Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1] (2017) yang lalu menjadi buku best-...
The Flash: Emang Boleh Film Time-Traveling dan Multiverse Semenyentuh Ini?
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Identias Film
Judul
:
The Flash
Sutradara
:
Andy Muschietti
Produser
:
Barbara Muschietti,
Michael Disco
Tanggal rilis
:
16 Juni 2023
Rumah produksi
:
DC Studios, Double
Dream, The Disco Factory
Penulis naskah
:
Christina Hodson, John
Francis Daley, Jonathan Goldstein
Durasi tayang
:
2 jam 24 menit
Pemeran
:
Ezra Miller, Michael
Keaton, Sasha Calle, Maribel Verdú, Ron Livingston, Kiersey Clemons
Menjelang persidangan banding ayahnya, Barry
Allen (Ezra Miller) merasa tertekan. Dia teringat kembali akan peristiwa
traumatis pada masa kecilnya yang telah mengubah seluruh hidupnya. Pada hari
itu, dia harus kehilangan ibunya karena tewas dibunuh dan ayahnya masuk penjara
karena dituduh sebagai pelakunya. Seumur hidupnya, Barry berusaha membuktikan
bahwa ayahnya tak bersalah, dan ini adalah saatnya.
Akan tetapi, dengan kekuatannya sebagai The
Flash, Barry mendapati bahwa dirinya bisa melakukan perjalanan waktu. Bagaimana
jika dia menggunakan kekuatannya untuk mencegah ibunya tewas dan ayahnya masuk
penjara sejak awal? Meskipun tentu akan ada konsekuensi, Barry tetap
melakukannya—apapun demi menyelamatkan kedua orang tuanya.
Sayangnya, perubahan kecil yang Barry lakukan
untuk menyelamatkan ibunya di masa lalu telah memicu perubahan pada sejarah.
Bahkan, saat ini dia terjebak di masa lalu dan tanpa kekuatannya. Segalanya
menjadi kacau dan dia tidak memiliki teman-teman supernya untuk menolongnya.
Pilihan apa yang harus diambil olehnya untuk mengembalikan segalanya seperti
sedia kala?
Kelebihan
Seperti film-film solo superhero DC—yang fokus menceritakan satu superhero—yang sebelum-sebelumnya, The Flash memiliki cerita yang amat rapih dan berkesan. Baiklah,
mari dibahas satu per satu tentang kelebihannya ya.
Pertama, hal menarik dari film solo superhero DC adalah caranya menciptakan
konflik yang terasa begitu personal bagi si jagoan dan mengaitkannya dengan realitas
sosial di sekeliling sang jagoan. Itu juga terjadi di film The Flash. Konfliknya adalah tentang bagaimana Barry menyelamatkan
ibunya, yang merupakan masalah pribadinya, bukan tentang menyelamatkan dunia
atau apa. Meskipun konfliknya personal, ceritanya mampu bergulir sampai
menghadirkan implikasi-implikasi besar bagi seluruh dunia yang nantinya
mendorong perkembangan karakter sang pahlawan.
Omong-omong, konflik film ini diadaptasi dari
cerita Flashpoint yang sebelumnya
pernah diadaptasi menjadi film animasi berjudul Justice League: The Flashpoint Paradox (2013). Aku pernah menonton
yang versi film animasinya dan di film itu, skala konfliknya sangat besar dan serius, maka jika
dibandingkan dengan yang itu, skala konflik film ini memang lebih kecil, tetapi
tidak kalah seru. Baik di film animasi maupun di film yang live-action ini, paradoks yang ditimbulkan The Flash terus
tereskalasi sampai menimbulkan perang skala global. Yang di film animasi itu
perangnya adalah antara kaum Atlantis yang dipimpin Arthur Curry/Aquaman
melawan kaum Amazon yang dipimpin Diana/Wonder Woman; sedangkan dalam film ini,
perangnya adalah penyerangan Jenderal Zod ke Bumi, yang merupakan konflik di
film Man of Steel. Itu juga sesuatu
yang menarik menurutku karena membuat penonton mengingat kembali film pertama
dari semesta DC yang sekarang.
Berikutnya, hal lain yang kusuka dari film ini
adalah adegan pembukanya. Serius, itu bagus banget! Adegan pembukanya itu lucu
sekaligus keren. (Spoiler alert) melihat
The Flash lari dari Central City ke Gotham City untuk menyelamatkan bayi-bayi,
tapi malah menyempatkan makan dulu—itu kocak banget. Cuma dari satu kejadian
tersebut, pembuat film mampu menyampaikan bahwa film The Flash ini akan dibuat menjadi film superhero yang santai tanpa mengurangi kesan epiknya.
Selain itu, film ini juga menyinggung tema
multisemesta, sebuah tema yang sedang laris dalam perfilman superhero. Untuk menjelaskan konsep
multisemesta dalam film ini, pembuat film menggunakan metafora spageti. Itu
penjelasan yang mudah dimengerti dan bagus banget menurutku. Tidak perlu
penjelasan berbelit dengan istilah-istilah saintifik, metafora tersebut dapat menggambarkan
konsep multisemesta yang digunakan dalam film ini dengan baik dan menarik.
Karena film ini juga menyinggung tema
multisemesta, tentu ada superheroes lain
selain The Flash—(spoiler alert) yang
utamanya adalah Batman dan Supergirl. Batman dalam film ini diperankan oleh
Michael Keaton yang dulu juga pernah memerankan Bruce Wayne/Batman di film Batman (1989) dan Batman Returns (1992). Dulu waktu aku kecil, aku pernah menonton
yang Batman Returns, hanya saja aku
sudah tidak begitu ingat lagi filmnya seperti apa, hahaha. Meskipun Michael
Keaton sudah tidak muda lagi, dia tetap mampu memerankan Bruce Wayne/Batman
yang karismatik dan misterius. Ditambah lagi, kostum Batman dalam film ini
sengaja menyerupai kostum Batman pada dua film tadi sehingga ada kesan
nostalgia bagi yang pernah menonton keduanya.
(Spoiler
alert) kemudian, ada Supergirl yang diperankan oleh Sasha Calle. Sejujurnya,
aku belum pernah menonton Sasha Calle di film atau serial TV lain. Namun, aku
langsung terpesona dengan penampilannya sebagai Kara/Supergirl. Dia sangat
keren dan cantik! Adegan ketika dia berteriak “What did you do?” ke Jenderal Zod itu sangat luar biasa—emosinya
terasa sampai aku merinding.
(Spoiler
alert) selain mereka berdua, juga ada varian Barry Allen yang lain, yang
masih remaja. Barry yang dewasa bertemu dengan Barry yang masih remaja dan
menuntunnya untuk menjadi The Flash. Ini sebuah treatment yang menarik karena berbeda dari yang versi film animasi.
Dengan memunculkan sosok Barry yang baru saja mendapatkan kekuatannya, film ini
juga menceritakan asal mula sosok The Flash—sangat kreatif!
Kemudian, mari kembali membahas tentang konflik
film ini—meskipun konfliknya menekankan hubungan Barry dengan ibunya,
sebenarnya ceritanya bukan tentang keluarga, melainkan tentang mengikhlaskan. Sebenarnya,
tema tersebut sudah ada banyak di film-film lain, tetapi mengangkat tema
mengikhlaskan menjadi film superhero dengan
pendekatan paradoks waktu itu terbilang jarang. Dan The Flash sangat berhasil dalam melakukannya. Walaupun banyak aksi
konyol yang mengundang tawa di sepanjang film, tetap saja adegan terakhir
ketika Barry dewasa bertemu kembali dengan ibunya berhasil meremukkan hati.
Kutipan favoritku (kalau aku tidak salah ingat), yang terasa begitu menyesakkan
setelah tiba di penghujung film: “Some
problems don’t have solution. You just have to let it go.”
Kelemahan
Walaupun secara story menurutku film ini sudah bagus dan melampaui ekspektasiku,
ada beberapa hal lain dari film ini yang menjadi kelemahannya. Pertama, efek
visual CGI-nya yang kurang bagus. Di beberapa bagian, efek CGI-nya itu terasa
kasar sehingga terlihat tidak nyata. Itu cukup mengganggu—bahkan, beberapa
orang tidak menikmati filmnya karena itu.
Berikutnya, beberapa superheroes lain yang muncul dalam film ini memiliki screentime yang sedikit, bahkan termasuk
Supergirl. Walaupun penampilannya mencuri perhatian, screentime dia termasuk sedikit. (Spoiler alert) bahkan, varian Superman yang muncul di akhir lebih
seperti fan service saja.
Tidak hanya itu, kemunculan anggota Justice
League lain di awal film juga terasa sebagai fan service. Seperti yang telah kubilang sebelumnya, kalau yang di
film animasi, skala konfliknya sangat besar sampai melibatkan seluruh Justice
League. Karena di awal film ini dimunculkan beberapa anggota Justice League
yang lain, aku awalnya mengira mereka akan ada lagi nantinya, setidaknya
variannya; tetapi ternyata tidak. Memang bukan masalah besar, tetapi menurutku
akan lebih bagus jika bisa begitu.
Kesimpulan
The
Flash adalah sebuah film superhero dengan cerita yang amat
mengesankan dan ditulis dengan baik. Film ini memiliki cerita yang terasa
begitu personal dengan mengangkat tema mengikhlaskan. Kupikir, siapapun bisa
mengerti tindakan Barry yang sampai sejauh itu untuk menyelamatkan ibunya. Maka
dari itu, kalian siap-siap saja akan dibuat terharu dengan kebersamaan Barry
dan ibunya.
Selain itu, dengan mengangkat tema perjalanan
waktu dan multisemesta, film ini menghadirkan sosok-sosok varian superhero, seperti Batman dan Supergirl.
Kalian yang sudah sejak lama menonton film-film superhero DC pasti akan bernostalgia. Namun, penampilan para varian
superhero tersebut kurang
dimaksimalkan sehingga lebih seperti fan
service saja. Dan walaupun efek visualnya terlihat jelek pada beberapa
bagian, secara keseluruhan ceritanya begitu menyenangkan. Oleh karena itu, aku
berikan skor 8/10 untuk film ini.
Oh iya, sekilas informasi, setelah kejadian di
film The Flash, semesta superhero DC akan di-reset, yang merupakan efek paradoks yang
disebabkan Barry. Ke depannya nasib semesta superhero
DC akan seperti apa itu tidak tahu. Semoga saja tetap bisa menghasilkan
film-film superhero yang seseru atau
bahkan lebih seru daripada ini.
Kalian bisa menonton The Flash di HBO Go, Apple TV, dan Catchplay+. Jika kalian tertarik dengan filmnya, kalian bisa menonton trailer-nya di bawah ini.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar