Identitas
Buku
Judul
|
:
|
The Dating Game
|
Penulis
|
:
|
Nina Ardianti
|
Penerbit
|
:
|
PT Gramedia Pustaka Utama
|
Tahun terbit
|
:
|
2022
|
Cetakan
|
:
|
II
|
Tebal
|
:
|
360 halaman
|
Harga
|
:
|
Rp99.000
|
ISBN
|
:
|
9786020665184
|
Genre
|
:
|
Komedi romantis, metropop
|
Tentang
Penulis
Nina
Ardianti suka membaca dan menulis novel romantis sejak masih remaja. Dia
melakukannya sebagai bentuk pelarian karena realita tak seindah di novel-novel.
Nina Ardianti adalah lulusan jurusan arsitektur Universitas Indonesia. Setelah
lulus, dia bekerja sebagai banker, lalu melanjutkan studi dengan program Master
of Business Administration di The Ross School of Business, University of
Michigan.
Beberapa
buku yang pernah dia tulis adalah Lelaki Buaya Darat (2007), Simple
Lie (2007), Glam Girls (2008), Impossible (2012), Fly to
the Sky (2012), Meet Cute (2013), Stuck (2013), Restart
(2013), dan Sunset Holiday (2015). Sudah cukup lama Nina Ardiati tidak
menulis buku, dan The Dating Game (2022) menjadi comeback-nya.
Nina
Ardianti menggunakan pengalaman hidupnya sebagai inspirasi untuk menulis, walau
tak semua terwujudkan di atas kertas. So if you feel the stories that Nina
wrote have something in commong with your life, you’re probably not wrong.
You’re the chosen one(s).
Sinopsis
“Attraction
is important. But chemistry is more important. Ketika menemukan
keduanya, I consider myself lucky.”
Itu
dulu, lima tahun lalu, ketika Kemal pertama kali bertemu Emma. Emma tampak
sangat sempurna. Makin mengenalnya, Emma menjadi makin bagus di mata Kemal.
Kemal merasa dirinya lebih daripada beruntung bisa bertemu dengan Emma.
“From
the scale one to hot, Kemal Arsjad is scorching. Membara.
Dia seperti book boyfriend yang hanya eksis di novel. Seperti para hero
di romancelandia.”
Tapi
itu dulu, lima tahun lalu, sebelum Kemal merusak kepercayaan diri Emma dengan ucapannya
yang mematahkan hati. Sejak itu, Emma berjanji bahwa dia membenci manusia
bernama Kemal Arsjad dan tak mau berurusan dengan laki-laki itu lagi.
Akan
tetapi, saat ini interaksi mereka tak bisa dielak. Memiliki lingkaran sosial
yang bersinggungan tentu memperbesar kemungkinan mereka bertemu, cepat atau
lambat. Kini, keduanya harus bisa akur tanpa merasa canggung ketika harus
berlibur bersama di Eropa Selatan pada saat musim panas yang menggerahkan.
Hati
yang bergetar dan logika yang tak terdengar. Emma dan Kemal kembali memulai permainan
romansa mereka. Ladies and gentlemen, please enjoy this dating game.
Kelebihan
Ketika
memilih membaca The Dating Game, aku tidak punya banyak ekspektasi. Aku
hanya tahu bahwa buku ini menyuguhkan cerita romansa yang sederhana dan cheesy—sesuatu
yang kubutuhkan sebagai hiburan, maka kumembelinya. Buku itupun ternyata memang
berhasil menghiburku.
Ini
adalah buku pertama Nina Ardianti yang kubaca, dan aku baru tahu setelah
membaca buku ini bahwa Nina Ardianti sudah banyak menulis buku. Hanya saja, dia
sudah cukup lama vakum di dunia kepenulisan. The Dating Game adalah comeback-nya.
Aku
suka dengan gaya penulisannya. Narasinya terasa mengalir dan asyik, serta tidak
berbelit-belit. Tidak memaksakan untuk terkesan puitis juga. Selain itu, buku
ini diceritakan melalui dua sudut pandang: Emma dan Kemal, dan masing-masing
sudut pandang terasa sekali karakternya. Cerita sudut pandang Emma sangat
terasa karkater Emma, begitupun cerita sudut pandang Kemal sangat terasa Kemal,
sehingga kita dapat mengikuti pergulatan pikiran keduanya. Aku juga suka dengan
gaya bahasanya yang bahasa anak Jaksel banget, hahaha. Penggunaan bahasa
Indonesia dan Inggris dalam narasi dan dialognya terasa pas, tidak seperti
ingin memaksakan diri untuk terkesan “metropop”.
Kemudian,
cerita buku ini sepenuhnya tentang romansa antara Kemal dan Emma, tentang tarik
ulur mereka berdua hingga akhirnya resmi menjadi sepasang kekasih. Itu adalah
premis cerita yang umum untuk sebuah cerita komedi romantis, tetapi aku yakin
kalian tidak akan merasa bosan dengannya. Walau jalan ceritanya mudah ditebak,
ada sedikit tanda tanya di dalamnya yang akan menimbulkan rasa penasaran
kalian.
Terkhusus
untuk penggemar romcom, kalian pasti akan suka dengan buku ini.
Siap-siap dengan kalimat dan gestur gombal ala Kemal Arsjad! Perlakuan manis
Kemal kepada Emma membuatku senyum-senyum sendiri, dan tertawa. Seriusan, Kemal
gombal banget, hahaha. Namun, cheesiness dari cerita ini ada di taraf
yang pas, tidak sampai jadi cringe.
Sejujurnya,
aku merasa buku ini punya vibes yang mirip dengan serial TV How I Met
Your Mother. Keduanya sama-sama menunjukkan bahwa menjalin hubungan dengan
orang lain itu bukan perkara mudah. Menyatukan dua ego agar bisa berjalan beriringan
itu sulit, terutama ketika kedua ego tersebut memiliki masalah pribadi
masing-masing. And that I can say I agree.
Dalam
buku ini, baik Emma dan Kemal memiliki sesuatu yang mengganjal di hati mereka
sehingga menahan mereka berdua untuk berpacaran. Emma masih sakit hati dengan
ucapan Kemal lima tahun silam sehingga ia takut akan patah hati lagi, takut
Kemal akan mengecewakannya lagi semudah dulu. Sementara Kemal masih memiliki
urusan yang belum selesai dengan hatinya. Dia juga takut jika membuka hatinya
untuk orang lain, hatinya akan menjadi vulnerable. Well, patah
hati karena orang yang amat kita percaya dan sayangi tentu akan membuat kita
menutup hati dan tak sembarangan membukanya lagi.
Kemudian,
kemiripan lain buku ini dengan How I Met Your Mother adalah caranya
bercerita yang memberi kesan bahwa menjalin hubungan—membuka hati, mendekati
orang yang kita suka, merelakan mantan pacar, dll—seakan seperti permainan.
Tarik ulur Emma dan Kemal terkesan playful, which is menggemaskan
dan lucu. Benar-benar sebuah cerita romcom yang amusing and
refreshing.
Selain
itu, hal lain yang aku suka dari Emma dan Kemal adalah sikap mereka yang
dewasa. Konflik romansanya terasa dewasa. Bukan memperbanyak adegan lebay,
tetapi memperbanyak dialog yang sehat dan jujur. Emma dan Kemal sama-sama
memiliki prinsip yang bagus soal menjalin hubungan—which I like. Tidak
butuh ada orang ketiga atau drama dengan keluarga; cukup tentang mereka berdua.
Kurasa, poin utama cerita ini adalah sebelum menjalin hubungan dengan orang
lain, kita harus sudah “selesai dengan diri sendiri” dan benar-benar siap.
Kelemahan
Saking
miripnya dengan How I Met Your Mother (bagiku sih, hehehe), buku ini
juga memiliki kelemahan yang sama dengan serial TV tersebut: tarik ulurnya bertele-tele
dan terlalu panjang. Sebagian besar cerita ini, sekitar 90%, ya tentang tarik
ulur hubungan Emma dan Kemal. Namun, dengan jumlah halaman yang banyak, 300-an
halaman, itu berarti cerita ini panjang. Memang perkembangan hubungan Emma dan
Kemal disajikan secara bertahap, layaknya sebuah permainan yang ada beberapa
levelnya. Akan tetapi, ceritanya agak dragging di pertengahan, apalagi
tidak ada perkembangan karakter yang berarti dari keduanya sebab keduanya sudah
mature.
Selain
itu, keberadaan tokoh-tokoh pendukungnya juga tidak memiliki peran yang
signifikan. Di antara teman-temannya Kemal, mungkin cuma Oliver yang menonjol
dan itupun karena deskripnya yang dibilang ganteng banget, super hot.
Sementara, teman-temannya Emma lebih buruk, tidak ada satupun yang berkesan
bagiku. Mereka sekadar aksesoris cerita. Padahal, biasanya para sahabat dari
tokoh utama bisa mendorong perkembangan karakter tokoh utama itu sendiri.
Kesimpulan
The
Dating Game adalah sebuah novel romcom dengan vibes
yang khas serial TV Amerika, terutama How I Met Your Mother. Kalian
yang menyukai serial TV itu, pasti akan suka buka ini. Buku ini menunjukkan
bahwa menjalin hubungan itu layaknya sebuah permainan, ada beberapa tingkatan
yang perlu ditempuh sebelum menjalin hubungan serius. Namun, yang paling utama
adalah buku ini ingin menyampaikan bahwa kita harus “selesai dengan diri
sendiri” dulu sebelum memulai hubungan serius dengan orang lain. Dengan
penyajian yang khas novel metropop serta gaya narasi yang mengalir, buku ini
pasti dapat menghibur kalian di tengah kegiatan sehari-hari. Walau ceritanya
agak dragging di awal dan beberapa tokoh pendukungnya kurang berkesan,
secara umum The Dating Game adalah cerita romcom dewasa yang
bagus dengan segala adegan dan gestur cheesy dan spicy-nya. Menurutku,
skor untuk buku ini adalah 8,2/10. Buku ini sangat cocok untuk siapapun
penggemar cerita metropop dan romcom.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar