13 Bom di Jakarta: Apa Benar Film Action Indonesia Terbesar di Tahun 2023?

Identitas Film Judul : 13 Bom di Jakarta Sutradara : Angga Dwimas Sangsoko Produser : Taufan Adryan Tanggal rilis : 2 Desember 2023 (JAFF), 28 Desember 2023 (Indonesia) Rumah produksi : Visinema Pictures, Indodax, Legacy Pictures, Volix Pictures, Folkative, INFIA, Barunson E&A Penulis naskah : Angga Dwimas Sasongko, Mohammad Irfan Ramly Durasi tayang : 2 jam 23 menit Pemeran : Chicco Kurniawan, Ardhito Pramono, Rio Dewanto, Putri Ayudya, Ganindra Bimo, Lutesha, Muhammad Khan, Rukman Rosadi, Niken Anjani, Andri Mashadi Genre : Crime , thriller , action   Sinopsis Jakarta diserang kelompok teroris. Siang itu, ada serangan terhadap sebuah truk yang sedang membawa uang tunai, tetapi para pen

Para Ourae, Pasak-Pasak yang Menopang Gaea si Ibu Bumi

Ourae

Protogenoi of Mountains
Gods and Goddesses/Spirits of Mountains
Children of Gaea

Ourae adalah Dewa-Dewi Gunung (Gods and Goddesses of Mountains) yang menjadi personifikasi dari gunung-gunung yang ada di seluruh dunia. Setiap gunung memiliki protogenos-nya masing-masing. Oleh sebab itu, ada banyak sekali Ourae, tetapi hanya beberapa saja yang dikenal. Dalam kebudayaan Romawi, mereka disebut Numina Montanum.

Pada saat hanya Gaea yang ada di dunia, Gaea menciptakan pasak-pasak dunia untuk menopang bumi, yaitu gunung-gunung. Gunung-gunung tersebut menjulang tinggi di langit dan menancap dalam ke bumi seperti paku yang menghubungkan lempeng-lempeng dunia. Kemudian, gunung-gunung tersebut hidup dan memiliki manifestasi fisik seperti Protogenos lainnya. Mereka adalah para Ourae, Anak-Anak Gaea.

Sebagian besar Ourae memiliki wujud fisik pria paruh baya bertubuh besar, berjanggut, dan hanya menggunakan kain linen. Sebagian kecil Ourae berwujud wanita paruh baya, bertubuh besar, dan mengenakan gaun tak berlengan berwarna putih.

Kebanyakan Ourae memiliki hubungan dengan nymph-nymph yang tinggal di gunung mereka. Hubungan mereka melahirkan nymph-nymph gunung (mountain nymphs) yang disebut Ouread atau Orestiad. Ouread terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari gunung tempat mereka tinggal, misalnya Idaeae (nymph Gunung Ida, Kreta) dan Nomia (nymph Gunung Nomia, Arcadia). Banyak sekali Ouread yang berteman dengan Dewi Artemis karena sang dewi sering berburu di hutan-hutan pegunungan, bahkan tidak jarang Ouraed-Ouraed tersebut bergabung menjadi Pemburu.

Berikut ini adalah nama-nama Ourae yang dikenal pada zaman Yunani Kuno:

Gunung Olympus
  • Aitna: Dewi Gunung Berapi Etna di Sicily, Itali
  • Athos: Dewa Gunung Thrace di Yunani bagian Utara
  • Helikon: Dewa Gunung Boiotia di Yunani bagian Tengah
  • Kithairon: Dewa Gunung Boiotia di Yunani bagian Tengah
  • Nysos: Dewa Gunung Boiotia di Yunani bagian Tengah
  • Olympus 1: Dewa Gunung Thessalia atau Gunung Olympus di Yunani bagian Utara, Rumah para Dewa
  • Olympus 2: Dewa Gunung Phrygia di Anatolia
  • Oreus: Dewa Gunung Othrys di Malis, Yunani bagian Tengah, Rumah para Titan
  • Parnes: Dewa Gunung Boiotia dan Attika di Yunani bagian Tengah
  • Tmolos: Dewa Gunung Lydia di Anatolia


***

Gunung Etna: Penjara Typhon dan Ibu Roh Geyser

Gunung Etna

Aitna atau Etna adalah Dewi Gunung Berapi Etna yang terletak di Sicily, Itali bagian Selatan. Ketika Zeus bertarung dengan Typhon si Raksasa Badai (The Storm Giant), Zeus melemparkan Gunung Etna ke Typhon sehingga sang monster kalah dan mati. Bahkan, orang-orang Yunani kuno percaya bahwa gempa vulkanik dan letusan Gunung Etna disebabkan oleh Typhon yang berusaha keluar.

Sementara itu, Aitna marah kepada Zeus karena dia tidak terima dijadikan senjata untuk melawan Typhon. Dia membuat beberapa kekacuan dengan meletuskan gunung dan merusak pemukiman sekitar.

Dewa-dewi menyadari bahwa itu adalah masalah serius, lalu mereka menyarankan agar Zeus menemui Aitna untuk meminta maaf. Zeus turun ke Gunung Etna dengan ogahnya. Begitu sang Raja Olympus tiba, Aitna menunjukkan dirinya. Dia memiliki wujud seorang wanita paruh baya, tetapi cantik. Rambutnya ikal panjang dan berwarna hitam. Kulitnya berwarna coklat sementara gaunnya sederhana dan berwarna putih. Matanya berwarna hazelnut, berkilauan di bawah sinar rembulan. Zeus terpukau dengan kecantikan Aitna dan langsung meminta maaf karena dengan lancang melemparkan Gunung Etna. Akan tetapi, Zeus melakukan lebih dari minta maaf – Zeus merayu Aitna dan tentunya, Aitna juga tersihir oleh karisma Zeus sang Raja Olympus. Mereka akhirnya menghabiskan waktu bersama dengan penuh gairah dan kasih.

Berbulan-bulan kemudian, Aitna melahirkan anak-anaknya dan Zeus. Mereka adalah para Palikos, Roh-Roh Geyser dan Mata Air Panas (Spirits of Geyser and Hot Spring).

***

Gunung Helikon: Rumah para Muse

Gunung Helikon

Helikon adalah Dewa Gunung Boiotia di Yunani bagian tengah. Gunung tersebut terkenal karena Kuil Muse yang ada di puncaknya. Para Muse sendiri sering datang ke puncak gunung tersebut untuk bernyanyi dan menari bersama-sama. Bahkan, Helikon sering pula ikut bernyanyi bersama mereka. Tidak hanya Helikon, tetapi Dewa Kithairon dari gunung di sebelahnya juga datang bernyanyi bersama mereka.

Suatu hari, Dewa Hermes berkunjung ke Gunung Boiotia. Para Muse, nymph, Helikon, dan Kithairon sedang asyik berpesta musik di sana. Hermes menyimak nanyian dari kedua Ourae tersebut dan memuji kehebatan bernyanyi mereka. Namun, Hermes penasaran siapa di antara mereka berdua yang memiliki nyanyian lebih bagus. Kemudian, mereka mengadakan kontes musik antara Helikon dan Kithairon dengan para Muse, Hermes, dan para nymph sebagai jurinya.

Helikon bernyanyi pertama. Para juri menyukai nyanyiannya dan dia mendapat skor tinggi. Kemudian, giliran Kithairon bernyanyi. Nyanyiannya lebih disukai para juri dan mendapatkan skor lebih tinggi. Hermes menyatakan Kithairon sebagai pemenangnya.

Helikon tidak terima. Dia marah dan menghancurkan sebuah batu besar. Kemudian dia lemparkan pecahan-pecahan batu tersebut ke sembarang arah.

***

Gunung Kithairon: Membantu Menyembunyikan Perselingkuhan Zeus

Gunung Kithairon

Kithairon adalah Dewa Gunung Boiotia di Yunani Tengah. Gunungnya mencakup Boiotia, Megaris, dan Attika.

Zeus terkenal memiliki banyak kekasih, salah satunya adalah gadis bernama Plataea. Seperti biasanya, istri Zeus, yakni Hera membenci semua kekasih Zeus. Dia sedang mencari tahu siapa pacar baru Zeus.

Zeus menyembunyikan Plataea di Gunung Boiotia dan meminta Kithairon menjaganya. Kemudian, Kithairon memberi sebuah ide kepada Zeus. Kithairon membuatkan patung batu serupa Plataea dan didandani secantik mungkin. Kithairon menyuruh Zeus untuk membawa patung tersebut.

Kemudian, Hera mendapati Zeus bersama dengan seorang wanita. Dia dengan murka menghampiri suaminya dan wanita tersebut. Seketika, Hera malah terdiam karena menyadari bahwa wanita itu adalah sebuah patung. Zeus menjelaskan bahwa patung tersebut adalah hadiah untuk Hera. Hera meminta maaf kepada Zeus karena telah salah sangka. Mereka akhirnya berbaikan dan perselingkuhan Zeus dengan Plataea tidak ketahuan.

***

Gunung Nysos: Rumah Dewa Dionysus

Nysos adalah seorang Dewa Gunung, tetapi tidak tahu pasti gunung mana yang menjadi kekuasaannya. Konon, dia adalah Dewa Gunung Boiotia di Yunani Tengah.

Zeus pernah memiliki seorang kekasih, namanya adalah Semele. Hera berusaha untuk membunuh Semele dengan membohonginya. Hera menyarankan agar Semele meminta Zeus untuk menunjukkan wujud sejatinya. Kemudian, Semele mengikuti saran tersebut tanpa menyadari bahwa itu adalah tipu daya Hera. Zeus tahu itu ide buruk, tidak ada makhluk manapun yang sanggup melihat wujud sejati dewa, kecuali para dewa sendiri. Saat dewa memperlihatkan wujud sejati mereka, mereka berubah menjadi energi murni yang dapat menewaskan siapa saja yang melihatnya. Semele tetap memaksa dan Zeus sudah terlanjur bersumpah akan menuruti permintaan Semele. Kemudian, Zeus memperlihatkan wujud sejatinya, dan kemudian Semele tewas.

Zeus menghampiri jasad Semele dan menyelamatkan janin di dalamnya. Zeus menanamkan janin tersebut di pahanya dan dengan kekuatan sihirnya janin tersebut tetap hidup dan berkembang. Beberapa bulan kemudian, bayi tersebut akhirnya lahir dan dinamai Dionysus.

Zeus menitipkan Dionysus kepada Nysos agar tidak diketahui Hera. Nysos merawat bayi Dionysus dengan senang hati bersama para nymph di sana.

***

Gunung Olympos: Tanah Lahir Kaum Satyr

Gunung Olympos

Olympos adalah Dewa Gunung Olympus di Phrygia, Anatolia. Gunung tersebut berbeda dengan Gunung Olympus di Thessalia yang menjadi Rumah Bangsa Olympia.

Ketika Ouranos mati, darahnya tercecer ke mana-mana, termasuk juga di Gunung Olympus. Saat darah Ouranos dan tanah bersatu, lahirlah para satyr di Gunung Olympus. Oleh sebab itu, Olympos dijuluki Bapak para Satyr (Father of Satyrs).

Olympos sendiri tidak keberatan apabila dianggap sebagai bapak para satyr. Olympos juga menciptakan sebuah alat musik, yaitu suling. Dia memainkan suling tersebut untuk menghibur para satyr. Kemudian, para satyr juga ingin belajar meminkan suling dan dengan senang hati, Olympos mengajari mereka cara membuat dan memainkan suling.

***

Gunung Othrys: Istana Bangsa Titan

Gunung Othrys

Oreus atau Othrys adalah Dewa Gunung Othrys. Dahulu, Gunung Othrys adalah gunung tertinggi di Yunani dan menjadi Rumah Bangsa
Titan. Di sanalah Istana Kronos berada.

Oreus memiliki dua anak, yakni Oxylus dan Hamadryas. Oxylus adalah roh hutan gunung (Spirit of Mountain Forests) atau dryad berwujud laki-laki dan roh beerch tree, dia termasuk dryad langka karena berwujud laki-laki. Dia menikahi saudarinya sendiri, yakni dryad bernama Hamadrayas yang dijuliki “Dia yang Bersama Pohon-Pohon” (Toghether-with-Trees). Mereka memiliki delapan putri yang disebut Hamadryad. Mereka adalah nymph-nymph pohon (nymphs of trees) atau dryad yang menjadi personifikasi dari spesies pohon tertentu, berbeda dengan dryad lainnya yang merupakan roh pohon-pohon secara umum. Nama-nama mereka adalah: Aigeiros (Pohon Poplar Hitam), Ampelos (Tanaman Merambat, seperti anggur), Balanis (Pohon Oak), Karya (Pohon Kacang-kacangan), Kraneia (Pohon Cornelian Cherry), Morea (Pohon Mulberry), Ptelea (Pohon Alm Eropa), dan Syke (Fig Tree).

***

Gunung Tmolus: Venue Kontes Musik Apollo dan Marsyas

Gunung Tmolus

Tmolus adalah seorang Dewa Gunung, yakni Gunung Lydia. Tmolus memiliki anak dengan seorang nymph, yakni
Tantalus.

Di Gunung Lydia tersebut, tinggalah seorang satyr bernama Marsyas. Marsyas sangat ahli memainkan suling. Musiknya merdu sekali dan membuat satyr-satyr lain serta para nymph bersuka cita. Mereka tertawa dan menari diiringi musik Marsyas. Bahkan hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan juga menikmati musik tersebut. Burung-burung pun berkicau merdu menyauti musik dari suling Marsyas.

Dalam waktu beberapa minggu, seluruh makhluk di Gunung Lydia menjadi penggemar Marsyas. Mereka mulai membanding-bandingkan sang satyr dengan Dewa Musik Apollo (God of Music). Bahkan, mereka mulai menyebut Marsyas sebagai Dewa Suling.

Apollo mengetahui berita tentang kehebatan Marsyas dan mengajaknya berduel. Marsyas tahu itu ide buruk, tetapi penggemarnya sudah terlanjur menyetujui duel tersebut atas nama Marsyas. Apollo menunjuk Tmolus, Dewa Gunung Lydia, untuk menjadi jurinya.

Duel dimulai. Apollo memainkan musiknya dengan mengunakan lyra, sedangkan Marsyas menggunakan suling andalannya. Tmolus mempertimbangkan siapa pemenangnya. Dia tahu jika Apollo kalah, dia akan mendapat masalah dari sang Dewa. Dia sudah mendengar berita tentang Raja Midas yang telinganya diubah menjadi telinga keledai karena menyatakan Apollo kalah dalam duel musik dengan Pan, Dewa Alam Liar (God of Wilderness).

Oleh karena itu, Tmolus menyatakan Apollo-lah pemenangnya. Apollo benar-benar senang atas kemenangannya tersebut. Dia telah membuktikan dirinya tidak bisa disaingi di depan semua orang. Namun, Apollo tidak puas dengan itu. Dia ingin agar Maryas dihukum karena mencoba menjadi Dewa Suling. Apollo menggantung Marsyas di sebuah pohon, lalu menguliti sang satyr hidup-hidup.

Marsyas menjerit-jerit kesakitan. Dia memohon ampun pada Apollo dan menjelaskan bahwa bukan idenya untuk menjadi Dewa Suling. Akan tetapi, Apollo tidak peduli. Dia tetap menguliti Marsyas di hadapan semua orang, memberi pelajaran kepada mereka bahwa tidak ada makhluk yang berhak menjadi dewa dari alat musik apapun, kecuali dirinya.

***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

Komentar