Ouranos
The Protogenos of the Sky
The First God of Sky
Father of the Titan
The Sky Father
Ouranos adalah salah satu dari
protogenos. Ia adalah manifestasi dari langit dan dengan begitu, ia menjadi
Dewa Langit (God of the Sky). Wujud Romawinya adalah Caelus
yang berarti “langit.” Terkadang orang-orang Romawi juga menyebutnya Uranus.
Seperti halnya protogenos lain, Ouranos juga
diciptakan oleh Chaos, Dewa
Ketiadaan (Protogenos of the Void). Ada kisah yang menceritakan bahwa dia adalah anak dari Gaea, Dewi Bumi (Goddess of the Earth), melalui
parthenogenesis. Ada pula yang mengatakan bahwa Ournaos dan Gaea adalah
anak-anak dari Dewa Kelahiran Phanes (God of Generation) dan Dewi Malam Nyx (Goddess of Night).
Ouranos memiliki wujud sebagai pria dewasa, seperti
bapak-bapak dengan janggut rapi dan rambut yang panjang. Tubuhnya besar dan
kekar, terlihat sangat berkarisma dan rupawan. Tubuhnya ditutupi jubah yang
terkadang berwarna biru langit dengan bercak-bercak putih seperti awan dan
terkadang berwarna gelap dengan titik-titik putih bertaburan seperti bintang. Ouranos
sangat suka berada di langit, terbang bebas di angkasa dan mengawasi semuanya
dari atas sana.
Orang-orang Yunani Kuno percaya bahwa langit adalah
sebuah kubah besar yang melapisi bagian atas bumi. Kubah tersebut berfungsi
sebagai pelindung bumi.
Ouranos dapat disejajarkan
dengan Dewi Langit Nut (Goddess of the Sky) dari mitologi
Mesir. Ouranos juga dapat disejajarkan dengan Dyaus Pita sang Bapak Langit (The Sky Father) dari mitologi Hindu. Di dalam mitologi suku Maya, Ouranos dapat disejajarkan dengan Alom, Dewa Langit (God of Sky). Selain itu, Ouranos dapat disejajarkan dengan Dewa Langit Anshar (God of Sky) atau Dewa Langit dan Raja pada Dewa Anu (God of Sky and King of the Gods) dari mitologi Sumeria-Mesopotamia serta Dewa Langit Nyame (God of Sky) dari mitologi Afrika Barat.
***
Menikahi Gaea dan Membuang para Cyclops Tertua dan Raksasa Tangan Ratusan
 |
Gaea, Dewi Bumi Istri Ouranos |
Pada permulaan zaman, Dewi Gaea
adalah dewi tercantik. Banyak sekali dewa yang tersihir kecantikannya, termasuk
pula Ouranos. Ouranos sendiri pun dikenal sebagai dewa paling tampan dan
berkarisma pada saat itu. Menjadi manifestasi dari langit yang agung membuat ia
juga terlihat agung dan perkasa. Tentulah Gaea jatuh hati padanya. Pada
akhirnya, mereka berdua menikah.
Pernikahan mereka mula-mulanya
sangat bahagia dan penuh cinta. Mereka bahkan memiliki dua belas anak, enam
laki-laki dan enam perempuan. Anak-anak tersebut adalah para Titan. Mereka
besar dan berwujud mirip manusia. Mereka mirip para protogenos karena mereka
juga hidup abadi, tetapi mereka tidak sekuat para protogenos.
Nama-nama Titan pria adalah: Oceanus, Hyperion, Krios, Koios, Iapetus, dan Kronos. Sementara itu, nama-nama Titan
wanita adalah: Theia, Themis, Mnemosyne, Thethys, Phoebe, dan Rhea.
Gaea amat mengasihi anak-anak mereka tersebut, tetapi
tidak dengan Ouranos. Setelah mereka memiliki anak sebanyak itu, Ouranos mulai
menjadi tidak bertanggungjawab. Ouranos jarang turun ke bumi dan lebih banyak
menghabiskan waktu di langit. Dia masih belum siap untuk menghadapi anak-anak.
Menurut dia, pria gagah sepertinya tidak cocok untuk mengurusi bayi.
Gaea tidak masalah dengan hal tersebut. Bagaimanapun,
Gaea adalah Dewi Bumi, ia mampu mengurus dua belas anak sekaligus. Seiring
berjalannya waktu, para Titan mulai beranjak besar, mereka lebih sering
menghabiskan waktu sendiri dengan urusan masing-masing, melakukan hal-hal yang
mereka suka. Mereka jarang menemani Gaea, ibu mereka.
Ouranos mendapati Gaea yang sedang sendirian dan
berwajah murung karena merasa kesepian, ia rindu Ouranos, ia rindu anak-anak
mereka. Kemudian, Ouranos turun ke bumi demi menghibur istrinya tersebut.
Mereka menghabiskan waktu bersama dalam cinta dan kasih. Selama beberapa hari
Ouranos menemani Gaea, lalu ia kembali ke langit, tempat ia berkuasa karena
seorang protogenos tidak boleh lama-lama meninggalkan wilayah kekuasaannya.
Beberapa bulan kemudian, Gaea melahirkan. Ia
melahirkan tiga anak kembar. Mereka berwujud besar dan gemuk. Mata mereka hanya
satu, berukuran besar, dan berada di tengah-tengah wajah mereka. Tubuh mereka
yang besar menjadikan mereka cukup kuat. Mereka adalah tiga cyclops pertama
yang dijuluki sebagai Cyclops Tertua.
Nama-nama mereka adalah Arges, Brontes, dan Steropes.
Gaea mengasihi anak-anaknya tersebut. Dia dengan
senang hati merawat bayi-bayi kecilnya itu. Namun, tidak bagi Ouranos. Ketika
ia melintas di langit dan mendapati Gaea bersama ketiga Cyclops Tertua, ia
langsung turun menghampiri mereka.
Ouranos
bertanya kepada Gaea, “Siapakah tiga makhluk menjijikkan ini?”
Gaea kemudian memperkenalkan anak-anak mereka
tersebut. Ouranos terkejut mendengarnya. Tidak mungkin ia yang rupawan dan
penuh karisma memiliki anak seperti para Cylcops Tertua yang menjijikkan itu.
Mustahil sekali baginya. Ia tidak dapat mengakui itu.
Ouranos kemudian mengikat ketiga Cyclops Tertua
dengan rantai yang terbuat dari kegelapan malam. Kemudian, dilemparkan olehnya
tiga makhluk tersebut ke Tartarus, Jurang Kegelapan, tempat di mana Ouranos tak
akan pernah melihat mereka lagi.
Gaea menyaksikan peristiwa tersebut dalam diam dan
horror. Hal itu tentu mengejutkan baginya. Akan tetapi, Ouranos tidak merasa
begitu. Tidak ada sedikitpun keraguan dalam hatinya saat membuang para Cyclops
Tertua.
Gaea sang Ibu Bumi murka kepada suaminya, “Kau gila!
Mereka itu anak-anak kita!”
Dengan arogannya, Ouranos balas menjawab, “Jangan
bercanda kau! Tak mungkin aku sang Penguasa Kosmos memiliki anak buruk rupa
seperti mereka! Kau sebaiknya jaga bicaramu terhadap ku. Aku adalah Raja Dunia,
Penguasa Kosmos!”
Tanpa merasa bersalah sedikit pun, Ouranos kembali ke
langit, meninggalkan Gaea yang menangis dalam amarah dan kesedihan.
Kesedihan Gaea menyebabkan seluruh dunia berguncang,
seluruh dunia gempa. Para Titan berkumpul menemui ibu mereka, cemas dengan
kondisi sang Dewi Bumi. Gaea lantas menjelaskan semua kejadian tersebut,
kejadian tentang Ouranos yang membuang para Cyclops Tertua ke Tartarus. Gaea
berniat untuk menumbuhkan kebencian di hati para Titan terhadap sang Bapak
Langit. Akan tetapi, cerita-cerita tersebut justru membuat para Titan takut –
mereka khawatir jika membuat Ouranos marah, mereka juga akan dibuang ke
Tartarus.
Berabad-abad berlalu. Gaea sudah mulai bisa merelakan
anak-anaknya. Akan tetapi, Gaea masih murung karena sendirian dan membutuhkan
teman. Melihat Gaea yang bermurung hati, Ouranos merasa iba. Kemudian,
dihampirilah sang Ibu Bumi olehnya. Ouranos menghibur Gaea, meminta maaf atas
apa yang ia lakukan. Malam itu, menjadi malam romantis bagi mereka berdua.
Karisma Ouranos menyihir Gaea. Membuatnya memaafkan Ouranos dengan mudah. Sekali
lagi, mereka menghabiskan beberapa hari bersama dalam penuh cinta.
 |
Hekantonkheire, Raksasa Tangan Ratusan, anak-anak Ouranos |
Berbulan-bulan kemudian, Gaea
melahirkan kembali. Ia melahirkan tiga anak kembar sekali lagi. Anak-anaknya
kali ini bukan Titan atau Cyclops, mereka adalah ras baru. Wujud mereka besar
dan tinggi sekali, melebihi gunung-gunung. Tubuh mereka juga kuat dan bahkan
mereka dapat mengangkat gunung-gunung yang besar. Mereka memiliki seratus
tangan dan lima puluh kepala di mana tiap-tiap kepalanya memiliki ekspresi yang
berbeda. Anak-anak Gaea tersebut dinamakan Hekantonkheire
atau Raksasa Tangan Ratusan. Nama-nama mereka adalah: Briares, Cottus, dan Gyges.
Tentu saja Gaea merawat mereka
dengan senang hati. Gaea menyayangi anak-anaknya tanpa peduli wujud mereka
seperti apapun. Akan tetapi, Ouranos tidak seperti itu. Ketika ia melintasi
langit, ia mendapati istrinya tengah bermain-main dengan para Raksasa Tangan
Seratus. Kemudian, Ouranos menghampiri mereka. Tanpa bicara apapun, sang Dewa
Langit mengikat para Hekantonkheire dengan rantai kegelapan malam, lalu
membuang mereka ke Tartarus.
Gaea menyaksikan peristiwa tersebut dalam horror. Dia
teringat kejadian yang menimpa para Cyclops Tertua beberapa abad lalu. Semua
terasa bagaikan de ja vu. Amarahnya
tidak bisa ia bendung lagi. Berbagai sumpah serapah meluncur keluar dari
mulutnya. Ia memaki Ouranos, “Dasar kau kejam! Pria berengsek! Apa yang kau
lakukan kepada anak-anakku?"
“Sudah
ku bilang agar jaga bicaramu, Gaea! Akulah Raja Kosmos. Aku yang memimpin
dunia. Kekuasaan milikku adalah langit, tempat tertinggi di seluruh semesta.”
“Diam
kau, Ouranos! Jika bukan karena aku, kau tidak akan ada!”
Ouranos
menampar wajah Gaea. Tentu itu mengejutkan bagi sang Dewi. Kemudian, sang Bapak
Langit kembali ke angkasa, meninggalkan Gaea yang masih terdiam.
Ouranos
lupa fakta bahwa Gaea-lah yang meminta Chaos untuk menciptakan dirinya. Kekuasaan
Ouranos atas langit, tempat tertinggi di dunia, di atas tempat-tempat lainnya,
telah menjadikan ia sombong. Ouranos menjadi buta kekuasaan.
***
Pembunuhan Pertama di Dunia
Sementara
Ouranos berada di atas langit, Gaea tengah menangis di bumi. Tangisannya
menyebabkan seluruh dunia kembali dilanda gempa. Para Titan langsung berkumpul
menemui ibu mereka yang sedang bersedih dan menanyakan apa yang terjadi.
Kemudian,
Gaea menciptakan sebuah senjata pertama di dunia, yakni Sabit Batu. Sabit batu
tersebut dibentuk dengan murka sang Ibu Bumi dan dimantrai dengan berbagai kutukan
untuk Ouranos.
Setelah
itu, Gaea memberikan tawaran kepada para Titan untuk membunuh Ouranos dengan
menggunakan sabit tersebut. Gaea menawarkan kekuasaan atas seluruh kosmos dan
langit untuk siapapun yang berani mengambil Sabit Batu tersebut dan membunuh
Ouranos. Para Titan jelas merasa tidak nyaman dengan ide membunuh tersebut,
belum pernah terjadi pembunuhan di dunia saat itu.
Tiba-tiba,
ada seorang Titan yang mengangkat tangannya. Dia bersedia mengambil kesempatan
untuk membunuh Ouranos. Titan tersebut bernama Kronos.
 |
Kronos, Titan termuda, Putra Ouranos |
Kronos
adalah Titan bungsu, yang paling muda di antara dua belas Titan. Menjadi anak
bungu membuat ia muak berada di bawah bayang-bayang kakak-kakaknya. Semua orang
selalu membandingkan Kronos dengan kakak-kakaknya. Bagi Kronos, inilah
kesempatan emas untuk membalikkan keadaan. Jika Kronos menjadi Penguasa Kosmos,
pasti seluruh makhluk akan tunduk dan hormat kepadanya.
Untuk
menyukseskan rencana pembunuhan tersebut, Kronos meminta bantuan dari
saudara-saudaranya: Hyperion, Krios, Koios, dan Iapetus. Kronos menjanjikan
kekuasaan atas empat wilayah mata angin kepada mereka.
Malam
harinya, Gaea sudah bersiap. Ketika Ouranos turun demi memenuhi undangan Gaea,
Ouranos tertegun melihat istrinya. Dia mengenakan gaun terbaiknya – gaun hijau
mewah yang dihiasi dedaunan dan juga batu-batu mulia. Rambut hitam sang dewi
juga ditata sedemikian rupa, tampak cantik dan anggun. Gaea memakai wewangian
yang harum semerbak, berbau mawar dan melati. Senyum Gaea begitu manis,
berhasil membuat Ouranos tergoda.
Ouranos
menghampiri istrinya tersebut. Mereka duduk mesra bersama di bawah
bintang-bintang. Ouranos memuji kecantikan Gaea, dia sangat terkesan dengan
usaha Gaea untuk memperbaiki hubungan mereka. Ouranos juga meminta maaf tentang
para Cyclops Tertua dan juga Hekantonkheire. Ia tidak bermaksud kejam, ia hanya
tidak bisa menerima kenyataan bahwa mereka adalah anak-anaknya. Sementara itu, Gaea
hanya menanggapi Ouranos dengan senyum atau sesekali tertawa kecil. Begitu
menggoda wajah Gaea, membuat Ouranos tak bisa menahan diri. Ouranos mendekatkan
wajahnya dengan wajah Gaea, lalu berciumanlah mereka berdua.
Ciuman
tersebut membuai Ouranos. Pikirannya dibuat mengawan-awan. Ia menjadi lengah
terhadap sekelilingnya. Di saat itulah para Titan muncul.
Ouranos
terkejut dengan kemunculan mereka. Tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Hyperion, Krios, Koios, dan Iapetus langsung memegangi kaki dan tangan Ournaos,
membuat sang Dewa Langit tidak bisa bergerak. Mereka menahan Ouranos agar tetap
menyentuh bumi, terpisah dari wilayah kekuasaannya, yaitu langit. Gaea dan para
Titan tertawa penuh kemenangan. Melihat wajah Ouranos yang bingung dan panik
membuat mereka merasa berjaya, teruta. Akhirnya, tiba saatnya untuk Gaea
membalas Ouranos.
Semakin
lama tertahan di bumi, Ouranos semakin lemah. Tenaganya sudah berkurang
sehingga ia lebih mudah ditaklukan.
Kronos
muncul dengan mengangkat Sabit Batu miliknya tinggi-tinggi. Kronos dan Gaea tertawa
penuh kemenangan. Hanya dalam beberapa menit lagi, pembunuhan pertama di dunia
akan terjadi.
“Apa-apaan
ini? Gaea! Apa yang terjadi?”
“Tenang
saja Ouranos,” jawab Gaea, “Kau tidak perlu cemas. Sebentar lagi, kau tidak
akan pernah bisa melihat anak-anakmu untuk selamanya. Mereka akan bebas di
bumi, sedangkan kau akan binasa!”
“Oh
Ouranos sang Bapak Langit,” ujar Kronos sambil memegang Sabit Batu miliknya, “Tidak
kusangka kalau Bapak Langit dapat ditumbangkan oleh anak-anaknya sendiri. Kau
memalukan! Kau tidak pantas menjadi Penguasa Kosmos!”
“Diam kau, Kronos! Aku kutuk kau! Suatu hari nanti,
kau juga akan bernasib sama denganku! Anak-anakmu akan menghabisi mu. Mereka
juga akan menggulingkan kekuasaan mu sebagaimana apa yang kau lakukan kepadaku,”
ujar Ouranos kepada Kronos sang Titan.
 |
Meliae, Nymph Pohon Abu, Jenis Dryad Pertama di Dunia |
Tanpa pikir panjang, Kronos langsung mengebiri
Ouranos, memotong alat kelaminnya. Ouranos menjerit, merintih, memohon
dibebaskan. Kronos melanjutkan aksinya. Ia memotong-motong tubuh Ouranos
menjadi berkeping-keping. Darah emas Ouranos – ichor, darah kaum abadi – terciprat ke mana-mana. Darah tersebut
tidak hanya terciprat dari tubuh Ouranos, tetapi juga berjatuhan dari langit
seperti hujan. Kemudian, sisa-sisa jasad Ouranos dibuang oleh Kronos ke laut.
Cipratan-cipratan darah Ouranos tersebut memiliki
esensi Ouranos, lalu jatuh di tanah subur yang mengandung esensi Gaea. Dari
sanalah terlahir para nymph, yakni
roh-roh alam berwujud perempuan.
Darah
Ouranos yang bercampur tanah juga melahirkan tujuh pohon abu dan setiap pohon
abu memiliki personifikasi. Mereka dinamakan Meliae, nymph pohon abu (nymphs of ash-tree). Ketujuh Meliae tersebut diyakini sebagai
dryad pertama. Mereka memiliki julukan “yang terlahir dari darah” karena mereka
lahir dari darah Ouranos. Di kemudian hari, mereka menjadi ibu dari ras manusia
di Zaman Perunggu, zaman sesudah banjir besar. Ketujuh Meliae tersebut akan
bereinkarnasi menjadi benih tumbuhan ketika mereka mati.
 |
Satyr, Roh Hutan Separuh Manusia dan Separuh Kambing |
Beberapa cipratan darah juga terjatuh di hutan. Esensi
Ouranos dan esensi Gaea bercampur di sana sehingga lahirlah para satyr. Satyr adalah roh hutan (forest spirit) dengan
wujud pria setengah kambing, pria di bagian atas dan kambing di bagian bawah.
Mereka juga memiliki sepasang tanduk kambing dan telinga kambing di kepala
mereka. Para satyr memiliki keahlian dalam bermain musik; alat musik mereka
biasanya adalah suling bambu atau suling daun. Musik yang mereka mainkan biasanya
memiliki kekuatan sihir hutan yang sakti. Dalam kebudayaan Romawi, mereka lebih dikenal dengan sebutan faun, meskipun keduanya memiliki perbedaan.
 |
Erinyes, Roh-Roh Pembalasan dan Hukuman |
Ada pula cipratan
darah Ouranos yang terjatuh di tempat gelap sehingga menyebabkan terciptanya
pada Erinyes. Mereka adalah roh-roh
pembalasan yang berjumlah tiga. Nama-nama mereka adalah: Alecto (Amarah), Megaera
(Dendam), dan Tisiphone (Pembalas). Mereka adalah monster berwujud wanita dengan
kulit berwarna kelabu-coklat yang pucat. Mulut mereka dipenuhi taring berwarna
kuning. Mata mereka berkilat dengan tatapan haus darah. Mereka memiliki sayap
seperti sayap kelelawar. Kaki mereka memiliki cakar-cakar setajam silet. Para
Erinyes bersenjatakan cambuk api yang selalu mereka pakai untuk menyiksa korban
mereka. Di zaman-zaman kemudian, para Erinyes melayani Hades, Dewa Orang Mati (God of Dead) –
mereka bertugas menghukum jiwa manusia jahat, terutama mereka yang pernah
membunuh keluarga mereka sendiri. Wujud Romawi mereka adalah Dirae.
Beberapa cipratan darah juga mengenai kegelapan malam
milik Nyx sehingga menyebabkan kelahiran Lyssa, roh kegilaan. Lyssa adalah roh
yang merupakan manifestasi dari kegilaan, terkadang dia juga disebut sebagai
Dewi Kegilaan (Goddess of Madness). Dia mewakili aspek kegilaan, amukan, dan rabies pada hewan. Wujud
Romawinya adalah Ira, Furof, atau Rabies.
Sementara itu, jasad Ouranos yang
dibuang ke laut terombang-ambing ombak. Jasad tersebut juga mengandung esensi
Ouranos. Esesnsi Ouranos berpadu dengan esensi Dewi Laut Thalassa dan kemudian
melahirkan Aphrodite, Dewi Cinta dan
Kecantikan (Goddess of Love and Beauty).
Setelah pembunuhan tersebut, Ouranos tidak sepenuhnya
mati. Ouranos hanya tidak dapat lagi mewujud dalam bentuk fisik. Ia tetap
hidup, tatapi dalam wujudnya sebagai langit. Ia tidak lagi memiliki cukup
kesadaran untuk menghadirkan wujudnya sebagai Dewa Langit.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar