Ourae
Protogenoi of Mountains
Gods and Goddesses/Spirits of Mountains
Children of Gaea
Ourae adalah Dewa-Dewi
Gunung (Gods and Goddesses of Mountains) yang menjadi personifikasi dari gunung-gunung yang ada di seluruh dunia.
Setiap gunung memiliki protogenos-nya masing-masing. Oleh sebab itu, ada banyak
sekali Ourae, tetapi hanya beberapa saja yang dikenal. Dalam kebudayaan Romawi,
mereka disebut Numina Montanum.
Pada saat hanya Gaea yang ada di dunia, Gaea
menciptakan pasak-pasak dunia untuk menopang bumi, yaitu gunung-gunung.
Gunung-gunung tersebut menjulang tinggi di langit dan menancap dalam ke bumi
seperti paku yang menghubungkan lempeng-lempeng dunia. Kemudian, gunung-gunung
tersebut hidup dan memiliki manifestasi fisik seperti Protogenos lainnya.
Mereka adalah para Ourae, Anak-Anak Gaea.
Sebagian besar Ourae memiliki wujud fisik pria paruh
baya bertubuh besar, berjanggut, dan hanya menggunakan kain linen. Sebagian
kecil Ourae berwujud wanita paruh baya, bertubuh besar, dan mengenakan gaun tak
berlengan berwarna putih.
Kebanyakan Ourae memiliki hubungan dengan nymph-nymph
yang tinggal di gunung mereka. Hubungan mereka melahirkan nymph-nymph gunung (mountain nymphs) yang disebut Ouread atau Orestiad. Ouread terdiri dari beberapa
jenis, tergantung dari gunung tempat mereka tinggal, misalnya Idaeae (nymph
Gunung Ida, Kreta) dan Nomia (nymph Gunung Nomia, Arcadia). Banyak sekali Ouread
yang berteman dengan Dewi Artemis
karena sang dewi sering berburu di hutan-hutan pegunungan, bahkan tidak jarang Ouraed-Ouraed
tersebut bergabung menjadi Pemburu.
Berikut ini adalah nama-nama Ourae yang dikenal pada
zaman Yunani Kuno:
|
Gunung Olympus |
- Aitna:
Dewi Gunung Berapi Etna di Sicily, Itali
- Athos:
Dewa Gunung Thrace di Yunani bagian Utara
- Helikon:
Dewa Gunung Boiotia di Yunani bagian Tengah
- Kithairon:
Dewa Gunung Boiotia di Yunani bagian Tengah
- Nysos:
Dewa Gunung Boiotia di Yunani bagian Tengah
- Olympus
1: Dewa Gunung Thessalia atau Gunung
Olympus di Yunani bagian Utara, Rumah para Dewa
- Olympus
2: Dewa Gunung Phrygia di Anatolia
- Oreus:
Dewa Gunung Othrys di Malis, Yunani bagian Tengah, Rumah para Titan
- Parnes:
Dewa Gunung Boiotia dan Attika di Yunani bagian Tengah
- Tmolos:
Dewa Gunung Lydia di Anatolia
***
Gunung Etna: Penjara Typhon dan Ibu Roh Geyser
|
Gunung Etna |
Aitna
atau Etna adalah Dewi Gunung Berapi Etna yang terletak di Sicily, Itali bagian
Selatan. Ketika Zeus bertarung
dengan Typhon si Raksasa Badai (The Storm Giant), Zeus
melemparkan Gunung Etna ke Typhon sehingga sang monster kalah dan mati. Bahkan,
orang-orang Yunani kuno percaya bahwa gempa vulkanik dan letusan Gunung Etna
disebabkan oleh Typhon yang berusaha keluar.
Sementara
itu, Aitna marah kepada Zeus karena dia tidak terima dijadikan senjata untuk
melawan Typhon. Dia membuat beberapa kekacuan dengan meletuskan gunung dan
merusak pemukiman sekitar.
Dewa-dewi
menyadari bahwa itu adalah masalah serius, lalu mereka menyarankan agar Zeus
menemui Aitna untuk meminta maaf. Zeus turun ke Gunung Etna dengan ogahnya.
Begitu sang Raja Olympus tiba, Aitna menunjukkan dirinya. Dia memiliki wujud
seorang wanita paruh baya, tetapi cantik. Rambutnya ikal panjang dan berwarna
hitam. Kulitnya berwarna coklat sementara gaunnya sederhana dan berwarna putih.
Matanya berwarna hazelnut, berkilauan
di bawah sinar rembulan. Zeus terpukau dengan kecantikan Aitna dan langsung
meminta maaf karena dengan lancang melemparkan Gunung Etna. Akan tetapi, Zeus
melakukan lebih dari minta maaf – Zeus merayu Aitna dan tentunya, Aitna juga
tersihir oleh karisma Zeus sang Raja Olympus. Mereka akhirnya menghabiskan
waktu bersama dengan penuh gairah dan kasih.
Berbulan-bulan
kemudian, Aitna melahirkan anak-anaknya dan Zeus. Mereka adalah para Palikos, Roh-Roh Geyser dan Mata Air
Panas (Spirits of Geyser and Hot Spring).
***
Gunung Helikon: Rumah para Muse
|
Gunung Helikon |
Helikon
adalah Dewa Gunung Boiotia di Yunani bagian tengah. Gunung tersebut terkenal
karena Kuil Muse yang ada di puncaknya. Para Muse sendiri sering datang ke puncak gunung tersebut untuk
bernyanyi dan menari bersama-sama. Bahkan, Helikon sering pula ikut bernyanyi
bersama mereka. Tidak hanya Helikon, tetapi Dewa Kithairon dari gunung di
sebelahnya juga datang bernyanyi bersama mereka.
Suatu
hari, Dewa Hermes berkunjung ke Gunung
Boiotia. Para Muse, nymph, Helikon, dan Kithairon sedang asyik berpesta musik
di sana. Hermes menyimak nanyian dari kedua Ourae tersebut dan memuji kehebatan
bernyanyi mereka. Namun, Hermes penasaran siapa di antara mereka berdua yang
memiliki nyanyian lebih bagus. Kemudian, mereka mengadakan kontes musik antara
Helikon dan Kithairon dengan para Muse, Hermes, dan para nymph sebagai jurinya.
Helikon
bernyanyi pertama. Para juri menyukai nyanyiannya dan dia mendapat skor tinggi.
Kemudian, giliran Kithairon bernyanyi. Nyanyiannya lebih disukai para juri dan
mendapatkan skor lebih tinggi. Hermes menyatakan Kithairon sebagai pemenangnya.
Helikon
tidak terima. Dia marah dan menghancurkan sebuah batu besar. Kemudian dia
lemparkan pecahan-pecahan batu tersebut ke sembarang arah.
***
Gunung Kithairon: Membantu Menyembunyikan Perselingkuhan Zeus
|
Gunung Kithairon |
Kithairon
adalah Dewa Gunung Boiotia di Yunani Tengah. Gunungnya mencakup Boiotia,
Megaris, dan Attika.
Zeus
terkenal memiliki banyak kekasih, salah satunya adalah gadis bernama Plataea. Seperti biasanya, istri Zeus,
yakni Hera membenci semua kekasih
Zeus. Dia sedang mencari tahu siapa pacar baru Zeus.
Zeus
menyembunyikan Plataea di Gunung Boiotia dan meminta Kithairon menjaganya.
Kemudian, Kithairon memberi sebuah ide kepada Zeus. Kithairon membuatkan patung
batu serupa Plataea dan didandani secantik mungkin. Kithairon menyuruh Zeus
untuk membawa patung tersebut.
Kemudian,
Hera mendapati Zeus bersama dengan seorang wanita. Dia dengan murka menghampiri
suaminya dan wanita tersebut. Seketika, Hera malah terdiam karena menyadari
bahwa wanita itu adalah sebuah patung. Zeus menjelaskan bahwa patung tersebut adalah
hadiah untuk Hera. Hera meminta maaf kepada Zeus karena telah salah sangka.
Mereka akhirnya berbaikan dan perselingkuhan Zeus dengan Plataea tidak
ketahuan.
***
Gunung Nysos: Rumah Dewa Dionysus
Nysos
adalah seorang Dewa Gunung, tetapi tidak tahu pasti gunung mana yang menjadi kekuasaannya. Konon, dia adalah Dewa Gunung Boiotia di Yunani Tengah.
Zeus
pernah memiliki seorang kekasih, namanya adalah Semele. Hera berusaha untuk membunuh Semele dengan membohonginya.
Hera menyarankan agar Semele meminta Zeus untuk menunjukkan wujud sejatinya.
Kemudian, Semele mengikuti saran tersebut tanpa menyadari bahwa itu adalah tipu
daya Hera. Zeus tahu itu ide buruk, tidak ada makhluk manapun yang sanggup
melihat wujud sejati dewa, kecuali para dewa sendiri. Saat dewa memperlihatkan
wujud sejati mereka, mereka berubah menjadi energi murni yang dapat menewaskan
siapa saja yang melihatnya. Semele tetap memaksa dan Zeus sudah terlanjur
bersumpah akan menuruti permintaan Semele. Kemudian, Zeus memperlihatkan wujud
sejatinya, dan kemudian Semele tewas.
Zeus
menghampiri jasad Semele dan menyelamatkan janin di dalamnya. Zeus menanamkan
janin tersebut di pahanya dan dengan kekuatan sihirnya janin tersebut tetap
hidup dan berkembang. Beberapa bulan kemudian, bayi tersebut akhirnya lahir dan
dinamai Dionysus.
Zeus
menitipkan Dionysus kepada Nysos agar tidak diketahui Hera. Nysos merawat bayi
Dionysus dengan senang hati bersama para nymph di sana.
***
Gunung Olympos: Tanah Lahir Kaum Satyr
|
Gunung Olympos |
Olympos
adalah Dewa Gunung Olympus di Phrygia, Anatolia. Gunung tersebut berbeda dengan
Gunung Olympus di Thessalia yang menjadi Rumah Bangsa Olympia.
Ketika
Ouranos mati, darahnya tercecer ke
mana-mana, termasuk juga di Gunung Olympus. Saat darah Ouranos dan tanah
bersatu, lahirlah para satyr di
Gunung Olympus. Oleh sebab itu, Olympos dijuluki Bapak para Satyr (Father of Satyrs).
Olympos
sendiri tidak keberatan apabila dianggap sebagai bapak para satyr. Olympos juga
menciptakan sebuah alat musik, yaitu suling. Dia memainkan suling tersebut
untuk menghibur para satyr. Kemudian, para satyr juga ingin belajar meminkan
suling dan dengan senang hati, Olympos mengajari mereka cara membuat dan
memainkan suling.
***
Gunung Othrys: Istana Bangsa Titan
|
Gunung Othrys |
Oreus
atau Othrys adalah Dewa Gunung Othrys. Dahulu, Gunung Othrys adalah gunung
tertinggi di Yunani dan menjadi Rumah Bangsa Titan. Di sanalah Istana Kronos berada.
Oreus
memiliki dua anak, yakni Oxylus dan Hamadryas. Oxylus adalah roh hutan
gunung (Spirit of Mountain Forests) atau dryad berwujud laki-laki dan roh beerch tree, dia termasuk dryad langka karena berwujud laki-laki. Dia
menikahi saudarinya sendiri, yakni dryad bernama Hamadrayas yang dijuliki “Dia
yang Bersama Pohon-Pohon” (Toghether-with-Trees). Mereka memiliki delapan putri yang disebut Hamadryad. Mereka adalah nymph-nymph
pohon (nymphs of trees) atau dryad yang menjadi personifikasi dari spesies pohon tertentu,
berbeda dengan dryad lainnya yang merupakan roh pohon-pohon secara umum.
Nama-nama mereka adalah: Aigeiros
(Pohon Poplar Hitam), Ampelos
(Tanaman Merambat, seperti anggur), Balanis
(Pohon Oak), Karya (Pohon
Kacang-kacangan), Kraneia (Pohon Cornelian Cherry), Morea (Pohon Mulberry), Ptelea
(Pohon Alm Eropa), dan Syke (Fig Tree).
***
Gunung Tmolus: Venue Kontes Musik Apollo dan Marsyas
|
Gunung Tmolus |
Tmolus
adalah seorang Dewa Gunung, yakni Gunung Lydia. Tmolus memiliki anak dengan
seorang nymph, yakni Tantalus.
Di Gunung Lydia tersebut, tinggalah seorang satyr
bernama Marsyas. Marsyas sangat ahli
memainkan suling. Musiknya merdu sekali dan membuat satyr-satyr lain serta para
nymph bersuka cita. Mereka tertawa dan menari diiringi musik Marsyas. Bahkan
hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan juga menikmati musik tersebut. Burung-burung
pun berkicau merdu menyauti musik dari suling Marsyas.
Dalam waktu beberapa minggu,
seluruh makhluk di Gunung Lydia menjadi penggemar Marsyas. Mereka mulai
membanding-bandingkan sang satyr dengan Dewa Musik Apollo (God of Music). Bahkan, mereka mulai menyebut Marsyas sebagai Dewa Suling.
Apollo mengetahui berita tentang kehebatan Marsyas
dan mengajaknya berduel. Marsyas tahu itu ide buruk, tetapi penggemarnya sudah
terlanjur menyetujui duel tersebut atas nama Marsyas. Apollo menunjuk Tmolus,
Dewa Gunung Lydia, untuk menjadi jurinya.
Duel dimulai. Apollo memainkan
musiknya dengan mengunakan lyra, sedangkan Marsyas menggunakan suling
andalannya. Tmolus mempertimbangkan siapa pemenangnya. Dia tahu jika Apollo
kalah, dia akan mendapat masalah dari sang Dewa. Dia sudah mendengar berita
tentang Raja Midas yang telinganya
diubah menjadi telinga keledai karena menyatakan Apollo kalah dalam duel musik
dengan Pan, Dewa Alam Liar (God of Wilderness).
Oleh karena itu, Tmolus menyatakan Apollo-lah
pemenangnya. Apollo benar-benar senang atas kemenangannya tersebut. Dia telah
membuktikan dirinya tidak bisa disaingi di depan semua orang. Namun, Apollo
tidak puas dengan itu. Dia ingin agar Maryas dihukum karena mencoba menjadi
Dewa Suling. Apollo menggantung Marsyas di sebuah pohon, lalu menguliti sang
satyr hidup-hidup.
Marsyas menjerit-jerit kesakitan. Dia memohon ampun
pada Apollo dan menjelaskan bahwa bukan idenya untuk menjadi Dewa Suling. Akan
tetapi, Apollo tidak peduli. Dia tetap menguliti Marsyas di hadapan semua
orang, memberi pelajaran kepada mereka bahwa tidak ada makhluk yang berhak
menjadi dewa dari alat musik apapun, kecuali dirinya.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar