A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin: Kisah Cinta yang Penuh Hikmah, tapi Bisa Jadi Kontroversial

Identitas Buku

Judul

:

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Penulis

:

Tere Liye

Penerbit

:

PT Sabak Grip Nusantara

Tahun terbit

:

2021 (versi sebelumnya terbit pertama kali pada 2010)

Cetakan

:

I

Tebal

:

264 halaman

Harga

:

Rp69.000,-

ISBN

:

9786020331607

Genre

:

Drama romantis, coming of age

 

Tentang Penulis

Tere Liye adalah seorang penulis novel ternama dari Indonesia, dengan nama asli Darwis. Dia lahir di pedalaman Sumatera pada tanggal 21 Mei 1979. Dia adalah lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Tere Liye sudah melahirkan 50 buku, dan banyak karyanya termasuk bestseller. Namun, sebelumnya dia bekerja sebagai akuntan. Berkat hobinya membaca dan menulis, Tere Liye akhirnya terjun ke dunia kepenulisan. Buku debutnya adalah Hafalan Shalat Delisa (2005). Buku-buku best-seller-nya yang lain adalah Moga Bunda Disayang Allah (2006), Bidadari-Bidadari Surga (2008)[1], dan Hujan (2016). Beberapa judul tersebut bahkan telah diangkat ke layer lebar.

Selain itu, Tere Liye juga terkenal dengan buku bertema dunia paralelnya yang kini sudah terdiri atas 14 sekuel. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (2010) sendiri adalah salah satu karyanya yang banyak mendapat review positif dari pembaca.  

 

Sinopsis

Dia adalah penolong keluargaku. Dia telah menolong aku, adikku, dan ibuku keluar dari kemiskinan yang menyedihkan. Dia telah memberikan kami makan, pakaian, tempat bernaung, sekolah, dan masa depan yang menjanjikan. Dia telah memberikan perhatian, kasih sayang, dan teladan dengan tulus tanpa pamrih untuk keluarga kami.  Dia adalah malaikat yang dikirimkan takdir kepada keluarga kami.

Namun, semua kebaikan dan kasih sayang tulusnya itu telah menumbuhkan perasaan ini di dalam diriku. Perasaan yang tak sepantasya tumbuh terhadapnya yang telah berbuat banyak kepada kami, yang hanya menganggapku tak lebih dari adiknya yang pencemburu dan banyak mau. Akan tetapi, perasaan ini serta merta ada, tanpa pernah aku minta. Ibu, bagaimana aku menyingkirkan perasaan ini?

Versi sampul lama dari Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin: versi terbitan tahun 2010 (kiri), versi terbitan tahun 2016 (tengah), dan versi terbitan terjemahan bahasa Inggris tahun 2015 (kanan).
 

Kelebihan

Sebelum mulai menjabarkan kelebihan buku ini, aku ingin memberikan disclaimer bahwa Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin adalah buku Tere Liye pertama selain serial Petualangan Dunia Paralel yang aku baca. Oleh karena itu, membaca buku ini adalah sebuah pengalaman baru bagiku dalam mengeksplorasi sastra Indonesia. Aku tahu Tere Liye telah menulis banyak buku dengan genre drama, tetapi inilah yang pertama kubaca. Dan rupanya, aku cukup terkesan.

Aku telah membaca seluruh buku Petualangan Dunia Paralel karya Tere Liye dan aku merasa beberapa buku memiliki cerita yang membosankan (meski tidak buruk). Itu memengeruhi prasangkaku terhadap buku ini. Aku pikir buku ini akan klise dan hanya unggul berkat kata-kata puitis saja—karena Tere Liye memang kerap menggunakan diksi seperti itu. Namun rupanya, aku salah—Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin sungguhan bagus.

Sejak halaman pertama, Tere Liye memulai cerita dengan syahdu, (spoiler alert) menghadirkan suasana hujan pada malam hari di kota sementara Tania, si tokoh utama, sedang melamun di toko buku sambil menatapi suasana jalan. Bagi beberapa orang, hujan memberikan kesan emosional, maka sebuah pilihan yang tepat untuk memulai cerita drama romantis dengan cara tersebut. Aku yakin, banyak orang yang langsung terhanyut ke dalam cerita hanya dari suasana hujannya.

Ditambah lagi, pemilihan kata dan kalimat yang dirangkai Tere Liye terkesan puitis, tetapi tidak lebay. Tere Liye memang kerap menggunakan diksi-diksi seperti itu dalam buku-bukunya, termasuk yang ini. Namun, penggunaannya tidak berlebihan sehingga tetap mudah dipahami dan tidak cringe. Kalimat-kalimat puitis tersebut beberapa kali mengena di hati, serta berhasil memberikan kesan suasana romantis.

Sementara itu, konflik dalam buku ini bukan sekadar (spoiler alert) cinta terhalang perbedaan usia, tetapi lebih rumit dari itu. Hubungan kedua tokoh utamanya yang sudah bagai keluarga membuat perasaan cinta tersebut teramat rumit. Itu menjadikannya tidak klise, maka dapat dimengerti betapa sulitnya bagi Tania untuk mengendalikan perasaan itu. Aku selalu setuju dengan Tania, perasaan cinta memang tidak pernah diminta, itu tumbuh begitu saja tanpa memandang untuk siapa perasaan tersebut.

Selain itu, kisah cinta Tania menggambarkan fase-fase mencintai orang dalam diam: mulai dari kagum dan terpesona hingga menyesal karena tak pernah berani mengungkapkan. Dalam fase-fase tersebut, ada fase berusaha melupakan yang harus dilalui Tania. Dan aku suka sekali dengan bagian itu—agar Tania dapat melupakan perasaannya, dia menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas, berusaha menjauhkan diri dari kehidupan lamanya yang dapat mengingatkannya kembali pada cinta pertamanya tersebut. Namun pada akhirnya, yang bisa benar-benar membuatnya lupa pada perasaan itu adalah ketika dia justru pulang, kembali ke kehidupannya yang itu dan berdamai dengannya.

Aku juga suka dengan karkater Dede, adiknya Tania. Kepolosannya membuat suasana lucu dalam buku ini. Dia menjadi sumber humor di tengah cerita drama ini. Pokoknya, dia lucu banget, mulai dari sikapnya yang polos dan keras kepala sampai username chatting-nya yang berubah-ubah seperti anak alay, hahaha. Namun, siapa yang menduga bahwa kutipan paling penting, kutipan yang paling kusuka dari buku ini rupanya berasal dari dia (nanti aku akan tulis kutipannya).

Kemudian, bagian yang paling kusuka dari buku ini adalah (spoiler alert) ketika ibunya Tania dan Dede meninggal—itu bagian paling menyakitkan dari buku ini. Ibu mereka merupakan sosok yang bijaksana dan penyayang, maka sangat menyakitkan ketika dia harus meninggal. Ah, pokoknya itu bagian yang sedih banget sampai aku menangis membacanya.

Setelah itu, Tere Liye mengingatkan pembaca kembali pada kesedihan tersebut dengan membuat adegan peringatan delapan tahun meninggalnya Ibu Tania dan Dede. Bagian itu membuat mataku berkaca-kaca kembali. Dan pada bagian itulah ada kutipan paling kusuka (yang tadi kubilang) dari buku ini:

"Bahwa hidup harus menerima... penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti... pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami... pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan."

 

Kelemahan

Salah satu yang menjadi kelemahan buku ini—setidaknya sebuah potensi kelemahan—ialah konfliknya itu sendiri. Konflik buku ini adalah cinta yang terhalang perbedaan usia yang cukup jauh, bahkan antara pria dewasa dengan gadis kecil di bawah umur. Tentu sesungguhnya ini tidak mempromosikan pernikahan anak di bawah umur, apalagi pedofilia, tetapi bisa saja ada orang menganggapnya demikian. Bisa saja ada orang yang menganggap tidak pantas membuat kisah cinta seorang gadis di bawah umur terhadap pria dewasa yang sudah dianggap keluarganya sendiri.

Kemudian, pendapatku pribadi, dialog Tania dan pria itu di babak akhir buku terlalu lebay. Memang kata yang digunakannya puitis, tetapi mengingat itu suasana yang penuh emosi—marah, sedih, dan bingung bercampur aduk—tetapi aku rasa tidak mungkin Tania dapat terus mengontrol kata-katanya tetap puitis. Jika di awal, mungkin iya, tetapi makin lama, lebih wajar jika dia mulai mengumpat, apalagi dia memang kerap menghina orang-orang (ceritanya panjang, silakan baca sendiri bukunya).

Terakhir, ini bukanlah kelemahan, melainkan bagian yang tidak kusuka (namun bukan berarti bagian ini perlu disingkirkan ya). Aku kecewa dengan keputusan si pria itu, cinta pertama Tania. (Spoiler alert) keputusan yang diambilnya menyakiti hati dua wanita penting dalam hidupnya, dan sampai titik terakhir pun dia tetap saja tidak bisa memutuskan. Di awal, aku mengagumi sosoknya yang begitu baik hati dan bijaksana, tetapi di akhir pendapattku tentangnya berubah—dia pengecut dan indecisive. Dia laki-laki yang tega menyakiti dua perempuan hanya karena tak mau mengakui perasaannya sendiri.

 

Kesimpulan

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin merupakan novel drama romantis yang ringan, tetapi berkesan. Buku ini dibuka dengan suasana hujan yang syahdu, lalu ditutup dengan pembicaraan penuh emosi yang mengungkap rahasia bertahun-tahun. Tidak akan terasa membaca buku setebal 200-an halaman ini berkat kata-katanya yang puitis dan alurnya yang mengalir indah. Apalagi, konfliknya tidaklah klise: cinta yang terhalang perbedaan usia yang cukup jauh, cinta seorang gadis kecil kepada pria dewasa. Akan tetapi, konflik seperti itu tentu kontroversial bagi beberapa orang. Meskipun begitu, buku ini berhasil menyampaikan pesan utamanya bahwa kita harus menjalani kehidupan seperti daun yang jatuh yang tak pernah membenci angin. Skor untuk buku ini adalah 8/10.

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!              


[1] Telah berganti judul menjadi Dia Adalah Kakakku

Komentar