Dua Hati Biru: Sebuah Sekuel yang Lebih Dewasa dan Mendidik (Cocok Ditonton Pasangan yang Ingin Menikah)

Identitas Film Judul : Dua Hati Biru Sutradara : Dinna Jasanti, Gina S. Noer Produser : Chand Parwez Servia, Gina S. Noer, Riza, Sigit Pratama Tanggal rilis : 17 April 2024 Rumah produksi : Starvision, Wahana Kreator Penulis naskah : Gina S. Noer Durasi tayang : 1 jam 46 menit Pemeran : Angga Yunanda, Aisha Nurra Datau, Farrell Rafisqy, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Lulu Tobing, Keanu AGL, Maisha Kanna Genre : Drama keluarga, romantis   Sinopsis Setelah empat tahun berkuliah dan bekerja di Korea, Dara (Aisha Nurra Datau) kembali ke Indonesia demi bisa tinggal bersama suaminya, Bima (Angga Yunanda), dan putranya yang masih kecil, Adam (Farrell Rafisqy). Namun, kedatang

Elemental: Force of Nature: Walau Banyak Isu Beratnya, Tapi Tetap Tidak Kehilangan Feel-nya—Salah Satu Film Paling Romantis Tahun 2023

Identitas Film

Judul

:

Elemental: Force of Nature

Sutradara

:

Peter Sohn

Produser

:

Denise Ream

Tanggal rilis

:

16 Juni 2023

Rumah produksi

:

Walt Disney Pictures, Pixar Animation Studios

Penulis naskah

:

John Hoberg, Kat Likkel, Brenda Hsueh

Durasi tayang

:

1 jam 41 menit

Pengisi suara

:

Leah Lewis, Mamoudou Athie, Ronnie Del Carmen, Shila Ommi

Genre

:

Fantasi, romantis, drama

 

Sinopsis

Element City adalah tempat bagi warga dari keempat elemen: air, tanah, api, dan udara tinggal. Semua berbaur dengan satu sama lain, kurang lebih, tetapi ada satu aturan: antarelemen tidak bercampur. Para penduduk elemen api sendiri umumnya tinggal di Firetown, termasuk keluarganya Ember (Leah Lewis).

Kedua orang tua Ember dulu merantau dari tanah kelahiran mereka ke Element City. Saat itu, mereka tiba di negeri asing yang berbicara dengan bahasa yang asing juga. Namun, demi memulai kehidupan baru yang lebih baik, mereka bertahan.

Kini, ayah Ember, Bernie (Ronnie Del Carmen) memiliki usaha toko yang sukses di Firetown. Kelak, Ember akan mewarisinya—itu sudah menjadi masa depannya sejak dulu. Hanya saja, walau sudah bertahun-tahun lewat, ayahnya belum bisa memercayakan toko kepadanya karena Ember belum mampu mengendalikan amarahnya yang mudah sekali meledak.

Akan tetapi, sejak bertemu dengan Wade (Mamoudou Athie), seorang pria elemen air, Ember merasakan sesuatu yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Bahkan, pertemuannya dengan Wade membuatnya tersadar akan sesuatu yang tak pernah dia sadari selama ini.


Kelebihan

I love this movie so very much! Visual film ini cantik sekali! Film ini mengingatkanku pada film Pixar lainnya, yaitu Inside Out, karena sama-sama mempersonifikasikan sesuatu yang bukan manusia sebagai tokoh-tokohnya, dan film Zootopia, karena sama-sama memperlihatkan kota yang diisi beragam ras. Soal keberagaman ras ini pun menjadi sesuatu yang penting disampaikan dalam film ini—akan kubahas nanti.

Kemudian, aku juga suka dengan sentuhan wordplay-nya atau permainan katanya. Misalkan, toko milik orang tuanya Ember dinamai Fire Place (yang juga berarti perapian) dan ibunya Ember suka melakukan match making atau menjodohkan orang-orang (match juga berarti korek api). Ada juga detail yang memperlihatkan judul film Tide and Prejudice, parodi film Pride and Prejudice (tide berarti air pasang). Wordplay tersebut menurutku kreatif dan bisa memperkuat latarnya.

Sejak menonton trailer-nya, aku yakin bahwa kesan yang akan kudapatkan dari film ini akan seperti waktu aku menonton Zootopia. Akan tetapi, ketika melihat film ini dibuka dengan adegan orang tua Ember yang merantau dari kampung halaman tiba di Element City, dugaan awalku rupanya meleset. Kesan yang kurasakan langsung berbeda karena rupanya film ini mengangkat isu imigran. Ternyata sutradaranya, Peter Sohn, menjadikan pengalaman pribadi keluarganya sebagai inspirasi. Orang tuanya adalah imigran dari Korea Selatan yang datang ke New York, Amerika Serikat tanpa bisa berbahasa Inggris, lalu membuka toko untuk mencari penghasilan. Tidak heran film ini mampu mengangkat isu imigran dengan sangat baik.

Melalui karakter Ember dan keluarganya, kita dapat menyaksikan betapa sulitnya para imigran untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Mulai dari sulit mencari tempat tinggal sampai mencari pekerjaan. Pada akhirnya, para imigran dari negara yang sama berkumpul di satu area—makanya ada area seperti Chinatown dan Koreatown di luar negeri. Kira-kira seperti itu pula yang terjadi di film ini terhadap warga elemen api di Element City.

Ketika para imigran tersebut ingin berbaur dengan warga lainnya, mereka kerap kali diperlakukan berdasarkan prasangka dan stereotipe. Salah satu contoh dalam film ini adalah (spoiler alert) ketika Ember dan ayahnya ingin melihat bunga Vivisteria, mereka tidak diizinkan masuk dan dicemooh pengunjung lain hanya karena mereka elemen api—khawatirnya mereka membakar bunga tersebut, padahal bunga tersebut bisa tumbuh di lingkungan dengan panas tinggi sekalipun. Kemudian, ada adegan ketika pamannya Wade berkomentar tentang bahasa Inggris-nya Ember yang begitu fasih dan jelas—menyiratkan bahwa dia melihat Ember “berbeda” karena dia seorang anak imigran, padahal Ember lahir dan besar di lingkungan yang berbicara bahasa tersebut.

Hal seperti itu banyak terjadi di dunia nyata. Misalnya ketika orang kulit putih dari Amerika memuji betapa fasihnya seorang Asia keturunan imigran berbicara bahasa Inggris. Di balik pujian tersebut ada prasangka tersirat bahwa seorang keturunan imigran Asia seharusnya tidak bisa fasih bicara bahasa Inggris. Pikiran seperti itu sering dikira harmless, walaupun sebenarnya itu menunjukkan bahwa seseorang masih membeda-bedakan orang lain berdasarkan ras dan latar belakang budaya mereka.

Selain isu imigran tersebut, konflik romansa pada film ini rupanya juga terinspirasi dari pengalaman pribadi sang sutradara dan istrinya yang bukan orang Asia. Dari situ, dia terinspirasi untuk menciptakan kisah cinta antara Ember dan Wade—api dan air. Uniknya, hal ini masih sangat relate dalam konteks masyarakat Indonesia. Masih banyak orang yang memperhatikan latar belakang suku—entah itu suku Jawa, Sunda, Batak, Dayak, Bali, Cina, ataupun suku lainnya—dalam menentukan pasangan. Bagi kalian yang cintanya terhalang perbedaan suku, kalian mungkin akan relate dengan Ember dan Wade.

Namun, terlepas dari itu, Peter Sohn telah sukses sekali menuliskan kisah cinta Ember dan Wade. Bagiku, kisah Ember dan Wade begitu indah. Mereka adalah tipe pasangan yang opposite-attract, pasangan yang saling berkebalikan tetapi saling suka. Ember adalah api dan Wade adalah air; Ember tempremental dan Wade cengeng. Namun, mereka bisa melampaui segala perbedaan dan menyatukan cinta mereka. Kisah cinta mereka pun ditampilkan dengan begitu romantis dan indah, yang diperkuat dengan visual cantik luar biasa dan soundtrack yang menyenangkan. Aku sampai menitihkan air mata loh.

Tidak hanya drama romansa, ada juga drama ayah-anak yang luar biasa menyentuh dalam film ini. Orang tua Ember merupakan sosok yang begitu lekat dalam keseharian, yang berarti banyak sekali sosok orang tua seperti mereka. Orang tua Ember memperlihatkan betapa besarnya pengorbanan orang tua demi anak mereka.

Di sisi lain, perasaan Ember yang terbebani dengan hal tersebut juga manusiawi. Perasaan terbebani karena harus membalas budi atas segala pengorbanan orang tua sepertinya sangat lumrah dirasakan siapapun. Ember memperlihatkan dilema antara mengikuti keinginan orang tua demi balas budi dan mengejar keinginannya sendiri—itu menjadikan karakternya begitu kompleks dan menarik. Dalam konflik tersebut juga ada sebuah pesan yang sangat mengena buatku, yaitu pada adegan ketika Wade mengatakan, “Why did anyone get to tell you what you can do?” Itu menyiratkan pesan bahwa jangan biarkan latar belakang yang menjadi identitasmu membatasi dirimu.

Aku terharu dengan jawaban yang akhirnya didapatkan Ember, tetapi aku ingin bilang ini: jika kalian menghadapi hal yang serupa dengan Ember, kalian tidak harus mengikuti jawaban Ember; semoga jawaban apapun yang kalian pilih akan mengantarkan kalian bahagia. Kemudian, drama ayah-anak ini ditutup dengan penghormatan yang begitu khidmat dan menyentuh hati. What a way to end a movie!

 

Kelemahan

Secara umum, hanya ada satu kelemahan yang kurasakan dari film ini. Pada permulaan film, disebutkan bahwa antarelemen tidak bercampur dan aturan tersebut menjadi penghalang bagi hubungan Ember dan Wade. Akan tetapi, dalam film tidak pernah diperlihatkan apa akibatnya jika antarelemen bercampur. Di Element City sendiri penduduk dari elemen-elemen yang berbeda saling bergaul. Maka, aturan antarelemen tidak bercampur malah terkesan seperti prasangka buruk keluarganya Ember semata. Seharusnya diperlihatkan bahwa sebelumnya pernah terjadi hubungan antarelemen yang berujung bencana untuk memperkuat larangan tersebut.

 

Kesimpulan

Elemental: Force of Nature merupakan salah satu film animasi terbaik dari Pixar. Aku suka dengan visualnya dan penggambaran latarnya. Film ini mengangkat beragam isu penting yang berhasil disampaikan dengan cara yang pas. Ada isu tentang imigran, cinta beda suku/ras, drama ayah-anak, dan cita-cita. Aku suka sekali dengan hubungan Ember dan ayahnya yang mengharukan. Aku suka dengan hubungan Wade dan Ember yang dilengkapi dengan visual dan soundtrack yang menjadikannya amat memukau. Film ini menjadi salah satu film romantis terbaik yang pernah kutonton. Aku memberikan skor 9/10 untuk film ini dan aku sangat merekomendasikannya kepada siapapun. Film ini dapat ditonton orang segala usia, tetapi anak-anak sebaiknya tetap dalam pengawasan orang tua jika menontonnya ya. 

Kalian dapat menonton Elemental: Force of Nature di Disney+ Hotstar. Jika kalian tertarik dengan filmnya, silakan tonton dulu trailer-nya di bawah ini.


***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

Komentar