A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Gundala: Debut Superhero Lokal dengan Kritik Sosial yang Sedikit Berlebihan, but Well Done!


Identitas Film

Judul                        : Gundala
Sutradara                 : Joko Anwar
Tanggal rilis              : 29 Agustus 2019
Rumah produksi       : Screenplay Films, Bumilangit Studios, Legacy Pictures
Penulis naskah         : Joko Anwar
Durasi tayang           : 123 menit
Pemeran                   : Abimana Aryasatya, Tara Basro, Bront Palarae, Ario Bayu, Lukman Sardi, Pritt Timothy

Sinopsis

Seorang anak kecil, bernama Sancaka (Muzakki Ramdhan), hidup sebatang kara setelah ayahnya (Rio Dewanto) meninggal dan ibunya (Marissa Anita) pergi. Sejak kecil, Sancaka selalu takut ketika hujan turun – bukan hujan yang ia kahawatirkan, tetapi petir. Entah mengapa, Sancaka merasa bahwa petir selalu mengincarnya. Bahkan, saat kecil dia pernah tersambar petir.

Karena dia tidak punya siapa-siapa, Sancaka harus bisa bertahan hidup di jalanan yang keras. Dia diajari cara bertarung oleh temannya yang bernama Awang (Fariz Fajar), yang kini sudah pindah ke Tenggara, tempat yang paling aman.

Setelah dewasa, ketakutan Sancaka (Abimana Aryasatya) pada petir tidak hilang. Kini, dia bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah pabrik koran. Setiap harinya, dia melihat aksi kriminal terjadi di setiap sudut kota. Sancaka terus menahan diri untuk membantu karena Awang mengajarinya untuk tidak ikut campur urusan orang lain. Akan tetapi, teman kerjanya, Pak Agung (Pritt Timothy), dan juga tetangganya, Wulan (Tara Basro), mulai mengingatkannya akan prinsip keadilan dan tolong-menolong yang ayahnya ajarkan dulu. Sesuatu seperti memanggilnya untuk bertindak dan melawan kejahatan.

Di lain sisi, para anggota DPR, ketar-ketir mengenai isu beras terkontaminasi yang telah membuat rakyat panik. Serum yang mengontaminasi beras tersebut dikatakan akan memengaruhi kandungan para ibu hamil sehingga anak-anak mereka akan menjadi orang yang tidak bermoral. Mereka mulai mencium dalang di balik itu semua, sorang mafia kejam bernama Pengkor (Bront Palarae).



Kelebihan

Sebelum mulai bahas, ayo kita tepuk tangan dulu untuk film Gundala. Jadi, film Gundala ini adalah pembuka dari Bumilangit Universe, semacam MCU-nya Indonesia. Oleh sebab itu, film ini sebetulnya memiliki sebuah tanggung jawab tersendiri untuk bisa meloloskan superhero Bumi Langit yang lain ke layar bioskop kita. Dan untuk film Gundala, menurut aku udah cukup baik sebagai sebuah permulaan.

Yang aku suka di sini adalah tone filmnya yang lebih mirip ke DC daripada Marvel. Sebagaimana film-film pahlawan super DC, kita tidak hanya diperlihatkan perjalanan dan aksi para pahlawan melawan musuh, tapi juga apa yang terjadi pada lingkungan dan masyarakat sekitarnya sebagai pihak yang terkena dampak langsungnya. Jadi, jangan heran kalau di film ini itu banyak banget yang akan dibahas.

Aku sendiri suka dengan alur ceritanya yang diawali dengan masa lalu Sancaka. Kita jadi dibawa untuk ikut merasakan kesedihan Sancaka saat masih kecil. Rapih sekali adegan demi adegan yang ditampilkan mengenai latar belakang kehidupan Sancaka. Unsur background yang pahit seperti itu mengingatkan aku pada anime-anime, seperti Naruto dan One Piece, di mana setiap karakter utamanya pasti memiliki background yang pahit. Kita jadi paham mengapa tokoh utama kita mengambil tindakan-tindakan tertentu dan melihat seberapa jauh dia berproses. Dan film Gundala menghadirkan unsur tersebut dengan sangat bagus.

Kemudian yang bagus dari film ini adalah tokoh utama kita sendiri, yaitu Sancaka yang diperankan oleh Abimana Aryasatya. Aku pikir Abimana sangat cocok memerankan Sancaka yang pendiam dan suka menolong. Bahkan, ketika bertarung pun, Sancaka tidak banyak omong dan langsung saja berantem. Dan itu semua somhow pas sekali dengan sosok Abimana.



Antagonis kita pun menarik di sini. Karena kita dijelaskan mengenai latar belakangnya sehingga kita paham motif dia sebagai penjahat itu apa. Pengkor, sebagai seorang antagonis, itu bisa dikatakan tidak selalu jahat. Kalau kita melihatnya dari sudut pandang yang lain, kita akan melihat bahwa dia memiliki niatan baik, meskipun memang jalan yang dia tempuh itu terbilang ekstrem. Musuh semacam itu sangat menarik karena mereka tidak hanya sulit ditebak, tetapi juga beraksi dengan cara yang tak terpikirkan sama sekali, dan biasanya hal itu akan mendorong jagoan kita untuk berkembang.

Film ini, seperti yang aku bilang, tidak sekadar menceritakan tentang Sancaka, tetapi juga hal-hal di sekitarnya. Isu yang menjadi subtema di sini cukup menarik buat aku, yakni tentang keadilan moral. Bagaimana Pengkor berusaha mempermainkan masyarakat serta pemerintah mengenai masalah moralitas itu tidak aku ekspektasikan sama sekali. Kita, para penonton, sebagai warga sipil jadi semakin relate dengan problem serupa yang membutuhkan sinergi antara rakyat dengan pemerintah. Ya, semoga aja para penonton sadar apa maksud dari permasalahan yang diangkat di film ini.

Aku juga suka kekuatan dari Sancaka. Biasanya, karakter dengan kekuatan elemen petir akan menggunakan petirnya untuk menyerang musuh secara langsung atau dengan memanggil petir dari langit. Namun, di sini Sancaka menggunakannya dengan cara yang beda. Aku sama sekali tidak pernah mengira bahwa kekuatan elemen petir bisa dipakai seperti itu.

Kelemahan

Nah, seperti yang aku bilang tadi, film ini memiliki tanggung jawab tersendiri, dan menurut aku belum 100% berhasil dituntaskan. Ada beberapa koreksi untuk film ini. Pertama, alur film ini mulai kurang jelas arahnya mau ke mana menjelang akhir film. Aku kurang paham bagaimana Pengkor bisa tahu identitas asli Sancaka. Tiba-tiba aja dia bisa menemukan Sancaka.

Kemudian, Sancaka sendiri setelah menjadi seorang jagoan pun tidak jelas apa misinya. Sebelumnya dia hanya ingin membela pedagang-pedagang pasar yang tertindas. Akan tetapi, dia tiba-tiba bisa menolong si Lukman Sardi (aku lupa nama karakter dia siapa). Aku kurang paham apa tujuannya itu, karena itu terjadi begitu saja. Kita gak tahu apa tempat si Lukman Sardi diserang itu dekat dengan rumah Sancaka atau tidak, atau mungkin dia kebetulan lewat – aku miss aja di situ, sehingga aku kurang paham bagaimana perkembangan karakter kita tersebut.

Nah, omong-omong soal perkembangan karakter, aku pikir ada sedikit kekurangan di sini, terutama setelah Sancaka dewasa. Sancaka dewasa itu mengalami proses di mana dia akhirnya teringat kembali tentang ajaran ayahnya mengenai memperjuangkan keadilan dan semacamnya. Namun, proses dia hingga sadar itu seperti cepat sekali alurnya. Cuman karena dialog-dialog tertentu tiba-tiba dia sadar. Menurutku, seharusnya bisa lebih daripada itu. Memang ada adegan pasar dibakar, tetapi itu semua terkesan terlalu cepat. Mungkin karena masalah durasinya – misalkan durasi filmnya dua setengah jam, aku pikir semua transisi tersebut akan lebih smooth dan masuk akal.

Yang disayangkan lagi adalah, Sancaka untuk bisa membentuk identitas sebagai jagoan terbilang terlalu mudah. Hanya karena aksinya sekali-dua kali di jalanan, dia langsung dikenal orang luas. Padahal, membangun identitas pahlawan super itu tidak mudah kalau kita membandingkan dengan film-film lain. Dibutuhkan sebuah ancaman global atau ancaman satu negara dulu untuk itu. Bahkan, sebagian besar anggota Avengers saja namanya baru dikenal setelah film Avengers pertama. Akan tetapi di sini Sancaka bisa melalukannya dengan instan.

Selain itu, aku merasa porsi Sancaka sebagai pahlawan di film ini kurang. Di tengah film, terlalu bayak scene yang berfokus pada para anggota DPR, padahal bukan mereka tokoh utamanya. Sayang banget sebenarnya karena itu memengaruhi alurnya. Mungkin itu yang menyebabkan aku merasa perkembangan Sancaka terlalu cepat.

Kemudian, ada beberapa dialog yang menurut aku terlalu ngawur. Pak Agung di sini itu seperti orang bijak, yang kerap kali menyampaikan kalimat-kalimat bijaksana untuk Sancaka. Itu menurut aku aneh kadang-kadang karena ada kalimat yang dia sampaikan itu gak masuk ke dalam situasi di adegan tersebut, menurut aku. Terlalu terkesan mau bijaksana, seperti dipaksakan.

Ada pula hal yang aku kurang paham, yakni tentang Ghazul (Ario Bayu). Di awal-awal, kita melihat bahwa dia itu kaki tangannya Pengkor. Namun, kenapa makin lama dia seperti punya misi sendiri. Aku gak paham sebenarnya siapa di antara dia dan Pengkor yang lebih berbahaya dan apa sebenarnya motif si Ghazul itu, serta siapa sebenarnya dia.

Dan ada satu lagi, yakni mengenai asal-usul kekuatan Sancaka. Aku gak paham sebenarnya Gundala itu siapa dan Sancaka itu siapa. Di sini, Sancaka sama sekali tidak pernah menyebutkan dirinya sebagai Gundala, lalu dari mana nama Gundala itu sendiri berasal? Sancaka pun tidak mendapatkan kekuatannya setelah dia disambar petir ketika dia dewasa. Sancaka sepertinya sudah memiliki kekautan tersebut sejak kecil, tetapi sayangnya tidak dijelaskan.



Kesimpulan

Film Gundala, sebagai film pembuka dari Bumilangit Universe, mengemban tanggung jawab besar untuk membawa kejayaan kepada pahlawan super lokal kita. Aku pikir, film ini sudah berhasil dengan cukup baik untuk memenuhi tanggung jawabnya itu, meskipun masih ada koreksi. Namun, dari segi konsep dan karakter tokoh sudah bagus. Film ini memiliki konsep yang kuat, meskipun masih butuh perbaikan terhadap alurnya. Untuk skor, aku akan kasih film ini 7,7/10. Kalau kalian nonton filmnya, kalian nanti tunggu karena ada after-credits scene-nya Pokoknya, kalian harus menonton film ini di bioskop agar kita bisa menyaksikan pahlawan super lokal kita yang lain naik ke layer lebar!

Untuk kalian yang tidak tertarik nonton, kalian nonton dulu trailer-nya di bawah ini, dijamin kalian akan berubah pikiran!



***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

Komentar