Spoiler: Sebuah Novel Teenlit Lokal Rasa Drakor tentang Pembunuhan dan Proyektor Film Terkutuk

Identitas Buku Judul : Spoiler Penulis : Lia Nurida Penerbit : Bentang Belia (Bentang Pustaka) Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 324 halaman Harga : Rp98.000 ISBN : 9786231861184 Genre : Misteri, young adult , low fantasy , thriller   Tentang Penulis Lia Nurida adalah seorang ENFP yang telah memulai karir menulisnya sejak tahun 2012. Selain menulis, wanita yang menyukai kopi, K-Pop, dan kebab ini menghabiskan waktunya untuk mengurus komunitas Expert Class Project, sebuah komunitas menulis, serta klub Manula (Makan Nulis Baca). Dirinya juga kerap menghabiska

Bumi Manusia: Tanpa Nyai Ontosoroh, Siap-Siap Film ini Jatuh ke Bumi





Identitas Film

Judul                          : Bumi Manusia
Sutradara                   : Hanung Bramantyo
Tanggal rilis                : 15 Agustus 2019
Rumah produksi         : Falcon Pictures
Penulis naskah           : Salman Aristo
Durasi tayang             : 181 menit
Pemeran                     : Iqbaal Ramadhan, Mawar Eva de Jongh, Sha Ine Febriyanti, Giorgino Abraham, Bryan Domani, Jerome Kurnia

Sinopsis

Berlatar di tanah Jawa pada masa kolonial Hindia Belanda, seorang pemuda bernama Minke (Iqbaal Ramadhan) hidup dengan segala kegelisahannya. Pemikiran-pemikiran modern menghantui kepala Minke. Namun, dia sadar bahwa dia adalah pribumi yang menduduki derajat paling rendah di strata sosial saat itu. Perilaku tidak adil yang orang-orang Eropa lakukan kepada pribumi, selalu menanamkan kegelisahan dan rasa muak dalam diri Minke.



Suatu hari, temannya Suurhoof (Jerome Kurnia), mengajak Minke pergi ke kediaman keluarga Mellema. Di sanalah Minke bertemu dengan seorang wanita Indo yang cantik, Annelies Mellema (Mawar Eva de Jongh). Hanya sekali tatap, Minke tersihir oleh kecantikan Annelies. Bukan hanya itu, Minke juga terkagum-kagum pada ibunya Annelies, Nyai Ontosoroh (Sha Ine Febriyanti). Nyai Ontosoroh adalah sosok wanita pribumi yang pintar dan hebat di mata Minke.

Pertemuan mereka pada siang itu adalah awal perjalanan cinta Minke dan Annelies. Kedua pasangan yang saling tulus menyayangi itu harus berhadapan dengan segala hukum dan rasialisme. Apa mungkin perbedaan ras dapat menghalangi dua insan manusia untuk bisa saling mencinta?

Kelebihan

Film Bumi Manusia sudah menjadi fenomenal dari pertama kali diumumkan. Banyak orang yang sudah menunggu-nunggu film tersebut dengan ekspektasi tinggi. Aku pribadi adalah orang tersebut dan film ini belum berhasil memenuhi ekspektasi ku, tetapi bukan berarti film ini gagal.

Film ini sangat bagus dalam menggambarkan suasana Jawa pada masa Hindia Belanda. Sebagai orang yang hanya tahu sejarah sekadar teks di buku sekolah, film ini seperti memperlihatkan sejarah dengan lebih hidup. Betapa perilaku tidak adil orang-orang Eropa kepada pribumi berhasil membuat aku geram sendiri saat menonton. Suasana kota serta masyarakatnya sangat baik digambarkan dalam film ini; properi untuk setting filmnya kurang mendukung, sih.  

Kemudian, tokoh Annelies di sini sangat menarik dan bisa dikatakan mencuri perhatian. Saat pertama kali muncul, Annelies berhasil tampil dengan anggun dan manis, sangat mendukung scene tersebut yang merupakan pertemuan pertama Minke dan Annelies. Kemudian, akting Mawar Eva cukup baik dalam memerankan gadis indo tersebut. Ketika Annelies dicium Minke lalu dia teriak, itu adalah scene yang cukup menghibur dalam cara tersendiri. Pokoknya Anneliese berhasil membuat penonton gemas.

Ada pula adegan Anneliese yang menurutku bagus sekali, yaitu di scene terakhir ketika dia akan pergi ke Belanda. Di situ, sikap Anneliese sangat menggambarkan bahwa dia tidak mau mengkhawatirkan orang-orang yang dia sayangi ketika dia harus pergi, dia juga ingin memberikan kesan indah sebelum mereka pergi. Walaupun begitu, tidak lantas ekspresi Anneliese berubah menjadi sosok wanita yang bijaksana dan dramatis, alih-alih dia tetap terlihat menggemaskan.



Akan tetapi, tokoh paling luar biasa di film ini adalah Nyai Ontosoroh. Nyai Ontosoroh di sini berhasil menghadirkan sosok wanita mandiri, cerdas, dan sukses pula sebagai seorang ibu, tetapi tidak menjadi arogan dan tetap menyadari posisinya sebagai seorang ibu. Walaupun dengan segala kehebatannya, Nyai Ontosoroh tidak menjadi wanita belagu yang merendahkan laki-laki. Dia sangat bijaksana dengan memperlakukan orang berdasarkan kepribadian dan intelektual mereka, bukan ras, gender, atau status sosial.

Setiap adegan yang menghadirkan Nyai Ontosoroh, berhasil membuat excitement film ini naik. Semua penonton pasti terkagum-kagum dengan sosoknya. Sangat perlu diapresiasi Sha Ine Febriyanti karena telah berhasil membawakan sosok Nyai Ontosoroh dengan luar biasa.

Di samping itu, sebagai orang yang peduli terhadap isu-isu activism, aku cukup relate dengan apa yang dihadapi Minke dalam film ini. Maka dari itu, aku suka kesal sendiri ketika melihat perilaku rasis atau ketidakadilan hukum yang dilakukan orang-orang Eropa dalam Bumi Manusia. Oleh sebab itulah aku senang ketika ada refleksi diri Minke berupa monolog tentang modernisme dan kesetearaan.

Setelah itu, yang menjadi keunggulan film ini ialah quotes yang disampaikan sepanjang cerita ini. Banyak film yang menggunakan kalimat-kalimat bijaksana dalam dialognya, tetapi hanya sedikit yang berhasil masuk dalam film tersebut atau penempatan dialog tersebut berhasil. Untungnya, sebagian besar kalimat-kalimat bijaksana dari tokoh-tokoh di sini berhasil masuk pada scene-nya; memang beberapa yang not necessary, though. Entah karena memang suasana dari ceritanya yang mendukung atau pemilihan diksinya yang tepat, pesan-pesan dan kritik sosial yang mau disampaikan kepada penonton melalui dialog para tokoh dalam Bumi Manusia berhasil tersampaikan.

Kelemahan

Buku Bumi Manusia adalah buku yang cukup tebal dan fenomenal, tetapi aku belum pernah membacanya sehingga aku tidak bisa membandingkan isi bukunya dengan film ini. Namun, untuk bisa mengadaptasi buku dengan cerita sekompleks itu ke layar lebar memang bukanlah pekerjaan mudah sehingga wajar kalau durasi film ini sampai tiga jam. Yang disayangkan adalah film berdurasi tiga jam ini tidak berhasil menjaga keseruan ceritanya selama tiga jam tersebut.

Di awal-awal cerita, suasana dan peristiwa-peristiwa yang dialami para tokoh sangat baik dan memberikan kesan menarik bagi aku pribadi. Namun setelah satu setengah jam, semua terasa biasa saja. Ada beberapa kali adegan yang memunculkan excitement, tetapi langsung begitu aja lewat. Sayang banget karena keseruan dari alur cerita ini tidak berhasil dijaga dari awal sampai akhir film.

Ada hal yang kurang dijelaskan di sini, yakni pembunuhan Herman Mellema (Peter Sterk). Dalam persidangan, akhirnya diketahui bahwa Ah Tjong, pemilik rumah pelacuran, lah yang telah membunuh ayahnya Anneliese tersebut. Namun, kita tidak mendapat penjelasan sebenarnya apa motif di balik itu. Padahal saat di persidangan, Ah Tjong sudah menepis tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa dia tidak mungkin membunuh pelanggan setianya. Nah, di situlah tidak jelas apa motif dari pembunuhan tersebut.
Yang paling kelihatan kurang di sini adalah pengembangan tokoh-tokohnya. Contohnya saja adalah Minke, si tokoh utama, yang diperankan oleh Iqbaal. Aku pribadi kurang suka dengan make up-nya sebagai Minke, terutama kumisnya. Sangat tidak jelas mau dibuat sebagai pemuda yang seperti apa Minke itu. Tidak terlihat dewasa, tapi seperti berlagak dewasa. Oke, itu komentar personal.

Selain itu, Iqbaal seperti kurang menjiwai perannya sebagai Minke. Ada beberapa scene yang menurutku Iqbaal berhasil sebagai Minke, tetapi cukup banyak juga yang gagal. Beberapa kali, ketika adegan berdua dengan Anneliese, Iqbaal justru terkesan seperti Dilan dengan versi Jawa daripada seperti Minke.

Kemudian tokoh Jan Daparste juga kurang dikembangkan di sini. Padahal, Jan adalah seorang yang cukup baik dan dekat dengan Minke serta memiliki pergolakan konfliknya sendiri. Namun, tidak digambarkan sama sekali seberapa keras perjuangan dia menghadapi kesulitan-kesulitannya itu. Kita hanya diberikan dialog-dialog saja yang kurang mendukung.

Setelah itu, ada adegan yang sudah aku ekspektasikan menegangkan, yakni ketika persidangan. Namun, aku dikecewakan. Ada dua persidangan, aku sudah berekspektasi bahwa adegan persidangan akan sangat ramai dan ribet karena seperti itu yang ditunjukkan di trailer. Akan tetapi, persidangan ini berjalan biasa saja, tidak ada perdebatan yang berarti. Justru malah terlalu emosional dariapda rasional untuk ukuran sebuah persidangan; emosionalnya pun seperti membabi buta sehingga tidak jelas bagiku. Kemudian, persidangan berlalu begitu saja.



Kesimpulan

Film Bumi Manusia adalah film yang sudah ditunggu-tunggu banyak orang, meskipun belum berhasil memenuhi ekspektasi sebagain orang, terutama mereka yang sudah membaca bukunya. Memang sulit untuk bisa mengadaptasi karya sastra yang sekompleks itu untuk menjadi film yang durasinya hanya tiga jam. Meskipun begitu, secara keseluruhan film ini berhasil menyampaikan nilai-nilai dan pesan yang mau ia sampaikan. Film ini juga dengan sukses menghadirkan sosok wanita yang mandiri dan cerdas melalui sosok Nyai Ontosoroh. Untuk skor, aku kasih 7.8/10.

Itu tadi review dari aku. Kalau kalian penasaran sama filmnya, bisa langsung tonton trailer-nya di sini!



***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

Komentar

  1. Semua pria di bumi manusia memang diperagakan berkumis, bukan untuk penanda dewasa atau untuk memperlihatkan dia dewasa, tapi memang sebagai trend di zaman tersebut. Tidak hanya pribumi, indo pun rata rata berkumis baik remaja atau pun dewasanya. Begitu kiranya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya yang aku permasalahan make-up artists-nya karena menurut ku kurang natural gitu penampilan Iqbal sebagai Minke. Jadi mirip cosplay

      Hapus

Posting Komentar