Identitas Buku
Judul
|
:
|
The
Orange Girl (Gadis Jeruk)
|
Penulis
|
:
|
Jostein
Gaarder
|
Penerjemah
|
:
|
Yuliani
Liputo
|
Penerbit
|
:
|
PT
Mizan Fantasi
|
Tahun
terbit
|
:
|
2019
(Edisi Keempat)
|
Cetakan
|
:
|
I
|
Tebal
|
:
|
251
halaman
|
Harga
|
:
|
Rp65.000,-
|
ISBN
|
:
|
978-602-441-122-0
|
Genre
|
:
|
Fiksi filosofis,
romantis, drama
|
Tentang Penulis
Jostein Gaarder adalah seorang
penulis berkewarganegaraan Norwegia yang menulis buku Sophie’s World (Dunia
Sophie). Buku tersebut adalah salah satu buku terlaris di dunia dan telah
diterjemahkan ke dalam 50 bahasa.
Jostein Gaarder memiliki ciri
khas dalam buku-buku karangannya, yakni memadukan dongeng yang indah dengan
perenungan akan makna. Jostein Gaarder pun kerap kali memasukkan
filsafat-filsafat ke dalam novel-novelnya. Tidak hanya itu, beliau juga sangat
lihai dalam memberi kesadaran akan isu-isu lingkungan hidup melalui
cerita-cerita yang dia sampaikan.
Buku-buku Jostein Gaarder selain
Dunia Sophie, antara lain adalah: Dunia Anna, Princess of Tales, The
Orange Girl, Dunia Maya, Cecilia and the Angel, The Magic Library, The
Puppeteer, The Castle in the Pyrenees, Misteri Soliter, dan yang terbaru
The House of Tales.
Di samping menulis, Jostein
Gaarder juga aktif mengampanyekan pelestarian lingkungan melalui Sofie
Foundation yang dia dan istrinya dirikan pada tahun 1997. Sekarang, Jostein
tinggal di Oslo, Norwegia.
Sinopsis
Georg, seorang remaja laki-laki
berusia lima belas tahun yang normal. Dia tinggal dengan keluarganya yang
normal, ada ayah, ibu, dan seorang adik perempuan. Hanya saja, itu bukan ayah
kandungnya. Ayah kandung Georg sudah meninggal saat dia masih kecil.
Waktu itu, dia baru saja sampai
di rumah. Georg bingung karena ada kakek-neneknya, orang tua dari ayah
kandungnya, di rumah. Kakek-neneknya membawakan sepucuk surat untuknya, sepucuk
surat yang ditulis oleh ayah kandungnya sebelum ia meninggal.
Kalau jadi Georg, bagaimana
perasaan mu? Perasaan Georg saat itu bingung dan terkejut. Sosok ayah yang tak
pernah ia ingat jelas tahu-tahu muncul kembali setelah belasan tahun. Begitu
Georg membaca surat itu, isinya bercerita tentang dongeng sederhana mengenai
Gadis Jeruk, gadis yang selalu ayahnya cari.
Ada yang aneh dalam surat itu,
terlalu banyak hal yang tidak Georg mengerti. Mengapa ayahnya menyinggung
tentang Teleskop Luang Angkasa Hubble, topik yang sedang sangat Georg sukai? Mengapa
surat ini baru muncul sekarang setelah Georg remaja? Siapa si Gadis Jeruk ini
sebenarnya? Tapi yang paling penting, siapa sebenarnya Jan Olav, ayah kandung
Georg itu?
Kelebihan
 |
Sampul versi cetakan sebelumnya |
The Orange Girl adalah
buku keempat karya Jostein Gaarder yang aku baca. Hal pertama yang menarik dari
buku ini ialah sampulnya. Gambar di sampulnya baru dan lebih menarik perhatian
untuk dibaca. Buku ini sebenarnya sudah pernah terbit dengan judul “Gadis
Jeruk,” dengan sampul yang berbeda pula. Namun, sampul yang ini lebih menarik
perhatian – terlukis di sana sosok Gadis Jeruk yang cantik nan misterius, serta
suasana kota Oslo tempat Jan Olav bertemu Gadis Jeruk pertama kali.
Alur ceritanya pun sederhana
tetapi tetap membuat penasaran. Berbeda dengan Dunia Sophie dan Dunia
Maya yang sudah pernah aku baca sebelumnya, The Orange Girl tidak begitu
misterius dan penuh teka-teki. Bahkan, ceritanya lebih simple lagi
daripada Dunia Anna.
Oke, memang terkesan
kesederhanaan itu sama dengan biasa saja, tapi kali ini tidak. Mungkin di sini
tidak ada misteri yang tidak masuk akal, dongeng ajaib, atau dialog-dialog
penuh teka-teki; yang disuguhkan adalah sebuah kisah pencarian cinta yang sederhana,
dekat dengan sehari-hari, namun layaknya dongeng. Buku ini seperti memberi tahu
bahwa kita semua memiliki dongeng kita masing-masing, dan ada aturan main yang
berbeda untuk setiap dongeng itu.
Konsep ceritanya pun aku suka.
Kali ini tidak ada hal-hal ajaib yang muncul, sesederhana seorang anak yang
membaca surat dari ayahnya yang telah lama meninggal. Surat dari seorang ayah
yang sangat menyesal dan sedih karena tidak bisa melihat anak laki-lakinya
tumbuh. Surat dari seorang ayah yang sangat kecewa karena harus pergi terlalu
cepat dan tidak punya waktu untuk membicarakan banyak hal dengan anaknya. Sesederhana
itu cerita ini bisa membawa kita kepada kisah romantis.
Kemudian, aku suka sekali dengan
bagaimana cerita ini berjalan. Awalnya sebuah kisah pencarian cinta Jan Olav untuk
menemukan si Gadis Jeruk. Seiring cerita berjalan, kita dibawa untuk merenungi
keberadaan manusia di tengah alam semesta yang luas. Dan terakhir, kita
diberikan satu pertanyaan sederhana, yang mungkin sudah sering kita tanyakan
juga. Pertanyaan mengenai pilihan paling mendasar dalam hidup: lebih baik hidup
lalu mati atau tidak hidup sama sekali?
Kelemahan
Yang kurang dari cerita ini,
menurut aku, adalah pengembangan karakternya. Memang ada sekilas penjelasan
mengenai karakter-karakter di buku ini, tapi terlalu singkat. Signifikansi
mereka dalam cerita ini menjadi kurang. Bahkan, Georg si karakter utama pun terasa
kurang dieksplor. Buku hanya seputar Jan Olav dan Gadis Jeruk saja.
Penyampaian narasi dan renungan
dalam buku ini juga sedikit monoton, maksudnya lagi-lagi berupa surat dan tulisan.
Mirip sekali dengan Dunia Sophie waktu di awal. Mungkin akan lebih
menarik kalau penyampaian renungan filosofis itu muncul dengan cara yang
berbeda – mungkin melalui dialog antara Gadis Jeruk dan Jan Olav, atau melalui pemikiran
liar Georg langsung, alih-alih tertulis di surat.
Kemudian, yang kurang aku suka
adalah ada banyak narasi-narasi tidak perlu di buku ini. Bagian-bagian di mana
Jan Olav mengkhayal siapa si Gadis Jeruk itu terlalu banyak. Setiap pertemuan dengan
Gadis Jeruk, dia bisa megarang lebih dari 2 skenario mengenai identitasnya. Itu
sebenarnya menurutku terlalu berlebihan. Namun mungkin itu karena karakter Jan
Olav yang memang overthinking dan pujangga. But, apapun itu aku
rasa itu sesuatu yang tidak perlu.
Kesimpulan
The Orange Girl adalah
karya Jostein Gaarder yang terbilang lebih sederhana dari segi konsep cerita
dibanding karyanya yang lain yang sudah aku baca. Kita tidak akan disuguhkan
misteri yang ajaib, tetapi misteri penuh kegalauan, bahkan bucin bisa dikatakan.
Namun, sebenarnya ini adalah kisah tentang seorang ayah yang bersedih, seorang
ayah yang ingin memiliki lebih banyak waktu untuk melihat anaknya tumbuh. Skor
untuk buku ini 7,8/10. Buku ini sangat cocok dibaca remaja. Oh iya,
sekali-sekali coba kalian tanya kisah cinta orang tua kalian, barangkali ada
hal menarik. Dan jangan lupa untuk tetap #dirumahaja.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar