia tidak menyadari itu. Banyak orang
tidak sadar bahwa dia sudah terlalu mengatur pasangannya, padahal cinta itu
membebaskan dan bukannya mengikat.
Oh
kalian ingat adegan di mana Charlie dan Nicole, juga Henry, sama-sama menutup
pagar rumah Nicole? I’m not sure why, but I love that scene. Ketika
Charlie dan Nicole sama-sama menutup pagar, kamera bergantian menyorot wajah
mereka beberapa kali. Ditambah lagi, the way they looked at each other! It’s
just a wow scene which I love!
Banyak
hal tentang perceraian yang diperlihatkan di sini. Pertama, tentang suami yang
tetap harus patungan membayar pengacara istrinya. Itu suatu sistem yang aneh
dan kurang adil. Mereka berniat untuk berpisah, tapi kenapa suami harus ikut
bantu membayar pengacara itu? Namun, bisa jadi aturan yang berlaku di Indonesia
berbeda, jadi jangan langsung khawatir.
Aku
suka dialog pengacaranya Nicole Ketika membicarakan sosok seorang ibu yang dibandingkan
dengan Bunda Maria. Rupanya, persepsi orang terhadap sosok ibu sempurna cukup
dipengaruhi dari pandangan agama, terutama sosok Bunda Maria. Dia adalah wanita
yang suci, baik hati, sempurna, bahkan dia perawan, dia tidak perlu berhubungan
seks untuk mendapatkan anak. Dan itu semua tanpa disadari memengaruhi penilaian
seseorang terhadap sosok ibu atau seseorang perempuan pada umumnya.
Bagaimana
cerita dalam film ini dibangun pun sangat rapih dan terstruktur. Pertama kita
diperlihatkan alasan keduanya saling mencintai, lalu alasan kenapa rumah tangga
mereka tidak lagi bahagia. Berikutnya, diperlihatkan rumitnya proses perceraian
itu sendiri, mulai dari mencari pengacara sampai dampaknya terhadap pekerjaan
pasangan tersebut. Sangat terlihat betapa rumitnya perceraian itu.
Apalagi
mengenai hak asuh anak! Astaga, kehadiran seorang anak dalam pernikahan
menambah rumit perceraian. Kedua orang tua pasti ingin memperoleh hak asuh dan
itulah yang sangat menambah pikiran. Terlihat sekali betapa Charlie terbebani
antara perceraian dan pekerjaannya. Charlie memperlihatkan bagaimana usaha seorang
ayah yang tidak mau berpisah dari anaknya.
Kemudian
aku suka adegan perkelahian Nicole dan Charlie di apartemen baru Charlie. Pertama,
aku suka karena mereka bertengkar tidak di hadapan anak mereka, anak mereka pun
tidak ada di sekitar situ hingga bisa mendengar orang tuanya bertengkar. Menurutku,
ini seharusnya yang dilakukan semua orang tua ketika mau bertengkar, yakni memilih
tempat yang tidak bisa dilihat dan didengar anak mereka.
Kemudian,
akting kedua tokoh utama film ini sangat luar biasa di adegan tersebut. Bagaimana
perdebatan mereka dimulai dari percakapan sederhana sampai menjadi percakapan
penuh emosi (dan tinju) itu mencuri perhatian banget. Di situ mereka meluapkan
segalanya. Terkesan menakutkan, tetapi melegakan. Bertengkar dan berdebat –
itulah hal biasa yang terjadi dalam rumah tangga, dan film ini memperlihatkan (setidaknya
mendekati) situasi terburuknya. Aku juga senang karena tidak ada KDRT di sana,
dan memang seemosional apapun perdebatan suami istri, kekerasan tidak boleh
terjadi.
Film
ini sangat mengagumkan, tentu saja. Untuk orang yang belum menikah seperti aku,
mungkin kita akan terkejut melihatnya. Banyak hal yang sangat rumit tentang
pernikahan. Pernikahan rupanya tidak sesederhana hubungan seks yang dilegalkan.
Menikah dan berumah tangga, serta memiliki anak, adalah suatu hubungan kompleks
antara dua manusia yang hanya bisa diselesaikan dan diatur oleh keduanya. Dan Marriage
Story cukup berhasil memperlihatkan kompleksitas tersebut dengan menyajikan
cerita rumit mengenai perceraiannya.
Kelemahan
Untuk
hal yang kurang dari film ini, sebenarnya gak ada yang terlalu memengaruhi
cerita. Mungkin itu karena aku belum bisa relate ke cerita itu. Sebagai
orang yang belum menikah, ya agak sulit untuk benar-benar bisa merasakan
emosinya Charlie dan Nicole.
Oleh
karena aku kurang relate itu, ada beberapa bagian dari cerita yang
menurut aku membosankan. Contohnya Ketika Charlie sedang mencari-cari pengacara
untuk perceraiannya atau adegan di mana Charlie dan Henry pergi trick or
treat. Beberapa part seperti itu aku rasa membosankan.
Kesimpulan
Marriage
Story itu sebuah film yang sangat realistis sehingga semua orang
bisa memahami film itu, terutama bagi pasangan yang pernah menikah. Film ini
memperlihatkan bahwa pernikahan itu bukanlah sesederhana suami mencari nafkah,
istri mengurus rumah tangga, dan anak menuruti keinginan orang tua; film Marriage
Story memperlihatkan bahwa semua orang yang terlibat dalam keluarga itu
adalah manusia yang memiliki keakuannya masing-masing. Film ini memperlihatkan
realita bahwa keluarga adalah hubungan kompleks antarindividu yang menuntut
segala upaya kita untuk mempertahankannya.
Oh yeah,
you know what? I don’t think I’m afraid of marriage after I watched it (like
many people do). What I’m afraid is couldn’t become a good enough member of my
family. Skor untuk film ini dari aku adalah 8.0/10. Kalian semua, ayo
ajak keluarga kalian kumpul dan nonton Marriage Story sama-sama di rumah!
Untuk yang belum pernah nonton trailer-nya, kalian bisa lihat di bawah ini.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar