A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore: Walau Bagus karena Menguak Sisi Lain Dumbledore, Tetap Kekurangan Fantastic Beasts-nya

Identitas Film

Judul

:

Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore

Sutradara

:

David Yates

Produser

:

David Heyman, J. K. Rowling, Steve Kloves, Lionel Wigram, Tim Lewis

Tanggal rilis

:

8 April 2022 (Britania Raya), 13 April 2022 (Indonesia)

Rumah produksi

:

Warner Bros Pictures, Heyday Films

Penulis naskah

:

J. K. Rowling, Steve Kloves

Durasi tayang

:

2 jam 22 menit

Pengisi suara

:

Eddie Redmayne, Jude Law, Dan Fogler, Mads Mikkelsen, Callum Turner, Jessica Williams, Ezra Miller, Victoria Yeates, William Nadylam

Genre

:

High fantasy, fantasi kontemporer, petualangan, drama

 

Sinopsis

Newt Scamander (Eddie Redmayne) pergi ke Tiongkok untuk menolong seeokor Qilin melahirkan. Di dunia penyihir, hewan tersebut memiliki arti pentingnya sendiri. Itulah yang membuat Gellert Grindelwald (Mads Mikkelsen), penjahat paling berbahaya di dunia penyihir, mengirimkan anak buahnya yang dipimpin oleh Credence Barebone (Ezra Miller) untuk menangkap bayi yang akan dilahirkan Qilin tersebut. Malam itu, Credence berhasil menangkap seekor bayi Qilin, tapi dia tidak tahu bahwa bayi tersebut terlahir kembar dan bayi Qilin yang satunya diselamatkan oleh Newt.

Sementara itu, Albus Dumbledore (Jude Law) sedang merencanakan rencana untuk menghentikan Grindelwald yang ingin memulai perang antara kaum penyihir dengan Muggle.[1] Namun, karena dia dan Grindelwald pernah membuat sumpah darah yang membuat mereka tidak bisa bertarung, Dumbledore merekrut Newt Scamander, Theseus Scamander (Callum Turner), Jacob Kowalski (Dan Fogler), Eulalie “Lally” Hicks (Jessica Williams), Yusuf Kama (William Nadylam), dan Bunty Broadacre (Victoria Yeates) dalam misi untuk menghentikan Grindelwald yang ingin mengambil alih dunia penyihir dan memerangi Muggle.

 

Kelebihan

Pertama-tama, tentu saja hal yang menjadi kelebihan film ini ialah suasana dunia penyihirnya. Rasanya menyanangkan sekali bisa melihat lagi aksi-aksi para penyihir dari semesta sihirnya J. K. Rowling. Ketika melihat para penyihir beradu mantra sewaktu bertarung, itu membawa kembali suasana film “Harry Potter and the Deathly Hollow” (2010 dan 2011). Apalagi, di Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore ada beberapa adegan yang mengambil tempat di Hogwarts—itu pasti membuat para penggemar Harry Potter bernostalgia.

Kemudian, jika dibandingkan dengan film sebelumnya, “Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald” (2018), karakter Dumbledore sang Kepala Sekolah Hogwarts tampak mengalami banyak perubahan. Di film ini, Dumbledore lebih terbuka terhadap orientasi seksualnya serta hubungannya dengan Grindelwald. Dia juga turut aktif dalam rencana menghentikan Grindelwald, tidak hanya bersembunyi di Hogwarts memantau keadaan. 

Sesuai dengan judulnya, yaitu The Secrets of Dumbledore, hal-hal yang Dumbledore sembunyikan dari khalayak umum diungkapkan di sini, (spoiler alert) seperti keluarganya dan hubungannya dengan Grindelwald. Hal tersebut memberikan elemen drama pada film penyihir ini sehingga membuat para tokohnya, khususnya Dumbledore, terasa lebih humanis.  Itu adalah suatu hal yang menarik sebab pada serial film Harry Potter, sosok Kepala Sekolah tersebut masih menyimpan banyak misteri.

Berikutnya, aku setuju dengan orang-orang yang mengatakan bahwa Mads Mikkelsen lebih cocok memerankan Gellert Grindelwald. Sebelumnya, peran Grindelwald dimainkan oleh Johnny Depp, tetapi karena suatu skandal yang menimpa sang aktor, Mads Mikkelsen jadi menggantikan Johnny Depp. Banyak penggemar yang sempat khawatir terhadap penggantian aktor tersebut. Akan tetapi, kalian tidak usah risau karena Mads Mikkelsen dapat memerankan sosok Grindelwald yang karismatik dan licik dengan sangat apik. Kalian buktikan sendiri dengan menonton filmnya di bioskop ya.

Apakah suasana film ini serius dan tegang terus-menerus? Tidak juga, sesekali ada komedi-komedi yang diselipkan di sepanjang cerita. Bahkan, di babak klimaks cerita pun—(spoiler alert) ketika Newt dan teman-temannya ada di Bhutan—diselipkan sedikit komedi. Adegan-adegan lucu tersebut diselipkan dengan smooth sehingga sukses membuat penonton tertawa kecil, tetapi tidak mengalihkan fokus dari ketegangan konfliknya.

Kelebihan terakhir yang aku rasakan dari film ini ialah ide konfliknya yang unik: (spoiler alert) pemilu. Dengan ide tersebut, J. K. Rowling dan Steve Kloves menyusun cerita yang menyinggung isu kelicikan politikus agar dapat memenangkan pemilu. Konflik tersebut sangat lekat dengan kehidupan kita, para Muggle. Dan, to be honest, itu adalah sebuah konflik yang tidak pernah terbayang olehku akan ada di film Fantastic Beasts.  

 

Kelemahan

Tentu saja kelemahan pertama yang terasa dari film ini ialah unsur fantastic beasts-nya yang sedikit. Memang binatang ajaib Qilin memainkan peran kunci dalam cerita ini, tetapi porsinya kalah jauh jika dibandingkan dengan hewan-hewan ajaib di film pertamanya, “Fantastic Beasts and Where to Find Them” (2016). Sebenarnya itu bukan hal yang mengejutkan lagi karena di film keduanya sudah seperti itu. Meskipun begitu, unsur binatang ajaib di film ketiga ini masih lebih penting daripada di film keduanya. Namun tetap saja, judul serial “Fantastic Beasts” jadi terasa tidak sesuai dengan isi ceritanya.

Kemudian, aku merasa satu jam pertama film ini tidak begitu penting. Itu seperti di film “Space Sweepers” (2021) yang mana cerita sesungguhnya baru dimulai setelah separuh pertama film terlewati. Aku merasa cerita di satu jam pertama hanya berputar-putar sambil membangun permasalahan cerita. Bahkan, Theseus Scamander sendiri juga bilang bahwa mereka kembali ke titik semula setelah banyak hal yang mereka lewati.

Selanjutnya, aku melihat karakter Credence dalam film ini mengalami perkembangan karakter yang tidak jelas. Di dua film sebelumnya, Credence menjadi sosok penting, tetapi di film ini tidak sama sekali. Perannya tidak terasa dibutuhkan dalam cerita, apalagi setelah (spoiler alert) pertarungannya dengan Dumbledore.

Oh iya, omong-omong soal pertarungan tersebut, itu adalah adegan pertarungan paling jelek di film ini, bahkan mugkin di seluruh film semesta sihirnya J. K. Rowling. Pertarungan antara Dumbledore dan Credence tidak terasa menegangkan, tetapi malah membingungkan. Ditambah dengan drama yang tidak perlu, adegan tersebut menjadi makin tidak jelas.

Terakhir, aku kecewa sekali karena di film ini tidak ada Tina Goldstein (Katherine Waterston) dan Nagini (Claudia Kim). Keduanya adalah tokoh utama di film sebelumnya, apalagi Tina adalah tokoh utama serial ini sejak film pertama. Ketidakhadiran mereka menimbulkan tanda tanya soal ke mana mereka pergi. Sebenarnya, Newt menjelaskan alasan Tina tidak bisa ikut, tetapi aku pribadi tidak bisa menerimanya.

 

Kesimpulan

Fantastic Beasts: The Secrets of Dumbledore adalah tontonan yang dapat mengobati rasa kangen penggemar Harry Potter. Suasana dunia sihirnya serta Hogwarts-nya pasti membuat kalian bernostalgia. Selain itu, sesuai judulnya, film ini mengungkap sisi-sisi lain dari Albus Dumbledore yang tidak pernah diperlihatkan, bahkan di film-film Harry Potter. Kemudian, bergabungnya Mads Mikkelsen sebagai Gellert Grindelwald dalam jajaran pemain pun membawa warna baru dalam film ini. Sayangnya, ketidakhadiran beberapa tokoh, yaitu Tina dan Nagini membuat film ini terasa kurang. Satu jam pertama film juga terasa tidak begitu penting. Ditambah lagi dengan unsur fantastic beasts-nya yang makin sedikit, isi cerita dengan judulnya makin tidak sesuai. Oleh karena itu, aku memberi skor 7,2/10 untuk film ketiga dari serial “Fantastic Beasts” ini.

Trailer filmnya bisa kalian tonton di bawah ini ya.

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!



[1] Muggle adalah sebutan yang digunakan kaum penyihir di wilayah Eropa untuk menyebut kaum nonpenyihir. 

Komentar